PENDAHULUAN
Sekitar 75% dari luas wilayah Indonesia adalah berupa lautan. Salah satu
adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km.
Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah
interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat
dangkal dan daerah intertidal yaitu daerah batas antara darat dan laut dimana
pengaruh pasang surut masih terjadi. Hutan mangrove atau disebut juga hutan
bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak
pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh
sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu. Ekosistem wilayah itu memiliki arti strategis karena
memiliki potensi kekayaan hayati baik dari segi biologi, ekonomi, bahkan
pariwisata.
perairan pantai khususnya wilayah bakau guna mengetahui lebih dalam tentang
wilayah bakau yang dapat bermanfaat bagi mahasiswa perikanan khususnya dan
TINJAUAN PUSTAKA
hidupnya. Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan
terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan
perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang
ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Pantai dipengaruhi oleh siklus
harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi
struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai
hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis
ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput
herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil
surut, hutan mangrove atau yang sering disebut hutan bakau merupakan sebagian
wilayah ekosistem pantai yang mempunyai karakter unik dan khas dan memiliki
potensi kekayaan hayati. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri
atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat
intertidal, daerah tergenang air laut secara berkala atau setiap hari, menerima
pasokan air tawar yang cukup dari darat, terlindung dari gelombang besar dan
arus pasang surut yang kuat, dan salinitas air payau (0.5o/oo – 30o/oo), banyak
ditemukan di pantai – pantai yang teluk dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai
yang terlindung. Zona atau pembagian zona sepanjang hutan bakau tidak hanya
penting untuk memperluas pantai, tetapi juga melindungi pantai dari pengikisan
yang ditimbulkan ole gelombang air laut. Zonasi dibagi berdasarkan jenis bakau
yang terdapat pada lingkungan mangrove seperti jenis bakau Rhizophora spp.
bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur,
bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar
atau zona pionir ini. Dibagian lebih ke dalam yang masih tergenang pasang tinggi
(Bruguiera spp.). Hutan mangrove terdiri dari hutan bakau, api – api, pedada, dan
2.3.1.1 Suhu
Menurut Nybakken (1988), salah satu faktor yang sangat penting dalam
maupun tidak langsung. Menurut Effendi (2003), bahwa kisaran temperatur secara
umum di perairan adalah 20 0C–30 0C. Jadi berdasarkan suhu, perairan pantai
2.3.1.2 Kekeruhan
dipengaruhi oleh musim. Pada waktu musim penghujan kandungan lumpur relatif
lebih tinggi karena besaran laju erosi yang terjadi, sedangkan pada musim
kemarau tingkat kekeruhan air dipengaruhi oleh laju aliran air yang terbatas
sebaliknya.
2.3.1.3 Kecerahan
dalam air dan dinyatakan dengan (0/00), dari beberapa panjang gelombang di
daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter, jatuh
agak lurus pada permukaan air. Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm, tidak
menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan pada musim kemarau adalah 40-
85 cm dan pada musim hujan antara 60-80 cm. Kecerahan air di bawah 100 cm
secara vertikal dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu zona Eupotik, zona disfotik dan
zona afotik. Jadi berdasarkan kecerahan, perairan pantai Bentar memiliki tingkat
kecerahan buruk.
Menurut Sahri et al. (2000) dalam Suparta (2013), Substrat dasar yang
berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat
pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air,
sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air. Kandungan bahan
perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir lumpur dan tanah liat
2.3.1.5 Arus
aliran deras tetapi dasar yang keras, terutama bila terdiri dari batu, dapat
menyediakan perubahan yang cocok untuk organisme (flora & fauna) untuk
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut
yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide),
pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid
earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal.
dari ion hidrogen bebas. Nilai pH dapat menentukan adanya organisme yang
berada dalam perairan. Ada organisme yang dapat hidup perairan netral dengan
pH 7 dan adapula yang tidak. Bila ada hewan yang tidak dapat hidup pada
ke dalam suatu perairan. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa
tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di
dalam air. Jadi berdasarkan tingkat keasamannya, perairan pantai Bentar memiliki
biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti pergerakan
air dan suhu. Di permukaan air konsentrasi oksigen rendah, di kedalaman tertentu
empat yaitu tidak tercemar (>6,5 ppm), tercemar ringan (4,5-6,5 ppm), tercemar
2.3.2.3 Karbondioksida
hemoglobin.
2.3.2.4 Salinitas
karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh
klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida. Salinitas dinyatakan dalam
satuan g/kg atau promil (%). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari
5%. Perairan payau antara 0,50%-30%, dan perairan laut 30%-40%. Pada perairan
pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air tawar di sungai.
gram per kilogram (ppt) atau promil (ppm). Nilai salinitas untuk perairan tawar
biasanya berkisar antara 0-0,05 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Umumnya salinitas air laut relatif stabil kecuali pada muara-muara sungai dimana
tempat pertemuan air tawar dan air laut. Jadi berdasarkan salinitas, perairan
2.3.3.1 Plankton
Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air
2.3.3.2 Benthos
bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas
2.3.3.3 Nekton
yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar maupun air
2.3.3.4 Neuston
permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang
2.3.3.5 Perifiton
oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop.
Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek
METODOLOGI
mangrove dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 November 2014 Pukul 09.30 WIB -
Jawa Timur.
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
5) Teskit nitrit
3.3 Cara Kerja
(𝐷1 + 𝐷2 )
k=
2
𝑠
V=
𝑡
1
7) Mengukur kandungan nitrit dengan mereaksikan 5 ml air sampel dengan
2) Mengambil sampel air dari plot dan memasukkannya ke botol film untuk
pengamatan plankton.
2
BAB IV
Suhu 27 ℃ 27 ℃ 29 ℃
Kekeruhan - - -
Kecerahan 3 cm 2 cm 1,5 cm
Padang surut - - -
pH 7 7 7
CO2 - - -
3
4.1.3 Parameter Biologi
Plankton - - -
Nekton Udang - -
Neuston - - -
Perifiton - - -
4
4.2 Pembahasan
4.2.1.1 Suhu
Bentar mempunyai suhu rata-rata 27,5 ℃. Menurut Nybakken (1988), salah satu
faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
4.2.1.2 Kekeruhan
kekeruhan. Hal ini disebabkan oleh TD Scan yang tidak berfungsi akibat salinitas
yang terlalu tinggi. Menurut Sandy (1985), muatan padatan tersuspensi dan
kandungan lumpur relatif lebih tinggi karena besaran laju erosi yang terjadi,
sedangkan pada musim kemarau tingkat kekeruhan air dipengaruhi oleh laju
aliran air yang terbatas menoreh hasil-hasil endapan. Menurut Ghufran dan Andi
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan
5
maka semakin rendah kekeruhan dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan
4.2.1.3 Kecerahan
Bentar mempunyai kecerahan rata-rata 2,1 cm. Menurut Akrimi dan Subroto
(2002) dalam Priscilla (2013) menyatakan bahwa kecerahan air berkisar antara
40-85 cm, tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Kecerahan pada musim
kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80 cm, kecerahan air
eupotik, zona disfotik dan zona afotik. Menurut Ghufran dan Andi (2007),
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikrooganisme lainnya. Jadi
substrat berupa lumpur. Menurut Sahri et al. (2000) dalam Suparta (2013),
substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik
dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah
sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh
arus air. Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan
lumpur dan tanah liat. Jadi berdasarkan substratnya, perairan pantai Bentar
6
memiliki substrat yang kurang baik bagi hewan untuk menempel. Menurut
Wijayanti (1999), bakau tumbuh di atas substrat lumpur atau pasir berlumpur. Jadi
4.2.1.5 Arus
Bentar mempunyai arus rata-rata 4,7 m/s. Menurut Odum (1971), arus merupakan
faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras, terutama bila
terdiri dari batu, dapat menyediakan perubahan yang cocok untuk organisme
pasang surut. Hal ini disebabkan oleh transek tidak berada pada daerah pasang
surut. Menurut Menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-
syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat
bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya
7
4.2.2.2 Oksigen Terlarut
yaitu tidak tercemar (>6,5 ppm), tercemar ringan (4,5-6,5 ppm), tercemar sedang
(2,0-4,4 ppm) dan tercemar berat (<2,0 ppm). Jadi berdasarkan kadar oksigen
terlarutnya, perairan pantai Bentar memiliki kondisi tercemar ringan. Hal tersebut
4.2.2.3 Karbondioksida
kadar karbondioksida terlarut. Hal tersebut dikarenakan sampel yang telah diambil
dari lokasi hilang. Menurut Ghufran dan Andi (2007), Perairan alami pada
4.2.2.4 Salinitas
Bentar mempunyai salinitas rata-rata 30 ppm. Menurut Wahida (2013), air laut
mempunyai kadar salinitas > 30 o/oo . Umumnya salinitas air laut relatif stabil
kecuali pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air laut.
8
4.2.2.5 Nitrat
Bentar mempunyai kadar nitrat terlarut sebesar 25 mg/l. Menurut Franz (2013),
nitrat berasal dari oksidasi amonium secara sempurna yang dilakukan oleh bakteri
nitrifikasi yang bersifat autotrof. Nitrat tersebut sangat bermanfaat sebagai unsur
hara yang dibutuhkan oleh alga namun jika berlebihan akan mengakibatkan
blooming alga. Hasil pengukuran kandungan nitrat yang terlalu tinggi di pantai
4.2.2.6 Nitrit
Bentar mempunyai kadar nitrit terlarut sebesar 0,05 mg/l. Menurut Franz (2013),
nitrit merupakan produk intermediet antara amonium dan nitrat dimana nitrit
Kandungan nitrit dalam air biasanya lebih kecil dari 8 ppm. Berdasarkan
4.2.2.7 Fosfat
Bentar mempunyai kadar fosfat terlarut sebesar 0,25 mg/l. Menurut Effendi
yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total
memiliki kadar fosfat 0.021 – 0.05 mg/liter; dan perairan dengan tingkat
kesuburan tinggi, memiliki kadar fosfat total 0.051 – 0.1 mg/liter. Berdasarkan
9
kesuburan sangat tinggi. Kadar fosfat yang tinggi tersebut mungkin diakibatkan
oleh material yang dihasilkan dari aktivitas pariwisata di pantai Bentar semisal
4.2.3.1 Plankton
mangrove merupakan tempat yang ideal bagi fitoplankton dan larva-larva biota
laut untuk hadir dan mengawali kehidupan, karena tersedianya tempat dan pakan
yang memadai. Umumnya biota-biota yang ada di daerah terseut adalah larva ikan
yang masih planktonik yang sangat tergantung arus untuk datang dan pergi ke
dalam sampel air pantai Bentar akibat kesalahan prosedur. Sampel mungkin
terlalu lama disimpan atau juga konsentrasi lugol yang dipakai tak sesuai.
4.2.3.2 Benthos
(1971), bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar
penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput ). Hewan bentos
10
perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. Jadi berdasarkan jumlah
benthos yang ditemukan, perairan pantai Bentar punya bentos yang beragam.
4.2.3.3 Nekton
aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di
ekosistem air tawar maupun air laut, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan
merupakan organisme yang dapat bergerak dan berenang dengan kemauan sendiri.
Dikarenakan pada saat praktikum kondisi air sedang surut, nekton berupa ikan
4.2.3.4 Neuston
mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air. Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan
pada saat praktikum kondisi air sedang surut, neuston tidak dapat ditemukan
4.2.3.5 Perifiton
pun perifiton. Menurut Odum (1971), perifiton merupakan hewan yang ukurannya
sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata
11
tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi
batas antara daratan dan perairan laut Pantai letaknya berbatasan dengan
ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Pantai dipengaruhi oleh
siklus harian pasang surut laut. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis
ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai.
komunitas didaerah pasang surut, hutan mangrove atau yang sering disebut
fisika yang meliputi suhu, kecerahan, substrat atau sedimen, pasang surut
13
parameter kimia kondisinya normal, tetapi jika ditinjau dari parameter
5.2 Saran
14
Daftar Pustaka
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
10 November 2014
Ghufran H. Kordik, M dan Andi Baso Tanang. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
Wahida. Nurul 2013. Mengidetifikasi Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia.
15
Wijayanti, Tri. 1999. Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan.
16