Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
s EMINAR NASIONAL
SMK MEMBANGUN BANGSA
BANDUNG
2012
Seminar Nasional SItlf, Memban0unBan0saUniversilasPendiflilian Inflonesia - Bandun0 l8 - 20 Juni
2012
PenanggungJawab :
KetuaUmunr:
Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd
Ketua I :
Ketua Ii :
Tim Penyusun :
Penerbit :
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya buku prosiding ini dapat diselesaikan dengan baik. SEMINAR NASIONAL SMK
MEMBANGLfN BANGSA merupakan kegiatan yang ada di Prodi: Pendidikan Teknik Elektro -
Sl, Teknik Elektro D-3, Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Mesin, Teknik Mesin D-3, Teknik
Sipil, Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik Arsitektur, Teknik
Arsitektur, Teknik Arsitektur Perumahan D-3, Pendidikan Tata Boga, Pendidikan Tata Busana,
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, PendidikanTeknologi Agroindustri di lingkungan FPTK.
FPTK dalamusianya yang ke-53, maka dirasa perlu menampilkan hasil produk dan kegiatan
laboratorium yang telah berjalan setengah abad. Kegiatan ini melibatkan prodi, jurusan, fakultas,
universitas dan SMK seluruh Jabar, Dinas Pendidikan, DU/DI. Sehingga kegiatan ini cukup akbar,
yang diharapkan terjadi sinergi antara universitas disatu piliak sebagai penghasil lulusan, SMK
sebagai pengguna lulusan, dan DUDI sebagai pemakai lulusan dari kedua institusi tersebut.
Selain kegiatan SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA, para dosen, guru-guru
dan industri menyajikan buah pemikirannya dalam mengembangkan pendidikan kejuruan dalam
bentuk kurikulum, strategi pernbelajaran dan masalah-masalah yang ada pada TVET. Kegiatan
SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA dan seminar bertujuan untuk
rner-rghimpun semua urlsur terkait dalam menampilkan hasil karya ilmiah, produk dari
pembelajaran, instrurnent dan peralatan praktek serta hasil-hasil lainnya.
Pada kesempatan iui, saya atas nama pimpinan FPTK menyampaikan dan memberikan
penghargaan kepada:
1. Bapak Rektor yang telali rnengijinkan kegiatan ini;
2. Para Kepala Dinas Pendidikan di lingkungan Provinsi Jaw'a Barat yang telah memberikan
dorongan moril pada acara kegiatan ini;
3. Para Ketua Jurusan/Ketua Program Studi di tirlgkat Fakultas, Ketua Pantia yang telah
bersusah payali menyelenggarakan kegiatan rr-u;
4. Para Kepala Sekolah SMK yang telah berpartisipasi mengirimkan timnya untuk kegiatan
pameran;
5. Para dosen dan guru-guru yang telah berpartisipasi sebagai peserta seminar;
6. Para mahasiswa FPTK dan parasisrva SMK yang terlibat dalam kegiatan ini dan akhirnya
kepada DU/DI yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan nara sumber dan materilnya demi kemajuan pendidikan kejuruan.
Kegiatan ini merupakan raugkaiall acara Dies Natalis UPI yang ke-57 pada tanggal 20 Oktober
201l.Dirgaliayu UPI semoga menjadiuniversitas yang Leading and outstanding.
Akhirnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tir-rggilry'a kepada panitia dan sernua pilrak yang telah rnernberikan sumbangan baik moril, maupull
spiritLtal. Kami moltou t.naaf bilanrana dalarn penyelenggaraan kegiatan ini terdapat kekurangan dan
kelemahan, semoga kegiatan ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR
lndonesia denganjumlahpendudukterbesar di Asia Tenggara dilihat dari sisi ekonomi
dapat merupakan potensi yang besarterutama apabila kita mampu mendayagunakan penduduk
yang besar tersebut menjadi manusia-manusia yang produktif. Pendidikan Kejuruan merupakan
sarana yang efektif dalam menghasilkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini sejalan
dengan prioritas Presiden Republik lndonesia dalam bidang Pendidikan sebagaimana tertuang
pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2010 s.d. 2014 mengamanatkan
agar
dilakukan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien menuju
terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter
bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1)
menciptakan lapangatt kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan kebutuhan
te naga ke rja.
Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas harus memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif agar siap bersaing dalam memasuki pasar tenaga kerja.
oleh karena itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan perannya mempersiapkan siswa
menjadi calon tenaga kerja yang berkualitas (produktif) harus didukung oleh semua pihak, baik
dari Departemen-departemen terkait, lndustri, maupun dari perguruan Tinggi.
Dukungan dari Perguruan Tinggi dapat berupa aplikasi hasil-hasil riset untuk pembuatan
produk-produk tertentu disatu sisi dan penyiapan calon-calon guru profesional yang siap
melakukan profesinya dalam pelaksanaan program pendidikan di SMK.Universitas pendidikan
lndonesia yang didalamnya memungkinkan melakukan kedua peran strategis tersebut dapat
melakukan langkah-langkah nyata dalam mendukung industri kreatif berbasis SMK. Hal ini
dilakukan melalui: Senrinar Nasional SMK Membangun Bangsa.
Seminar Nasional SI/1K Membangun Bangsa bertujuan untuk mendukung program lndustri
Kreatif Berbasis SMK dengan menghasilkan pemikiran-pemikiran baik berupa konsep,
kesepakatan atau konvensiyang berkaitan dengan: 1) Membangun industri kreatif berbasis SMK;
2) Pemikiran mengenai landasan-landasan hokum dan legalitas produk-produk yang dihasilkan
sMK; dan 3) Pemikiran tentang penyiapan calon-calon guru profesional SMK.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. Semoga
kerjasama yang sudah terjalin selama ini menjadi lebih bermakna dan membawa kemajuan
kepada semua pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI iv
JADWAI- ACARA vi
MAKALAH :
l5 MENYIAPKAN KOMPETENSI CALON GURU TEKNIK MESIN DI PTM UNS DENGAN 133
MODEL PEMBELA.JARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
1,6 MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM S1 SARJANA PENDIDIKAN TEKNIK 140
ELEKTRO
17 KOMPETENSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN TATA 156
BUSANA MENDUKUNG SUMBERDAYA MANUSIA YANG PROFESIONAL
MODEL PENYIAPAN GURU PROFESIONAL UNTUK SEKOLAH KEJURUAI,I DI ABAD 2 t67
10 18.30-20.00 I Gala Dinner Seluruh Pembicara, Pesefta, & Sie Acaraz Lt. 4 FPTK Dikoordinasikan dgn sie. konsumsi
Panitia Sie. Konsumsi Sie.acara memfasilitasi-
mengkoordi nasikan pertemuan
TIM Perumus SEMNAS & Rembug
Untuk merumuskan hasil
(kesimpulan & Rekomendasi
BEKERJASAMA DENCAN DIRTKIURAI PEMUINAAN )MI\ UAN NTIENII\L'TJ
Hari Kedua: Selasa, 19 Juni 2OL2z Focus Group Discussion (Parallel Sessions)
A. Topik: Membangun Frogram IndustriKreatifBerbasis SMK
08.30-09.00 Presentasi Makalah Dr. Ir. Agung Budi Susanto, M.M. Moderator:
2
Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si. I tt. + reff-uel Prof. Dr. Astim RiYanto, S.H.,M H.
(Ketua)
Dra. Nanis Setiawati, M Si.
(Sekretaris)
Muhammad Ilham Hermawan,
s,.H., M.H.
Luki Raspah, S.H.,M.H.
Bayu Dwi Anggono, S.H.,M.H.
Endang, 5H.,M.H.
Ruang Rapat 1
Diskusi & Tanya Jawab
It. 4 FPTK.UPI
Prof. Dr. Astim Riyanto Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si. Ruang Rapat 1 Seluruh Peserta dalam KelomPok
10.00-11.30 Diskusi & Perumusan Hasil Diskusi
It.4 FPTK-UPI mendiskusikan sesuai toPik &
memberikan masukan untuk
rumusn KesimPulan &
Rekomendasi Rembug SMK
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si. Peserta berkumPul di Auditoritlm
tt:UtZSO i Siaang Pleno: Pembacaan Kesimpulan & Prof. Dr. Astim Riyanto
Rekomendasi Rembug Nasional SMK
Membangun Bangsa.
Prof. Dr. Astim Riyanto Peserta berkumPul di Auditorium
12.00-12.30 Penutupan
Lt.4 FPTK-UPI
uEKEIUA)I\MI\ L,rEl\tJAl\ L',lt('ENl vKr' I rLrvtDlrr^^rr Jvrr\ s^rr
Kaml>trs FPTK Universitas Perrdidikan lndonesia
Jl. Dr. Setiabu dli 2O7 Bandung 40154' Telp/Fax: 022-2011575
Home page: http://wutw.upi.erlrr E-ffrail: ana-syarief@ry;rlroo.co.id, nuryanto-adhi@yahoo'co'id
c. Topik: Peran 1-p111- p111 da la m Menyia pka nCa lon Gu ru Profesiona I SMK
li
I
Moderator:
2 08.30-09.30 Diskusi & TanYa Jalvab
Prof. Dr. ll.As'ari Johar,MPd
C. Rudy Prihantoro
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
LATAR BELAKANG
Saat ini orientasi pendidikan di Indonesia, cenderung mengikuti visi dari aspek ekonorni global
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterbukaan yang
mengakibatkan adanya tuntutan kompetisi untuk mampu merebut keunggulan-keunggulan yang
dapat dintanfaatkan uutuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan kompetisi ini
membarva konsekuensi pada kesiapan masyarakat dalam berbagai aspek kompetisi. Salah satu yang
diperlukan adalah kompetensi individu dari suatu komunitas masyarakat yang metninati bidangnya.
Pernilikan kornpetensi oleh individu-individu untuk bidang-bidang yang diminati, merupakan
tantangan terser-rdiri bagi individu-individu untuk meraihnya. Lembaga pendidikan akhirnya
Seminar Nasional SHI llemDandun Ban0sa 18 - 19 Juni
Universilas Penilidikan Indonesia , Bandung 2012
menjadi tumpuan harapannya. Dengan bertumpu pada pendidikan, individu-individu yang menjadi
mahasiswa disuatu lembaga pendidikan, r-nengharapkan bahwa program yang dikembangkan akan
membawa mereka untuk memiliki kompetensi dan keprofesionalan yang dapat digunakan untuk
mengantarkan pada kompetisi di lapangan kerja yang akan dijadikan wahana meningkatkan
kesejahteraannya dimasa yang akan datang.
Berbagai fakta dan permasalahan tersebut di atas akan membawa dampak terhadap hari depan para
mahasiswa saat ini. Satu hal yang selalu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan adalah kejutan
masa depan (future shock) yang sulit diprediksi secara linier. Menghadapi hal ini apa yang harus
dilakukan dunia pendidikan? Khususnya bagaimana LPTK mengantisipasi kejutan masa depan
dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik disemua lini pendidikan? Bagaimana model LPTK yang
dengan kepandaian dan bakat masing-masing, dan setelah yang bersangkutan memperoleh
pekerjaan, berusaha untuk memanfaatkan kecakapan yang dimiliki orang itu untuk meningkatkan
kemajuan masyarakat dengan jalan menggairahkan persaingan yang sehat berdasarkan kompetensi
masing-rnasing. Jadi, dapat dikatakan, bahwa pendidikan profesional seharusnya bertujuan
membina kompetensi seseorang menjadi seorang yang profesional sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan bila orientasi pendidikan lebih menekankan pada dasar
PENDIDIKAN PROFESIONAL
persyaratan sosial yang luas, perlunya suatu profesi dan permintaan, setta adanya orang yang mau
betajar. Faktor-faktor ini berkaitan antara kebutuhan, kemauan dan permintaan di dalam pendidikan
dan pelatihan profesional.
Hal pertama yang perlu dikaji adalah anggapan sementara orang bahwa seseorang yang sudah
masuk ke dalanr lingkup profesional menganggap bahwa dirinya sud.ah berkemampuan sesuai
dengan profesinya, walaupun hat ini perlu dikaji lebih jauh apakah seseorang tersebut telah melalui
suatu perrgujian-pengujian pengetahuan dan kemampuan profesinya serta telah sesuai dengan kode
etik profesi yalg berlaku dalam memberi pelayanan kepada klien (Hughes, 1958). Apabila yang
terjadi adalah tidak adanya kemampuan (incorttpetent) seorang praktisi dalain mentpraktekkan
profesinya, rnengapa ia harus mencari kompetensi dan mengapa kompetensi di klaim sebagai
produk akhir dari pendidikan dan pelatihan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Schumacher (i977)
menyatakan bahwa: "Pendidikan merupakan dasar untuk bekerja dengan baik adalah sungguh tidak
mungkin (impossible). Bagaimana membedakan bekerja dengan baik dan bekerja secara buruk jika
manusia yang hidup di dunia ini tidak berarti (no meaning), tidak mempunyai tujuan (no purpose)".
Goode (1973) menyatakan bahwa pelayanan adalah satu dasar profesi dan karenanya etik
pelayanap rlelekat dalarn sifat profesiona[. Tetapi seorang praktisi dalam pekerjaan profesiorral
tidak selalu melakukan etik tersebut, hal ini disebabkan disiplin prosedur yang digunakan dalam
pekerjaan tanpa dilandasi kemampuan profesi. Karena itu diperlukan jaminan dengan standar yang
tinggi bagi praktisi untuk memiliki ideologi etik profesional. Meskipun demikian etik pelayanan
bisa tidak ketihatan rasional tanpa keberartian dan tujuan hidup manusia. Apakah mereka
diultungkal ataupun tidak dari pelayanan tersebut? Namun, yang terpenting dalam hal ini adalah
mengapa profesional harus berkemampuan? Salah satu sebab diterimarlya hal ini adalah bahwa
permintaan profesi atau permintaan profesionalisme merupakan suatu akibat metafisik mereka atau
Seminar Nasi0nal Sllf, llemDanEun Bangsa 18 - 19 Juni
universilas Pendidikan Inf,onesia, Banilun0 2012
keyakinan mereka, sebagai contoh yaitu implikasi bahwa profesional adalah seseorang yang
memiliki watak teliti, berkeyakinan atau berideologi. Watak dan keyakinan adalah individualistis
dan mungkin saja salah atau tidak bermoral untuk profesi-profesi tertentu tetapi yang lain
merupakan watak dan keyakinan yang dipercayainya.
Pada pendidikan profesi, staf pengajar harus melakukan analisis terhadap perkembangan
kemampuan dan sikap yang dimiliki mahasiswanya, tugas pendidik di sini adalah mempersiapkan
mahasiswa untuk masuk ke dalam profesinya dan lebih lanjut memperlihatkan kemampuan utama
profesi dengan kualifikasinya, serta kernampuan-kemampuan yang digunakan dalam menjalankan
tugas-tugas profesinya. Schumacher (1977) menyarankan: "Bagaimana kami menyiapkan orang
muda bekerja untuk masa depan dunia? Saya pikir kami harus mengajarkan mereka membedakan
antara bekerja yang baik dan bekerja yang buruk serta mendorong mereka menolak yang bekerja
buruk".
Isu-isu yang timbul berkaitan dengan pendidikan profesional adalah tentang isi kurikulum
pendidikan profesional dan tentang metode mengajar (teaching student). Argumentasi Schumacher
yang diimplikasikan bahwa salah satu tujuan pendidikan profesional adalah menghasilkan
seseorang yang berprofesi dengan kemampuan standar dan seseorang yang menerima atau
rnempraktekkan apa yang mereka hormati sebagai yang baik dan sebagai kemampuan yang layak.
Selain itu isu moral sebagai jiwa profesionalisme itu sendiri merupakan sentral dari pendidikan
profesional.
3. Kompetensi
Kompetensi diasurnsikan hanya merupakan keberhasilan ketika pekerjaan dikerjakan dengan
seluruh aspek kecakapan, misalnya keberhasilan ilalam praktek yang didasarkan atas teori. Yang
tersirat di sini bahwa praktisi harus memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill)
untuk menjalankan pekerjaan. Keahlian yang satu tidak lebih dari kemampuan yang lain.
Pengetahuan atau keterampilan tidak merupakan konsep nyata masing-masing dalam praktek
profesional.
keterampilan di sini bisa jadi tergantung pada pengetahuan. Karena itu keterampilan
mempertunjukkan kemampuan yang terbatas untuk melakukan teknik atau prosedur yang dapat
diterirna secara profesional atau ditentukan oleh organisasi profesional pekerja.
Ditarnbah lagi, keterampilan sosial melalui hubungan baik individu praktisi-praktisi dengan
serangkaian yang mereka perankan adalah kinerja kerja yang penting. Kompetensi, oleh karenanya
merupakan konsep yang lebih luas dari pada yang dibayangkan. Hal itu berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sikap termasuk di dalam analisis ini berkaitan dengan
ideologi profesional, yaitu memiliki dimensi kognitif dan afektif yang kaitannya cenderung dengan
perilaku.
Jadi tampak bahwa dasar praktek profesional tebih kompleks dan praktek kompetensi lebih luas
dari yarrg diasurrsikan dan jika Schumacher benar, dimensi slkap (attitudinat) lebih penting dari
pada yang sering terlihat diberikan pada pelatihan profesional.
4. Proses Pendidikan
Peters (1967) mengemukakan bahwa proses perididikan akan dilihat sebagai suatu rangkaian tugas-
tugas yang dicapai melalui pendidikan. Di sini diartikan bahwa salah satu tugas dalam pendidikan
adalah indoktrinasi. Imptikasi indoktrinasi hadir dalam tujuan kedua yang dikemukakan dalam
referensi Schumacher.
Hare (1964) berpendapat bahwa untuk rnemahami konsep indoktrinasi yang utama perlu dilihat
adalah dari perspektif tujuan-tujuannya. Ia menegaskan bahwa indoktrinasi bertujuan menghasilkan
diterimanya pandangan yang diharapkan indoktrinator. Pendidik akan memberi perhatian dalam
rnerrbantu rnahasisu,a mendapatkan nilai-nilai yang menggambarkan pertimbangan dan alasan
argumentasinya. tndoktrinasi juga terjadi dalam pelatihan profesional, meskipun hal itu bukan
i-'rerupakan tujuannya.
Pada intinya, ideologi profesional terletak pada diterimanya nilai-nilai selama proses pendidikan
berlangsung yang menjadikan mahasiswa memiliki dorongan kritis menilai etik profesional.
Selarna proses ini mahasiswa mendapatkan kesempatan membandingkan dari pelatihan. Oleh
karenanya, implikasinya adalah bahrva pada kurikulurn pelatihan profesional perlu memasukkan
studi profesionalisme, etik profesional dan hubungan interpersonal.
Konsepsi Peters (1967) ter[adap keberhasilan pendidikan profesional identik dengan penguasaan
sejumlah keterarnpilan, pengetahuan dan pemahamatr terhadap prinsip-prinsip serta pemahaman
dan pelerirlaan terhadap trilai-nilai 1,ang rnendasari praktek keterampilan dan pengetahuan suatu
profesi. Dari kajian diatas tujuan pendiCikan profesional dapat dibagi menjadi duatingkatan, yaitu:
Seminar liauional $lrlf, llemlan0un Ban0sa 18 - 19 Juni
Universilas ltenf,idikan Inf,onesia - BandunE 2012
(l) Sekolah profesional dengan tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi mereka yang
menyelesaikan pelatihan profesinya, dengan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untuk dipraktekkan dan tetap menjaga standar mutu profesinya. (2) Sekolah profesional dengan
tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi seseorang yang berprofesi dengan memiliki
ideologi profesional yang diperoleh untuk menjamin praktek yang baik, sama baiknya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dipraktekkan.
Namun, pendidikan profesional tidak terjadi "in vacuo" (dalam kevakuman) bahkan sekarang
diperlukan pengujian-pengujian tujuan aspek-aspek pendidikan ini yang berkaitan dengan
masyarakat dan keprofes ian.
Diperlukan suatu gambaran yang jelas antara desain kurikulum atau silabus, yang dimaksudkan
untuk hasil belajar dan oleh karena itu dimasukkan dalam kurikula tertulis, silabus atau program
termasuk di dalamnya apa yang diajarkan secara aktual dan dipelajari dalam proses pendidikan itu
seldiri. Aiasan untuk pencanturnan isi di dalam kurikulum atau silabus merupakan sesuatu yang
faktual yang ditetapkan atau disetujui antara badan profesional dan institusi pendidikan, kemudian
penetapan atau persetujuan itu sendiri merupakan rangkaian kriteria mengapa isi spesifik
Isi spesifik yang menjadi perhatiar, dalam kurikulum pendidikan profesional dikonstruksi oleh
lernbaga profesional (the professional bodl) atau oleh staf pengajar pada institusi tersebut, paling
tidak telah tersusun dalam bentuk silabus dan telah teruji, Kurikulum yang mereka rancang
umumnya diajukan untuk mendapatkan persetujuan pada komite yang berwenang dalam
pendidikan, dan sebagai validasinya disetujui oleh badan profesional, meliputi: (l) tujuan
pendidikan profesional, tujuan umum (aints) yang berupa pemyataan filosofi yang menjadi
kepentingannya, tujuan khusus (objective) yang berupa maksud dari tujuan pengajaran atau sasaran
hasil belajar yang secara khusus terbagi dalam bagian-bagian dan diberikan selama proses
peldidikan; (2) tuntutan praktek profesional, tuntutan dalarn hal ini merupakan suatu konsep yang
sangat luas dan kelihatannya banyak konsep yang relevan dari pada kebutultan profesional itu
sendiri. Walau demikian kebutuhan (needs) itu bukan bentuk suatu ciri sentral dalam ntemahami
Seminar Nasional SiIf, llemDan0un Ban0sa l8 - tP Juni
Universilas Pendif,ikan Inf,onesia . Bandung 2012
kriteria untuk menyeleksi isi, seperti teori pendidikan yang rnengharuskan memahami akan
kebutulran; tuntutan (demands) digunakan di sini berkaitan secara spesifik dengan isi dari kedua
tujuan pendidikan profesional yang telah diformulasikan, agar supaya tercapai tujuannya, tentu saja
apa yang diharapkan harus sesuai dengan kerangka dari yang dipersyaratkan dalam praktek
profesional. Agar perekrutan suatu profesi berhasil dengan baik maka perekrutan tersebut harus
memasukkan praktek profesional, dengan demikian isi - dasar pendidikan profesional harus
dilengkapi dengan respous tuntutan profesional tersebut.
Oleh karenanya, kriteria untuk menyeleksi isi kurikulum perlu dilakukan dan masing-masing harus
mengenal hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan tersebut. Termasuk dalam kriteria ini adalah (a)
kebenaran (validity); (b) keterkaitan (relevance); (c) kebermanfaatan (worthwhileness); (d)
kebutuhan (needs); (e) keseimbangan (balance); serta (f) keluasan dan kedalaman (breadth and
depth).
Mencerrnati pendidikan profesional di atas, maka sistem pendidikan LPTK perlu dilakukan
rekonstruksi dan revitalisasi untuk lebih meningkatkan fungsi utama yang ciiemban LPTK melaiui
kajian-kajian strategis untuk menjawab perkembangan akan kebutuhan tenaga pendidikan. Pola
pendidikan guru yang selama ini dianut di LPTK saat ini adaiah mendidik calon-calon guru dalatn
model pendidikan konkaren, daiam artian bahwa mahasiswa calon-calon guru di LPTK
mempelajttri materi ajar bidangnya masing-masing sesuai jurusan yang bersamaan dengan
diajarnya mata kuliah-mata kuliah metodik dan didaktik.
Pola pendidikan keguruan konsekutif adalah bahwa didaktik metodik seorang calon guru diberikan
di penghujung pendidikan keguruan. Artinya bahwa mahasiswa Strata satu non kependidikan bila
ingin menjadi guru maka akan mengikuti perkuliahan didaktik/metodik sesudah rampungnya
perkuliahan sarjana strata 1. Pola pendidikan konsekutif ini dilaksanakan pada LPTK dalam
memberi pelayanan sertifikasi guru.
Tuntutan yang ada pada masyarakat terhadap guru bukan hanya pada kemampuan bidang studinya
masing-nrasing, nalnul.l juga mencakup penguasaan kornpetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial. Hal ini tertuang di dalam UU no.1412005 tentang guru dan dosen. Dalam
hal ini agaknya perlu dipahami bahwa dari ernpat kompetensi tersebut, dua diantaranya kompetensi
yang membentuk karakter. Kompetensi kepribadian meliputi kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial meliputi
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesarna guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Seminar Nasional SItt[ Membangun Bangsa 18 - 19 Juni
Universitas Pendif,ilian In0onesia, Banf,un0 2012
Pengajaran di perguruan tinggi hendaknya mampu menjawab kebutuhan akan pembentukan empat
kompetensi sebagaimana dimaksud di atas. Selama ini pengajaran di kelas sangat ditekankan pada
kompetensi profesional sebagai dasar keilmuannya, kemudian diikuti dengan pengajaran akan
penguasaan kompetensi paedagogik. Sementara itu, kompetensi kepribadian belum mendapat porsi
yang cukup untuk membentuk kepribadian yang matang sebagai seorang calon pendidik kelak.
Dernikia-n pula kompetensi sosial masih belum terasah dengan baik pada struktur kurikulum.
Model pendidikan guru selama ini berupa model kongkuren dianggap usang dan akan diganti
dengan model konsekutif (berurutan). Model konsekutif dianggap lebih mampu menjawab
tantangan pendidikan bagi calon guru di masa depan. Model pendidikan konsekutif (berurutan)
berarti rnendidik mahasiswa calon guru dengan ilmu non kependidikan sejak awal masuk
perguruan tinggi, setelah pada level tertentu baru diajarkan didaktik rnetodik. Dalam versi lain,
model pendidikan konsekutif, pendidikan didaktik metodik diberikan kepada mahasiswa setelah
menyelesaikan seluruh mata kuliah di jenjang pendidikan Sl melalui program yang dikembangkan
pada prograrn sertifikasi guru atau pola yang setara dengan program sertifikasi guru.
Meningkatkau kualitas calon guru dengan peningkatan kompetensi profesional berupa penekanan
pada penguasaan materijurusan, bisa jadi yang muncul adalah discrientasi mahasiswa calon guru.
Mahasisrva yang kelak diharapkan akan menjadi guru, memiliki setting mind sebagai mahasiswa
umum lainnya sesuai pada jurusannya masing-masing. Padahal yang diharapkan adalah setting
mind seorang rnahasisu,a calon guru dengan penanaman etika profesi seorang guru sejak awal
bangku kLrliahnya. Kenvataan yang ada pada model pendidikan konsekutif hanya medan kompetisi
di antara para ntahasisu,a ulrtnk menjadi yang terbaik di antara rekan-rekan sejawatnya. Model
pendidikan konsekutif pada mal-rasiswa calon guru tentunya tidak akan memberikan sentuhan
'keguruan' sama sekali sejak awal perkuliahan. Pembiasaan pada karakter calon pendidik untuk
sementara di awal perkuliahan tidak dikenalkan, karena model ini hanya memberi penguatan pada
kemampuan profesional.
Pada akhirnya nanti setelah mahasiswa LPTK yang dididik dengan model konsekutif saat
merampulgkan pendidikannya, mereka diberi pilihan apakah akan melanjutkan 'tugas'nya sebagai
seorapg grrru atau bebas terbang di antara profesi non keguruan? Jawabannya harnpir pasti bahwa
predikat guru akan diarnbilnya pada pilihan kedua, ketiga dan seterusnya. Pilihan pertama masih
dijatuhkan pada profesi non keguruan yang dianggap lebih menjanjikan masa depan. Penanaman
karakter keguruau belurn tertaucap mendalam di sanubari para mahasiswa yang kelak diharapkan
nrepjadi guru di nrasa depan. Tanggung jawab pendidikan di masa depan belum menjadi bagian
tugas yapg hargs diernbantlya. Melihat kondisi den-rikian, tentu terbayang seperti apa guru yang
akan datang itu?
Seminar Nasional S[If, llemtran0un Ban0sa 18 - l9 Juni
Universitas Pendiflilran Inilonesia , Banf,mg 2012
Apa yang harus kita lakukan dalam pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
agar lembaga ini mampu menghasilkan tenaga guru yang handal, efektif dan bermutu sesuai
dengan tuntutan perkembangan di masyarakat? Untuk menjawab hal ini dapat diuraikan beberapa
upaya sebagai berikut:
Lembaga pendidikan keguruan yang selama ini konsisten pada pendidikan calon guru harus tetap
dipertahankan, karena melalui misi utama sebagai penghasil tenaga pendidik akan terus
berkelanjutan. Fakta di lapangan telah membuktikan bahwa perubahan IIilP menjadi universitas
hanya akan mengaburkan cita-cita awal sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik. Sistem
pendidikan yang ada di LPTK hanya perlu ditambah dengan sentuhan teknologi dan modernisasi.
Dengan konsisten pada sistem yang ada pada LPTK ini maka pembentukan mental keguruan akan
teftauaul dalarn sanubari mahasiswa sejak arval masa perkuliahan. Dengan demikian pula bahwa
pembentukan LPTK sebagai lembaga yang dipercaya menjadi penghasil tenaga pendidik tidak
dianggap sebagai 'kecelakaan' sejarah yang kemudian harus dikonversi seluruhnya menjadi
universitas.
Kini yang diperlukan jusrru rneningkatkan mutu LPTK dengan pengaCaan fasilitas modern
Lembaga pendidikan keguruan tidak ciapat berdiri sendiri dalam mencetak calon-calon guru, tapi
LPTK harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik itu masyarakat pengguna jasa pendidikan
LPTK, hingga pemerintah. Kolaborasi yang dibangun selama ini terbatas hanya pada kelompok-
kelompok supporting dana utamanya dari pemerintah. Namun sebenarnya bila digali lebih dalam
lagi, supporting dana dapat diambil dari berbagai sumber, sebagaimana yang terjadi di negeri
tetangga bahrva regulasi di sana memungkinkan perusahaan srvasta membangun fasilitas gedung
perkuliahan dl sebuah kanrpus dari dana pajaknya. Berarti pula bahw'a perusahaan sr.vasta tersebut
dapat mengalihkan dana pajak yang seharusnya dibayar langsung ke pemerintah sekaligus puia
$eminar Nasional Sllf, tlemtrangun Bangsa 18 - 19 Juni
Universilas Pendidikan Indonesia, Bandun0 2012
merebut pasar potensial di kalangan generasi muda. Kini sudah wakhrnya regulasi di negeri kita
memungkinkan hal itu dapat terjadi.
Bentuk kerjasama lain yang urgent untuk dilaksanakan adalah tnempererat LPTK dengan sekolah-
sekolah pengguna lulusannya. Selama ini terjadi jarak yang cukup menganga antara LPTK dengan
sekolah-sekolah. Sebagai bukti baliwa lulusan LPTK 1,ang rnasuk ke dunia kerja para guru di
sekolah, ternyata perlu banyak waktu lagi untuk menguasai teknik-teknik pengajaran di kelas, perlu
banyak waktu untuk menguasai pengembangan kurikulum persekolahan. Idealnya adalah LPTK
yang ada terintegrasi dengan sekolah-sekolah di bawahnya sebagai laboratorium praktik dan
pengembangan riset persekolahan.
Fakta menyebutkan bahwa negara yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional selalu
lebih baik dalam pembangunan nasionalnya. Malaysia, Korea sebagai bukti negeri yang kini patut
diperhitungkan dalam kancah pergaulan dunia karena kesuksesan pembangunan nasionalnya.
Mereka menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional dengan porsi anggaran pembangunan
cukup signifikan. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik, kedua negeri itu dapat melepaskan
diri dari krisis 1,ang melanda di taliun l99T-1998. Dapat dilihat bahwa prioritas pembangunan
nasional kedua negara tersebut dapat memperkuat ketahanan ekonomi bangsa, sehingga dalam
beberapa tahun setelah krisis ekonomi mereka bangkit kembali dan setara dengan bangsa-bangsa
lain.
o% untuk porsi
Negara kita telah menuliskan dalam Undang-Undang Dasar-nya anggaran 20
Pendidikan sebagai prioritas nasional, namun implementasi di lapangan belum direalisasikan
Berkaitan dengan porsi anggaran pendidikan di atas, maka tata kelola pendidikan LPTK dapat
dimodernisasi. Pengajaran di kelas yang konvensional sebagaimana nampak pada Pendidikan
Tinggi Kegurualr kita sekarang ini harus diubal'. sedernikian rupa menjadi lebih modern.
Pegdidikan Tinggi non Keguruan seperti UI, iTB, IPB, UGM, dan Brawijaya sudah berbenah sejak
lama sehingga pamornya jauh berada di papan atas perguruan tinggi negeri kita. Tidak ada
salahnya beberapa hal yang baik dari mereka diambil untuk peningkatan kualitas LPTK, walaupuu
tetap pada koridor LPTK (ex Institut Keguruan dan llmu Pendidikan) sebagai pencetak para guru.
Seminar Nasional SMf, llemDan0un Ban0sa 18 - '19 Juni
Universilas penf,idikan Indonesia , Banf,unE 2012
KESIMPULAN
Konsistensi mempertahankan LPTK (ex IKIP) dengan memberikan bantuan finansial yang lebih
baik cenderung lebih meningkatkan harga diri perguruan tinggi pencetak guru ini dan berimbas
pada peningkatan kualitas lembaga, output dan outcomenya.
Mungkin suatu saat nanti bila sudah terbangun kesadaran bersama untuk menjadikan Pendidikan
sebagai prioritas pembangunan yang salah satu sasarannya adalah peningkatan mutu LPTK sebagai
pencetak guru-guru di masa depan, maka bangsa ini akan menjadi lebih cerdas dan dihormati
bangsa lain.
Pengalaman pengelolaan Perguruan Tinggi papan atas itu diadopsi sesuai dengan misi perguruan
tinggi pencetak guru dengan mengembangkan kultur kualitas dan competitiveness civitas
academica. Kultur kualitas yang dikembangkan akan menjadi salah satu potensi daya dorong warga
perguruan tinggi keguruan untuk mengikuti kompetisi di dalam pasar pendidikan. Guru-guru yang
akan dihasilkan kelak terbiasa dengan iklim kompetisi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik di
satu sisi. Sedang di sisi lain guru-guru tersebut memiliki komitmen yang kuat sebagai guru-gum
bangsa pencetak generasi berikutnya yang lebih berkualitas.
Seminar Nasional Sllf, Hemban0un Ban0sa l8 - 19 Juni
Universilas pendif,ilian Inflonesia - Bandung 2012
DAFTAR PUSTAKA
Jarvis, Peter. Professional education. London: Croom Helm Ltd. 1983'
M. Usman, Menjadi Guru Profesional,Batdung : Remaja Persada Karya, 1995
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997 .
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Pratek Profesional. Bandung:
Angkasa 1991
lru RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.