Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DENGAN KASUS HARGA DIRI RENDAH

Disusun oleh :

1. Dwi damayanti 14401.16.17010


2. Oktaviana Hidayatis A 14401.16.17030
3. Puji Affan Dwi M 14401.16.17031
4. Siti Qorina Maghfiroh 14401.16.17036
5. Maimunah 14401.16.17047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena tuntunan atau kebutuhan hidup yang semakin meningkat
seperti pemenuhan kebutuhan ekonomi sandang, pangan, papan, pemenuhan
rasa sayang, rasa aman dan aktualisasi diri dapat mengakibatkan tingginya
tingkat stress dikakalangan masyarakat juga individu kurang atau tidak
mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi
maka individu mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun mental.
Akibat-akibat stress terhadap seseorang bermacam-macam dan hal ini
tergantung pola kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar
kecilnya toleransi seseorang terhadap stress, tetapi meskipun demikian
flesibelitas dan adaptasibilitas juga diperlukan agar seseorang dapat
menghadapi setresnya dengan baik. (Rusmun,2006).
Masalah gangguan konsep diri, harga diri rendah aklan memberikan
dampak negative pada klien diantaranya klien akan mereka malu, minder akan
keadaan dirinya dan cenderung menarik diri dari kehidupan social.
Dengan adanya krisis multi dimensi, gaya hidup dan persaingan hidup
yang berat banyak individu yang tidak mampu bertahan sehingga
menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan fisik maupun mental
yang berat. Maka dari itu dengan banyaknya prevelensi orang yang terkena
gangguan jiwa khusunya harga diri rendah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
b. Apa yang menjadi penyebab terjadinya harga diri rendah?
c. Bagaimanakah cara menangani pasien dengan kasus harga diri rendah?

2
1.3 Tujuan
1. Tujuan khusus
Tujuan utama dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah Keperawatan jiwa
2. Tujuan umum
Menerapkan teori dan lebih menekankan dalam mempraktekan
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, tindakan
dan evaluasi
3. Dapat mengetahui cara merawat klien dengan isolasi sosial

1.4 Manfaat
Dapat menambahkan pengetahuan tentang ruang lingkup dan asuha
keperawatan harga diri rendah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HDR ( Harga Diri Rendah )


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)

Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa


seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat BA,2006)

2.2 Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri


seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan
harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi
sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.

4
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
(Stuart & Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.(Townsend,2008).

2.3 Tanda dan gejala.


1. Data subjektif:
a. Perasaan tidak mampu
b. Rasa bersalah
c. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
d. Sikap negative pada diri sendiri
e. Sikap pesimis pada kehidupan
f. Keluhan sakit fisik
g. Pandangan hidup yang terpolarisasi
h. Menolak kemampuan diri sendiri

5
i. Mengungkapkan kegagalan diri sendiri
j. Ketidakmampuan menetukan tujuan

2. Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Mengukur diri sendiri dan orang lain
c. Destruktif pada orang lain
d. Destruktif terhadap diri sendiri
e. Menolak diri secara sosial
f. Penyalahgunaan obat
g. Menarik diri dan realistis
h. Khawatir
i. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
j. Menunujukkan tanda depresi (susah tidur dan tidak nafsu makan)

2.4 Akibat HDR


Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini
menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan
berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.( DEPKES,2003)

6
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. MMPI ( Multiphasie Personality Inventory)
Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran atau profil
kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk mengetahui potensi atau
bakat yang ada pada seseorang dengan menggunakan sebuah buku yang
berisi pertanyaan, lembar jawaban, dan isi serta satu lembar hasil tes.
2. EEG (electro enchefatograf)
Yaitu pemerikasaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan
mental organic, kejang dan gangguan tidur.
3. CT ( computer tomography) dan MRI (magnetic resonance imaging)
Yaitu gambaran yang dapat menunjukkan struktur otak serta
menggambarkan penggunaan volume otak.

2.6 Penatalaksanaan
1. Psikofarmako
a. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan
menilai realistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku aneh
Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis berat,
psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna
2. Psikoterapi
a. Terapi okupasi/ rehabilitasi

7
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa
kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress dan
mengenal masalah dan perlibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan
maksud untuk
3. Manipulasi lingkungan
a. Bersikap menerima psien dan negatifismenya
b. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di ruangan
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan
tanggungjawabnya sendiri. Misalnya, menata tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan minum obat.
d. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan
secara mandiri

2.7 Masalah Keperawatan


1. Harga diri rendah kroni
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5. Resiko tiinggi perilaku kekerasan

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Askep Secara Teori


3.1.1 Pengkajian.
1. Isolasi sosial : menarik diri
Ds : Klien mengatakan lebih baik sendiri
Do : a. Klien terlihat lebih sering menyendiri
b. Klien terlihat melamun
2. Harga diri rendah
Ds : a. Klien mengatakan gagal dalam mencapai cita-citanya
b. Klien mengatakan malu karena tubuhnya gemuk
Do : a. Klien selalu gagal dalam mencapi cita-citanya
b. Klien mersa citra tubuh kurang ideal

3. Berduka disfungsional
Ds :Klien mengatakan sedih karena bercerai dengan suaminya
Do :
a. Klien terlihat sedih
b. Klien terlihat melamun

3.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. gangguan konsep diri b/d koping individu tidak efektif
2. isolasi social: menarik diri b/d harga diri rendah

3.1.3 Intervensi Keperawatan


1. Gangguan konsep diri b/d koping individu tidak efektif
Tujuan Umum : Klien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubngan saling percaya
Intervensi
a. Sapa klien dengan ramah dan nama panggilan yang disukai klien
b. Perkenalkan diri dengan sopan

9
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Beri perhatian kepada klien dan perjhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
Intervensi
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Hindarkan pemberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c. Untuk memberi pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
intervensi
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
intervensi
a. Rencanakan bersama aktivitas klien yang dapat dilakukan setiap
hari
b. Tingkatkan kegiatna sesuai kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
intervensi
a. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
b. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d. Diskusikan kemungkinan pelaksaan kegiatan setelah pulang
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
intervensi
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah

10
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirumah
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
2. isolasi social: menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan Umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi:
a. Beri salam setiap interaksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janjji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
a. Tanyakan pada klien tentang:
- Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien
- Orang yang paling dekat dengan klien di rumah atau di ruang
perawatan
- Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
- Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah atau di ruang
perawatan
- Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
- Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
1. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social
dan kerugianmenarik diri

11
a. Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan social dan
kerugian menarik diri
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan social
dan kerugian menarik diri
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
2. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
a. Observasi perilaku klien saat berhubungan social
b. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan perawat lain, klien lain dan kelompok.
c. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
d. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
e. Beti motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
f. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
3. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan
social
a. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah
berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok
b. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan
sosial
a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku menarik diri
c. Jelaskan pada keluarga tentang:
- Pengertian menarik diri
- Tanda dan gejala menarik diri

12
- Penyebab dan akibat menarik diri
- Cara merawat kllien menarik diri
d. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
e. Tanyakan perasaan keluarga setalah mencoba cara yang
dilatihkan
f. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk
bersosialisasi
g. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosisi, cara, efek terapi dan efek
samping penggunaan obat
b. Pantau klien saat penggunaan obat
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultsi dengan
dokter
e. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

13
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)


A. Kondisi Klien
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas
menurun, cemas dan takut
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-
apa, mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/
seseorang
B. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan
dengan Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya………
Saya Mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal, Saya sedang
praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00

14
WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Mas siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita
nilai ,kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang
tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Kerja
“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci
piring ……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu
bantal dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai
dari atas ya bagus! Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu

15
sebelah pinggir masukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan
letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut ,nah letakkan
sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa
melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .

3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? yach?, Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas praktekkan
dengan baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa
melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita
akan latihan mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis
makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

16
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Kondisi
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah
C. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki yang lain (yang belum dilakukan)
D. Tindakan Keperawatan.
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah
sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi :
“assalammua ‘laikum, Mas… masih ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan Mas pagi ini ? Wah tampak gembira”
“ Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin
tadi pagi ? Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa
kegiatan itu Mas “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur
ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”

2. Kerja :
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapanya, yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Mas bisa
mneggunakan air yang mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa – makanan.

17
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto,
lalu buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat
sampah, kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan
sabut tepes yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai
disabuni bilas dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa
sabun sedikitpun di piring tersebut, setelah itu Mas bisa
mengkeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik,
sekarang dilap tanganya
3. Terminasi :
“bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi
kegiatan sehari – hari Mas. mau berapa kali Mas mencuci piring ?
bagus sekali Mas mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya
benar kita akan latihan mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum

CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan
yang dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
4.2 Saran
1. Klien
- Libatkan klien dalam aktivitas positif
- Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
- Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
- Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
3. Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement

19
DAFTAR ISI

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta : Nuhamedika.

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for


Care Plan Construction. jakarta: EGC.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.


Jakarta: CV.Trans Info Media

20

Anda mungkin juga menyukai