Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang

masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara

berkembang. Saat ini penyakit TB paru masih sebagai salah satu prioritas

pemberantasan penyakit menular. Perhitungan World Health Organization

(WHO) menunjukkan bahwa saat ini ditemukan 8 sampai 10 juta kasus baru

diseluruh dunia dan dari jumlah kasus tersebut 3 juta mengalami kematian

pertahunnya, ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil

disembuhkan, terutama pada penderita menular (Erawatyningsih, Purwanta, &

Subekti, 2009).

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah

kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat (seperti pada negara yang

sedang berkembang), kegagalan program TB, perubahan demogarfik karena

meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan,

serta dampak dari penyakit HIV. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan

risiko kejadian TB secara signifikan. Resistensi ganda kuman TB terhadap

obat anti TB (multi drug resistance = MDR) juga semakin menjadi masalah

akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada

akhirnya menyebabkan epidemi TB yang sulit ditangani (Kemenkes RI,

2011).

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang terbesar di dunia ini. Berdasarkan Global Report TB WHO


tahun 2011, prevalensi TB diperkirakan sebesar 289 per 100.000 penduduk,

insidensi TB sebesar 189 per 100.000 penduduk, dan angka kematian sebesar

27 per 100.000 penduduk. Saat ini di negara maju diper- kirakan setiap

tahunnya 10–20 kasus baru setiap 100.000 penduduk dengan kematian 1–5 per

100.000 penduduk sedang di negara berkembang angkanya masih tinggi. Asia

Tenggara telah muncul 3,1 juta penderita baru TB dan terjadi lebih dari 1 juta

kematian akibat penyakit ini (WHO, 2011) dalam (Welembuntu & Surudani,

2015).

Pada tahun 2009, WHO menetapkan Asia Tenggara sebagai daerah

dengan kasus TB paru tertinggi yaitu 35 % dari insidensi global. Indonesia

adalah negara dengan prevalensi infeksi TB ketiga tertinggi di dunia setelah

Cina dan India. Estimasi Insidensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah

430.000 kasus dengan mortalitas sebesar 61.000 (Karim, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Timur angka penemuan kasus dan kesembuhan masih dibawah

target nasional. Dimana pada tahun 2011 jumlah penemuan kasus TB Paru

dengan BTA (+) sebanayak 4.173 kasus (41,5%), dan meningkat pada tahun

2012 dengan jumlah penemuan kasus TB Paru dengan BTA (+) sebanyak

4.296 kasus. Angka kesembuhan tahun 2011 yaitu 719 kasus (81,1%) dari

886 kasus yang diobati pada tahun dan pada tahun 2012 yaitu 2.806 (70,8%)

dari 3.961 kasus yang diobati (Profil Kesehatan NTT, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Sumba Timur angka penemuan kasus dan kesembuhan masih mengalami

fluktasi. Dimana pada tahun 2015 jumlah penemuan kasus TB Paru dengan
BTA (+) sebanyak 656 kasus, dan pada tahun 2016 mengalami penurunan

dengan jumlah penemuan kasus TB Paru dengan BTA (+) sebanyak 283

kasus, sedangkan pada tahun 2017 menurun lagi menjadi 226 kasus. Angka

kesembuhan tahun 2015 berjumlah 474, dan pada tahun 2016 berjumlah 223,

sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 181. Di Puskesmas Waingapu pada

tahun 2015 jumlah penemuan kasus TB Paru dengan BTA (+) sebanyak 38

kasus, dan meningkat pada tahun 2016 dengan jumlah penemuan kasus TB

Paru BTA (+) sebanyak 56 kasus, sedangkan pada tahun 2017 menurun

menjadi 40 kasus. Angka kesembuhan tahun 2015 yaitu sebanyak 26 dan pada

tahun 2016 yaitu (100%) sembuh dengan jumlah 56 dari 56 kasus yang

diobati, sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 37 orang dari 40 kasus.

Keberhasilan pengobatan penderita TB paru dipengaruhi beberapa

faktor yang meliputi faktor medis dan non-medis. Faktor medis meliputi:

keluhan pertama sebelum pengobatan, penyakit penyerta, efek samping dan

retensi obat, sedangkan faktor nonmedis meliputi: umur, jenis pekerjaan,

Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), sikap petugas kesehatan, kemudahan

jangkauan berobat, PMO dan keteraturan minum obat (Erawatyningsih et al.,

2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan meneliti lebih lanjut

masalah tersebut dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Pengobatan

Penderita TB Paru Di Puskesmas Waingapu”


1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan pengobatan penderita TB paru di


puskesmas waingapu.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui gambaran pengetahuan pengobatan penderita TB paru
di puskesmas waingapu
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi gambaran pengetahuan pengobatan penderita TB

paru di puskesmas waingapu

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis


Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya

pendidikan keperawatan, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam

bersikap dan berperilaku.

1.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan


1) Bagi masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga

pendidikan yang ada, masuk pendidik yang didalamnya, dan penentu

kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.

2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan

pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sebagai solusi

terhadap permasalahan pendidikan yang ada.


1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan
1) Menambah ilmu pengetahuan tentang nilai pendidikan yang terkandung

dalam studi deskriptif gambaran pengetahuan pengobatan penderita tb

paru di puskesmas waingapu

2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan.

1.4.4 Bagi Peneliti Berikutnya


1) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau di kembangkan lebih

lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

1.4.5 Bagi Peneliti


Penelitian ini memberikan informasi dalam rangka pengembangan ilmu

resiko kekambuhan penderita TB Paru di puskesmas waingapu. Disamping

itu untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan penelitian lebih

lanjut untuk memahami gambaran pengetahuan pengobatan penderita tb

paru di puskesmas waingapu.


DAFTAR PUSTAKA

Erawatyningsih, E., Purwanta, & Subekti, H. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ketidakpatuhan Berobat pada Penderita Tuberkulosis Paru. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderita Tuberkulosis Paru, 25(3), 117–

124. https://doi.org/10.22146/bkm.3558

Karim, K. (2013). Hubungan Manifestasi Klinis dan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks dalam

Mendiagnosa TB di RSU Kota Tanggerang Selatan pada Tahun 2013. 1.

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkolusis 2011-2014. 92.

Welembuntu, M., & Surudani, C. (2015). P3M POLNUSTAR di Puskesmas Tona , Kecamatan

Tahuna Timur P3M POLNUSTAR P3M POLNUSTAR P3M POLNUSTAR. 1, 30–32.

Anda mungkin juga menyukai