Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang

terdiri atas pleksus arteri-vena yang berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus

untuk membantu system sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan.

Apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, baru dilakukan tindakan.

Hemoroid dibedakan menjadi interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus

vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.

Hemoroid ini merupakan bantalan vascular di dalam jaringan submukosa pada rectum

sebelah bawah.

Hemoroid sering dijumpai pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-

belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat antara ketiga letak

primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus

hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di

bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara

longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali dari rectum sebelah

bawah dan anus. Pleksus hemoroid internus mengalirkan darah ke vena hemoroidalis

superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan

darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang

peranan kausal adalah mengedan pada wkatu defekasi, konstipasi menahun,

kehamilan dan obesitas.


BAB II

ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Bp. T
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 2-10-2019

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Ada benjolan di anus
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah dengankeluhan ada benjolan di anus yang
tidak bisa masuk ke dalam lubang anus lagi sejak satu minggu sebelum
datang ke Poli Bedah. Pasien mengaku saat proses defekasi, pasien sering
mengejan dengan kuat, jarang konsumsi makann kaya akan serat. BAB
disertai darah (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah merasakan ada benjolan di anus namun masih dapat masuk
kembali ke dalam lubang anus.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak perempuan pasien mengalami penyakit serupa
5. Riwayat Personal Sosial
Pasien adalah seorang peserta BPJS. Pasien jarang mengkonsumsi
makanan berserat, sering mengejan saat defekasi, aktifitas sehari-hari
sering mengangkat beban berat.

C. Tinjauan Sistem
 Kepala leher : tidak ada keluhan
 THT : tidak ada keluhan
 Respirasi : tidak ada keluhan
 Integumentum : tidak ada keluhan
 Gastrointestinal : tidak ada keluhan
 Kardiovaskular : tidak ada keluhan
 Perkemihan : tidak ada keluhan
 Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan
 Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan

D. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : E4 V5 M6 (Compos Mentis)

A. Tanda vital
 TD 120/80 mmhg
 Nadi 84x / menit
 Suhu 36.7 oC
 Nafas 22x / menit

B. Kepala
 Mata : Conjungtiva Anemis ( - / - ) Sklera Ikterik ( - / - ),
isokor, reflek cahaya (+/+)
 Hidung : Dalam batas normal
 Telinga : Dalam batas normal
 Mulut : Dalam batas normal

C. Leher
JVP tidak meningkat, tidak ada perbesaran kelenjar getah bening
D. Thorax
 Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, jejas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan -/-
- Perkusi : Sonor/sonor
- Auskultasi
SDV : Vesikuler/Vesikuler
RBK : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)
RBH : -/- (tidak terdengar di kedua pulmo)
Wheezing : -/- ( tidak terdengar di kedua lapang paru)
 Cor
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC 5 linea midclavicula
sinistra
- Perkusi
Batas jantung : Dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung I dan II regular

E. Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
 Auskultasi : Bising usus atau peristaltik (+) normal
 Palpasi : Supel (+), nyeri tekan epigastrik dan
suprapubik (+)
 Perkusi : Timpani (+), pekak beralih (-)

F. Ektremitas :
Akral hangat Edema
++ ++ - -
++ ++ - -

G. Pemeriksaan Anal
Terdapat massa di anal bagian luar, darah (-), lendir (-)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.2 14.0 - 18.0 g/dl
Lekosit 9.60 4.00 - 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.79 4.50 - 5.50 10^6/uL
Trombosit 362 150 – 450 10^3/uL
Hematokrit 42.0 42.0 - 52.0 vol%
HITUNG JENIS
Eosinofil 4 2-4 %
Basofil 1 0-1 %
Batang 0 2-5 %
Segmen 72 51-67 %
Limfosit 15 20-35 %
Monosit 8 4-8 %
HEMOSTASIS
PPT 12.6 12.0-16.0 detik
APTT 33.2 28.0-38.0 detik
Control PPT 13.5 11.0-16.0 detik
Control APTT 31.1 28.0-36.5 detik
FUNGSI GINJAL
Ureum 21 17-43 mg/dl
Creatinin 1.03 0,90-1,30 mg/dl
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 93 80-200 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 137,7 137.0 – 145.0 mmol/I
Kalium 4.62 3.50-5.10 mmol/I
Klorida 104.1 98.0-107.0 mmol/I
HERO-IMUNOLOGI
HEPATITIS
HbsAg Titter 0.490 Negatif : <0.9
Borderline : 0.9-1.0 Index
Positif : >+ 1.0
I. Diagnosis
Hemoroid grade IV

J. Tatalaksana
Cfetriaxone 2 x 1
Ketorolac 2 x 1
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kata hemoroid berasal dari kata hemorrhoids (Yunani) berarti aliran

darah (haem = darah, rhoos = aliran) sehingga dapat diartikan sebagai darah

yang mengalir keluar. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi

pembuluh darah vena submukosa pada anus yang tersusun atas pleksus vena,

arteri, dan jaringan areola yang melebar. Sehinggan keadaan patologis yang

terjadi pada hemoroid atau wasir merupakan salah satu dari gangguan

sirkulasi darah. Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran (dilatasi) vena

yang disebut venectasia atau varises daerah anus dan perianus yang

disebabkan oleh bendungan dalam susunan pembuluh vena. Hemorrhoid

disebabkan oleh obstipasi yang menahun dan uterus gravidus, selain itu terjadi

bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada cirrhosis hati,

herediter atau penyakit jantung kongestif, juga pembesaran prostat pada pria

tua, atau tumor pada rectum.

B. Etiologi

Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengejan pada

buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak

memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca,

merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus,


tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan

perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut

yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang

makanmakanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.

Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi,

makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi

adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan

intraabdominal), fisiologis dan radang. Umumnya faktor etiologi tersebut

tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.

C. Anatomi

Kanalis analis merupakan bagian terbawah dari usus besar yang

memiliki fungsi untuk mengeluarkan feses. Secara anatomi, kanalis analis

memiliki panjang kurang lebih 1,5 inci atau sekitar 4 cm, yang berjalan ke

bawah dan belakang dari ampulla rekti sampai anus. Selain saat defekasi,

dinding kanalis analis dipertahankan oleh musculus levator ani dan musculus

sphincter ani supaya saling berdekatan. Mekanisme sphincter ani dibentuk

oleh tiga unsur yakni musculus sphincter ani externus, musculus sphincter ani

internus, dan musculus puborectalis. Musculus sphincter ani internus dibentuk

oleh penebalan otot polos stratum circulare pada ujung atas kanalis analis

sehingga bekerja secara involuntar. Sedangkan musculus sphincter ani

externus dilapisi oleh otot lurik sehingga bekerja secara voluntar.


Vaskularisasi kanalis analis sebagian besar diperoleh dari arteri

hemorrhoidalis superior, arteri hemorrhoidalis medialis, dan arteri

hemorrhoidalis inferior. Arteri hemorrhoidalis superior merupakan kelanjutan

langsung dari arteri mesenterika inferior. Arteri hemorrhoidalis medialis

merupakan percabangan anterior arteri iliaka interna, dan arteri

hemorrhoidalis inferior merupakan cabang arteri pudenda interna.

Sistem vena pada kanalis analis berasal dari vena hemorrhoidalis

superior dan vena hemorrhoidalis inferior. Vena hemorrhoidalis superior

berasal dari plexus hemorrhoidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke

dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena

porta. Vena hemorrhoidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena

pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.

Sistem simpatik dan sistem parasimpatik memiliki peranan penting

dalam persarafan rektum. Serabut simpatik berasal dari plexus mesenterikus

inferior dan sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion-ganglion simpatis

lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Sedangkan persarafan parasimpatik

berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat.

Penderita hemorrhoid sering mengeluh merasa tidak nyaman akibat

benjolan yang keluar dari anus dimana hemoroid interna dan eksterna saling

berhubungan terpisah dengan linea dentate. Keluhan tersebut dikarenakan

gangguan rotasi bantalan anus. Dalam keadaan normal, bantalan anus akan

menempel secara longgar pada lapisan otot sirkuler. Namun ketika defekasi,
musculus sphincter ani externa akan berelaksasi. Bantalan anus akan berotasi

ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum.

D. Patofisiologi

Kebiasaan mengejan saat defekasi dan berlangsung kronik merupakan

salah satu resiko untuk terjadi hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus

sewaktu beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena akan

membesar dan merusak jaringan ikat penunjang. Mekanisme pertama yang

terjadi ialah kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat

defekasi. Kedua, bantalan anus terlalu mobile. Ketiga, bantalan anus tetap

terperangkap oleh sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskularis

kanalis anus akan terjepit atau mengalami obstruksi.

Hemoroid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v.recatlis

superior (v.heororidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yag terletak

pada collum analis di posisi jam 3, 7, 11 mudah sekali terjadi varises. Vena

rectalis superior merupakan bagian paling berganutng dengan sirkulasi darah,

namun hanya terdapat sedikit jaringan ikat longgar submukosa yang

menyokong pada dinding vena. Selanjutnya, aliran balik darah vena dihambat

oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi.

Sedangkan hemoroid eksterna, terjadi pelebaran cabang-cabang vena

rectalis (hemoroidalis) inferior. Adanya hemoroid eksterna sering dikaitkan

dengan hemoroid interna yang menahun.


E. Klasifikasi

Hemoroid interna dikelompokkan dalam empat derajat, dengan penjelasan

sebagai berikut :

1. Hemoroid interna derajat I : Merupakan hemoroid stadium awal.

Hemoroid hanya berupa benjolan kecil di dalam kanalis anal pada saat

vena-vena mengalami distensi ketika defekasi.

2. Hemoroid interna derajat II : Hemoroid berupa benjolan yang lebih

besar, yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tetapi juga

turun kea rah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita

mengejan, tapi secara spontan dapat masuk kembali keadaan kanalis

anal bila proses defekasi telah usai.

3. Hemoroid interna derajat III : Benjolan hemoroid tidak dapat masuk

kembali secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah

dikembalikan dengan tangan ke dalam anus.

4. Hemoroid interna derajat IV : Hemoroid yang telah berlangsung

sangat lama dengan bagian yang tertutup kulit yang cukup luas,

sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.


Tabel 1. Derajat Hemoroid Interna

Hemoroid Interna

Derajat Darah Menonjol Reposisi

I + - -

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Tidak dapat

Gambar 1. Derajat Hemoroid Interna

Hemoroid eksterna adalah hemoroid yang terletak di distal dari linea pectinea dan

diliputi oleh kulit biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus dan di sebelah luar

musculus sphincter ani. Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:


1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.

2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.

3. Bentuk skin tags atau kronik

Hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis terjadi pada vena hemoroid eksterna

yang terletak subkutan di daerah kanalis analis. Trombosis dapat terjadi karena

adanya tekanan yang tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat beban berat,

batuk, bersin, mengedan, dan partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit

sehingga kemudian akan terjadi thrombosis, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri

yang tidak ada hubungan dengan ada atau tidaknya hemoroid interna.

Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanallis analis

yang sangat nyeri, tegang, dan berwarna kebiruan, diameter berukuran mulai dari

beberapa millimeter sampai 1-2 cm. Benjolan iu dapat unilobuler, dan dapat

multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena,

meskipun biasanya tidak lengkap sehingga masih terdapat lapisan tipis adventisia

menutupi darah yang membeku.

Pada awal timbulnya, thrombosis akan terasa sangat nyeri, kemudian nyeri

akan berkurang dalam waktu dua hingga tiga hari bersamaan dengan berkurangnya

edema akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan

dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.
Gambar 2. Eskternal hemoroid

F. Gejala dan Tanda

Pasien datang kepada dokter dengan keluhan wasir atau hemoroid tanpa

adanya hubungan dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat

jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada

hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.

Perdarahan umumnya merupakan tanda yang utama dari hemoroid interna

akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan

tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas

pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet

menjadi merah.

Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena

pleksus vena berhubungan dengan cabang arteri secara langsung (pintas arteri vena)
tanpa melewati kapiler. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis

menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”.

Kadang, perdarahan hemoroid yang berulang dapat menyebabkan anemia

berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan akhirnya dapat menonjol keluar dan

meyebabkan prolapse. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi sewaktu

defekasi dan disusul oleh reduksi spontan selesai defekasi. Pada stadium lebih lanjut,

hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk ke dalam

anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolapse

menetap dan tidak dapat didorong masuk kembali.

Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri

hemoroid yang mengalami prolapse menetap. Iritasi kulit perianal dapat

menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus, dan ini disebabkan oleh

kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila

terdapat thrombosis yang luas dengan edema dan radang.

G. Pemeriksaan

Apabila hemoroid mengalami prolapse, lapisan epitel penutup bagian yang

menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita

diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna tidak dapat

driaba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.


Penialian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang

tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukan dan diputar untuk mengamati eempat

kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam

lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar

dan penonjolan atau prolapse akan lebih nyata.

Proktosigmoidoskopi perlu dilakukan untuk emmastikan bahwa keluhan

bukan disebabkan oleh proses peradangan atau proses keganasan di tingkat yang lebih

tingi, hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses

harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

H. Diagnosis

1. Anamnesis

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, proses

defekasi yang keras yang membutuhkan tekanan

intraabdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk

berjam-jam di WC dapat disertai rasa nyeri jika terjadi

peradangan. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi

apalagi bila terjadi thrombosis. Bila hemoroid interna

mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel

penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta

mengejan.
2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : Dilihat kulit sekitar perineum dan dilihat pula

secara teliti apakah ada jaringan atau tonjolan yang

menonjol.

b. Palpasi : Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid

interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan

vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak

menimbulkan nyeri. Hemoroid dapat diraba jika

memiliki ukuran yang cukup besar. Apabila hemoroid

sering prolapse, selaput lender akan menebal.

Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat

dengan dasar yang lebar. Pemriksaan colok dubur ini

untuk menyingkirkan kemungkinan adnaya karsinoma

rectum.

c. Anoskopi

Dengan cara ini, dapat dilihat hemoroid interna yang

tidak muncul keluar. Anoskop dimasukan untuk

mengamati keempat kuadran.

d. Progtosigmoidoskopi

Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan

disebabkan oleh proses radang atau kegansan di tingkat


yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan

yang fisiologis saja.

I. Tatalaksana

Terapi hemoroid interna yang simptomatik harus diterapkan

secaraperorangan. Hemoroid merupakan suatu hal yang normal sehingga

tujuan tetapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk

menghilangkan keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat

ditolong dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang asupan

makanan yang sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, yang membuat

gumpalan isi usus besar dan lunak sehingga mempermudah proses defekasi

dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.

Pembersian supositoria dan salep anus diketahui tidak memberikan

efek yang bermakna kecuali efek anatestik dan astringen.

Hemoroid interna yang mengalami prolapse karena edema umumnya

dapat dimasukan kembali secacra perlahan disusul dengan istirahat berbaring

dan kompres local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan

cairan hangat juga dapat memepringan rasa nyeri pasien.

1. Skleroterapi

Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya

5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan dlakukan di

submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah


hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan

steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan

jaringan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis

mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop.

Penyuntikan yang dilakukan pada tepat yang tepat tdak akan

menimbulkan nyeri. Penyulit penyuntikan antaralain infeksi,

misalnya prostatitis akut (jika penyuntikan dilakukan melali

prostat) dan raksi hipersensitivitas terhadap obat yang

disuntikkan.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat

tentang makanan efektif untuk hemoroid interna derajat I dan

II.

2. Ligasi dengan Gelang Karet

Hemoroid yang besar atau mengalami prolapse, dapat

ditangani dengan ligase gelang karet menurut Barron. Dengan

bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol

dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus.

Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan dnengan

rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.

Nekrosis karena iksmeia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa

bersama akret akan lerpas sendiri. Fibrosis dan parut akan

terjadi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligase


berikutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat

minggu.

Penyulit utama dari cara ini adalah adanya nyeri karena

mengenai garis mukokutan. Untuk menghindari hal ini, gelang

ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri hebat

dapat juga diakibatkan oleh adanya infeksi. Perdarahan dapat

terjadi sewaktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya

setelah tujuh sampai sepuluh hari.

3. Bedah Beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendingin pada suhu

yang sangat rendah. Bedah beku atau bedah krio ini tidak

dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar

ditentukan luasnya. Bedah krio lebih cocok untuk terapi

paliatif karsinoma rectum yang inoperable.

4. Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan

menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV.

Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan

perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan

cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid

derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat

dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.


Prinsip yang harus diperhatikan dari tindakan ini adalah eksisi

hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.

Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kkulit

normal dengan tidak menggnggu sfingter anus.

5. Hemoroidopeksi dengan stapler

Karena bantalan hemoroid merupakan jaringan normal yang

berfungsi sebagi katup untuk mnecegah inkontinensia flatus

dan cairan, pada hemoroid derajat III dan IV tidak usah

dilakukan hemoroidektomi, tetapii cukup menarik mukosa dan

jaringan submukosa rectum distal ke atas (arah oral) dengan

menggunakan sejenis stapler sehingga hemoroid akan kembali

ke posisi semula yang normal. Operasi jenis ini disebut dengan

hemoroidopeksi dengan stapler, dan nyeri pasca bedah pada

tindakan ini sangat minimal. Hemorrhoid Artery Ligation-

Recto Anal Repair (HAL-RAR) adalah tindakan bedah

minimal invasive pada hemoroid interna derajat III-IV;

dilakukan jahit-ikat cabang-cabang arteri rektalis superior

dengan bimbingan Doppler dan fiksasi mukosa yang prolapse

ke arah atas dengan jahitan jelujur. Metode ini memberikan

rasa sakit pasca bedah paling minimal dibandingkan dengan

metode yang lain, tetapi resiko kambuhnya prolapse lebih

tinggi.
J. Penyulit

Sesekali hemoroid interna yang mengalmi prolapse akan mejaid

ireponible dan tidak dapat dipulihkan karena adanya kongesti yang

megakibatkan edema dan thrombosis. Keadaan yang agak jarang ini dapat

berlanjut menjadi thrombosis melingkar pada hemoroid interna dan hemoroid

eksterna secara bersamaan. Keadaan in menyebabkan nyeri hebat dan dapat

lanjut menyebakan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli

septik dapat terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati.

Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama.

Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi

porta, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan, darah yang

keluar sangat banyak.

K. Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi

asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi

hasilnya sangat baik, namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka

kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non operatif seperti ligase cincin karet

(rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara

kurun waktu 5-10 tahu kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya

dapat ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada

penelitian yang menunjukkan keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah


sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan dianjurkan makan

makanan yang berserat tinggi.


BAB IV

PEMBAHASAN

Kata hemoroid berasal dari kata hemorrhoids (Yunani) berarti aliran darah

(haem = darah, rhoos = aliran) sehingga dapat diartikan sebagai darah yang mengalir

keluar. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena

submukosa pada anus yang tersusun atas pleksus vena, arteri, dan jaringan areola

yang melebar. Sehinggan keadaan patologis yang terjadi pada hemoroid atau wasir

merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan tersebut dapat berupa

pelebaran (dilatasi) vena yang disebut venectasia atau varises daerah anus dan

perianus yang disebabkan oleh bendungan dalam susunan pembuluh vena.

Faktor yang dapat mendorong terjadinya hemoroid salah satunya adalah

kebiasaan mengejan saat defekasi, sehingga menyebabkan dilatasi pada pembuluh

darah hemoridalis baik interna maupun eksterna hal ini berhubungan dengan

kebiasaan social pasien yang jarang mengkonsumsi makanan berserat tinggi.

Pasien memiliki riwayat adanya benjolan di anus yang dapat keluar saat

proses defekasi dan masuk lagi setelah proses defekasi telah usai. Namun,

dikarenakan kebiasaan pasien yang gemar mengkonsumsi makanan rendah serat serta

diperberat dengan aktifitas berat sehari-hari yang dapat meningkatkan tekanan

intraabdominal menjadi faktor pendorong terjadinya hemoroid. Pada kasus ini,

hemoroid yang dialami Bp. T merupakan hemoroid grade IV.


DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Hemorrhoid, 2004 Dalam : Buku Ajar

Ilmu Bedah Vol. 3 Edisi 4, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Halaman

: 810-814

Sylvia A.P Lorraine M.W Hemoroid, 2005. Dalam : Konsep-konsep

Klinis Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol. 1, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Halaman : 467

Werner Kahle (Helmut Leonhardt, Werner Platzer), dr. Marjadi

Hardjasudarma (alih bahasa), 1998, Berwarna dan teks anatomi manusia alat-

alat dalam. Hal : 232

Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta :

Penerbit Erlangga, 2007. Halaman : 114-115

Anda mungkin juga menyukai