Anda di halaman 1dari 6

Sebuah cerpen

Hijrah Diri, Raih Ridho Ilahi Wonogiri, wono yang artinya alas atau hutan dan giri yang
artinya gunung jadi arti Wonogiri adalah gunung yang banyak
Mawar itu merekah, tapi lebih merekah senyum dari hatimu, hutanya. Kota Gaplek Wonogiri julukanya, mungkin karena
Kain surtra itu lembut, tapi tak selembut tutur katamu, banyaknya tanaman ketela pohon di kota ini. Wonogiri adalah
Senandung itu merdu, tepi lebih merdu suara tilawahmu, kota yang masih sangat kental budaya kejawenya apalagi di
Rembulan itu cantik, tapi tak secantik paras dengan hijabmu, desaku, disini juga masih buta akan ajaran islam. Tapi bukan
Sungguh tak ada perhiasan yang lebih baik dari dirimu, sejarah wonogiri yang akan aku tuliskan dalam lembar demi
Akhlakmu, ikhlasmu, sabarmu, semua yang ada dalam dirimu, lembar kertas putih ini.
Tetaplah dalam hijrahmu sampai nanti di jannahNya, Berasal dari lingkungan yang bisa tidak kental
Berawal dari hati, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam keislamanya, dalam artian dakwah yang belum terlalu terasa di
tubuh manusia ada segumpal daging, jika baik daging itu maka desaku. Menjadikan aku tumbuh tanpa ilmu keagamaan yang
baiklah seluruh tubuh manusia, dan jika buruk daging itu maka yang baik. Ilmu agama hanya aku dapat di sekolah dan di TPA,
akan buruklah seluruh tubuh manusia. Dan ketahuilah bahwa itupun hanya untuk rutinitas saja, sekedar untuk mengikuti
daging itu adalah hati” (HR Bukhari & Muslim). Aku tak pernah pelajaran dan belajar menghafal huruf hijaiyah. Tak ada targetan
merasakan ketenangan seperti ini sebelumnya, setelah 20 tahun pasti dalam hal akhlaku, ibukupun belum mengenakan hijab,
aku hidup di dunia ini. Dengan apa yang ada pada diriku ayahkupun juga belum menerapkan kewajibanya dengan baik
sekarang, bukan hanya hati namun raga ini juga merasakan sebagai umat Islam. Kehidupan seperti itu terus berlanjut sampai
gejolak nikmatnya memakai baju kemegahan ini. aku menginjak bangku SMP, di sini lebih parah lagi, di
Terlahir dari keluaga sederhana, sebagai anak pertama lingkungan sekolah, aku banyak mengenal teman laki-laki yang
dari tiga bersaudara. Tinggal sebuah kota kecil bernama nakal mereka yang suka bolos, merokok, bahkan “minum”. Tak

By : Marwah Najma
jauh berbeda dengan teman-teman perempuanku yang rata yang mengenakan jilbab hanya dua sampai tiga orang orang
mengenakan baju seragam ngepres dan rok mini sudah menjadi per kelas. Dengan memakai hijab aku dianggap sebagai siswa
pemandangan biasa. Sampai aku juga terjerumus dalam pacaran yang jauh mengerti agama dari mereka padahal itu salah, saat Page | 2
walau masih sekedar jalan bareng saja, miris sekali kalau pelajaran agama aku juga jadi malu karena bacaan qur’an ku yang
mengingat zaman jahiliahku ini. Tak cukup sampai di situ akupun masih jelek. Mulai dari situlah aku mulai ingin merubah hidupku.
masuk ke SMA yang tidak jauh berbeda dengan lingkungan tadi. Sampai pada sebuah Ramadhan tahun duaribu duabelas,
Tetapi sebelum masuk SMA aku sempat kena marah Ayah karena terdengar bahwa akan ada seorang santri dari pondok pesantren
ketahuan pacaran dan akhirnya aku putus pacarku itu. Setelah aku yang akan mendampingi takmir masjid dekat rumahku untuk
lulus SMP kakak sepupuku yang baru saja masuk kuliah mulai mengurus kegiatan di masjid selama bulan Ramadan. Kebetulan
memakai hijab, mulai dari situlah aku ingin juga memakai hijab. pakdeku salah satu pengurus juga, disitulah aku bertemu dengan
Tetapi tentu saja jalan itu tidaklah mulus aku malah dibom mas santri yang usianya hanya empat tahun lebih tua dariku.
banyak pertanyaan dari ayah dan tanteku. Kata mereka buat apa Pertama hanya karena aku main ke rumah pakde yang secara tak
pake hijab, apa alasanku pakai jilbab, kalo pake jilbab kamu gak sengaja ketemu mas santri lalu berkenalan dan juga di ajak untuk
pantes, kelihatan tua dan banyak lagi. Saat itu aku memang belum membantu jadi guru ngaji di masjid. Yang sebelumnya aku hanya
bisa menjawab kenapa aku ingin berhijab, tapi yang aku tahu aku membantu membagikan takjil saja beruntung kalo dapat takjil
tetap teguh untuk berhijab. Dan akhirnya aku mengenakan jilbab juga, hanya sekedar itu. Walaupun sebenarnya malu karena
pada saat aku masuk SMA, masih jilbab kecil dan terkadang bacaanku juga yang masih belepotan, akhirnya aku juga
dengan gaya-gaya yang beragam. mengajak satu temanku perempuan juga untuk menemani aku
Tetapi mulai dari situ aku merasakan perlakuan yang mengajar ngaji.
berbeda, di bangku SMA mulai dari kelas satu, dua, dan tiga rata-

By : Marwah Najma
Hari berlalu aku mulai terbiasa dengan kegiatan mengajar Indahnya mempelajari agamaku ini sangat aku rasakan
ngaji dan pasti setiap momen buka puasa mas santri juga waktu aku mulai kuliah, pertama-tama aku hanya coba-coba
mengajarkan ilmu-ilmu agama, memberi nasehat dan mengajari untuk ikut organisasi, mulai dari HMP, LDF dan LDK, tidak Page | 3
kami. Mulai dari situlah aku mulai mengerti tentang ilmu agama berhenti disitu aku juga ikut mendaftar menjadi Asisten AAI dan
sedikit demi sedikit. Namun agaknya waktu sebulan memang juga pengurus biro AAI. Tak punya bekal dan begron banyak
terlalu singkat untuk mempelajari Islam, sampai tiba di saat tentang organisasi aku memberanikan diri untuk berubah. Aku
kepergian mas santri. Bahagia rasanya bertemu seseorang yang bertekat takakan membuang waktuku percuma, yang aku
bisa dijadikan tempat menuntut ilmu, tapi sedih juga karena inginkan seliap waktu luangku ini tak terbuang sia-sia. Aku baru
waktu yang ada hanyalah sebentar. Bohong dila aku bilang tak menyadari bahwa setiap hari kita berperang dengan waktu, waktu
ada rasa, walaupun sekedar rasa takjup dan kagum kepada mas terus saja berjalan tanpa tau kata lelah, tanpa mengerti kata
santri itu pasti ada. berhenti. Lalu apa yang telah aku lakukan di setiap detikku. Aku
“wanita-wanita yang keji adalahuntik laki-laki yang keji, tak punya pedang untuk melawan waktu. Aku tak punya tameng
dan laki-laki yang keji adalah buat wanita yang keji (pula), dan untuk menghentikan waktu. Akupun juga tak punya siasat untuk
wanita-wanita yang baik adalau untuk laki-laki yang baik (pula)” membunuh sang wakyu. Sedangkan dia, tak pernah letih, tak
(An-nur : 26). Itulah kurang lebih isi dari surat An-Nur, mulai pernah bisa dihentikan, tak pernah bisa mati kecuali Allah yang
dari sini aku mulai menyadari, sebagai seorang wanita pastilah berkehendak menghentikan waktu.
nanti aku akan menikah, dan bagamana nanti suamiku tergantung Dan di sini aku menemukan teman-teman yang malah
siapa aku sekarang. Lalu mulai saat itulah aku mulai untuk berteman dengan waktu bahkan sangat menghargainya. Teman-
memperbaiki segala ibadahku. Memperbaiki segala niatan yang teman yang selalu mengingatkan tentangNya, tentang waktu yang
dulu campur aduk bukan hanya karena Allah. tak pernah kita miliki di dunia, untuk apa waktu yang terus kita

By : Marwah Najma
habiskan. Di sinilah aku mulai dikenalkan dengan dasar-dasar ibadahku yang masih standar, dengan ilmuku yang masih sedikit,
dari hukum Islam, tentang wanita bahwasanya Allah berfirman “ dan dengan bacaan Qur’an ku yang masih jelek, siapa aku. Tapi
Wahai Nabi katakanlah-kepada istri-istrimu, anak-anak aku merasa berhak untuk merasakan hal yang sama, untuk Page | 4
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka merasakan tentramnya memakai baju kemegahan ini walaupun
menetupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian memang aku terlambat. Tapi yang aku tahu tak pernah ada kata
itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tak terlambat untuk berubah.
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Al- Selama aku masih bisa memperbaiki segala ibadah-
Ahzab: 59). Setelah bertahun-tahun aku memeluk agama Islam, ibadahku, selama masih ada waktuku untuk mendatangi majelis-
aku baru tahu tentang hukum ini, tak ku sadari bahwa aku telah majelis ilmu dan selama masih banyak teman-teman yang tak
melihat banyak teman-teman satu kampus juga telah menerapkan pernah henti mengajarkanku tentang Al-Qur’an. Aku masih bisa
hukum ini, tapi biasanya aku menganggap pereka dengan menjadi muslimah sejati, untuk memperbaiki diri, bukan hanya
pandangan sebelah mata. itu tapi aku juga masih ada waktu untuk berjuang di jalan dakwah
Nyatanya memang aku yang tak tau, mereka yang sering walaupun entah sampai kapan perjuangan ini akan tetap bisa
aku juluki sebagai ukhti jilbab lebar, ternyata aku baru sadar kulaksanakan. Mulai dari sini aku mulai merajut helai demi helai
bahwa selama ini mereka berdakwah tanpa kata. Mereka yang benang impianku, aku tahu rajutan ini akan sangat sulit, butuh
selalu menjaga auratnya, menjaga hukum-hukum agamanya. ketekunan, kesabaran, pengorbanan dan waktu yang tak sebentar,
Setelah itu aku mulai mencoba untuk mengenakan hijab yang untuk membuat permadani yang indah, yang nantinya akan
lebih panjang dan lebih panjang lagi. Tapi sebenarnyan aku malu, mengantarkanku menuju jannahNya. Aku tau semua ini tak akan
bukan karena pandangan orang-orang, tapi karena aku merasa menjadi lebuh mudah, aku tahu jalanku akan semakin sulit, jalan
tidaklah pantas untuk memakai gaun kemegahan ini. Dengan dakwah ini akan semakin berliku dan menggeronjal. Tapi aku tak

By : Marwah Najma
pernah sendiri aku punya Allah dan sahabat-sahabat yang selalu Tapi tantangan ini belum selesai, atau mungkin tak akan
mengingatkanku kepadaNya. Bersama-sama kutapaki setapak pernah selesai. Masih terus ada jalan terjal di depan sana, masih
demi setapak jalan dakwah yang panjang ini, tak mudah memang ada orang-orang mengharapkan secercah cahaya dari kita, Page | 5
tapi aku percaya bahwa ketika kita lelah di jalan dakwah maka sesedikit dan sekecial apapun ilmu yang kita miliki, mungkin ini
lelah itu takakan sia-sia. akan menjadi titik terang bagi saudara kita untuk berhijrah.
Kini setidaknya aku sudah menjadi agen dakwah islam, Hijrahku membawaku pada ketenangan yang tak bisa teruraikan,
selalu ada rizki yang terduga dalam jalan dakwahku, selalu ada hijrahku membuat jantungku berdetak lebih cepat, hijraku
tantangan yang menerpa disetiap langkahku dan selalu ada nikmat membuat semangatku bagai kobaran api yang membara, hijrahku
tak terkita disetiap jalanku. Aku mulai berbagi ilmu dengan membawaku pada mimpi yang indah, lebih indah dan lebih indah
teman dan keluargaku, walau perlu waktu dan kesabaran kini lagi. Sangat indah sampai tak dapat kuuraikan dengan butiran air
keluargaku selalu mendukungku, bahkan ibuku, adikku, dan mata. Raihlah hijrahmu ukhty, rasakanlan setiap hembusan
tanteku kini sudah lebih sering memakai kerudung. Teman- nafasmu akan lebih berarti dan lihatlah mimpi-mimpi indah ini
temanku juga mulai mencari tau tentang aku dan hijrahku, tentang bersamaku.
perjalanan ini yang memberikan mereka secercah cahaya untuk
mulai bisa mengerti dan memahami Islam yang sebenarnya.
Walaupun kadang hanya sekedar percakapan biasa diselingi
dengan gerai tawa, tapi lewat jalan itulah aku berdakwah. Takkan
pernah bisa terhitung, setiap air mata bahagia melihat mereka
keluarga dan teman-temanku sekarang lebih mengenal Islam.

By : Marwah Najma
Biodata singkat penulis:
Desanta Suciati Wulaningrum, nama pena Marwa Najma,
lahir di kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, 3 Desember 1994. Page | 6
Sekarang masih di semester 4 program studi Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Bercita-cita menjadi praktisi K3 yang
berkompeten, menjadi Dosen dan juga menjadi seorang penulis,
ingin melanjutkan pendidikan S1, S2, S3 di Luar Negeri dan di
Negara yang berbeda-beda, sebelum nantinya mengabdikan diri
di tanah air tercinta. Ingin menjadi penulis buku yang dapat
memotivasi pembacanya, melihat dunia dengan cara yang
berbeda. Ingin mempunyai suami yang soleh dan anak-anak yang
soleh atau solihah agar bisa selalu menjadi pendamping
dapengingat dalam kebaikan.

By : Marwah Najma

Anda mungkin juga menyukai