Anda di halaman 1dari 8

Langkah Konkret Cegah HIV/AIDS

Tjokorda Istri Agung Devitia Widya Paramita Putri

Kata “Remaja” mengandung pengertian mereka yang berada pada tahap


transisi atau yang kita sebut masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10
sampai 19 tahun dan belum melakukan perkawinan. Dalam tahap transisi ini para
remaja sedang dan akan mencari pengalaman baru yang tak terbatas, dalam
perjalanan untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Namun, tak sedikit dari
remaja di dunia dalam menuju tujuannya mereka tersebut menemui banyak hambatan,
yaitu godaan untuk melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Tak sedikit
juga remaja melakukan hal tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa diri mereka
“keren” dihadapan teman-teman remaja mereka. Hal yang dilakukan selalu
berhubungan dengan merokok, minum-minuman keras, pesta narkoba (Narkotika dan
obat-obatan terlarang), clubbing, dan paling ekstrim adalah melakukan seks bebas
yang akan berujung terinfeksinya remaja-remaja di dunia dengan virus HIV/AIDS.
Virus HIV/AIDS di kalangan masyarakat milenial saat ini tentunya sudah
tidak asing lagi, virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini merupakan virus
yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) sehingga menyebabkan
turunnya kekebalan tubuh manusia, membuatnya lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik (Infeksi yang
sebenarnya tidak berbahaya bagi ubuh orang normal, namun mengambil kesempatan
dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan yang dapat disebabkan oleh virus, jamur
dan bakteri) dan bisa menyebabkan kematian, sedangkan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah gejala yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV. Virus HIV/AIDS ini terdapat
dalam darah dan cairan tubuh, seperti sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Namun
banyak asumsi yang mengatakan penularan HIV/AIDS ini melalui kontak tubuh.
Virus ini tidak menular melalui penggunaan toilet umum secara bergantian, bertukar
pakaian, berbagi makanan dan minuman, berenang di kolam yang sama, gigitan
serangga (nyamuk), keringat, tinggal dalam satu rumah dengan orang yang terinfeksi,
bersalaman, dan melakukan ciuman dengan orang terinfeksi HIV/AIDS.
Virus ini masih menjadi masalah yang cukup trendy, ini dibuktikan dengan
HIV/AIDS dalam angka 36,9 Juta penderita di berbagai belahan dunia, menurut The
Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS). Jika ditelusuri angka
tersebut, ternyata penderita ini berasal dari pekerja seks komersial, homoseksual,
pengguna narkoba suntik, transgender, terjadi melalui hubungan heteroseksual,
adanya peningkatan jumlah pengguna narkoba suntik menyebabkan cara penularan
HIV/AIDS juga mengalami perubahan karena penularan bisa terjadi melalui
penggunaan jarum suntik bersama, dan mereka yang ada di tahanan penjara,
kurangnya pengawasan dari oknum penjaga penjara menyebabkan kebebasan para
tahanan melakukan aktivitas yang tidak seharusnya seperti melakukan hubungan
sesama jenis yang dapat menyebabkan peningkatan penularan HIV/AIDS. Virus
HIV/AIDS juga tidak tanggung-tanggung menyerang ibu hamil dimana ini
menunjukkan bahwa banyak kasus bayi yang tertular infeksi HIV dari ibunya.
Di Indonesia, kasus HIV/AIDS pertama kali muncul ke publik pada tahun
1987. Ketidak pedulianya keluarga, masyarakat dan pemerintah, sulitnya dalam
mengidentifikasikan penyakit ini dalam waktu cepat, serta rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang virus ini merupakan alasan mengapa penderita HIV/AIDS terus
meningkat dalam 5 tahun belakangan ini. Baru akhirnya dalam 2 tahun terakhir
pemerintah di berbagai belahan dunia menggencarkan penyuluhan, sosialisasi, dan
pencegahan dalam menyikapi kehadiran virus yang berbahaya ini. Kasus yang sering
terjadi di dalam lingkungan sehari-hari, masyarakat masih terdapat adanya
diskriminasi serta stigma terhadap penderita penyakit HIV/AIDS. Sebagian
masyarakat masih mempunyai persepsi bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit
menular dan memalukan (aib), dan mereka yang terinfeksi HIV tersebut harus dijauhi
serta diasingkan.. Kondisi inilah yang telah menyebabkan sebagian dari mereka
penderita HIV/AIDS yang pernah berperilaku ataupun berisiko mempunyai sikap
kurang peduli, cenderung malu dan merasa belum mempunyai kesiapan mental untuk
melakukan pemeriksaan dan menerima hasil pemeriksaan HIV.
Latar belakang kasus HIV/AIDS juga tidak lepas akibat dari faktor
lingkungan, khususnya lingkungan pergaulan seperti berkumpul dengan komunitas
homoseksual (gay) dan komunitas lesbian dianggap salah satu faktor pendorong
untuk melakukan seks dengan sesama jenis. Tempat yang memungkinkan menjadi
target oleh para homoseksual untuk melakukan perilaku menyimpang tersebut adalah
tempat kos karena pilihan tempat kos merupakan tempat yang dianggap sebagai
tempat yang lebih aman, nyaman, dan tidak perlu mengeluarkan biaya/sewa
penginapan

Kegiatan peningkatan upaya pencegahan HIV/AIDS terus digencarkan hingga


dewasa ini. Tindakan pencegahan HIV/AIDS dapat dilaksanakan melalui :

a). Pertemuan dan Koordinasi dengan Instansi Terkait, seperti Dinas Kesehatan, PMI
setempat, Pemerintah setempat, dan Rumah Sakit

b). Penyediaan dan pendistribusian materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
melalui seminar-seminar kecil-kecilan di sekolah, balai desa, dan tempat berkumpul
lainnya,

c). Screening darah donor oleh PMI atau yang biasa disebut pemeriksaan atau
penyaringan darah.

d). Abstinence atau tidak melakukan hubungan seks yang berisiko

e). Be Faithfull atau bersikap setia dengan satu pasangan hingga mati

f). Dalam melakukan hubungan seks selalu imgat untuk menggunakan kondom
secara benar dan berkelanjutan

g). Menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian, misalnya saat


melakukan donor darah dan menghindari mengonsumsi narkoba

h). Mencari informasi tentang virus HIV/AIDS atau mengedukasi diri sendiri dengan
pengetahuan bahaya virus HIV/AIDS
Remaja cenderung menyumbang angka yang besar dalam kasus HIV/AIDS,
berdasarkan data yang ditunjukkan oleh UNICEF ( United Nations International
Children’s Emergency Fund) tahun 2012 sebanyak 110.000 remaja usia 10-19 tahun
meninggal akibat virus HIV. Rmaja selalu beresiko tinggi ini dikarenakan pada umur
yang lebih muda penularan HIV lebih mungkin terjadi karena perilaku seks bebas
yang tidak aman, dan juga perilaku gonta ganti pasangan.. Untuk menanggulangi atau
meminimalisir permasalahan ini khususnya pada remaja, ada beberapa langkah
pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu:

● Meningkatkan kesadaran remaja tentang penyakit HIV/AIDS. Kurangnya


pengetahuan atau pendidikan yang rendah tentang penyakit mini dapat
memicu timbulnya potensi penularan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dicegah
dengan melakukan beberapa cara seperti penyuluhan tentang apa dan
bagaimana HIV/AIDS itu oleh tenaga kesehatan dalam lingkup sekolah.
● Meningkatkan sosialisasi untuk tes pemeriksaan HIV. Masih banyak ODHA
(Orang Dengan HIV dan AIDS) yang tidak sadar bahwa dirinya mengidap
penyakit ini, mereka cenderung belum siap mental untuk melakukan
pemeriksaan dan menerima hasil pemeriksaan HIV dan juga masih banyak
dari mereka yang memiliki sikap kurang peduli.
● Menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap HIV / AIDS. Dewasa ini
masih banyak yang beranggapan bahwa penyakit HIV merupakan penyakit
yang menular dan memalukan, mereka yang terinfeksi penyakit ini cenderung
dijauhi bahkan diasingkan. Oleh karena itu peningkatan kepedulian dengan
penghilangan stigma dan diskriminasi ini diperlukan di kalangan remaja.

Ibu hamil merupakan kelompok berisiko tertular HIV, dan setiap tahun selalu
mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah laki-laki yang
melakukan hubungan seksual tidak aman, sehingga akan menularkan HIV pada
pasangan seksualnya dan berdampak pada bayi yang dikandungnya. Penularan HIV
dari ibu ke bayi merupakan akhir dari rantai penularan HIV. Penularan HIV dari ibu
ke bayi mencapai hingga 90% kasus. Cara penularan melalui perinatal atau dengan
istilah masa sebelum kelahiran terjadi meningkat dari tahun 2006 sebanyak 5 orang
(1,3%) menjadi 24 orang (3,4%) pada tahun 2010, yang menunjukkan bahwa
meningkatnya kasus bayi yang tertular infeksi HIV dari ibunya. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke janinnya, misal
dengan cara berupa diagnosis dini ibu yang sedang hamil terkena infeksi HIV atau
tidak untuk memaksimalkan pilihan penanganan kehamilan dan mengoptimalkan
waktu pemberian terapi, perencanaan kelahiran melalui operasi caesar, dan tidak
menyusui bayinya dengan ASI. Selain itu perlu upaya pencegahan penularan HIV &
AIDS dari suami yang terinfeksi HIV ke istrinya untuk menghindari penyebaran HIV
& AIDS ke populasi umum, Pelaksanaan PPIA (PENCEGAHAN Penularan dari Ibu
ke Anak) pada pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat memperkecil angka kematian
pada ibu HIV. Pelayanan Bidan Praktik Mandiri merupakan salah satu fasilitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang ada di Indonesia. Bidan Praktik Mandiri
merupakan tempat pelayanan dasar yang menjadi lini pertama deteksi dini terhadap
komplikasi pada kehamilan termasuk HIV.

Selain itu, pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi menurut World
Health Organization (WHO) mempromosikan pendekatan komprehensif, yang
meliputi empat komponen (prong) berikut yaitu:

(1) Pencegahan primer infeksi HIV di antara perempuan usia subur,

(2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan antara perempuan yang hidup dengan
HIV,

(3) Mencegah penularan HIV dari seorang wanita yang hidup dengan HIV untuk
bayinya, dan

(4) Memberikan perawatan yang tepat, perawatan dan dukungan untuk ibu yang
hidup dengan HIV dan anak-anak dan keluarga mereka.

Dewasa ini semakin majunya teknologi dunia sehingga mempermudah dalam


mengatasi segala hal, salah satunya dalam pencegahan dan pengobatan orang yang
terinfeksi HIV/AIDS atau ODHA. Fakta telah ditemukannya obat untuk
mengendalikan pertumbuhan jumlah virus HIV di dalam tubuh seorang ODHA agar
tidak mudah terkena virus oportunistik sehingga ODHA dapat hidup lebih sehat sama
dengan orang tanpa HIV/AIDS, yaitu ARV (Antiretroviral). Walaupun obat untuk
mengendalikan pertumbuhan b=virus ini sudah ditemukan, adakalanya kita sebagai
remaja untuk selalu berusaha mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS ini agar
dapat mewarisi hanya hal-hal yang positif saja kepada generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Azanella, Luthfia. 2015. HIV/AIDS dalam Angka: 36,9 Juta Penderita, 25
Persen Tak Menyadarinya". Dapat diakses di :
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/01/124545720/hivaids-dalam-
angka-369-juta-penderita-25-persen-tak-menyadarinya. Diakses pada tanggal
04 November 2019
Astindari, Hans Lumintang .2016.Cara Penularan HIV & AIDS Di Unit Perawatan
Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dapat
diakses di : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
bik3e164f29470full.pdf. Diakses pada tanggal 06 November 2019
WHO. 2013. Global Report UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2013.
Yulfira Media. 2016. Pengembangan Strategi Dalam Upaya Penanggulangan
HIV/AIDS Melalui Pendekatan Sosial Budaya Di Kota Bukittinggi, Sumatera
Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 (1): 1 – 14.
Kambu Y.,Waluyo A.,Kuntarti. 2016. Umur Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
Berhubungan Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol.19(3):200-207. DOI : 10.7454/jki.v19i3.473
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Penulis

A. Identitas Diri
● Nama : Tjokorda Istri Agung Devitia Widya Paramita
Putri
● Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 1 September 2000
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Alamat : Jalan Jayagiri XI no. 11, Denpasar Timur
● No. Telepon / HP : 081558144991
● Email : cokdevitia@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
● Sekolah Dasar : SD Cipta Dharma
● Sekolah Menengah Pertama : SMPN 8 Denpasar
● Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Denpasar

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam penugasan Latdas KMPA 2019.

Anda mungkin juga menyukai