Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dan Perilaku Kesehatan

Dosen : DrPH. Tasnim, SKM, M.Kes.

MAKALAH
THE STAGES OF CHANGE MODEL: ALTERNATIF MENGATASI
KEBIASAAN EMOSI/MARAH SECARA BERLEBIHAN

OLEH:
MILIAWATI
M201901025

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi The Stages of Change Model ........................................ 3
B. Penerapan The Stages of Changes dalam Mengatasi Kebiasaan
Marah Secara Berlebihan ............................................................ 4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebiasaan marah/emosi merupakan salah satu jenis perilaku yang
dianggap sebagai perilaku dasar dan bersifat survival. Semua orang dari semua
budaya mempunyai perilaku emosi, emosi yang berlebihan dapat
memperburuk kesehatan. Keemosian merupakan puncak kegagalan seseorang
dalam mengawal emosi, berbagai peristiwa hidup akan menciptakan berbagai
emosi dalam diri seseorang yang kadang-kadang membuat perilaku emosi tidak
menentu dan bisa menimbulkan musibah pada kehidupan seseorang baik secara
psikis maupun fisik.
Secara fisik perilaku emosi dan mudah tersinggung dapat menyebabkan
masalah kesehatan di antara imsomnia, melemahnya sistem imun, diabetes,
hipertensi serta jantung. Emosi pada kasus yang lebih parah terutama pada
penderita hipertensi, dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah hingga
kematian mendadak (Gemilang, 2013; Aditya, 2013). Data dari Perhimpunan
Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) menyebutkan angka kematian penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 56 juta jiwa terhitung dari tahun 2000-2013.
Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah hipertensi, karena
menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia.
Menurut Triantoro (2012) bahaya emosi dijelaskan oleh para ahlip
sikologi antara lain dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, bahaya fisiologis
dari aspek medis menurut para ahli, emosi dan kekecewaan akan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal ini dibuktikan penelitian oleh Muller
dalam Triantoro (2012) tentang hubungan antara tekanan psikososial dan infrak
jantung, sejumlah 300 dari 331 (90,6%) pasien yang mengikuti penelitian
tersebut terbukti secara klinis memiliki perasaan emosi. Menurut penelitian
tersebut, 6 dari 7 (85%) penderita depresi yang meninggal dalam waktu 6 bulan
setelah serangan infrak juga menyimpan perasaan emosi. Demikian juga
dengan 13 dari 14 pasien yangmeninggal 12 bulan setelah mengalami infrak.
Apabila emosi disimpan terlalu lama dapat menimbulkan penurunan
kesehatan yang cukup siknifikan. Dayer (dalam Triantoro, 2012) menyatakan

3
bahwa pada manusia, aemosi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, bisul,
bintik-bintik merah pada kulit, jantung berdebar, sukar tidur, letih, diabetes dan
sakit jantung. Kedua disamping melemahkan jasmani, emosi juga berimplikasi
negatif dari segi psikologis. Emosi akan menciptakan berbagai akibat
psikologis yang membahayakan. Setelah sadar diri atau tenang kembali,
biasanya seseorang yang telah sadar dari keemosian akan dipenuhi oleh rasa
penyesalan terhadap tingkah lakunya yang tidak terkendali. Rasa penyesalan
ini kadang-kadang sangat mendalam sehingga menyebabkan pengutukan
terhadap diri sendiri, hingga depresi atau rasa bersalah yang menghantui untuk
waktu yang lama. Ketiga emosi pada seseorang dapat mengakibatkan biaya
sosial yang sangat mahal baginya. Watak peemosi menyebabkan hubungan
disharmonis, seperti putusnya hubungan dengan orang yang dicintai, putusnya
persahabatan, kehilangan pekerjaan bahkan sampai penganiayaan dan
pembunuhan karena ujung dari kasus emosi.
Adapun perbedaan emosi emosi dengan perilaku emosi menurut
Hardiyani (2010), emosi emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada
seseorang atau sesuatu, yang disebabkan oleh benci, jijik, sakit hati, takut,
frustasi. Sedangkan perilaku emosi adalah ekspresi emosional yang terjadi
pada seseorang akibat sejumlah situasi yang merangsang yang minumbulkan
sikap/perilaku beringas, mengamuk, menyerang, benci, jengkel, dan kesal hati
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Diding (2006) menambahkan bahwa dalam ilmu psikoneuroimunologi
pikiran, emosi emosi dapat berdampak pada tubuh di dalam sistem yang
kompleks seperti imun, sistem endokrin, sistem saraf dan sistem
kardiovaskuler. Dalam kondisi emosi positif tubuh mampu memproduksi imun
yang kuat sedangkan dalam kondisi emosi negatif (sters, emosi)
mengakibatkan imun tubuh melemah berdampak pada sistem endokrin dan
jantung secara nyata. Emosimanusia berproses di dalam sistem limbik. Sistem
ini menyimpan banyak informasi yang tidak tersentuh oleh indra, sehingga
disebut otak emosi. Disamping mengendalikan diri, sistem limbik juga
mengendalikan hormon, memelihara homeostatis, rasa haus, lapar, seksualitas,
dan menjadi pusat rasa senang, metabolisme serta memori jangka panjang.

4
Dalam fisiologis, emosi terdapat pada salah satu bagian dari sistem
limbik, yaitu otak kecil yang berada di atas tulang belakang dan di bawah
tulang tengkorak. Pada umumnya timbulnya emosi berkaitan erat dengan
kondisi tubuh, detak jantung, sirkulasi darah, dan pernafasan. Hal ini secara
tidak langsung mengindikasikan bahwa emosimerupakan sebuah reaksi
manusia ketika berinteraksi dengan diri sendiri, oranglain dan lingkunganya
(Aditya, 2013).
Menurut Purwanto dan Mulyono (2006) pemicu orang emosi
sebenarnya bisa datang dari luar maupun dalam diri orang tersebut. Oleh
karena itu secara garis besar penyebab seseorang emosi terdiri atas faktor fisik
dan psikis: Pertama faktor fisik kelelahan yang berlebih, zat-zat tertentu yang
dapat menimbulkan emosi misalnya otak kekurangan zat asam dan obat-obatan
terapi pada pasien yang menderita penyakit jantung, diabetes, tekanan darah
tinggi yaitu, kanker darah dan talasemia. Hormon kelamin pun dapat
mempengaruhi keemosian seseorang, kita dapat melihat dan membuktikan
pada saat wanita yang sedang menstruasi, rasa emosi merupakan ciri khasnya
yang utama. Kedua faktor psikis yang menimbulkan emosi berkaitan erat
dengan self concept yaitu anggapan salah (negatif) seseorang terhadap dirinya
sendiri. Hal ini akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan
yang ada. Beberapa self concept yang negatif dapat dibagi antara lain: rendah
diri, sombong, egois.
Eaker dalam Adytia (2013) mengungkapkan bahwa emosi dapat
membantu mempercepat atrial fibrillation yang berpengaruh pada percepatan
denyut jantung. Atrial fibrillation inilah yang dapat memicu timbulnya
hipertensi, dua ruang dalam jantung menjadi kewalahan dalam memompa
darah keluar sehingga dapat menimbulkan stroke. Hal ini juga diperkuat oleh
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sekitar 40% orang yang mengalami
aemosi dalam jangka waktu yang lama akan terkena jenis penyakit stroke yang
disebut dengan stroke iskemik sekitar 1 dari 4 pasien stroke sudah mengalami
serangan pada usiakurang dari 65 tahun, bahkan 1 dari 14 pasien stroke
mengalaminya pada usia di bawah 45 tahun.

5
Berdasarkan permasalahan di atas maka dibutuhkan suatu upaya untuk
mengubah kebiasaan emosi/marah secara berlebihan, salah satunya adalah
dengan menerapkan the Stage of Change Model sebagai salah solusi yang
dikembangkan oleh James O. Prochaska dan Carlo Di Clemente awal tahun
1980. Melalui model ini diharapkan agar seseorang dapat secara bertahap dapat
mengubah kebiasaan sering emosi.marah secara berlebihan yang telah
memberikan dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan The Stages of Change Model?
1.2.2 Bagaimanakah penerapan dari The Stages of Change Model untuk
mengubah perilaku emosi/ marah secara berlebihan?
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan The Stages of Change Model?
1.2.2 Bagaimanakah penerapan dari The Stages of Change Model dalam
mengubah perilaku emosi/ marah secara berlebihan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi The Stages of Change Model
The Stages of Change Model adalah Model teori perubahan perilaku, yang
telah dasar untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan
perubahan perilaku kesehatan. Penemu konsep The Stage of Change Model, adalah
Prochaska dan Diclemente yakni pada tahun 1982. Model perubahan pada dasarnya
memiliki nilai khusunya dalam memfasilitasi serta mengakselerasi perubahan
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, baik untuk perilaku adiktif maupun non-
adiktif.Inti dari model ini : bahwa individu terlibat dalam berbagai perilaku yang
baru, mereka berpindah melalui suatu rangkaian perubahan yang terdiri dari lima
tahap.
Adapun kelebihan The Stages of Change Model ialah berhasil
mengintegrasikan beberapa teori terdahulunya tentang modifikasi perilaku dengan
lebih lengkap dan kompleks. Bentuk dasar yang digunakan yakni berbentuk pola
umum, sehingga membuat teori ini menjadi sangat fleksibel untuk diterapkan di
segala perubahan perilaku. Otomatis, teori ini dapat digunakan oleh berbagai
kalangan dan dapat digunakan untuk perubahan perilaku apapun. The Stages of
Change Model melakukan perubahan perilaku secara bertahap sehingga individu
yang berkaitan tidak langsung berubah secara drastis. Hal ini berdampak lebih baik
agar perilaku sebelumnya ketika re-lapsing dapat diminimalkan.
Adapun kekurangan dari penggunaan atau penerapan The Stages of Change
Model yakni teori tersebut berasumsi bahwa individu akan dapat memodifikasi
perilakunya dalam jangka waktu kurang lebih 6 (enam) bulan. Akan tetapi, belum
ditemukan pembuktian yang bersifat empiris yang menjelaskan bahwa rentang
waktu selama 6 bulan tersebut sebgai waktu yang telah cukup untuk pengubahan
suatu perilaku. Disamping itu, teori tersebut juga sama sekali tidak menjelaskan
tentang pengaruh dari faktor-faktor lain yang sebenarnya ikut andil dalam
perubahan sikap dan perilaku seseorang.

7
2.2. Penerapan Definisi The Stages of Change Model dalam Mengatasi
.Kebiasaan Kurang Beristirhat
Kebiasaan hidup dengan kurang beristirahat dalam hal ini kurang tidur
merupakan salah satu masalah global yang banyak dialami oleh masyarakat, namun
juga paling sering tidak disadari oleh penderitanya. Walaupun masalah tersebut
terkesan simpel, namun kurang tidur yang berlangsung terus-menerus diketahui
dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis seperti serangan jantung,
stroke, tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus. Kini banyak orang-orang merasa
kekurangan waktu untuk menyelesaikan berbagai hal, seperti pekerjaan, tugas
kuliah atau sekedar untuk bermain game sehingga menyebabkan jatah istirahat
semakin sedikit. Selain itu, seseorang yang mengalami gangguan misalnya penyakit
insomnia pun dapat mengalami kurang tidur. Padahal istirahat/tidur merupakan
salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh tubuh. Setiap hari tubuh
seseorang membutuhkan waktu tidur untuk mengistirahatkan berbagai organ tubuh
dan sistem yang sudah bekerja seharian penuh agar dapat kembali melakukan
fungsinya di keesokan harinya. Kurang istirahat merupakan suatu kondisi dimana
jumlah jam tidur seseorang kurang dari yang dianjurkan. Meskipun pada dasarnya
kebutuhan jumlah jam tidur tiap orang adalah berbeda-beda, namun perbedaan yang
paling mendasarinya adalah kelompok usia.
Ada banyak metode/model yang dapat digunakan untuk terapi mengurangi
perilaku kurang beristirahat, salah satunya ialah Stage’s of Change. Suatu model
yang dikembangkan oleh James O. Prochaska dan Carlo DiClemente awal tahun
1980 yaitu suatu model perubahan bertahap untuk mengubah perilaku. Model ini
diketahui cukup efektif dalam membantu memahami bagaimana seseorang berada
dalam proses berubah hingga kemudian membuatnya berubah seumur hidupnya,
dalam hal ini adalah perilaku kurang beristirahat.
1. Precontemplation (Tahap Pra Kontemplasi)
Pada tahapan pra kontemplasi seseorang belum memiliki kesadaran dan
belum memiliki kepedulian tentang bahaya kurang beristirahat. Biasanya para
pekerja kantoran memiliki jam kerja yang cukup padat dan terkadang tidak
sesuai dengan porsi pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab mereka.

8
Salah satu kiat yang sering dilakukan para pekerja untuk masalah tersebut
adalah melakukan pekerjaan melebihi jam kantor. Lembur kerja mungkin bisa
menjadi solusi, terlebih jika perusahaan menyediakan tunjangan tambahan
untuk ini. Namun hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
seseorang.
2. Contemplation and Making (Kontemplasi/Perenungan)
Pada tahapan ini seseorang mulai menyadari bahwa ada banyak sekali
efek negatif yang terjadi pada tubuh saat seseorang mengalami kurang
beristirahat/tidur. Mulai dari efek yang sederhana hingga efek yang serius.
Dampaknya misalnya adalah menyebabkan rasa ngantuk berlebih, tidak
bersemangat, konsentrasi terganggu dan mood yang tidak stabil. Sedangkan
efek seriusnya dapat berupa gangguan jantung, tekanan darah tinggi, stoke,
diabetes mellitus, obesitas hingga kematian. Kurang tidur juga membuat
kemampuan kognitif berkurang sehingga mudah lupa. Bagi seseorang yang
sedang berupaya untuk menambah massa otot, kurang tidur adalah satu
penghambat yang sering tidak disadari karena saat tidur lah tubuh secara
optimal meregenerasi dan membangun sel otot baru.Efek sederhana seperti
rasa kantuk yang berlebihan di siang hari sebenarnya juga tidak dapat dikatakan
sederhana. Saat seseorang mengantuk dan sedang mengendarai kendaraan,
tentunya dapat membahayakan keselamatan dirinya sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penyebab utama kecelakaan lalu lintas
adalah disebabkan oleh rasa kantuk saat menyetir.
Menurut dr.Reddy, tentang Sleep medicine specialist yang berasal dari
University of Arkansas, waktu tidur yang hilang dalam lima jam selama
seminggu dapat diganti dengan berisitirahat selama akhir pekan. Akan tetapi,
apabila waktu tidur seseorang yang hilang sudah lebih dari 20 jam, maka akan
sangat berbahaya dan bisa mengganggu kesehatan tubuh, baik fisik maupun
emosional.Berikut adalah beberapa akibat kurang tidur yang bisa terjadi, antara
lain:
1) Memicu diabetes
Dampak kurang istirahat yang satu ini sering kali palingkan. Hal ini berefek
kurang tidur dapat memicu respon yang terjadi stress pada tubuh sehingga

9
terjadinya pelepasan hormon kortisol dan norepenepherine yang
berhubungan dengan resistensi insulin. Kondisi inilah yang memengaruhi
hormon dalam tubuh yang mengontrol nafsu makan.
2) Stroke
Dampak kurang lainnya yang bisa terjadi yskni meningkatkan risiko stroke.
Perlu diketahui pada dasarnya bahaya dari kurang tidur ini dapat
menurunkan kinerja jantung sehingga membuat aliran darah menuju otak
menjadi terhambat yang pada akhirnya memicu terjadinya stroke.
3) Tekanan darah tinggi
Dampak kurang istirahat juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan darah sistolik dan bisa menggangu aktivitas sehari-hari. Hal inilah
yang memicu tekanan darah tinggi.
4) Kanker payudara
Saat kurang tidur, maka hormon melatonin yakni hormon anti kangker akan
menurun. Minim tidur juga dapat memicu terjadinya peningkatan kadar
hormon estrogen (senyawa steroid yang berfungsi sebagai pemicu
perkembangan organ seks). Ketika ini terus terjadi dalam siklus tidur, maka
akan menyebabkan terjadinya kanker payudara pada wanita.
5) Perubahan pola makan
Dkibat kurang tidur dapat memengaruhi hormon yang mengontrol nafsu
makan. Damoak dari kurang tidur lainnya yakni dapat menyebabkan
terjadinya penurunan leptin yaitu sinyal rasa kenyang ke otak dan
meningkatnya ghrelin yaitu hormon yang dapat merangsang nafsu makan.
Jika ini terus terjadi, pola makan akan terganggu dan memungkinkan risiko
penyakit lain terjadi pada tubuh.
6) Memicu gangguan jantung
Orang yang terbiasa tidur terlalu larut sehingga berdampak pada
kekurangan waktu tidur rentan terhadap penyakit jantung. Kurang tidur
juga tentunya dapat menurunkan proses daya tahan tubuh dan
meningkatkan tekanan darah sehingga proses kerja jantung menjadi
terganggu.

10
7) Mengganggu kemampuan otak
Dampak dari kebiasaan kurangan istirahat/tidur dalam waktu yang sangat
lama dapat mengganggu kemampuan berpikir dan menerima informasi
sehingga akan menggangu fokus seseorang ketika beraktivitas.
8) Menimbulkan depresi
Efek kurang tidur/istirahat juga menyebabkan turunnya neurotransmiter
yang berfungsi mengatur suasana atau kondisi hati. Saat waktu untuk tidur
terus berkurang, maka dapat memengaruhi suasana hati seseorang,
sehingga memungkinkan terjadinya depresi.Selain itu, kurang tidur juga
meningkatkan reaksi antisipatif pada pusat emosional otak, sehingga
menyebabkan rasa cemas meningkat.
9) Berat badan naik
Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa mereka yang tidurnya kurang
dari 6 jam setiap harinya, cenderung menjadi lebih gemuk dibanding
mereka yang jam tidurnya 7-9 jam hari.Akibat kurang tidur ini ternyata ada
kaitannya dengan peningkatan nafsu makan dan bertambahnya rasa lapar.
Bagi Anda yang berencana menurunkan berat badan, begadang adalah
aktivitas yang sebaiknya Anda hindari.
10) Kulit terlihat lebih tua
Akibat kurang tidur selanjutnya adalah membuat kulit Anda tampak lebih
tua. Hal ini disebabkan karena hormon kortisol mengalami pelepasan yang
lebih banyak ketika bergadang. Hormon tersebut memiliki sifat yakni dapat
memecah kolagen pada kulit, padahal kolagen adalah protein yang bekerja
dalam menghaluskan kulit dan menjadikannya elastis.Efek kurang tidur
lainnya juga dapat menyebabkan mata bengkak dan kulit menjadi pucat.
Perilaku sering begadang dimalam hari secara berkepanjangan akan
menimbulkan efek kurang tidur kronis. Akibatnya, timbul garis-garis
penuaan halus di wajah dan menjadikan kulit terlihat kusam.Akibat kurang
tidur yang mudah dikenali lainnya adalah munculnya mata panda. Mata
panda adalah lingkaran gelap di sekitar mata yang muncul akibat pelebaran
pembuluh darah di balik kulit mata yang tipis. Kondisi kurang tidur
merupakan salah satu dari penyebab utama terjadinya mata panda.

11
11) Menurunkan performa seks
Akibat kurang tidur yang bisa dialami oleh pria dan wanita adalah
menurunnya hasrat untuk berhubungan seksual. Ketertarikan berkurang
akibat kecapean, mengantuk dan stres berat yang diakibatkan karena
kurang tidur. Separuh dari pria penderita sleep apnea dilaporkan memiliki
kadar testosteron yang rendah, di mana hal ini akan berdampak pada
kurangnya minat seksual.
12) Gampang sakit
Perlu diketahui bahwa sistem kekebalan yang dimiliki oleh tubuh seseorang
dapat menghasilkan protein-protein yang dinamakan sitokin. Sitokin
dibutuhkan untuk membantu tubuh melawan peradangan, infeksi, dan stres.
Saat kita tidur, tubuh akan melepaskan sitokin. Ketika waktu tidur aanda
telah berkurang, maka produk sitokin ini juga akan menurun. Dampak dari
suka begadang juga menyebabkan menurunnya kemampuan sistem
kekebalan tubuh dan kinerja sel dalam memerangi infeksi. Hal ini tentu saja
dapat berdampak buruk pada ketangguhan sistem kekebalan tubuh dalam
melawan infeksi dan kecepatan proses kesembuhan secara alami.
13) Gampang lupa
Pada saat tidur koneksi saraf yang mendukung ingatan seseorang
mengalami penguatan. Jika waktu tidur terganggu, otomatis kemampuan
otak dalam mengolah dan menyimpan ingatan pun akan mengalami
gangguan.
3. Determination (Keputusan/Kebulatan Tekad)
Pada tahapan ini seseorang mulai melakukan pembulatan tekad untuk
mengubah kebiasaan kurang beristirahat. Langkah awal yang bisa dilakukan
dengan memastikan apakah apakah pola istirahnya sudah baik atau belum.
Langka yang dapat dilakukan tersebut meliputi:
1) Membuat catatan waktu tidur
Catatlah jam berapa waktu tidur/istirahat perhari Lakukan hal ini selama
beberapa waktu untuk mendapatkan pola dan rata-rata jumlah jam tidur
Anda dalam keseharian. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai normal
yang ada pada rekomendasi waktu tidur. Saat jumlah waktu tidur Anda

12
berada di bawah anjuran maka kemungkinan besar Anda mengalami
kurang tidur.
2) Melakukan Polysomnogram
Polysomogram merupakan salah satu jenis studi yang bertujuan untuk
melihat grafik gelombang pada otak, detak jantung, dan pernafasan saat
seseorang sedang istirahat atau tidur. Dalam hal ini, gerakan kaki dan
tangan juga akan diperhatikan karena dari kedua hal tersebut dapat
diketahui apakah ada gangguan tidur lain yang mempengaruhi
munculnya rasa kantuk.
3) Mengikuti Multiple Sleep Latency Test
Tes ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat Anda dapat tertidur
saat siang hari dan mengetahui jenis serta kualitas tidur yang Anda miliki.
Apabila ingin melakukan tes ini maka lakukanlah dengan bantuan
ahlinya.
4. Action (Tindakan)
Saat sudah mengetahui bahwa anda mengalami kurang tidur dan
mengetahui berbagai dampak negatif serta membulatkan tekad untuk mengubah
perilaku kurang beristirahat tersebut, maka yang harus dilakukan adalah
menanggulangi hal tersebut secepatnya sebelum berbagai dampak negatif
bermunculan pada tubuh. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kurang tidur/istirahat.
1) Temukan sebabnya
Seseorang mengalami kurang beristirahat tentunya dilatarbelakangi oleh
suatu penyebab. Temukan apa yang menyebabkan jam tidur berkurang,
apakah itu karena adanya masalah gangguan tidur seperti insomnia, atau
hal-hal lain seperti terbiasa bekerja, belajar atau bermain game hingga larut
malam. Ketika sudah menemukan penyebabnya, maka atasi terlebih dahulu
penyebab tersebut.
2) Atur jam tidur/istirahat dengan baik
Cobalah untuk mengatur jam tidur dengan baik. Orang dewasa setidaknya
harus tidur selama 8 jam. Contohnya ketika seseorang menargetkan mesti
bangun pada 5 pagi, setidaknya jam 9 ia sudah harus tidur. Dan

13
menghentikan segala aktivitas yang dilakukan, beristirahatlah dan tidur.
Biasakan setiap hari menerapkan jam tidur yang relatif sama, maka lama
kelamaan akan terbentuk suatu pola kebiasaan. Hindarkan pula kebiasaan
makan makanan berlebihan dalam kurun waktu yang terlalu dekat dengan
waktu tidur malam.
3) Berkonsultasi dengan pakar masalah tidur
Ketika sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah kurang
beristirahat/tidur, namun tidak menemukan solusi yang tepat, maka ada
baiknya untuk segera konsultasikan keadaan yang dialami dengan pakarnya.
Sebagian memberikan bantuann dengan rencana tertentu untuk mengatasi
masalah yang dialami para pasiennya.
5. Maintenance (Pemeliharaan)
Pada tahapan ini seseorang mesti berupaya untuk konsisten dan
bersikap disiplin terkait niat dan upayanya untuk mengubah kebiasaan
kurang beristirahat. Dengan disiplin, seseorang akan tahu apa yang baik bagi
hidupnya dan apa yang harus ditinggalkan.Selain itu, seseorang juga akan
terbantu dalam memilih dan memilah hal-hal yang bisa mendukung
usahanya menjadi lebih baik.
Langkah yang bisa ditempuh pada tahapan ini juga yakni dengan
menjaga pola hidup sehat dengan rajin berolahraga, makan yang teratur dan
pandai-pandai mengatur waktu dalam bekerja, memperbanyak minur air
putih dan beristirahat yang cukup. Dengan demikian seseorang dapat
melaksanakan aktivitas kesehariannya dengan lebih baik.

14
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 Kesimpulan
The Stage Og Change Model merupakan model ini melibatkan
pengambilan keputusan, emosi, dan kepercayaan diri. Dalam hal ini adalah
mengubah kebiasaan Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Istiarahat dan tidur
sebagai salah satu kebutuhan dasar yang universal, karena semua manusia
membutuhkan kebutuhan tidur dan istirahat. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidur memiliki peranan yang penting bagi manusia. Potter & Perry (2005)
mengatakan bahwa kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah penting bagi
kualitas hidup semua orang. Namun demikian, tiap individu memiliki
kebutuhan yang berbeda dalam jumlah tidur (Quantity of Sleep) dan kualitas
tidur (Quality of Sleep).
Fungsi dari istirahat dan tidur adalah memperbaiki keadaan fisiologis
dan psikologis,melepaskan stress dan ketegangan, memulihkan keseimbangan
alami diantara pusat-pusat neuron, waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan
diri untuk periode bangun,memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi
jantung, mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari, menghemat dan
menyediakan energi bagi tubuh, memelihara kesehatan optimal dan
mengembalikan kondisi fisik tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur antara lain penyakit, lingkungan,
kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok,
medikasi, motivasi.Sedangkan masalah yang seringkali ditemukan terkait
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur diantaranya insomnia, parasomnia,
hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur.
3.2 Saran
3.2.1 Dalam memberikan tindakan keperawatan hendaknya diperhatikan
betul prosedur kerja yang akan dijalankan.
3.2.2 Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
berhubungan dengan istirahat dan pola tidur sebelum melakukan
tindakan keperawatan.

15

Anda mungkin juga menyukai