Anda di halaman 1dari 16

HEMORAGIC INTRAKRANIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Hamidah Retno W, S. Kep

Oleh :
KELOMPOK 7

Ajeng Triatiti Dinillah (17037140986)


Eka Aisyah Budiartini (17037141011)
Khumairoh (17037140980)
M. Imanuddin (17037141005)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjat kan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat serta karunia–Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di
program studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Mata kuliah Keperawatan Anak merupakan mata kuliah yang mempelajari


tentang perkembangan janin. Penulis yakin adanya bantuan dari semua pihak,
maka tugas ini tidak akan dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM., M.Kes sebagai Ketua Progaram Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso;

2. IbuDewi Candra, SST.,sebagai dosen pengampu


matakuliahKeperawatanMaternitas;

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan


imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulis makalah ini.

Bondowoso, 19 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit ................................................................................ 3


2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.1.2 Penyebab ...................................................................................................... 3
2.1.3 Pohon Malasah............................................................................................. 6
2.1.4 Klasifikasi .................................................................................................... 7
2.1.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 9
2.1.7 Penatalaksaan ............................................................................................... 10
2.2 Teori Asuhan Keperawatan ......................................................................... 13
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................... 13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 15
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................. 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26


3.2 Saran ............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan intrakranial adalah perdarahan (patologis)yang terjadi di dalam
kranium, yang mungkin ekstradural, subdural, subaraknoid, atau serebral
(parenkimatosa).Perdarahan intrakranial dapat terjadi pada semua umur dan juga
akibat trauma kepala seperti kapitis,tumor otak dan lain-lain.
8-13% ICH menjadi penyebab terjadinya stroke dan kelainan dengan spectrum
yang luas. Bila dibandingkan dengan stroke iskemik atau perdarahan subaraknoid,
ICH umumnya lebih banyak mengakibatkan kematian atau cacat mayor. ICH yang
disertai dengan edema akan mengganggu atau mengkompresi jaringan otak
sekitarnya, menyebabkan disfungsi neurologis. Perpindahan substansi parenkim
otak dapat menyebabkan peningkatan ICP dan sindrom herniasi yang berpotensi
fatal.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan
Hemoragik Intrakranial
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami Definisi dari Hemoragik Intrakranial
2. Memahami Etiologi dari Hemoragik Intrakranial
3. Memahami Klasifikasi dari Hemoragik Intrakranial
4. Memahami Patofisiologi dari Hemoragik Intrakranial
5. Memahami Pathway dari Hemoragik Intrakranial
6. Memahami Pemeriksaan Penunjang dari Hemoragik Intrakranial
7. Memahami Penatalaksanaan dari Hemoragik Intrakranial
8. Memahami dan Menyusun Asuhan Keperawatan Hemoragik Intrakranial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi
Intracranial Bleeding/haemorragic (ICB) ialah perdarahan patologis dalam
rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu dimana
sering ICB tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya yang tidak khas. ICB
meliputi perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, intraserebral/parenkim dan
intraventrikuler.
Perdarahan intracranial mengacu pada perdarahan yang terjadi didalam kepala
atau tengkorak namun belum tentu didalam otak (intraserebral).
Perdarahan Intrakrania ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya
pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial
banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-
gejalanya tidak khas.
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan yang tiba-tiba dalam jaringan otak
merupakan bentuk yang menghancurkan pada stroke hemmorage dan dapat terjadi
pada semua umur dan juga akibat trauma kepala seperti kapitis, tumor otak,dll.
jadi perdarahan intrakranial adalah perdarahan dalam rongga kranium dan
isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan
Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena
gejala-gejalanya tidak khas

2.1.2 Etiologi
a. Trauma kelahiran
 partus biasa
 pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan
 disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase
b. partus buatan (ekstraksi vakum, cunam)
c. partus presipitatus
 Bukan trauma kelahiran, umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan
(prematur). Faktor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan
faktor pencetus ICB seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat timbul
pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, dan kejang-kejang, kelainan
jantung bawaan, hipotermi, juga hiperosmolaritas/hipernatremia
 Ada pula ICB yang disebabkan oleh penyakit perdarahan/gangguan
pembekuan darah.
Penyebab utama dari perdarahan intrkranial adalah trauma. Faktro predisposisi
yang dapat meningkatkan kejadian perdarahan intracranial diantaranya;

a. Bayi premature. Bayi premature akan lebih sensitif terhadap trauma.


b. Ekstraksi pada bokong. Dimana persalinan dengan kejadian after-
coming head mendapatkan penanganan yang menyebabkan terjadinya
persalinan dengan singkat atau penuh dengan intervensi.
c. Partus presipitatus, dimana terdapat kompresi yang tiba-tiba terhadap
kepala bayi.
d. Persalinan sulit atau persalinan lama dimana terjadi molase yang
begitu kuat pada kepala.
e. Persalinan dengan alat.
f. Terdapat disproporsi cepalopelvik
g. Presentasi abnormal
h. Kekerasan terhadap bayi

Bayi yang premature dan persalinan lama menunjukan insiden perdarahan


intracranial lebih sering terjadi.

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan
intrakranial pada neonatus dibagi dalam empat daerah yaitu :
a) Epidural Hemorrhage, terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau
vena meningia media di antara tulang kepala dan durameter. Pengumpulan
darah di dalam ruangan durameter disebut hematoma epidural. Perdarahan
ini sering berlokasi di daerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural
biasanya disertai fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik.
Gangguan fungsi otak bergantung pada luas dan banyaknya perdarahan.
Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tanda gangguan fungsi otak.
Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akan tampak
tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti iritabel,
menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun tegang dan menonjol,
deviasi mata, sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda
herniasi unkal seperti dilatasi pupil homolateral.
b) Subdural Hemorrhage dengan laserasi tentorium disebabkan oleh
rupturnya vena galen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal.
Perdarahan ini sering di infratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat
meluas ke fossa posterior dan menyebabkan kompresi batang otak (brain
stemp). Kadang-kadang, perdarahan ini dapat meluas ke permukaan
superior atau posterior dari serebellum.Perdarahan subdural dengan
laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis inferior.
Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium.
Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium.
Lokasi perdarahan di dalam fisura serebri longitudinal berada di atas
korpus kollosum. Rupturnya vena superfisial serebri (bridging vein),
mengakibatkan perdarahan subdural pada permukaan hemisfer serebri.
Perdarahan ini sering unilateral dan biasanya diikuti perdarahan
subaraknoid.
c) Subarachnoid Hemorrhage, perdarahan dalam rongga araknoid akibat
rupturnya vena-vena dalam rongga araknoid (bridging veins), rupturnya
pembuluh darah kecil di daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan.
Timbunan darah biasanya berkumpul di lekukan serebral bagian posterior
dan di fossi posterior.Hal yang ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus
karena penyumbatan trabekula araknoid oleh darah dan menyebabkan
peninggian tekanan intrakranial.
d) Intraventricular hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi di bagian
lateral ventrikel ketiga dan keempat. Terjadi perdarahan flexus choroid
dan pemanjangan dari matriks subependymal atau thalamus.
e) Intraparenchymal hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi diantara
jaringan parenkim otak. Biasanya terjadi edema vasogenik dalam jumlah
yang besar.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala ICB tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika tidak
didukung oleh riwayat persalinan yang jelas.Gejala-gejala berikut dapat
ditemukan :
 Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial,
misalnya pada perdarahan subaraknoid.
 Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching,
opistotonus.
 Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan
adanya perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid
oleh robekan tentorium yang luas.
 Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil
melebar, refleks cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada
perdarahan retina, nistagmus dan eksoftalmus.
 Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan
kerusakan susunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi
pernapasan normal/takipnea dan sianosis intermiten.
 Cephalic cry (menangis merintih).
 Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah
ular (snake like flicking of the tongue) menunjukkan perdarahan yang luas
dengan kerusakan pada korteks.
 Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan
kematian bila perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia
tidak berlangsung lama, tonus otot akan segera pulih kembali. Tetapi bila
perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditas akan berubah menjadi
spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnya
kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak
(monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
 Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati,
somnolen, sopor atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi
lambat/cepat, kadang-kadang ada hipotermi yang menetap. Apabila gejala
gejala tersebut di atas ditemukan pada bayi prematur yang 24--48 jam
sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan. Berdasarkan
perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2 sindrom yaitu :
a. Saltatory syndrome: gejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari
hari yang kemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat serabuh
sempurna tetapi biasanya dengan gejala sisa.
b. catastrophic syndrome. gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung
beberapa menit sampai berjam-jam dan akhirnya meninggal.
Manifestasi Klinik dari ICH ditentukan oleh ukuran dan lokasi dari
perdarahan, tetapi dapat meliputi beberapa gejala dibawah ini :
- Hipertensi, demam, atau aritmia
- Kaku kuduk
- Perdarahan subhyaloid retina
- Perubahan tingkat kesadaran
- Anisocoria (ukuran kedua pupil tidak sama)
- Difisit neurologis fokal
o Putamen – hemiparesis kontralateral, kehilangan sensoris
kontralateral, paresis tatapan konjugat kontralateral, afasia
(gangguan bahasa), hemianopia homonymous (pada
ophthalmology berkenaan dengan setengah bagian vertical lapang
pandang kedua mata yang bersesuaian, i.e., lapang pandang
kanan(bag nasal mata kiri, temporal kanan) dan lapang pandang
kiri (bag temporal mata kiri, nasal kanan)), neglect ( hemispasial n
= kegagalan untuk berespon terhadap suatu stimulus pada satu sisi,
biasanya berlawanan dengan sisi lokasi lesi pada hemisfer
serebral), atau apraxia.
o Thalamus – kehilangan sensoris kontralateral, hemiparesis
kontralateral, paresis pandangan, hemianopia homonimus, miosis,
aphasia atau kebingungan (confusion)
o Lobar – hemiparesis kontralateral atau kehilangan sensoris, paresis
pandangan konjugat kontralateral, abulia, aphasia, neglect, atau
apraxia
o Nukleus Caudatus – hemiparesis kontralateral, paresis pandangan
konjugat kontralateral, atau confusion
o Batang otak – quadriparesis, kelemahan fasial, penurnan level
kesadaran, paresis pandagan, bobbing ocular, miosis, atau
ketidakseimbangan autonomy
o Cerebellum – Ataxia, biasanya dimulai dari tungkai, kelemahan
fasial ipsilateral, kehilangan pendengaran ipsilateral, paresis
pandangan, deviasi tidak simetris, atau penurunan tingkat
kesadaran

2.1.5 Patofisiologi
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh
darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma
kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh
darah otak masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat
kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-
kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada
faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan
intraventrikuler/periventrikuler.Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh
robekan arteri atau vena meningikat media antara tulang tengkorak dan duramater.
Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan subdural
merupakan jenis ICB yang banyak dijumpai pada BCB. Di sini perdarahan terjadi
akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural
dengan sinus-sinus pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada bayi
yang lahir cukup umur daripada bayi yang prematur sebab pada bayi prematur
vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat
jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk
hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat
terjadi hematoma retroserebeler. Gejalagejala dapat timbul segera dapat sampai
berminggu-minggu, memberikan gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan
kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat
menurun. Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid
yang biasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid
dapat dibuktikan dengan fungsi likuor. Pada perdarahan
intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada
neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat
(kecelakaan). Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan
bersama perdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler. Dari
semua jenis ICB, perdarahan periventrikuler memegang peranan penting, karena
frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada bayi prematur. Sekitar 75--90%
perdarahan periventrikuler berasal dari jaringan subependimal germinal
matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.
Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya
aliran darah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke
daerah anyaman kapiler sehingga mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas
pula dapat menyebabkan perdarahan intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain
terjadi karena hipernatremia akibat pemberian natrium bikarbonat yang
berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikan tekanan darah otak
yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


 pemeriksaan likuor terutama untuk perdarahan subaraknoid dan
intraventrikuler/periventrikuler. Tujuan fungsi lumbal pada ICB untuk
diagnostik, sebagai pengobatan (mengurangi tekanan intrakranial) dan
untukmencegah komplikasi hidrosefalus (fungsi lumbal berulang-ulang).
Pada pemeriksaan likuor dapat dijumpai tekanan yang meninggi, warna
merah/santokrom, kadar protein meninggi, kadar glukose menurun. Bila
cairan likuor berdarah, dianjurkan CT Scan untuk mengetahui lokalisasi
dan luasnya perdarahan.
 pada pemeriksaan darah dapat ditemukan:
a. tanda-tanda anemi posthemoragik
b. analisa gas darah (02 dan CO2 apakah terjadi gangguan
keseimbangan pertukaran gas)
 gangguan pembekuan darah terutama pada ICB yang non-traumatik.
mendapat kadar rendah fibrinogen, trombosit, antitrombin III dan Faktor-
faktor ini menjadi normal bila keadaan bayi membaik.
 foto kepala tidak dapat menunjukkan adanya perdarahan, hanya fraktur
yang sukar dibedakan dengan sutura, lipatan-lipatan kulit kepala dan
mulase. Pemeriksaan ultrasonografi banyak digunakan. Berdasarkan USG,
Burstein dkk menentukan derajat perdarahan intraventrikuler sebagai
berikut :
a. derajat 0 : tidak ada perdarahan intrakranial.
b. derajat I : perdarahan hanya terbatas pada daerah subependimal.
c. derajat II : perdarahan intraventrikuler
d. derajat III : perdarahan intraventrikuler + dilatasi ventrikel.
e. derajat IV : perdarahan intraventrikuler + dilatasi ventrikel dengan
perluasan ke parenkim otak.
Derajat I dan II umumnya ringan, pada pemeriksaan ulangan 3--4 minggu
kemudian biasanya tidak ditemukan kelainan lagi. Derajat III dan IV umumnya
berprognosis buruk, bila tidak meninggal akan disertai komplikasi berat seperti
hidrosefalus.
 dengan computerized tomography (CT Scan) semua jenis ICB dapat
diketahui. Cara ini tidak secara rutin karena biayanya sangat mahal

2.1.7 Penatalaksanaan
Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang
lebih parah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU ( Neonatal
Intensive Care Unit ) yaitu dengan :
1) Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi
kontinu dan pemberian O2
2) Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran,
besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan,
frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis.
Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal
berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi
ginjal baik.
3) Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam
koma diberikan 0 2.
4) Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta
penyumbatan laring oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk
mengurangi tekanan vena serebral.
5) Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.
6) Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa
larutan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1
atau glukosa 5--10% dan Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1.
7) Pemberian obat-obatan :
a. valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5
mg/kgBB, tunggu 15 menit, jika belum berhenti diulangi
dosis yang sama. Bila berhenti diberikan luminal 10
mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os
8mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya
4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan
umum seterusnya.
b. kortikosteroid berupa deksametason 0,5--1 mg/kgBB/24
jam yang mempunyai efek baik terhadap hipoksia dan
edema otak.
c. antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi
sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan.
d. Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial,
mengeluarkan darah,mencegah terjadinya obstruksi aliran
likuor dan mengurangi efek iritasi pada permukaan korteks.
8) Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural
walaupun jarang dilakukan explorative burrhole dan bila positif
dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis
yang cermat. Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan
explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan
duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan
garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering
terdapat obstruksi aliran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel
lateral dan atrium kanan.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) anamnesis: riwayat kehamilan, persalinan, prematuritas, keadaan bayi
sesudah lahir dan gejala yang mencurigakan.
2) pemeriksaan fisik: adanya tanda-tanda seperti gejala neurologik, fraktur
tulang kepala dan tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial.
3) pemeriksaan laboratorium: likuor dan darah.
4) pemeriksaan penunjang: CT Scan, USG dan foto kepala.

3 Diagnosis Banding
Diagnosis ICB sangat sukar, terutama bila tidak ada hubungan dengan
trauma kelahiran karena gejala-gejalanya tidak khas. Khusus pada
neonatus, sekitar 20% kasus dengan gejala-gejala yang diduga ICB,
ternyata bukan. Oleh karena itu, ICB harus didiagnosis banding dengan
beberapa penyakit pada neonatus yang memberikan
gejala-gejala yang hampir sama, misalnya :
a. Infeksi pada bayi baru lahir/neonatus yang dapat memberikan
gejala kesukaran bernapas (apnea, takipnea, sianosis), lemah
(letargi), kejang-kejang, muntah dan lain-lain.Untuk membedakan
dengan ICB yaitu riwayat persalinan seperti ketuban pecah dini,
infeksi perinatal pada ibu, ketuban keruh/berbau. Yang agak khas
pada infeksi ialah hepato-splenomegali, ikterus, pneumonia dan
tekositosis
b. Tetanus neonatorum dengan kejang dibedakan dengan ICB karena
partus tetanus neonatorum umumnya oleh dukun. TN hampir selalu
terjadi pada akhir minggu pertama, bayi mula-mula minum baik
dan tiba-tiba sukar minum karena trismus dan gejala lain.
c. Penyakit metabolisme (hipoglikemi) yang dapat memberikan
kejang letargi. Ibunya penderita DM dan perlu pemerik saan kadar
glukosa darah bayi. Kecanduan obat dari ibu, antara lain bayi
kejang akibat ketergantungan vitamin B karena ibunya sebelumnya
mendapat pengobatan vitamin B dosis tinggi. Dibedakan dengan
ICB berdasarkan anamnesis dan pengobatan exjuvantibus pada
bayi.
d. Kelainan kongetinal saraf pusat memberikan gejala kejang dan
letargi. Biasanya disertai kelainan kongenital lain, fungsi lumbal
pada ICB kadang kadang ada perdarahan.
e. Respiratory distress of the newborn dengan apnea, sianosis,
retraksi sternum dan kosta, merintih (expiratory grunting),
bradikardi, hipotermi, kejang, dan hipotoni. Dibedakan dengan
ICB yaitu gejala gangguan pernapasan dan riwayat persalinan (ibu
toksemia, seksio sesar, perdarahan antepartum dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai