Persalinan prematur dapat terjadi karena berbagai hal, meliputi infeksi maternal, hipoksia, dan
stress oksidatif. Hemoglobin yang rendah dapat menyebabkan hipoksia kronik yang dapat
mencetuskan stres maternal dan janin. Adanya respon stres ini akan memicu pelepasan kortisol.
Kortisol akan mengaktifkan axis hipotalamus-hipofisis-adrenal maternal ataupun janin (Zhang
et al., 2009). Melalui axis hipotalamus-hipofisis-adrenal janin, maka Corticotropin Releasing
Hormone (CRH) akan terbentuk lebih banyak. CRH memegang peranan dalam jalur persalinan
secara umum. Mekanisme CRH dalam memicu persalinan yaitu:
1. Meningkatkan prostglandin E2 (PGE2) melalui korion, amnion dan plasenta.
2. Meningkatkan prostaglandin 2α (PG2α) melalui amnion, plasenta, dan desidua.
3. Stimulasi adrenocorticotropin (ACTH) dari kelanjar pituitari.
4. Mengiduksi adrenal janin untuk membentuk DHEAS dimana DHEAS sebagai sumber
untuk estrogen yang dapat meningkatkan reseptor oksitosin dan reseptor prostaglandin.
Semua mekanisme ini akan menyebabkan pendataran serviks, kontraksi miometrium, dan
ketuban pecah dini sehingga akan menginduksi persalinan prematur (Romero dan Lockwood).
Menurut Zhang et al. (2009), persalinan prematur spontanlah yang berhubungan dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil. Persalinan prematur atas indikasi tidak ada kaitannya dengan
kadar hemoglobin ibu hamil.
Referensi:
1. Zang Q, Ananth CV, Li Z, Smulian JC. 2009. Maternal Anaemia and Preterm Birth: a
Prospective Cohort Study. International Journal of Epidemiology: Oxford University
Press. 38:1380-1389.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, Casey
BM, Sehffield JS. Delivery. Chapter 42: Preterm Labor. In: Williams Obstetrics 24 th
edition. New York: McGraw Hill 2014. P: 829-861