Anda di halaman 1dari 6

STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI

ANGKATAN EMPAT STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

A.A.Ayu Sintha Pramita Dewi


I Dewa Made Ruspawan
Tri Rahayuning Lestari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
Email: aryasuwangsa@yahoo.com

Abstract: Stress With Menstruation Cycle At The Fourth Generation Women


Student of Stikes Wira Medika PPNI Bali. This study aims to find out the correlation
between stress level with menstruation cycle at the fourth generation women student
of STIKES WIRA MEDIKA PPNI Bali. This study was used 66 respondents by using
simple random technique and stratified random sampling. This study was used
enquette, questioner, processed in coding and scoring. This study was processed by
computer. By bivariate analys with Lambda test. The result showed that most of them
experience stress with unregular menstruation cycle was 50 respondents (75,8%) and
little of them was stress with regular menstruation cycle was 16 respondents (24,25).
There is significant correlation with stress level with menstruation cycle (r=0,294,
p=0,001).

Abstrak: Stres Dengan Siklus Menstruasi Mahasiswi Angkatan Empat Stikes


Wira Medika PPNI Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi Mahasiswi Angkatan-4 STIKes
Wira Medika PPNI Bali. Penelitian ini dilakukan pada 66 responden dengan
menggunakan tehnik simple random sampling dan stratified random sampling
pengumpulan data penelitian dengan metode angket, melalui kuesioner, diolah secara
coding dan scoring. Penelitian ini diolah dengan menggunakan komputer. Dengan
analisa bivariat dengan uji Lambda. Dengan hasil penelitian sebagian besar
responden mengalami stres dengan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 50
responden (75,8%) dan sebagian kecil mengalami stres dengan siklus menstruasi
teratur sebanyak 16 responden (24,2%). Terdapat hubungan tingkat stres dengan
siklus menstruasi (r = 0,294, p = 0,001).

Kata kunci: stres, siklus menstruasi

Salah satu periode dalam rentang Pada remaja yang sudah mengalami
kehidupan individu yaitu masa (fase) menstruasi, sering mengalami gangguan
remaja. Dimana pada masa ini segmen terkait dengan menstruasi. Dimana remaja
kehidupan akan terasa lebih penting dalam akan merasa terganggua bila hidupnya
proses perkembangan individu dan mengalami perubahan, terutama bila
merupakan masa transisi yang dapat menatruasi menjadi lebih lama atau
diarahkan menuju masa dewasa yang banyak , tidak teratur, lebih sering atau
sehat. Tahap remaja merupakan masa tidak haid sama sekali (Dwi Sogi, 2011).
transisi antara masa anak dan dewasa, Menstruasi dikatakan sebagai proses
dimana terjadi pacu tumbuh (growth alamiah yang akan terjadi pada setiap
spurt), dan terjadi perubahan-perubahan remaja, dimana terjadinya proses
psikologis dan kognitif, serta ciri-ciri seks pengeluaran darah yang menandakan
sekunder seperti menstruasi. (Mansur, bahwa organ dalam kandungan telah
2012).
berfungsi dengan matang (Kusmiran, E diapatkan IV0% terjadi pada wanita
2011) dengan gejala berat 2-10% penderita.
Panjang siklus mestruasi normalnya Penyebab terjadinya perubahan
22-35 hari dan lamanya menstruasi yaitu ataupun gangguan yang terkait dengan
3-8 hari. Dalam hal ini banyak yang siklus mestruasi, dapat disebakan karena
menyebabkan terjadinya gangguan siklus adanya faktor atau kelainan biologik
menstruasi. Dimana, siklus menstruasi (organik atau disfungsional) atau dapat
menjadi panjang atau pendek. Pada pula karena psikologik seperti keadaan-
dasarnya pada panjang atau pendeknya keadaan stres dan gangguan emosi atau
sebuah siklus menstruasi, melainkan gabungan dari biologik dan psiklogik (Dwi
berdasarkan pada kelainan yang di jumpai. Sogi, 2011). Stres merupakan kondisi yang
Namun, panjang siklus yang biasa dan dapat dialami oleh setiap orang. Stres
kira-kira 97% wanita yang berovulasi dapat diartikan sebagai situasi dimana
siklus menstruasinya berkisar 18-42 hari tuntutan yang tidak spesifik mengharuskan
(Wiknjosastro, 2006). Menurut WHO dan individu untuk berespon atau melakukan
American of Pediatrics, Commite on suatu tindakan baik fisiologis maupun
Adolescence Health Care (2006), panjang psikologis untuk dapat mempertahankan
siklus menstruasi setelah menarch adalah keadaan yang seimbang. Stres merupakan
3IV hari dengan 38% wanita mempunyai situasi yang positif dan bahkan diperlukan,
siklus menstruasi melebihi 40 hari. Hasil namun jika stres terjadi secara berlebihan
yang didapatkan bervariasi yaitu 10% akan menyebabkan hal yang negatif
wanita mempunyai siklus menstruasi misalnya penyesuaian yang buruk,
melebihi 60 hari antara siklus menstruasi penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk
yang pertama dengan berikutnya, dan 7% mengatasi masalah (Potter, 2005)
mempunyai panjang siklus 20 hari. Jika Stres yang terjadi di karena oleh situasi
siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih lingkungan misalnya bahaya, ancaman,
dari 42 hari dean tidak teratur, biasanya atau tantangan dengan melakukan suatu
siklus tersebut tidak berovulasi perubahan pada fisiologis, emosi, kognitif,
(Wiknjosastro, 2006). dan behavioral. Stres dapat terjadi melalui
Pada tahun-tahun awal menstruasi proses, dimana ketika tubuh seseorang
merupakan periode yang rentan terhadap terkena stres akan memanfaatkan gizi yang
terjadinya gangguan menstruasi. Dimana lebih dibandingkan ketika seseorang
sebanyak 75% wanita pada tahap remaja tersebut dalam kondisi normal (Taylor,
akhir sering mengalami gangguan terkait 2009)
dengan menstruasi. Menstruasi yang Stress yang terjadi pada seseorang
tertunda, tidak teratur, nyeri, pendarahan disebabkan karena faktor kemampuan
yang banyak pada waktu menstruasi individu mempersepsikan stressor, dimana
merupakan hal yang sering, yang dapat apabila stressor yang di persepsikan akan
menyebabkan remaja menemui dokter. berakibat buruk maka stress yang
Pada penelitian yang dilakukan oleh Cakir dirasakan akan sangat berat begitu juga
M et al. Beliau menemukan bahwa sebalikanya apabila stressor yang di
prevalensi ketidakteraturan menstruasi persepsikan tidak mengancam dan
sebesar (31,2%). Mengenai gangguan individu mampu mengatasi maka stress
lainnya, BieniasZ J et al. Didapatkan yang dirasakan akan lebih ringan. Pada
prevalensi amenorea primer sebanyak angkatan-V di dapatkan bahwa sebanyak
5,3%, amenorea sekunder 18,4%, 35% mahasiswi mengalami stress yang
oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, diakibatkan karena individu tersebut
dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. belum dapat mempersepsikan stressor
Sedangkan sindrom pramenstruasi yang mereka alami. (Rasmun, 2005)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
yang dilakukan pada bulan maret 2014, ini adalah dengan menggunakan uji
pada 20 orang mahasiswi angkatan-IV statistik non parametrik. Teknik analisa
program studi ilmu keperawatan STIKes data yang digunakan adalah analisa
Wira Medika PPNI Bali, penulis korelasi bivariat yaitu melihat apakah ada
menemukan bahwa sebanyak 16 orang hubungan antara dua variabel. Uji statistik
(80%) mahasiswi angkatan-IV mengalami yang digunakan Lamda.
stres akibat beban perkuliahan, 5 orang HASIL DAN PEMBAHASAN
(21%) mahasiswi angkatan-IV mengalami Tabel 1. Karakteristik Responden
stres karena memiliki masalah pribadi, dan Berdasarkan Umur
3 orang (15%) mahasiswi angkatan-IV
tidak mengalami stres. Sebanyak 7 orang Umur Frekuensi (f) Presentase
(35%) mahasiswi angkatan-IV mengalami (%)
siklus menstruasi panjang (oligomenorea), 20 8 12,3%
sebanyak 6 orang (30%) mahasiswi 21 32 48,4%
angkatan-IV mengalami ketidakteratuan 22 26 39,3%
menstruasi, sebanyak 4 orang (20%) total 66 100%
mahasiswi angkatan-IV mengalami siklus
menstruasi pendek (polimenorea), dan Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
sebanyak 3 orang (15%) mengalami siklus bahwa sebagian besar mahasiswi angkatan
mentruasi yang tetap. Penelitian ini 4 progam studi ilmu keperawatan adalah
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya berusian 21 tahun sebanyak 32 responden
Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus (48,4 %), dan mahasiswi angkatan-4
Menstruasi Mahasiswi Angkatan-4 STIKes program studi ilmu keperawatan yang
Wira Medika PPNI Bali. berusia 20 tahun sebanyak 8 responden
(12,3%).
METODE
Desain penelitian yang digunakan Tabel 2. Karakteristik Tingkat Stres
dalam penelitian ini adalah deskriptif Mahasiswi Angkatan-4
korelasional. Penelitian ini menggunakan STIKes Wira Medika PPNI
pendekatan cross sectional yaitu
pendekatan yang menggunakan observasi Kategori Stres Frekuensi Presentase
atau pengumpulan data sekali saja dan Stres ringan 0 0
pengukuran terhadap variabel subyek pada Stres sedang 52 78,8%
saat pemeriksaan. Populasi pada Stres berat 14 21,2%
penelitian adalah seluruh mahasiswi Stres sangat berat 0 0
angkatan-4 di STIKes Wira Medika PPNI Total 66 100%
Bali sebanyak 214 orang dengan jumlah
sampel penelitian sebanyak 66 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di Program Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira karakteristik tingkat stres responden yaitu
Medika PPNI Bali selama satu bulan yaitu sebagian besar mahasiswi angkatan-4
dari bulan Juni sampai dengan Juli 2014. program studi ilmu keperawatan STIKes
Teknik pengolahan data dan analis data Wira Medika PPNI Bali mengalami
adalah sebagai berikut: (1) Editing, (2) tingkat stres sedang yaitu sebanyak 52
Coding, (3) Entry, (4) Tabulasi. Teknik responden (78,8%), sisanya adalah
analisa yang dipakai dalam penelitian ini mahasiswi yang mengalami tingkat stres
adalah teknik statistik yaitu teknik berat yaitu 14 responden (21,2%)
pengolahan data dengan menggunakan
analisis statistik. Analisis yang digunakan
Tabel 3. Karakteristik Siklus Menstruasi Hasil penelitian ini di perkuat oleh
Mahasiswi Angkatan-4 STIKes Ardi (2009) dengan jumlah sampel 47
Wira Medika responden didapatkan sebanyak 22
reponden (47%) mahasiswa mengalami
Kategori Frekuensi Presentase tingkat stress sedang, sebanyak 13
Siklus responden (28%) mahasiswa mengalami
Teratur 16 24,2% stress berat dan sebanyak 12 (25%)
Tidak teratur 50 75,8% mahasiswa mengalami stress ringan.
Total 66 100% Banyak hal yang dapat mempengaruhi
Berdasarkan tabel diatas dapat tingkat stress menurut Rasmun (2005)
digambarkan karakteristik siklus faktor-faktor yang mempengaruhi
menstruasi yang dialami oleh mahasiswi seseorang mengalami stres, seperti :
angkatan-4 program studi ilmu kehilangan, konflik keluarga, masalah
keperawatan STIKes Wira Medika PPNI prestasi atau kegagalan, kemampuan
Bali mengalami siklus menstruasi yang seorang individu dalam mempersepsikan
tidak teratur yaitu 50 responden (75,8%), stress, rendahnya intensitas terhadap
sisannya adalah mahasiswi mengalami stimulus, dan pengalaman masa lalu. Oleh
siklus menstruasi yang teratur yaitu 16 karena itu dampak yang terjadi pada
responden (24,2%). seseorang yang mengalami stres dapat
terjadi produksi keringat yang meningkat,
Tabel 4. Hasil Lambda Test Hubungan aktivitas metabolik meningkat, ketegangan
Tingkat Stres Dengan Siklus otot meningkat selain itu, menurut
Menstruasi Mahasiswi Kusmiran (2011) mengatakan bahwa stres
Angkatan-4 STIKes Wira dapat menyebabkan perubahan pada
Medika PPNI Bali sistemik tubuh. Khususnya sistem
persarafan dalam hipotalamus melalui
Kategori Siklus Total r p perubahan prolaktin atau endogen opiat
Stres Menstruasi yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol
Teratur Tidak dan menurinkan hormone lutein (LH) yang
Teratur menyebabkan gangguan pada siklus
Ringan - - - 0,294 0,001 menstruasi.
Sedang 5 48 53 Berdasarkan uraian diatas peneliti
Berat 11 2 13 dapat menggaris bawahi, stres yang terjadi
Sangat - - - pada mahasiswi pada masa perkuliahan
Berat disebabkan karenya adanya permasalahan
Total 16 50 66 akademik maupun non akademik. Stres
yang terjadi pada mahasiswi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan
Tabel di atas menunjukkan nilai
perilaku pada mahasiswi seperti penurunan
korelasinya adalah 0,294 dengan nilai p =
minat dan efektivitas penurunan energi
0.001 dimana P < α yaitu 0,001 < 0,05
cenderung mengekspresikan pandangan
maka arah korelasi pada penelitian ini
pada orang lain, perasaan marah, kecewa,
yaitu arah korelasi positif yang berarti
frustasi, bingung, putus asa, serta
semakin tinggi tingkat stress maka
melemahkan tanggung jawab.
semakin tinggi ketidakteraturan siklus
Berdasarkan 66 responden hanya 16
mesntruasi.
responden (24,2%) sedangkan mahasiswi
Berdasarkan 66 responden hanya 52
yang mengalami siklus menstruasi yang
responden (78,8%) mengalami tingkat
tidak teratur sebanyak 50 responden
stres sedang dan sebanyak 14 responden
(75,8%).
(21,3%) mengalami tingkat stres berat
Penelitian ini di perkuat oleh Ryanthi sehingga H0 ditolak dan Ha diterima,
(2007) dengan jumlah sampel sebanyak 73 artinya ada hubungan antara tingkat stres
responden didapatkan bahwa sebanyak dengan siklus menstruasi mahasiswi
71,9% mahasiswi mengalami siklus angkatan-4.
menstruasi yang tidak teratur. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
Menurut Kusmiran (2011) faktor- Dwi Sogi (2011) dengan judul faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi faktor yang berhubungan dengan siklus
terjadinya ketidakteraturan siklus menstruasi pada Mahasiswa Akbid Sari
menstruasi yaitu berat badan yang tidak Mulia Banjarmasin dengan jumlah
stabil dalam 1 bulan, aktivitas fisik yang responden sebanyak 49 (80,32%)
berlebihan, stress, dan diet. Siklus mengalami kondisi psiklologis yang tidak
menstruasi merupakan waktu sejak hari baik (stres) sangat besar pengaruhnya
pertama menstruasi sampai datangnya terhadap kejadian ketidakteraturan siklus
menstruasi berikutnya, sedangkan panjang menstruasi. Adapaun faktor-faktor yang
siklus menstruasi adalah jarak antara berperan dal siklus menstruasi yaitu, faktor
tanggal mulainya menstruasi pada wanita enzim, faktor vaskuler dan faktor
normal antara 21-35 hari dengan lamanya prostgladin. Selain itu, Perubahan-
menstruasi 3-5 hari (Isnaeni,2011). perubahan fisiologis yang terjadi selama
Berdasarkan uraian diatas peneliti siklus ini berlangsung tergantung dari
dapat menekankan bahwa, terjadinya hormone-hormone tersebut. Ovarium
ketidakteraturan siklus mesntruasi memiliki dua unit endokrin yang terkait,
disebabkan karena adanya beban psikis yaitu folikel penghasil esterogen selama
yang terjadi pada setiap wanita, dimana siklus pertama, dan korpus luteum, yang
beban tersebut dapat menyebabkan mengeluarkan progesteron dan esterogen
terjadinya perubahan iskemik dalam tubuh, siklus terakhir (Prawirohardjo, 2007).
yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol Berdasarkan uraian di atas, penelitian
basal dan hormon LH pada tubuh. ini menunjukkan bahwa terdapat kaitan
Berdasarkan hasil analisa hubungan antara tingkat stres dengan siklus
tingkat stres dengan siklus menstruasi menstruasi, dimana tidak semua mahasiswi
mahasiswi angkatan-4 dapat dilihat bahwa memiliki siklus menstruasi yang sama.
responden yang mengalami tingkat stres Dimana siklus menstruasi yang tidak
sedang sebanyak 78,8% dimana sebanyak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa
72,8% mengalami siklus menstruasi yang faktor. Diantaranya adalah perubahan
tidak teratur dan sebanyak 7,5% kadar hormone akibat stres dalam keadaan
mengalami siklus menstruasi yang teratur. emosi yang kurang stabil.
Sedangkan responden yang mengalami
tingkat stres berat sebanyak 21,2% dimana SIMPULAN
sebayak 16,6% mengalami siklus Berdasarkan hasil penelitian dan
menstruasi yang teratur dan sebanyak 3% pembahasan tentang hubungan tingkat
mengalami siklus menstruasi yang tidak stres dengan siklus menstruasi mahasisiwi
teratur. Dari hasil uji statistik Lambda angkatan-4 STIKes Wira Medika PPNI
menggunakan program komputer dengan Bali yang telah diuraikan sebelumnya,
tingkat kemaknaan 5% atau α = 0,05 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
didapatkan nilai korelasi yaitu 0,294. (1) Sebanyak 52 responden (78,8%)
Berdasarkan perhitungan korelasi 0,294 di mengalami tigkat stres sedang, (2)
dapatkan hubungan positif, dimana sebanyak 50 responden (75,8%)
semakin tinggi tingkat stress maka mengalami ketidakteraturan siklus
semakin tinggi ketidakteraturan siklus menstruasi (3) hasil uji statistik korelasi
menstruasi. Hasil nilai signifikan yaitu P = Lambda di dapatkan hasil koefisien
0.001 dimana P<α yaitu 0,001<0,05 korelasi 0.294 dan P = 0,001, dimana
P<0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima Ryanti. (2007). Hubungan Antara Tingkat
yang berarti ada hubungan antara tingkat Kecemasan Dengan Siklus
Menstruasi pada Program Studi D-
stres dengan siklus menstruasi mahasiswi IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
angkatan-4 STIKes Wira Medika PPNI Universitas Sebelas Maret,
Bali. Korelasi yang didapat berpola positif (online), (http://
yang berarti semakin tinggi tingkat stress eprints.uns.ac.id//16524010920101
058/pdf, diakses 12 Juli 2014)
maka sekain tinggi ketidakteraturan siklus
menstruasi. Taylor, S. (2009). Psikologi Sosial Edisi
12. Jakarta: Kencana.
DAFTAR RUJUKAN
Ardi, Tyas. (2009). Hubungan Antara Wiknjosastro, D. (2006). Ilmu Kebidanan .
Tingkat Stres Dengan Mekanisme Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Koping Pada Mahasiswa
Keperawatan Menghadapi Praktek
Belajar Lapangan Di Rumah Sakit.
(online), (http://
publikasiilmiah.ums.ac.id/pdf/TYA
S%20, diakses pada 17 Agustus
2014)
Dwi Sogi & Harliyanti. 2011. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswa AKBID Sari Mulia
Banjarmasin,(online), (http:// Dwi
Sogi-Faktor-Faktor Yang
Berhubungan(1).pdf, diakses pada
9 Mei 2014)
Kusmiran, E. (2011). Menarche.
Yogyakarta: Muha Medika.
Mansur, H. (2012). Psikologi Ibu dan
Anak untuk Kebidanan. Jakarta:
Selemba Medika.
Meliana dan Isnei (2011).Hubungan
Antara Stres Dengan Kejadian
Disminore pada Program Studi D-
IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret,
(online), (http://
eprints.uns.ac.id//16524010920101
058/pdf, diakses 12 Juli 2014)
Potter, P. d. (2005). Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik Volume 1 Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu
Kandungan. Edisi 2. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rasmun. (2005). Stres, Koping dan
Adaptasi Teori dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta:
CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai