Anda di halaman 1dari 9

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PASIEN DAN DOKTER

(STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PASIEN DAN


DOKTER DI POLIKLINIK ORTHOPAEDI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN)

ADINDA SYAFITRI
110922012

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar pribadi Pasien dan Dokter (Studi Kasus
Komunikasi Antar pribadi Pasien dan Dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP H.
Adam Malik Medan)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana
karakteristik pasien Orthopaedi, proses hubungan komunikasi antarpribadi dan
hambatan apa saja yang dialami oleh pasien dan dokter di lingkungan Poliklinik
Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan. Metode Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan suatu
situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan,
tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini berusaha
memberikan deksripsi bagaimana teori Self Disclosure terjadi terhadap proses
hubungan komunikasi antar pribadi dan hambatan yang terjadi di Poliklinik RSUP
H. Adam Malik Medan. Penelitian ini melibatkan empat orang informan yang
merupakanpasien di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan, dan
satu informan yang merupakan Dokter Spesialis Orthopaedi di RSUP H. Adam
Malik Medan.Hasil penelitian menemukan bahwa proses hubungan komunikasi
antar pribadi di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan merupakan
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang berasal dari latar
belakang yang amat berbeda. Namun hal ini dapat diatasi dengan pendekatan,
sikap saling terbuka, rasa percaya, empati serta kesamaan.

Kata Kunci : Komunikasi Antar pribadi, Pasien dan Dokter, Orthopaedi,


Rumah Sakit.

PENDAHULUAN
Sebagai dokter tentu tidak terlepas dari proses komunikasi sehari-hari
dengan pasien. Dari sekian banyak komunikasi, maka komunikasi antar pribadi
yang dianggap paling efektif untuk menunjang kesehatan pasien. Dokter yang
selama ini dinilai sebagai penolong bagi masyarakat dituntut untuk dapat
mempunyai komunikasi yang baik dengan pasien. Rogers dalam (Arwani,
2002:15)menyatakan bahwa inti dari hubungan pertolongan adalah kehangatan,
ketulusan, pemahan yang empatik serta perhatian positif yang tidak bersyarat.
Maka sebaiknya dokter mampu menunjukkan perhatian sepenuhnya dan bertutur
kata lembut kepada pasien, sehingga dapat membantu pasien dalam mengurangi
beban penyakit dan membantu dalam proses penyembuhan.
Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi
pasien maupun dokter. Pasien yang canggung terhadap dokter atau merasa lebih
rendah dari dokter akan menciptakan komunikasi yang tidak efektif karena pasien

1
akan merasa malu untuk menceritakan keadaan sebenarnya atau tidak berani
bertanya ketika penjelasan yang diberikan oleh dokter saat berkonsultasi tidak
memuaskan. Demikian juga apabila dokter yang enggan berkomunikasi dan
menunjukkan raut wajah yang tegang dan ekspresi wajah yang marah dan tidak
ada senyum akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan merasa tidak
nyaman bahkan terancam dengan sikap dokter jika bersikap seperti diatas. Kondisi
seperti ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan
pasien.
Buku Konsil Kedokteran Indonesia yang berjudul “Komunikasi Efektif
Dokter – Pasien” tertulis bahwa di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya,
sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak
mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya
pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior),
sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan
dokter saja.
Persatuan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia (PABOI) menyebutkan,
sampai saat ini jumlah dokter spesialis Orthopaedi di Indonesia berjumlah 490
orang(http://www.indonesia-Orthopaedic.org). Di Medan, jumlah dokter spesialis
Orthopaedipada bulan Oktober 2013 berjumlah 22 orang dan tercatat 17 PPDS
(Program Pendidikan Dokter Spesialis) Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi FK
USU Medan yang sedang menjalani pendidikan di RSUP H. Adam Malik
Medan.Jumlah dokter Spesialis Orthopaedi tak sebanding dengan banyaknya
jumlah pasien yang dilayani setiap harinya di Poliklinik Orthopaedi.
Hal inilah yang membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang
Komunikasi antar pribadiantara Pasien dan Dokter Spesialis Orthopaedidi
Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.Selain itu, banyaknya jumlah
kunjungan pasien di RSUP H. Adam Malik Medan mengharuskan pelayanan yang
diberikan kepada pasien haruslah bersifat optimal.Salah satu diantaranya adalah
pelayanan berupa komunikasi dokter yang efektif. Selain itu, penelitian mengenai
komunikasi pasien dengan dokter di rumah sakit pusat seperti RSUP H. Adam
Malik Medan jarang dilakukan.

Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah, maka penulis merumuskan fokus masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini. Adapun fokus masalah adalah :
“bagaimana karakteristik komunikasi antar pribadi pasien dan dokter spesialis
Orthopaedidan bagaimana proses hubungan komunikasi antar pribadi dan
hambatan apa saja yang dialami oleh pasien dan dokter spesialis Orthopaedi
dilingkungan Polikliknik RSUP H. Adam Malik Medan?”

KAJIAN PUSTAKA
Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi antar pribadi(Interpersonal Communication) adalah
komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan

2
adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal
(Mulyana, 2005:73). Sementara pendapat ahli lain mengemukakan bahwa pada
hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator
dengan seorang komunikan dimana komunikasi ini dianggap paling efektif dalam
hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang karena sifatnya
yang dialogis, berupa percakapan, arus baliknya bersifat langsung (Effendy,
2000). Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikasi
dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau
negatif, berhasil atau tidak.
Cangara(2004:33)menyatakan fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi
yaitu berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga
dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan
komunikasi.
Devito (2010), faktor-faktor efektivitas komunikasi antar pribadi dimulai
dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :
1. Keterbukaan (Openness)
2. Empati (empathy)
3. Sikap mendukung (supportiveness)
4. Sikap positif (positiveness)
5. Kesetaraan (Equality)

Teori Self Disclosure


Dalam komunikasi antar pribadi tidak terlepas dari teori self disclosureatau
pembukaan diri adalah suatu proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna untuk
memahami tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti
membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah
dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian
yang baru saja kita saksikan. Informasi pribadi kita kepada orang lain atau
sebaliknya disebut dengan self disclosure (Rakhmat, 2004).

Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter – Pasien


Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasi yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered
communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam
usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication
style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang
penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini
termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang
menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
-

3
Langkah-langkah dalam Komunikasi Dokter– Pasien
Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi dokter–pasien
yang baik dan benar dikenal adanya GATHER, singkatan dari Greet-Ask-Tell-
Help-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut:
- Greet (memberi salam)
- Ask (bertanya)
- Tell (memberi informasi)
- Help (memberi bantuan)
- Explain (memberi penjelasan)
- Return (kontrol kembali)

Kepuasan
Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan
kinerja sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah
membeli. Jika harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang
diterima setelah membeli maka dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan.
Sebaliknya jika harapan kinerja sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja
yang diterima setelah membeli maka kosumen mengalami kepuasan (Peter, dan
Olson dalam Usmara, 2003).
Menurut Sebayang (2004), pengertian kepuasan pasien adalah merupakan
nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, walaupun subyektif
tetapi tetap ada dasar obyektif, artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh hal
pengalaman masa lalu pendidikan, situasi phsikis waktu itu: tetap akan didasari
oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada. Tidak semata-mata menilai
buruk kalau memang tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak semata-
mata bilang baik bila memang tidak ada. Suasana yang menyenangkan yang
dialami.

Perilaku
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisms – Respon.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan
besarnya populasi atau sampling. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan
bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling
lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada persoalan kedalaman data
bukan banyaknya data. (Kriyantono, 2009:56)

Objek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, objek penelitian adalah menjelaskan apa yang
menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan

4
subjek penelitian tetapi secara konkret tergambarkan dalam fokus masalah
penelitian. Objek penelitian adalah komunikasi antar pribadi pasien dengan dokter
di ruangan Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.

Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti telah memilih beberapa pasien Rawat Jalan
Poliklinik Orthopaedi dengan jumlah kunjungan yang berbeda-beda dan dokter
spesialis Orthopaedi yang telah ditentukan oleh peneliti.

Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer.
Teknik pengumpulan data primer ini terdiri dari beberapa cara, yaitu wawancara
mendalam, dan observasi. 1) Wawancara Mendalam 2) Observasi

Teknik Analisis Data


Karena penelitian yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data
pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus.
Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada
rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian
(Bungin, 2008:255).Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data
kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan
model Miles dan Huberman, yang sering disebut dengan metode analisis data
interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga,
yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.
1) Reduksi Data
2) Display Data (Penyajian Data)
3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi langsung serta
komunikasi tatap muka (face to face communication) melalui
wawancaramendalam antara peneliti dengan pasien dan dokter spesialis
Orthopaedi di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan.Observasi
dilakukan dalam pertemuan Oportunity Preview (OP) sebanyak dua kali,
Producere Meeting (PM) satu kali dan Vision Seminar (VS) sebanyak satu
kali.Peneliti memperhatikan pertemuan dari awal hingga akhir dan mengambil
hasil pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian.
Setelah observasi maka peneliti melakukan wawancara, ketika wawancara
berlangsung, peneliti menggunakan alat bantu perekam agar setiap kata yang
disampaikan oleh informan dapat didengar dan dianalisa dengan baik. Disamping

5
itu peneliti juga mempersiapkan buku catatan untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi ketika proses pengumpulan data dilakukan.
Penelitian dilakukan dengan mewawancara secara mendalam (indepth
interview) para informan yang diperoleh melalui teknik snowball sampling. Para
informan dalam penelitian ini merupakan pasien dan dokter spesialis
Orthopaedi.Mereka terdiri dari 1 dokter spesialisOrthopaedi dan 4 orang pasien
poli Orthopaedi RSUP H. Adam Malik Medan yang berasal dari berbagai daerah.

Teknik Pengolahan Data


Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari informan, maka peneliti
melakukan proses pengolahan data dari hasil wawancara dan diskusi yang telah
dilakukan peneliti dengan informan. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil
wawancara terhadap informan penelitian serta hasil observasi.Kemudian peneliti
menguraikan jawaban-jawaban informan berdasarkan penuturan informan yang
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pembahasan
Proses Komunikasi Antar pribadiPasien dan Dokter
Dalam teori komunikasi, proses komunikasi dalam komunikasi antar
pribadi yang efektif melalui tiga tahap yakni :
1. Saling pengertian
Rasa saling pengertian antara dokter dan pasien dimulai dengan keduanya saling
memberi salam. Salam yang ramah biasanya dimulai dari dokter, salam yang
ramah dan terbuka dari keduanya merupakan proses awal membangun saling
pengertian dan keakraban sehingga menimbulkan rasa nyaman. Setelah saling
sapa, proses komunikasi antara keduanya dilanjutkan dengan pertanyaan kondisi
pasien.Melalui pertanyaan tersebut dokter dapat membantu pasien untuk
menyatakan keinginan dan kebutuhannya serta mengekspresikan perasaannya.
Pada tahap ini biasanya pasien akan menceritakan keluhan – keluhan yang
dialaminya. Dokter yang baik akan menunjukkan perhatian penuh pada pasiennya.
Pasien akan merasakan kenyamanan dalam menceritakan sehingga muncul rasa
pengertian bersama dalam memandang kondisi yang dialami pasien.
Saling pengertian antara keduanya sangat dibutuhkan di awal komunikasi,
dari tahap ini komunikasi antara keduanya akan memasuki tahap selanjutnya
yakni menimbulkan rasa senang antara keduanya.
Proses komunikasi pasien dan dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP
Adam Malik dimulaiketika pasien memasuki ruang pemeriksaan, dan disambut
oleh dr. Otman dengan salam sapaan hangat.
Sapaan tersebut bertujuan memberikan rasa nyaman dan rasa rasa positif
kepada pasien. Pertanyaan selanjutnya diajukan setelah dokter mempersilahkan
pasien duduk di kursi yang telah tersediadi ruang pemeriksaan, kemudian dokter
menanyakan keluhan apa saja yang dirasakan oleh pasien dan memulai melakukan
pemeriksaan pada lokasi nyeri yang dirasakan pasien, seperti kalimat berikut :
Informasi awal yang didapat tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan
penegakan diagnosa dan penentuan tindakan medis selanjutnya. Setelah dokter

6
melakukan hal tersebut, dokter meminta pasien untuk mengerjakan langkah-
langkah penyembuhan terhadap penyakit yangdiderita.
Komunikasi yang diberlakukan dokter terhadap pasien secara efektif
diatas, menandakan bahwa komunikasi yang diterapkan setidaknya telah
(harus)melalui empat tahap komunikasi, yaitu;
a. Pengumpulan fakta (fact finding)
Pada tahap ini, dokter mencoba mencari data dan fakta mengenai keluhan dan
potensi (keadaan)penyakit pasien.
1. Perencanaan langkah-langkahpenyembuhan (Planning)
2. Komunikasi dengan pasien (Communicating)
3. Evaluasi (Evaluation)
b. Memberikan Kesenangan
c. Mempengaruhi sikap
Menurut Devito, dalam proses komunikasi antar pribadi, terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efektivitas komuniaksi pasien
dan dokter di Poliklinik Orthopaedi RSUP H. Adam Malik
1. Keterbukaan (Openness).
2. Empati (Empathy)
3. Dukungan (Supportiveness)
4. Rasa positif (Positiveness)
5. Kesamaan (Equality)

Hambatan – hambatan dalam Komunikasi Antar pribadiPasien dan Dokter


Hambatan atau gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen
atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi. Pada penelitian ini peneliti juga ingin menggambarkan
hambatan-hambatan dalam komunikasi antara pasien dan dokter.
- Hambatan Teknis
Dari beberapa pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan dari pasien,
informan menggambarkan bahwa hambatan komunikasi lebih pada hambatan
teknis, misalnya jadwal kunjungan yang cepat dan waktu menunggu yang
lama ditambah birokrasi yang sulit untuk berobat ke poliklinik Orthopaedi
RS Adam Malik. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih
rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan
bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
- Pengrusakan dan Pemutusan
Dari tahap pengrusakan, maka akan biasanya akan berlanjut pada tahap
pemutusan. Dimana terjadi pemutusan ikatan dan memutuskan menghentikan
pengobatan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Latar belakang pengalaman dan pengetahuan diantara pasien dan dokter
tidak menjadi penghalang untuk dapat melakukan komunikasi antar pribadi.
2. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan 1,
2, 3, 4 dan 5 dalam penelitian ini maka peneliti menemukan temuan bahwa

7
proses komunikasi antara pasien dan dokter dimulai pada saat pasien
memasuki ruangan praktek dr. Otman dimana tahap saling pengertian
tercipta
3. Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa hambatan yang dihadapi
pasien dan dokter berbeda dalam proses komunikasi ini. Informan 1, 2, 3
dan 4 mengalami kendala teknis seperti proses birokrasi dan jadwal
pertemuan yang terbatas. Sementara informan 3 mengaku masih tertutup
kepada dokter sehingga tidak tercipta komunikasi yang efektif. Informan
lima mengaku mengalami kendala untuk memahamkan seputar penyakit
Orthopaedi kepada pasien yang masih awam dan untuk memberi
kepercayaan kepada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.

Saran
1. Pasien yang datang bertujuan mencari kesembuhan harus lebih terbuka
untuk menceritakan keluhan dan apa yang ia rasakan kepada dokter
sehingga dokter mengerti dan paham akan kondisi pasien sehingga tepat
dalam mengambil tindakan dan memberikan terapi.
2. Proses penyembuhan yang utama dilakukan oleh pasien itu sendiri. Dokter
diharapkan punya waktu lebih untuk mendengarkan keluhan pasien.
3. Komunikasi antara pasien dan dokter yang baik akan memudahkan bagi
dokter untuk menjelaskan seputar penyakit dan resiko pengobatan secara
baik.

DAFTAR REFERENSI
Arikunto, Suharsimin. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin.Burhan. 2008.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosisal Lainnya (Cetakan kedua). Jakarta: Kencana.
Budyatna, Muhammad& Ganiem.Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi
Antar pribadi.Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Carma, L. Bylund & Gregory Makoul. 2002.Patient Education & Counseling.
Cutlip, Scott M dkk. 2008. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Devito. Joseph A. 2010. Essentials of Human Communication.(Sixth Ed).
United States of America: Person Education..
Effendy, Onong Uchjana. 2000.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal.Yogyakarta:
Kanisius.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
PrenadaMedia Group.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter–Pasien. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.

8
Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. 1998. Teaching and Learning
Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran.
Liliweri, Alo. 2003. Komunikasi Antar pribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Richard, W., & Turner, L.H. 2008.Pengantar Teori Komunikasi, Analisis, dan
Aplikasi. (3th ed). Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai