Anda di halaman 1dari 17

SAMPUL

Kelompok IX
“KONSEP PEMBIAYAAN IJARAH DAN AL-IJARAH AL-MUNTAHIYA BI
AT-TAMLIK”
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : FATWA BISNIS SYARIAH
Dosen Pengampu : MOHAMMAD JAMALUDIN, SHI.,M.H.,

Disusun Oleh

SANANA GUPA
NIM. 1704110179

TABIYATUL MARPUAH
NIM. 1704110132

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
1441 H/ 2019 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam tim penulis curahkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga kita bisa bersama
dengan beliau di akhirat kelak.
Ungkapan rasa terima kasih juga penulis haturkan kepada dosen pengajar
khususnya bapak Mohammad Jamaludin, SHI.,M.H., selaku dosen pengampu
mata kuliah Fatwa Bisnis Syariah yang telah membimbing dan selalu memberikan
semangat yang pada akhirnya bisa membantu untuk lebih sedikit demi sedikit
memperluas wawasan pengetahuan tim penulis sehingga dapat terselesaikannya
makalah ini yang berjudul “Konsep Pembiayaan Ijarah dan Al-Ijarah Al-
Muntahiya Bi At-Tamlik”, meskipun jika ditinjau lebih jauh makalah ini masih
belum sempurna untuk dikatakan sebagai makalah yang baik, dan tim penulis
menyadari bahwa tim penulis bukanlah manusia yang tercipta dalam
kesempurnaan, namun tim penulis akan tetap berusaha untuk menjadi lebih baik
dengan terus belajar.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, tim penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca yang dapat membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Palangka Raya, 13 September 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
E. Metode Penulisan ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Konsep Akad Al-Ijarah ........................................................................ 4
B. Konsep Akad Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik (Financial
Lease With Purchase Option) .............................................................. 6
C. Fatwa tentang Al-Ijarah dan Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik .... 7
D. Implementasi Al-Ijarah dalam Perbankan Syariah ............................ 10
E. Implementasi Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik dalam
Perbankan Syariah .............................................................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh aktifitas di dalamnya telah
diatur dengan hukum Islam, baik itu dalam hal ibadah, munakahat, muamalah
maupun jinayat. Islam sebagai agama yang bersifat universal dan agama yang
rahmatan lil alamin telah mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia,
sehingga aturan-aturan yang diberlakukan Islam dapat dijadikan sebagai solusi
bagi manusia agar tujuan dari apa yang manusia inginkan dapat terpenuhi tanpa
mengabaikan hak-hak orang lain sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial.
Karena itulah, agama Islam sangat berperan penting dalam kehidupan.
Pada perbankan kita telah mengenal bahwa prinsip bunga, sedangkan dalam
perbankan syariah tidak mengenal prinsip bunga melainkan prinsip jual-beli,
bagi hasil dan sewa-menyewa. Sejak awal berdirinya bank-bank syariah telah
menunjukkan perkembangan yang positif dan memiliki peranan yang sangat
penting dalam memobilisasi, mengalokasi, dan memanfaatkan sumber daya
dengan lebih baik. Munculnya produk bank syariah berbasis sewa menyewa
dapat menjadi nilai positif bagi perkembangan bank syariah di Indonesia yang
masih tertinggal jauh dengan negara lainnya yang memiliki bank syariah
seperti Malaysia, dengan pengelolaan yang baik dan dibantu dengan peraturan
pemerintah, diharapkan produk-produk bank syariah terutama dalam bidang
sewa menyewa dapat menambah nilai guna suatu barang atau jasa yang
diperdagangkan dengan syariat Islam sehingga dapat memperkuat
perekonomian dengan landasan syariat Islam di Indonesia.
Praktik dari pembiayaan-pembiayaan dalam bank syariah mungkin sudah
sering dijumpai dalam keseharian dan kita juga bisa menjadi pelaku dalam
aktivitas ini, akan tetapi kita mungkin masih belum mengetahui secara
keseluruhan mengenai produk pembiayaan ini, dan pada

1
2

kesempatan ini kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai produk


pembiayaan perbankan syariah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep akad al-ijarah?
2. Bagaimana konsep akad al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik?
3. Bagaimana fatwa tentang al-ijarah dan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik?
4. Bagaimana implementasi al-ijarah dalam perbankan syariah?
5. Bagaimana implementasi al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik dalam
perbankan syariah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan konsep
akad al-ijarah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan konsep
akad al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik.
3. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan fatwa
tentang al-ijarah dan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan
implementasi al-ijārah dalam perbankan syariah.
5. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan
implementasi al-ijārah al-muntahiya bi at-tamlik dalam perbankan syariah.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
keilmuan di mata kuliah Fatwa Bisnis Syariah terutama yang berkaitan dengan
materi dari makalah ini yaitu Konsep Pembiayaan Ijarah dan Al-Ijarah Al-
Muntahiya Bi At-Tamlik untuk memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan
pembaca dalam ruang lingkup pembahasan yang telah dipaparkan dalam
bentuk makalah.
3

E. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam makalah ini yaitu metode telaah
kepustakaan dengan menggunakan buku perpustakaan di Institut Agama Islam
Negeri Palangka Raya (IAIN) sebagai bahan referensi dimana penulis mencari
literatur yang berkaitan dengan materi yang sudah diberikan, penulis juga
menggunakan google book dan jurnal sehingga dapat menambah sumber
referensi. Jadi, metode dan pendekatan tersebut penulis menyimpulkan dalam
bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Akad Al-Ijarah


1. Pengertian Al-Ijarah

Menurut etimologi, al-ijarah adalah ِ‫(بيعُالمن َف َعة‬menjual


manfaat).1Al-ijarah adalah istilah fikih Islam dan berarti memberikan
sesuatu untuk disewakan.2Al-Ijarah menurut jumhur ialah berarti sewa,
jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat
dengan imbalan jasa.3 Dengan demikian, al-ijarah merupakan suatu akad
di mana terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak yang
melakukan perjanjian atas dasar suatu manfaat dengan imbalan berupa jasa
atau manfaat.
Berdasarkan objek yang disewakan, al-ijārah dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu:
a. Al-ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu
kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Pihak yang menyewa
disebut musta’jir, sedangkan pihak yang menyewakan disebut
mu’jiratau muajir dan biaya sewa disebut ujrah.
b. Al-ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
memperkerjakan disebut mus’tajir, sedangkan pihak pekerja disebut
ajir.

1
Rachmat Syafe’i dan Maman Abd. Djaliel, Fiqh Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia,
2001, h. 121.
2
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 99.
3
Habib Nazir dan Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah, Bandung:
Kaki Langit, 2004, h. 246.

4
5

c. Jual dan sewa kembali atau transaksi jual dan Ijārah. Jenis Ijārah seperti ini
terjadi di mana seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa
kembali aset tersebut.4
2. Landasan Syariah
a. Al-Qur’an

َ ِ‫َع ََل ْي ُُك ْمِإَذَا‬


ِ‫َسَل ْمتُمَِّمِآ َءاتَ ْيتُم‬ ِ َ َ‫َوإ ْنِأ َ َردت ُّ ْمِأَنِت َ ْستَ ْرِضعُ ْوآأ َ ْولَدَ ُك ْمِف‬
َ ِ‫لِ ُُجنَا ََح‬
ِ ‫ِوآ َْعَلَ ُم ْوآأَنِآ‬
ِ‫للَِب َماتَ ْع َمَلُونَ ِ َبصيْر‬ َ ‫ب ْآل َم ْع ُروف‬
َ ِ‫ِوآتقُ ْوا‬
َ ‫هللا‬
“dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh rang lain, tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah SWT. dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang
kamu kerjakan” (Al-Baqarah: 233)
b. Al-Hadits

ِْ َ ‫ِوا‬
ِ‫َعطى‬ ْ ‫اِسِأَنِالنبيِصَلىاللَِعَليهِوَسَل‬
َ ‫مِاحتَ َج َم‬ ٍ ‫َر َوىِاب ُْنِ ََعب‬
.ُ‫امِأ َ ُْج َره‬
َ ‫ال َحج‬
)‫ِ(رواهِأحمدِوالبخارىِوَّمسَلم‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
bekam itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

َِ‫ط ْواِاْأل‬ َ ِ‫َع َم َرِأَنِالنبي‬


ُ ‫ِا َ َْع‬:‫صَلىِهللاَِعَليهِوَسَلمِقَا َل‬ ُ ِ‫َعنِابْن‬
َ
َ ِ‫ُجي َْرِأ َ ُْج َرهُِقَ ْب َلِأ َ ْنِيَجف‬
ُ‫َع َرقُ ِه‬
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, “Berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)5

4
Salman Kautsar Riza, Akuntansi Perbankan Syariah berbasis PSAK Syariah, Jakarta:
Akademia, 2012, h. 274.
5
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2001, h. 117-118.
6

B. Konsep Akad Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik (Financial Lease With


Purchase Option)
1. Pengertian al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik
Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik
(IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
lebih tepatnya adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang
membedakan dengan ijarah biasa.
2. Bentuk al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik
Al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik memiliki banyak bentuk,
bergantung pada apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak.
Misalnya, al-ijarah dan janji menjual nilai sewa yang mereka tentukan
dalam al-ijarah, harga barang dalam transaksi jual dan kapan kepemilikan
dipindahkan.
3. Aplikasi dalam Perbankan
Bank-bank Islam yang mengoperasikan produk al-ijarah, dapat
melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial
lease. Akan tetapi, pada umumnya, bank-bank tersebut lebih banyak
menggunakan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik karena lebih sederhana
dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.6
4. Manfaat dan Risiko yang Harus Diantisipasi
Manfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa
dan kembalinya uang pokok. Adapun resiko yang mungkin terjadi dalam al-
ijarah adalah sebagai berikut.
a. Default, nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.

6
Ibid., h. 118-119.
7

b. Rusak, aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan


bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan
harus dilakukan oleh bank.
c. Berhenti, nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset
tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan
mengembalikan sebagian kepada nasabah.7
C. Fatwa tentang Al-Ijarah dan Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik
1. Fatwa Al-Ijarah
Ijarah adalah pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Al-Ijarah memiliki
Fatwa DSN MUI yaitu Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Ijarah, ditetapkan bahwa
a. Rukun dan Syarat Ijarah
1) Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal maupun
dalam bentuk lain.
2) Pihak-pihak yang berakad terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa
dan penyewa/pengguna jasa.
3) Objek akad ijarah adalah manfaat barang dan sewa atau manfaat
jasa dan upah.
b. Ketentuan Objek Ijarah
1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
3) Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syari’ah.

7
Ibid., h. 119.
8

5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk


menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik.
7) Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar
nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang
dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa
atau upah dalam ijarah.
8) Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain)
dari jenis yang sama dengan objek kontrak.
9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.8
c. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai
kontrak.
b) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).
c) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga

8
M. Fauzan dan Baharuddin Siagian, Kamus Hukum dan Yurisprudensi, Depok: Kencana,
2017, h. 1017.
9

d) Bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam


menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut.
d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.9
2. Fatwa Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik
Al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik atau IMBT adalah
perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan
hak milik atas benda yang disewakan, kepada penyewa, setelah
selesai masa sewanya. Al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik memiliki
Fatwa DSN MUI yaitu Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002
tentang al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik, ditetapkan bahwa
a. Ketentuan Umum
Akad al-ijarah al-muntahiyah bi at-tamlik boleh dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah
(Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula
dalam akad al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik.
2) Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al-muntahiya bi
at-tamlik harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.
3) Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam
akad.
b. Ketentuan tentang al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik
1) Pihak yang melakukan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik
harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad
pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau

9
Ibid.,
10

pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah


selesai.
2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad
ijarah adalah wa'd (‫)الوَعد‬, yang hukumnya tidak mengikat.
Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa
ijarah selesai.
c. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syari'ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Lalu
fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.10
D. Implementasi Al-Ijarah dalam Perbankan Syariah
Akad-akad yang dipergunakan oleh lembaga keuangan syariah, terutama
perbankan syariah di Indonesia dalam operasinya merupakan akad-akad yang
tidak menimbulkan kontroversi yang disepakati oleh sebagian besar ulama dan
sudah sesuai dengan ketentuan syariah untuk diterapkan dalam produk dan
instrumen keuangan syariah. Akad-akad tersebut meliputi akad-akad untuk
pendanaan, pembiayaan, jasa produk, jasa operasional dan jasa di.11
Menurut surat edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan bank indonesia
tertanggal 17 Maret 2008, dalam memberikan pembiayaan ijarah bank syariah
atau unit usaha syariah (UUS) harus memenuhi langkah berikut ini:
1. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak
penguasaan atas objek sewa baik berupa barang atau jasa, yang
menyewakan objek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan.

10
Ibid., h.1018.
11
Harun Santoso dan Anik, Analisis Pembiayaan Ijarah pada Perbankan Syariah, Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 01 No. 02, Juli 2015, h. 111.
11

2. Barang dalam transaksi ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak
yang dapat diambil manfaat sewanya.
3. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
4. Bank wajib melakukan analisis atas rencana pembiayaan atas dasar ijarah
kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa
atas karakter dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa atas
karakter dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha,
keuangan dan/atau prospek usaha.
5. Objek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan
dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai sewa dan jangka
waktunya.
6. Bank sebagai pihak yang menyediakan objek sewa, wajib menjamin
pemenuhan kualitas maupun kuantitas objek sewa serta ketepatan waktu
penyediaan objek sewa sesuai kesepakatan.
7. Bank wajib menyediakan dan untuk merealisasikan penyediaan objek
sewa yang dipesan nasabah.
8. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk
perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar ijarah.
9. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun
sekaligus.
10. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun
dalam bentuk pembebasan utang.
11. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan objek sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan objek sewa sesuai dengan kesepakatan
di mana uraian pemeliharaan yang bersifat material dan structural harus
dituangkan dalam akad, dan bank tidak dapat meminta nasabah untuk
12

bertanggung jawab atas kerusakan objek sewa yang terjadi bukan karena
pelanggaran akad atau kelalaian nasabah.12

E. Implementasi Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi At-Tamlik dalam Perbankan


Syariah
Tahapan implementasi al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik dalam
perbankan syariah, antara lain:
1. Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan
spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syariah.
2. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa beli barang dengan harga
sewa dan waktu sewa yang disepakati.
3. Bank syariah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh
nasabah.
4. Bank syariah membeli barang tersebutdari pemilik barang.
5. Bank syariah membayar tunai barang tersebut.
6. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syariah.
7. Akad antara bank dengan nasabahuntuk sewa beli.
8. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran.
9. Barang diserahterimakan dari bank syariah kepada nasabah.
10. Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara bank syariah dan nasabah.13

12
Ibid.,h.112.
13
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h.
103.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Ijarah merupakan suatu akad di mana terjadi hubungan timbal balik
antara dua belah pihak yang melakukan perjanjian atas dasar suatu manfaat
dengan imbalan berupa jasa atau manfaat.Berdasarkan objek yang disewakan,
al-ijārahdibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu Al-ijārah yang berhubungan dengan
sewa aset atau properti,Al-ijārahyang berhubungan dengan sewa jasa, dan Jual
dan sewa kembali atau transaksi jual dan Ijārah. Al-ijarah al-muntahiya bit-
tamlik (IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa.
Al-ijarah memiliki Fatwa DSN MUI yaitu Fatwa DSN No. 09/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah dan al-ijarah al-muntahiya bi at-
tamlik memiliki Fatwa DSN MUI yaitu Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-
MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik.
B. Saran
Ijarah dan al-ijarah al-muntahiya bi at-tamlik merupakan akad yang
dijalankan oleh perbankan syariah. Tetapi saat ini, masih banyak orang-orang
yang kurang memahami tentang akad-akad tersebut sehingga penerapannya
tidak sesuai dengan syarat-syaratnya. Maka dari itu, disini penulis berharap para
pembaca khususnya program studi perbankan syariah nantinya bisa menerapkan
di dunia kerja dengan mengikuti syarat-syarat yang benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, Rachmat dan Maman Abd Djaliel.Fiqh Muamalah. Bandung: CV


Pustaka Setia. 2001.
Ascarya.Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2008.
Nazir, Habibdan Muh Hasan.Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah.
Bandung: Kaki Langit. 2004.
Riza, Salman Kautsar.Akuntansi Perbankan Syariah berbasis PSAK Syariah.
Jakarta: Akademia. 2012.
Antonio, Muhammad Syafii.Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Fauzan, Muhammad dan Baharuddin Siagian.Kamus Hukum dan
Yurisprudensi. Depok: Kencana. 2017.
Santoso, Harundan Anik. Analisis Pembiayaan Ijarah pada Perbankan
Syariah. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 01 No. 02. 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai