Lapkas Sepsis
Lapkas Sepsis
Disusun Oleh:
Febry Permata Sari Nasution 140100132
Dalminder Singh A/L Jaswant Singh 140100265
Nadiah Arina Binti Herman Syah 140100257
Pembimbing:
dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp. An, KAKV
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sepsis”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Qadri Fauzi Tanjung, Sp. An, KAKV selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan
secaraoptimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
ii
4
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Mengetahui alur penanganan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat
khususnya sepsis.
kedokteran.
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi
Pneumonia adalah bentuk tersering yang dijumpai pada infeksi saluran
nafas bagian bawah akut (ISNBA). Pneumonia ini dapat terjadi secara primer atau
merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Pada perkembangannya, pneumonia
dikelompokan menjadi pneumonia komunitas (PK) yaitu pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, dan pneumonia nosokomial (PN) yaitu
pneumonia yang terjadi >48 jam setelah dirawat di rumah sakit.4
2.1.2 Epidemiologi
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (PK) atau di dalam rumah
sakit/pusat perawatan (PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran
napas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN di ruangan umum, yaitu dijumpai
pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU. Pneumonia dapat terjadi pada orang
normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar
yang mengganggu daya tahan tubuh. Pneumonia semakin sering dijumpai pada
orang lanjut usia dan sering tejadi pada penyakit paru obstuktif kronik (PPOK).
Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus
(DM), paya jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal,
penyakit saraf kronik, dan penyakit hati kronik.4
4
2.1.3 Etiologi
Cara terjadi penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui slang
infus oleh Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator
oleh Pseudomonas aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi
perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA akibat adanya perubahan
keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi
lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan
perubahan karakteristik kuman. Terjadilah peningkatan patogenitas/jenis kuman,
terutama S.aureus, B.catarrhalis, H.influenzae, dan Enterobacteriacae. Etiologi
pneumonia berbeda-beda antar negara, tetapi Indonesia belum mempunyai data
mengenai pola kuman penyebab secara umum.4
2.1.4 Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri diparu merupakan akibat ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan timbulnya sakit. Masuknya mikroorganisme ke
saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara 5:
obatan lain dan tindakan invasif pada saluran pernapasan. Mekanisme lain
andalah pasasi bakteri pencernaan ke paru, penyebaran hematogen, dan akibat
tindakan intubasi.
Inflamasi sebagai tanggapan imunitas tubuh terhadap berbagai macam
stimulasi imunogen dari luar. inflamasi seungguhnya merupakan upaya tubuh
untuk menghilangkan dan eradikasi organisme penyebab. Berbagai jenis sel akan
teraktivasi dan memproduksi berbagai jenis mediator inflamasi sangat komplek
karena melibatkan banyak sel dan mediator yang dapat mempengaruhi satu sama
lain.4
Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri. Masih banyak
sitokin lain (non sitokin) yang sangat berperanan dalam pembentukan perjalanan
suatu penyakit. Respon tubuh terhadap suatu penyakit melibatkan macam-macam
komponen sistem imun dan berbagai macam sitokin baik itu yang bersifat
proinflamasi dan antiinflamasi. Termasuk sitokin proinflamasi adalah TNF, IL-1,
Interferon (IFN-γ) yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi. Termasuk sitokin antiinflamasi adalah
interleukin 1 reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk
memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respons yang berlebihan. Apabila
keseimbangan kerja ini tidak tercapai dengan sempurna maka dapat memberikan
kerugian bagi tubuh.4
Penyebab sepsis dan dan syok septik yang paling banyak berasal dari
stimulasi toksin, baik dari endotoksin Gram (-) maupun eksotoksin Gram (+).
Endotoksin dapat secara langsung dengan LPS dan bersama-sama dengan antibodi
dalam serum darah penderita membentuk LPSab (Lipo Poli Sakarida Antibodi).
LPSab yang berada dalam darah penderita akan bereaksi dengan magrofag
melalui TLRs4 (Toll Like Reseptor) sebagai reseptor transmembran dengan
perantaraan reseptor CD 14+ dan makrofag mengekspresikan imuno modulator,
hal ini hanya dapat terjadi pada Gram negatif yang mempunyai LPS dalam
dindingnya.4
Pada bakteri Gram positif eksitiksin dapat merangsang langsung terhadap
makrofag dengan melalui TLRs2 (Toll Like Receptors 2) tetapi ada juga
6
2.1.5 Diagnosis
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut6:
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit dan
menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit.
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
o Sekret purulen
o Leukositosis
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau membutuhkan O2 >
4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan hipotensi dan
atau disfungsi organ yaitu :
- Jumlah urin < 20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam
- TB Paru
- Tumor Paru
- Bronkitis akut
- PPOK eksasebasi
- Asma Eksasebasi
- Edema paru
- Infark paru
- Atelektasis
2.1.8 Tatalaksana
klaritromisin, azitromisin)
B. Rawat inap :
respirasi iv
- Bila dicurigai pneumonia atipikal : Makrolid baru (roksitromisin,
klaritromisin, azitromisin)
atau aminoglikoksida iv
pneumonia selama 10-14 hari, sedangkan pada pasien dengan terapi steroid
jangka panjang selama 14 hari atau lebih.
- Semua terapi awal antibiotik adalah empiris dengan pilihan antibiotik yang
harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen yang
mungkin sebagai penyebab, perhitungkan juga pola resistensi setempat.
- Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan
dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk menjamin efektivitas yang
maksimal. Pemberian terapi empiris harus intravena dengan switch
therapy pada pasien yang terseleksi, dengan respon klinis dan fungsi
saluran cerna yang baik.
- Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada
hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada perbaikan
respons klinis.
Gambar 2.1 Terapi Antibiotik Awal Secara Empiris Untuk HAP atau VAP.
13
2.1.9 Pencegahan
Pencegahan yang dapat diakukan diantaranya adalah
- Efusi pleura
- Empiema
- Abses paru
- Pneumotoraks
- Gagal napas
- Sepsis
2.2Sepsis
2.2.1 Definisi
Saat ini sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam
jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon pejamu terhadap infeksi.Syok sepsis
baru, tetapi dalam studi yang digunakan untuk menetapkan bukti untuk pedoman
ini, populasi pasien terutama ditandai dengan definisi sebelumnya dari sepsis,
sepsis berat, dan syok septik yang dinyatakan dalam dokumen konsensus 1991
dan 2001.10
didapat, penyakit paru obstruktif kronis, dan banyak kanker) dan penggunaan
agen imunosupresif.11
Mungkin diperlukan lebih dari 1 jam untuk resusitasi selesai, tetapi inisiasi
resusitasi dan pengobatan, seperti mendapatkan darah untuk mengukur laktat dan
kultur darah, pemberian cairan dan antibiotik, dan dalam kasus hipotensi yang
mengancam jiwa, inisiasi vasopressor terapi, semuanya dimulai segera.14
1. Pengukuran laktat
Peningkatan serum laktat dapat mewakili hipoksia jaringan, percepatan
glikolisis aerobik yang didorong oleh stimulasi beta-adrenergik berlebih,
atau penyebab lain yang terkait dengan hasil yang lebih buruk. Jika laktat
awal meningkat (> 2mmol / L), itu harus diukur kembali dalam waktu 2-4
jam untuk memandu resusitasi untuk menormalkan laktat pada pasien
dengan kadar laktat tinggi sebagai penanda hipoperfusi jaringan.14
2. Kultur Darah
Sterilisasi kultur dapat terjadi dalam beberapa menit dari dosis pertama
antimikroba yang sesuai, sehingga kultur harus diperoleh sebelum
pemberian antibiotik untuk mengoptimalkan identifikasi patogen dan
meningkatkan outcome. Kultur darah yang tepat termasuk setidaknya dua
set (aerob dan anaerob). Administrasi terapi antibiotik yang tepat tidak
boleh ditunda untuk mendapatkan kultur darah.14
3. Pemberian antibiotik spectrum luas
Terapi antibiotic empiris spektrum luas dengan satu atau lebih antimikroba
intravena untuk mencakup semua kemungkinan patogen harus dimulai
segera untuk pasien dengan sepsis atau syok septik. Terapi antimikroba
empiris harus dipersempit setelah identifikasi dan sensitivitas patogen
ditetapkan, atau dihentikan jika keputusan dibuat bahwa pasien tidak
memiliki infeksi.Hubungan antara pemberian antibiotik awal untuk dugaan
infeksi dan penatalayanan antibiotik tetap merupakan aspek penting dari
manajemen sepsis berkualitas tinggi. Jika infeksi kemudian terbukti tidak
ada, maka antimikroba harus dihentikan.10
23
Gambar 2.6 Alur Identifikasi Pasien dengan Sepsis dan Syok Sepsis.13
25
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : NH
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 82 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sundol Jae, Tapanuli Selatan
Tanggal Masuk : 17 Oktober 2019
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 162 cm
3.2 ALLOANAMNESIS
KU : Penurunan kesadaran
Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien sejak ± 4 jam lalu. Riwayat demam
sejak 2 hari sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 1 minggu
ini. Batuk disertai dahak berwarna kuning kehijauan. Batuk berdarah disangkal.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu lalu. Sesak nafas tidak
dipengaruhi oleh aktivitas. Keluhan keringat malam disangkal. Penurunan berat
badan juga disangkal. Riwayat penyakit hipertensi dan DM disangkal.
RPT: tidak jelas
17 Oktober 2019
(10.30)
28
A (Airway)
- Airway clear
- Snoring (-), gurgling (-), crowing (-).
B (Breathing)
- RR: 24 x/menit
- SaO2: 85%; 99% O2 via NRM 10 L/menit
C (Circulation)
- Tekanan darah: 90/60 mmHg
- Nadi: 66 x/menit, reguler, T/V cukup
- Akral hangat, dingin, dan kering
- CRT < 2”
- Terpasang IV line di tangan kanan
D (Disability)
- Sensorium: Somnolen, GCS 10 E3V2M5
- Pupil isokor, refleks cahaya +/+, diameter 3mm/3mm
E (Exposure)
- Temp: 38,1oC
B1 : Airway clear; RR: 24x/i SpO2: 99% O2 via NRM 10 L/menit; SP:
(Breath) bronkial; ST: Rh (+/+), Wh (-/-); S/G/C: -/-/-
B2 : Akral: hangat/merah/kering; TD: 100/60 mmHg; HR: 63 x/menit,
(Blood) reguler, T/V cukup; CRT < 2 detik; Temperatur: 38°C,
sianosis (-)
B3 : Sensorium: Somnolen, GCS 10 E3V2M5 ; Pupil: isokor; Ø: ± 3
(Brain) mm/3 mm; RC +/+
B4 : Kateter terpasang, UOP (+), warna kuning jernih
(Bladder)
B5 : Abdomen: soepel; peristaltik (+) normal
(Bowel)
B6 : Fraktur (-); edema (-/-)
(Bone)
29
3.6 PemeriksaanPenunjang
3.6.1 Laboratorium
3.6.2 Radiologi
3.7 Diagnosis
Sepsis ec Pneumonia
31
BAB IV
FOLLOW UP
19 Oktober 2019
S Penurunan kesadaran
O - Airway clear, RR: 20x/i;SP: bronkial, ST: Rhonkhi +/+, SaO2: 98%
- TD: 100/70 mmHg, HR: 65 x/menit, T/V cukup, Akral H/M/K; CRT <
2s; Temp: 36,8oC
- Sensorium: Apatis, RC: +/+, Pupil isokor
- Kateter terpasang, UOP (+), warna kuning
- Abdomen: soepel; peristaltik (+)
- Edema (-), fraktur (-)
A Sepsis ec Pneumonia
P - Bed rest + head up 30o
- Oksigen 8 L/menit via NRM
- IVFD RL
40+20+40 = 100cc/jam = 33 gtt/i
- Inj Ceftriaxon 1gr/12 jam
20 Oktober 2019
S Penurunan kesadaran
O - Airway clear, RR: 22x/i;SP: bronkial, ST: Rhonkhi +/+, SaO2: 98%
- TD: 100/70 mmHg, HR: 68 x/menit, T/V cukup, Akral H/M/K; CRT <
2s; Temp: 36,8oC
- Sensorium: Apatis, RC: +/+, Pupil isokor
- Kateter terpasang, UOP (+), warna kuning
- Abdomen: soepel; peristaltik (+)
- Edema (-), fraktur (-)
A Sepsis ec Pneumonia
P - Bed rest + head up 30o
- Oksigen 8 L/menit via NRM
34
- IVFD RL
40+20+40 = 100cc/jam = 33 gtt/i
- Inj Ceftriaxon 1gr/12 jam
R
35
BAB V
DISKUSI
Teori Kasus
spektrum luas
o Resusitasi cairan dengan
30 ml/kgbb (Jika
hipotensi / laktat ≥ 4
mmol/L)
o Pemberian vasopresor
(MAP ≤ 65 mmHg)
39
BAB VI
KESIMPULAN
Tn. NH, 82 tahun dibawa oleh keluarga ke RSUP H. Adam Malik dengan
keluhan penurunan kesadaran. Hal ini dialami pasien sejak ± 4 jam yang lalu.
Riwayat demam sejak 2 hari sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluhkan batuk
sejak 1 minggu ini. Batuk disertai dahak berwarna kuning kehijauan. Batuk berdarah
disangkal. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
keringat malam disangkal. Riwayat penyakit hipertensi dan DM disangkal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis dengan Sepsis ec Pneumonia dengan Skor qSOFA 3. Pasien dirawat inap
di HCU IGD. Dilakukan kultur darah dan diberikan tatalaksana berupa:
-
Bed rest + head up 30o
- Oksigen 8 L/menit via NRM
- Pasang NGT
- Pasang kateter urin
-
IVFD RL
One Hour Bundle: 30cc/kgBB = 30x60 = 1800cc/jam = 600 gtt/i makro (cor)
DAFTAR PUSTAKA
M, et al. The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic
Shock (Sepsis-3). J Am Med Assoc. 2016;315(801–810).
14. Levy MM, Evans LE, Rhodes A. The Surviving Sepsis Campaign Bundle:
2018 Update. Intensive Care Med. 2018;44(1):925–8.