Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA AMAMI

PEMERIKSAAN KIMIA ANALISA AIR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 TINGKAT IIA
Dianah Rezqi Salsabila P07234016009
Monica Pudji Astuti P07234016017
Nur Masyitah P07234016025
Ofi Maisanur Ramadana P07234016026
Ragil Maulana P07234016028
Sofyan Hadi Chandra P07234016035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2017/2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia Nya, penulis dapat menyusun makalah tentang “Pemeriksaan Kimia
Analisa Air”. Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah
ini adalah tugas dari mata kuliah Kimia AMAMI untuk mencapai nilai yang
memenuhi syarat.

Penyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh
penyusun. Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat
menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya penyusun untuk
menambah wawasan.

Samarinda, 09 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II ISI .............................................................................................................. 3
A. Pengertian Pemeriksaan Kimia Analisa Air............................................ 3
B. Bahan-Bahan Kimia dalam Perairan ....................................................... 4
1. Silikon Dalam Air ................................................................................... 4
2. Belerang Dalam Air ................................................................................ 5
3. Klorida dan Flourida Dalam Air .......................................................... 5
4. Kalsium dan Magnesium Dalam Air .................................................... 6
5. Logam Alkali Dalam Air ....................................................................... 6
6. Mangan Dalam Air ................................................................................. 7
C. Parameter Kimia dalam Analisa Air........................................................ 7
1. pH dan Asiditas ...................................................................................... 7
2. Oksigen Terlarut .................................................................................... 8
3. Karbondioksida .................................................................................... 10
4. Alkalinitas ............................................................................................. 12
5. Kesadahan ............................................................................................. 13
6. Bahan Organik ..................................................................................... 15
D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kimia dalam Analisa Air .............................. 16
1. Penentuan pH ....................................................................................... 16
2. Penentuan Nitrat .................................................................................. 16
3. Penentuan Nitrit ................................................................................... 17
4. Penentuan Klorida ............................................................................... 17
5. Penentuan Sulfat................................................................................... 17
6. Penentuan Besi dan Mangan ............................................................... 17

ii
7. Alkalinitas ................................................................................................. 18
8. Kesadahan ............................................................................................. 18
9. Koagulasi dan Fluokolasi ..................................................................... 18
10. Permanganat ..................................................................................... 18
11. Oksigen Terlarut ............................................................................... 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 19
A. Kesimpulan ............................................................................................... 19
B. Saran ......................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran terjadi di berbagi tempat, termasuk di lingkungan kita berada.
Kecenderungan pencemaran terjadi sejak perang dunia ke dua yang mengarah
pada dua hal yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu yang makin meningkat,
terutama akibat kegiatan industri dan transportasi dan akibat penggunaan
bahan-bahan berbahaya oleh manusia. Kegiatan industri, transportasi, dan
aktivitas manusia yang banyak mengeluarkan bahan pencemaran seringkali
merusak keadaan lingkungan, salah satunya adalah air (Achmad, 2004).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak akan
dapat digantikan dengan senyawa lainnya (Achmad, 2004). Air yang tidak
berbau dan berwarna merupakan air yang baik, sebaliknya air yang mempunyai
warna tertentu pasti mengandung bahan kimia. Demikian pula dengan bau, bila
air berbau biasanya mengandung bahan-bahan organik. Menurut Freedman
dalam Suyanta (2002), kualitas air ditentukan oleh kandungan ion logam dan
non logam dalam air, seperti logam-logam perak (Ag), kadmium (Cd), krom
(Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe), merkuri (Hg), molibdenum (Mo),
nikel (Ni), timbal (Pb), timah (Sn), Seng (Zn), Aluminium (Al), arsen (As), dan
selenium (Se). Adanya anion-anion seperti klorida (Cl-), sulfat (SO42-) dan
nitrat (NO3-) juga dapat menyebabkan rendahnya kualitas air. Selain itu
kualitas air juga ditentukan oleh beberapa faktor fisik seperti temperatur, rasa,
dan total padatan terlarut (TDT).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pemeriksaan kimia analisa air?
2. Apa saja bahan-bahan kimia dalam perairan?
3. Apa saja parameter kimia dalam analisa air?

1
4. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan kimia dalam analisa air?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan kimia analisa air.
2. Untuk mengetahui apa saja bahan-bahan kimia dalam perairan.
3. Untuk mengetahui apa saja parameter kimia dalam analisa air.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan kimia dalam analisa air.

D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari pemeriksaan kimia analisa air.
2. Mengetahui apa saja bahan-bahan kimia dalam perairan.
3. Mengetahui apa saja parameter kimia dalam analisa air.
4. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan kimia dalam analisa air.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Pemeriksaan Kimia Analisa Air

Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah
sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari,
sehingga dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air, oleh karena itu
perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan
akan air semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk akan tetapi disebabkan oleh kebutuhan per kapita yang meningkat
sesuai dengan perkembangan pola hidup manusia.
Standard kualitas air memberikan batas konsentrasi maksimum yang
dianjurkan dan diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada
konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air akan
memberikan pengaruh-pengaruh yang negatif, baik bagi kesehatan maupun
dari segi pemakaian lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan kimia air
dengan menggunakan parameter kimia. Kualitas bahan kimia yang digunakan
untuk analisis harus dipilih berdasarkan tingkat kepentingan analisis dan harga
analisis tersebut. Suatu analisis untuk kepentigan penelitian, pemeriksaan air
minum, air limbah dan air alami biasanya menggunakan bahan berkualitas p.a.
beberapa bahan tertentu, atau untuk analisis rutin yang tidak berkenan dengan
kesehatan masyarakat atau dana yang tersedia sangat sedikit, maka bahan kimia
murni dapat digunakan untuk menggantikan bahan pro analisis.
Kehadiran senyawa organik dalam air menyebabkan beberapa problem
antara lain, 1) menyebabkan perubahan warna pada air, 2) menyebabkan bau
dan rasa yang tidak enak, 3) pembentukan senyawa-senyawa organohalogen
apabila air tersebut didesinfeksi dengan halogen, 4) mempengaruhi proses
pengolahan selanjutnya.
Adapun bahan-bahan yang terdapat di perairan dapat dikelompokkan
sebagai berikut.

3
1. Gas, terdiri atas karbondioksida, nitrogen, amonia, hidrogen sulfida, dan
metana.
2. Elemen atau unsur, terdiri atas aluminium, zinc, copper, molibdenum,
kobalt, karbon, fosfor, nitrogen, sulfur, klor, fluor, iodin, boron, dan
silikon. Elemen-elemen tersebut terdapat sebagai ion atau senyawa
organik dan anorganik kompleks.
3. Bahan organik terlarut, berupa gula, asam lemak, asam humus, tanin,
vitamin, asam amino, peptida, protein, pigmen tumbuhan, urea, dan
sebagainya.
4. Bahan anorganik tersuspensi, berupa koloid lumpur dan partikel tanah.
5. Bahan organik tersuspensi. misalnya fitoplankton. zooplankton jamur atau
fungi, bakteri, dan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati.

B. Bahan-Bahan Kimia dalam Perairan


Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan. Oleh karena itu
badan-badan air atau air permukaan banyak mengandung bahan-bahan kimia
yang terlarut maupun dalam bentuk tersuspensi.
Beberapa bahan-bahan kimia tersebut antara lain:
1. Silikon Dalam Air
Silikon merupakan unsur kedua terbanyak di kerak bumi setelah
oksigen yaitu sebesar 27,7%. Hal ini menyebabkan silikon tersebar luas
dalam air. Konsentrasi normal dari silikon dalam air berkisar antara 1
sampai 30 mg/l sebagai SiO2, meskipun kadang kala mencapai 100
mg/l. Suatu fenomena yang menarik adalah air laut di bagian
permukaan umumnya konsentrasi silikonnya sangat rendah karena
unsur ini digunakan oleh kerang dan pembentukan tulang organisme
laut.

Silika dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari
sumber pencernaan. Senyawa silikat digunakan dalam pembuatan
senyawa detergen dan sebagai anti karat. Oleh karena itu silikon atau

4
ion dari senyawa silikon terdapat banyak dalam air buangan baik
limbah industri maupun limbah domestik.

2. Belerang Dalam Air


Secara umum sebagian besar belerang yang terdapat dalam air
adalah S(IV) dalam ion sulfat SO42-. Dalam kondisi anaerobik SO42-
dapat direduksi oleh aktivitas bakteri menjadi H2S yang direduksi sulfat
tersebut menyebabkan bau “telur busuk” yang dikeluarkan oleh banyak
air yang tergenang dan air-air tanah. Adanya perbedaan jenis belerang
(bilangan oksidasinya) dalam air menggambarkan adanya hubungan
antara pH air, potensial oksidasi, dam aktivitas bakteri.

Dalam air ion sulfat dapat berasal dari banyak sumber. Sulfat dapat
berasal dari hasil pencucian mineral utama gips, CaSO4.2H2O. Oksidasi
dari mineral sulfide yang dipengaruhi oleh mikroorganisme, seperti
pyrit, FeS2 menghasilkan sulfat. Garam sulfat digunakan dalam
pembuatan detergent dan dalam banyak hasil industri seperti industri
pupuk ZA, maka ion sulfat merupakan komponen yang umum dari air
buangan.

3. Klorida dan Flourida Dalam Air


Senyawa halida, klorida, dan flourida merupakan senyawa-senyawa
umum yang terdapat pada perairan alami. Senyawa-senyawa tersebut
mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion-ionnya. Ion
klorida pada tingkat sedang relatif mempunyai pengaruh kecil terhadap
sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida
dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut, dan ion klorida secara
umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion
logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan
tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam-garam klorida ini dapat
menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh tingginya
salinitas. Air ini tidak layak untuk air pengairan dan keperluan rumah
tangga.

5
Ion flourida jauh lebih penting dalam air dari pada ion-ion klorida.
Flour adalah salah satu unsur halogen yang paling tinggi dibandingkan
unsur-unsur halogen lainnya. Dalam media asam, ion flourida
membentuk asam hidroflourat, yang mengion. Dalam kebanyakan air
tawar ion flouride umumnya terdapat dalam konsentrasi kurang dari 1
mg/l. Konsentrasi yang melebihi 10 mg/l jarang ditemukan. Flourida
ditambahkan pada banyak air untuk keperluan air minum rumah tangga
untuk mencegah kerusakan gigi dengan konsentrasi kurang lebih 1
mg/l.

4. Kalsium dan Magnesium Dalam Air


Secara umum dari kation-kation yang ditemukan dalam banyak
ekosistem air tawar kalsium mempunyai konsentrasi tinggi. Kalsium
adalah unsure kimia yang memegang peranan penting dalam banyak
proses geokimia. Ion kalsium (Ca2+) mempunyai kecenderungan relatif
kecil untuk membentuk ion kompleks. Dalam kebanyakan system
perairan air tawar, jenis kalsium yang pertama-tama larut yang ada
adalah Ca2+. Oleh karena itu pada konsentrasi HCO3- yang sangat
tinggi, pasangan ion, Ca2+ - HCO3- dapat terbentuk dalam jumlah cukup
banyak.

Berbeda dengan kalsium yang densitas muatan dari ion Ca2+ relatif
lebih kecil dibandingkan dengan ion logam-logam divalen lainnya,
maka densitas muatan ion Mg2+ jauh lebih besar dan ikatan yang lebih
kuat dengan air untuk melakukan hidrasi. Magnesium dalam air
terutama terdapat sebagai ion Mg2+ HCO3- dan Mg2+ SO4- terjadi bila
konsentrasi bikarbonat dan sulfat yang tinggi. Pada umumnya
konsentrasi magnesium dalam air tawar lebih kecil dibandingkan
kalsium. Telah diteliti bahwa dilarutan magnesium dalam bentuk
larutan lebih lama dari kalsium. Hal ini disebabkan senyawa Mg2+
mengendap lebih lambat dibandingkan senyawa Ca2+.

5. Logam Alkali Dalam Air

6
Natrium umumnya terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi di
dalam air tawar dibandingkan dengan kalium. Ion natrium, sama
dengan ion klorida, bersosiasi dengan salinitas yang berlebihan yang
dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang cukup serius.

Kalium dalam perairan alami relatif rendah konsentrasinya dari natrium


karena unsur ini tidak mudah dilepaskan dari sumbernya dan unsur ini
mudah sekali diarbsorbsi oleh mineral-mineral. Jenis sumber alami dari
kalium adalah feldspar, esensial dan bergabung ke dalam bahan
tanaman. Sebagai konsekuensinya bila terjadi kebakaran hutan dimana
sering mengandung konsentrasi kalium yang tinggi. Suatu kenyataan
bahwa hasil pencucian dari abu banyak digunakan oleh pioneer-pioneer
sebagai sumber dari kalium hidroksida untuk pembuatan sabun.

6. Mangan Dalam Air


Toksisitas Mangan (Mn), relatif sudah tampak pada konsentrasi
rendah. Dengan demikian tingakat kandungan Mn yang diizinkan
dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik sangat rendah,
yaitu dibawah 0,05 mg/l. Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan
terdapat dalam bentuk kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena
itu pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air, sering
ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi.

Air yang berasal dari sumber tambang asam dapat mengandung


mangan terlarut, dan pada konsentrasi kurang lebih 1 mg/l dapat
ditemukan pada perairan dengan aliran yang berasal dari tambang asam.
Pada Ph yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang
tidak larut seperti, MnO2, Mn3O4, atau MnCO3 meskipun oksidasi dari
MN2+ itu berjalan relatif lambat.

C. Parameter Kimia dalam Analisa Air


1. pH dan Asiditas
Pada dasamya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH Asiditas
melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun

7
asam lemah (misalnya asam karbonat dan asam asetat), dan konsentrasi ion
hidrogen. Menurut APHA (1976), pada dasarnya asiditas menggambarkan
kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan basa hingga pH tertentu, yang
dikenal dengan sebutan base-neutralizing capacity (BNC), sedangkan
Tebbut (1992) menyatakan bahwa pH hanya menggambarkan konsentrasi
ion hidrogen.
Mackereth et al. (1989) berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat
dengan karbondioksida dan alkalinitas Pada pH <5, alkalinitas dapat
mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas
dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat
asam (pH rendah) bersifat korosif pH juga mempengaruhi toksisitas suatu
senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak
ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat
tidak toksik (innocuous). Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih
banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi (unionized dan bersifau
toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh
organisme akuatik dibandingkan dengan amonium (Tebbut, 1992).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempenganuhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah
Novotny dan Olem, 1994). Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati
karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun, algae
Chlamydomonas acidophila masih dapat bertahan hidup pada pH yang
sangat rendah yaitu 1 dan algae Euglena masih dapat bertahan hidup pada
pH 1,6 (Haslam, 1995).

2. Oksigen Terlarut
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210mlliter oksigen
merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian

8
(altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut
semakin kecil. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan
atmosfer semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian suatu tempat
sebesar 100 m diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg-9 mm
Hg. Pada kolom air, setiap peningkatan kedalaman sebesar 10m disertai
dengan peningkatan tekanan sekitar 1 atmosfer (Cole, 1988). Kadar
oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman,
tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) masa
air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke
badan air.
Peningkatan suhu sebesar 1ºC akan meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10%. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik
dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob).
Kadar oksigen jenuh akan tercapai jika kadar oksigen yang terlarut di
perairan sama dengan kadar oksigen yang terlarut secara teoretis. Kadar
oksigen tidak jenuh terjadi jika kadar oksigen yang terlarut lebih kecil dari
pada kadar oksigen secara teoretis. Kadar oksigen yang melebihi nilai jenuh
disebut lewat jenuh (super saturasi). Kejenuhan oksigen di perairan nyata.
Kadar oksigen jenuh di perairan berada dalam kesetimbangan dengan kadar
oksigen di atmosfer. Pada kondisi jenuh tersebut, tidak ada yang
mengalami difusi dari udara ke dalam air dan sebaliknya. Transfer oksigen
dari udara ke perairan terjadi melalui proses difusi dan penghilangan
oksigen dari perairan ke udara akan teriadi jika kondisi jenuh belum
tercapai. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin tinggi.
Sifat kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas
nitrogen. Demikian juga, kelarutan gas oksigen diperairan lebih rendah
daripada kelarutan gas nitrogen.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat
di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton (Novotny dan Olem, 1994). Difusi oksigen dari atmosfer ke
dalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam. Difusi juga
dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya

9
gelombang atau ombak dan air terjun. Di perairan danau, oksigen lebih
banyak dihasilkan oleh fotosintesis algae yang banyak terdapat pada
mintakat epilimnion. Pada perairan tergenang yang dangkal dan banyak
ditumbuhi tanaman air pada zona litoral, keberadaan oksigen lebih banyak
dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Kadar oksigen terlarut
yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan
organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah
cukup. Kebutuhan oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, dan bervariasi
antar-organisme. Keberadaan logam berat yang berlebihan perairan
mempengaruhi sistem respirasi organisme akuatik sehingga pada saat kadar
oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi,
organisme akuatik menjadi lebih menderita.

3. Karbondioksida
Atmosfer bumi mengandung karbondioksida dengan persentase yang
relatif kecil, yakni sekitar 0,033% 6.7, Akan tetapi, dari tahun ke tahun,
kadar memperlihatkan kecenderungan peningkatan, sebagai hasil dari
penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya minyak
bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan
hasil pembakaran ini berada di atmosfer dan setengahnya lagi tersimpan di
laut dan digunakan dalam proses fotosintesis oleh diatom dan algae laut
lain.
Sumber karbon utama di bumi adalah atmosfer dan perairan, terutama
lautan. Laut me ngandung karbon lima puluh kali lebih banyak daripada
karbon di atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke laut terjadi
melalui proses difusi. Karbon yang terdapat di laut cenderung mengatur
karbondioksida di atmosfer. Karbon yang terdapat di atmosfer dan
perairan diubah menjadi karbon organik melalui proses fotosintesis,
kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan
dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup. Melalui
proses kimia yang berlangsung sangat lama, karbon yang terdapat di
atmosfer dan laut dapat berubah menjadi bahan organik yang berupa bahan

10
bakar fosil atau menjadi bahan anorganik, misalnya batuan karbonat.
Pengembalian karbon ke atmosfer juga dilakukan oleh aktivitas lain yang
bukan aktivitas biologis, misalnya pembakaran bahan bakar fosil (batu
bara dan minyak bumi). Selain dalam bentuk karbondioksida, lapisan bumi
mengandung deposit karbon dalam bentuk karbon anorganik, misalnya
batuan kapur dan karbon organik berupa bahan bakar fosil.
Pelapukan dan batuan, pelarutan batuan karbonat, dan aktivitas
vulkanik juga berperan untuk mengembalikan karbon dalam bentuk
karbondioksida, asam karbonat karbondioksida, dan asam karbonat ke
atmosfer dan perairan. Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan
minyak bumi) oleh kendaraan bermotor dan kegiatan industri yang sangat
intensif akhir-akhir ini dipercaya telah meningkatkan kadar
karbondioksida di atmosfer. Karbondioksida merupakan salah satu gas
yang memiliki efek rumah kaca (green house effect) yaitu gas yang
menyerap panas yang dilepaskan oleh cahaya matahari. Oleh karena itu,
peningkatan kadar karbondioksida berkorelasi secara positif dengan
peningkatan suhu bumi, yang dikenal dengan istilah pemanasan global
(global warming).
Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber
yaitu sebagai berikut.
a. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer
mengalami difusi secara langsung ke dalam air.
b. Air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoretis
memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55 0,60 mg/liter,
berasal dari karbondioksida yang terdapat di atmosfer
c. Air yang melewati tanah organik. Tanah organik yang mengalami
dekomposisi mengandung relatif banyak karbondioksida sebagai hasil
proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut
ke dalam air.
d. Respirasi tumbuhan, hewan, dan bakteri aerob maupun anaerob.
Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida.
Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan

11
karbondioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga,
dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan
menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir.

4. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam,
atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH perairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah
anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-). Borat
(H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan
amonia (NH3) juga memberikan konstribusi terhadap alkalinitas. Namun,
pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida. Di antara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak
terdapat pada perairan alami.
Bikarbonat, karbonat, dan asam karbonat merupakan sumber utama
karbon anorganik di perairan Karbon anorganik di rerairan dapat berasal
dari beberapa sumber yaitu atmosfer, batuan karbonat, siklus biologi
karbon, dan sumber allocthonous (dari luar perairan). Pada awalnya,
akalinius adalah gambaran pelapukan batuan yang terdapat pada sistem
drainase Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat
melarutkan sedimen banuan karbonat menjadi bakarbonat. Nilai
aikalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/liter CaCO3.
Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/liter CaCO3.
Perairan dengan nilai alkalinitas 40 mg/liter CaCO3, disebut perairan sadah
(hard water), sedangkan perairan dengan nilai alkalinitas 40 mg/liter
disebut perairan lunak (soft water). Perairan dengan nilai alkalinitas tinggi
lebih produktif daripada perairan dengan nilai alkalinitas rendah. Tingkat
produktivitas perairan ini sebenarnya tidak berkaitan secara langsung
dengan nilai alkalinitas, tetapi berkaitan dengan keberadaan fosfor dan

12
elemen esensial lain yang kadamya meningkat dengan meningkatnya nilai
alkalinitas.
Alkalinitas berperan dalam hal-hal sebagai berikut.
a. Sistem penyangga (bufer)
Bikarbonat yang terdapat pada perairan dengan nilai
alkalinitas total tinggi berperan sebagai penyangga (byter capacit)
perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Jika basa kuat
ditambahkan ke dalam perairan maka basa tersebut akan bereaksi
dengan asam karbonat membentuk garam bikarbonat dan
akhirnya menjadi karbonat. Jika asam ditambahkan ke dalam
perairan maka asam tersebut akan digunakan untuk mengonversi
karbonat menjadi bikarbonat dan bikarbonat menjadi asam
karbonat. Fenomena inilah yang menjadikan perairan dengan
nilai alkalinitas total tinggi tidak mengalami perubahan pH secara
drastis.
b. Koagulasi kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi air atau
air limbah bereaksi dengan air membentuk presipitasi hidroksida
yang tidak larut. Ion hidrogen yang dilepaskan bereaksi dengan
ion-ion penyusun alkalinitas, sehingga alkalinitas berperan
sebagai penyangga untuk mengetahui kisaran pH yang optimum
bagi penggunaan koagulan. Dalam hal ini nilai alkalinitas
sebaiknya berada pada kisaran optimum untuk mengikat ion
hidrogen yang dilepaskan pada proses koagulasi.
c. Pelunakan air (water softening)
Alkalinitas adalah parameter kualitas air yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soda abu dan kapur
yang diperlukan dalam proses pelunakan (softening) dengan
metode presipitasi. Pelunakan air bertujuan untuk menurunkan
kesadahan.

5. Kesadahan

13
Kesadahan (hardness adalah gambaran kation logam divalen (valensi
dua). Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun (soap) membentuk
endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam
air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. Pada perairan
tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah kalsium magnesium,
sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan
magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun
alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat. Keberadaan kation yang lain,
misalnya strontium, besi valensi dua (kation ferro), dan mangan juga
memberikan kontribusi bagi nilai kesadahan total, meskipun peranannya
relatif kecil, Aluminium dan besi valensi tiga (kation ferri) sebenarnya
juga memberikan kontribusi terhadap nilai kesadahan. Namun demikian,
mengingat sifat kelarutannya yang relatif rendah pada pH netral maka
peran kedua kation ini sering kali diabaikan.
Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan
perairan yang berada di wilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk (top
soil) tebal dan batuan kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan
lapisan tanah atas tipis dan batuan kapur relatif sedikit atau bahkan tidak
ada. Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu berdasarkan
ion logam (metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion
logam. Berdasarkan ion logam (metal) kesadahan dibedakan menjadi
kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium. Berdasarkan anion yang
berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi kesadahan
karbonat dan kesadahan non-karbonat.
a. Kesadahan Kalsium dan Magnesium
Kesadahan perairan dikelompokkan menjadi kesadahan
kalsium dan kesadahan magnesium karena pada perairan alami
kesadahan lebih banyak disebabkan oleh kation kalsium dan
magnesium. Kesadahan kalsium dan magnesium sering kali perlu
diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan soda abu yang
dibutuhkan dalam proses pelunakan air (lime-soda ash softening).
b. Kesadahan Karbonat dan Non-karbonat

14
Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium
berasosiasi dengan ion CO32- dan HCO3-. Pada kesadahan non-
karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion SO42-,
Cl-, dan NO3-. Kesadahan karbonat sangat sensitif terhadap panas
dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi. Oleh karena itu,
kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara.
Kesadahan non-karbonat disebut kesadahan permanen karena
kalsium dan magnesium yang berikatan dengan sulfat dan klorida
tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah meskipun
pada suhu yang tinggi.
Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan perairan
untuk kepentingan domestik dan industri. Tebbut (1992) mengemukakan
bahwa nilai kesadahan tidak memiliki implikasi langsung terhadap
kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat toksik
dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan (kalsium dan
magnesium) membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut.
Misalnya, toksisitas 1 mg/liter timbal pada perairan dengan kesadahan
rendah (soft waters) dapat mematikan ikan. Akan tetapi, toksisitas 1
mg/liter timbal pada perairan dengan kesadahan 150 mg/liter CaCO3,
terbukti tidak berbahaya bagi ikan.
Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil
dari pada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120
mg/liter CaCO3, dan lebih dari 500 mg/liter Caco dianggap kurang baik
bagi peruntukan domestik, pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih
disukai oleh organisme daripada air lunak.

6. Bahan Organik
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan
satu atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber
utama sebagai berikut:
a. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani,
alkaloid, selulosa, kanji, gula, dan sebagainya.

15
b. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh
manusia.
c. Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan asam
yang semuanya diperoieh melalui aktivitas mikroorganisme.
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan
anorganik adalah sebagai berikut:
a. Mudah terbakar.
b. Memiliki titik beku dan titik didih rendah.
c. Biasanya lebih sukar larut dalam air.
d. Bersifat isomerisme: beberapa jenis bahan organik memiliki rumus
molekul yang sama.
e. Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi
dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
f. Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1.000.
g. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.

D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Kimia dalam Analisa Air


1. Penentuan pH
Bertujuan untuk mengetahui kadar keasaman dan kebasaan sampel air.
Pembatasan pH dilakukan karena pH akan mempengaruhi rasa, korosivitas
air dan efisiensi chlorinasi. Ke dalam gelas piala 150 mL dimasukkan 100
mL sampel kemudian dicelupkan elektroda dari pH-meter, dan dibaca nilai
pH pada alat.
2. Penentuan Nitrat
Penentuan nitrat dilakukan dengan metode reduksi kadmium. Dibuat
deret standard larutan pembanding yang diketahui nilai konsentrasinya dan
kedalam botol sampel dimasukkan 25 mL sampel air kemudian di
tambahkan reagen NitraVer 5 Nitrate lalu dikocok selama 1 menit dan
didiamkan selama 5 menit, kemudian dianalisis menggunakkan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Mula-mula
dimasukkan botol blanko dan bacaan pada alat dan alat diset pada angka
nol. Selanjutnya botol blanko digantikan dengan botol deret standard

16
kemudian dilanjutkan dengan botol sampel dan konsentrasi nitrat dalam
mg/L ditunjukkan langsung pada alat.
3. Penentuan Nitrit
Penentuan nitrit dilakukan dengan metode ferrosulfat. Pada botol sampel
dimasukan 10 mL sampel air kemudian ditambahkan reagen NitriVer 2
Nitrite lalu dikocok sampai larut dan didiamkan selama 10 menit. Pada botol
blanko dimasukkan 10 mL sampel. Konsentrasi nitrit dianalisis dengan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 585 nm. Mula-mula
dimasukkan botol blanko kemudian diset pada nilai nol dan larutan deret
standar serta larutan sampel, kemudian konsentrasi nitrit dalam mg/L
ditunjukkan langsung pada alat.
4. Penentuan Klorida
Penetuan kadar klorida dilakukan dengan metode argentometri. Sampel
air sebnayak 50 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL, kemudian
ditambahkan 0,5 mL larutan dikromat 5 % dan dikocok. Larutan ini
kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 0,0141 N sampai terbentuk warna
merah kecoklat-coklatan. Banyak volume AgNO3 yang digunakan pada
buret dicatat dan perlakuan ini dilakukan juga pada larutan blanko bebas
klorida, kemudian dilakukan perhitungan kadar klorida sebagai berikut
(Anonim, 1994).
5. Penentuan Sulfat
Penentuan sulfat dilakukan dengan metode Sulva Ver 4. Sampel air
dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 25 mL, kemudian
diatambahkan reagen Sulva Ver 4 lalu dikocok dan didiamkan selama 5
menit, kemudian dimasukkan kedalam kuvet. Pada blanko dan deret
standard ditambahkan juga reagen SulvaVer 4 ini dan dikocok, kemudian
dianlisa dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis pada panjang
gelombang 450 nm. Mula-mula larutan blanko dimasukkan kemudian
disetel pada angka nol. Selanjutnya dimasukkan larutan deret standard dan
dilanjukan dengan larutan sampel. Konsentrasi sulfat dalam mg/L
ditunjukkan pada alat.
6. Penentuan Besi dan Mangan

17
Penentuan besi dan mangan dilakukan dengan cara pengasaman sampel
dengan ditambahkannya larutan asam nitrat pada sampel dan kemudian
diasring dengan kertas saring 0,45 mikron dan dilakukan pembacaan
menggunakan alat ICPE, nilai konsentrasi besi dan mangan dalam satuan
mg/L ditunjukkan pada alat.
7. Alkalinitas
Alkalinitas air biasanya oleh karbonat, bikarbonat dan hidroksida yang
terdapat dalam air. Nilai alkalinitas dapat ditentukan dengan cara titrasi
menggunakan larutan asam mineral kuat standar dengan indikator tertentu.
Phenolphtalein cukup memuaskan sebagai indikator dalam penentuan
alkalinitas yang disebabkan hidroksida dan karbonat (pH t g,3) dan metil
orange cocok sebagai indikator dalam penentuan alkalinitas yang
disebabkan oleh bikarbonat (pH + 4,5).
8. Kesadahan
Bertujuan ntuk mengetahui kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air.
Dengan cara melakukan titrasi menggunan EDTA 0,01 M dan indikator
EBT sampai terjadi perubahan warna dari merah tua menjadi biru laut pada
kesadahan total. Sedangkan pada kesadahan kalsium dilakukan titrasi
dengan EDTA 0,01 M dan dengan penambahan indikator muxeida hingga
terjadi perubahan warna dari merah menjadi lembayung.
9. Koagulasi dan Fluokolasi
Bertujuan untuk menentukan dosis koagulan (tawas) secara pembubuhan
koagulan dengan variasi konsentrasi terhadap sampel air.
10. Permanganat
Bertujuan untuk memperoleh nilai permanganat dalam sampel air yang
mempunyai kadar khlorida kurang dari 300 mg/l dengan metode oksidasi
dalam suasana asam.
11. Oksigen Terlarut
Bertujuan ntuk mengetahui kadar oksigen terlarut dalam sampel air.
Bahan yang digunakan antara lain larutan MnSO4, larutan Natrium tiosulfat
0,025N, larutan alkali iodida azida, larutan Indikator Amylum, H2SO4
pekat dan sampel air.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan kimia analisa air diperlukan untuk menguji kualitas air minum,
air limbah dan air alami guna penelitian dan uji kelayakan bagi kesehatan
masyarakat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan – bahan kimia
dalam mengidentifikasi kandungan zat organik dan kimiawi dalam sampel air.
Bahan – bahan kimia dalam perairan tersebut diantaranya ialah silikon,
belerang, klorida, kalsium, logam alkali dan mangan.
Sedangkan parameter kimia dalam analisa air ialah pH dan asiditas, oksigen
terlarut, karbondioksida, alkalinitas, kesadahan, dan bahan organik.
Dan jenis-jenis pemeriksaan kimia dalam analisa air diantaranya ialah
penentuan pH, penentuan Nitrat, penentuan Nitrit, penentuan Klorida,
penentuan Sulfat, penentuan Besi dan Mangan, Alkalinitas, kesadahan,
koagulasi dan fluokulasi, permanganat dan oksigen terlarut.

B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca untuk mencari referensi lain agar lebih
menambah wawasan. Serta setelah mendapatkan materi dari makalah ini maka
sebaiknya segera dilakukan praktikum agar mahasiswa lebih memahami dan
mampu mempraktikkannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: C.V ANDI OFFSET


Azhari, Achmad Rizki. dkk. 2016. Laporan Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air.
Semarang: Universitas Diponegoro.
http://www.academia.edu/26062216/Laporan_Praktikum_Pemeriksaan_K
ualitas_Air diunduh pada 09 September 2017
Budiyono. dkk. 2015. Petunjuk Praktikum: Pemeriksaan Kualitas Air Edisi ke-Dua.
Semarang: Universitas Diponegoro.
http://www.academia.edu/24283353/Petunjuk_Praktikum_Pemeriksaan_K
ualitas_Air diunduh pada 09 September 2017
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.
Naibaho, Benika. 2006. Analisis Kualitas Fisik dan Kimia Air di Daerah Medan
Sekitarnya.
http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JURNAL/JURNAL_BENIK
A_NAIBAHO_PDF/Analisis_Kualitas_Fisik.pdf diunduh pada 09
September 2017
Tambunan, Martin Aprilino. dkk. 2015. Analisis Fisika-Kimia Air Sumur di Tempat
Pembuangan Akhir Sumompo Kecamatan Tuminting Manado. Jurnal MIPA
Unsrat Online, 4 (2): 153-156, dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=377006&val=1014&t
itle=Analisis%20Fisika-
Kimia%20Air%20Sumur%20Di%20Tempat%20Pembuangan%20Akhir%
20Sumompo%20Kecamatan%20Tuminting%20Manado diunduh pada 09
September 2017
KELOMPOK 3 (2A)

Pertanyaan
1. Ayu Puspita Fitriani
Apa makud dari pelunakan air?
2. Maryska Asri Oktaviani Putri
Zat apa yang terendap pada proses koagulasi dan floukolasi?
3. Mutmainnah
Kenapa alkalinasi tinggi lebih produktif dari alkalinitas rendah?
4. Fatih Fathanah Gisya
Alat ICPE itu seperti apa tampilannya dan surfaktan itu apa?
5. Ermilian Hana Runtuwene
Apakah setelah proses koagulasi dan floukolasi, airnya boleh digunakan untuk
penambakan ikan?
6. Devita Kumala Dewi
Kenapa kadar klorida lebih penting di air daripada kadar flourida?
7. Anis Sumardiani
Indikator apa yang digunakan selain metil orange pada pemeriksaan alkalinitas?

Jawaban

1. Pelunakan air merupakan metode untuk menghilangkan ion-ion mineral dalam


air terutama ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan air menjadi sadah. Jadi
pelunakan air bertujuan untuk menghilangkan kesadahan dalam air
2. Zat-zat terlarut dan ion-ion anorganik terutama ion anion seperti Cl-, HCO3-,
HPO42-, OH-
3. Karena perairan yang memiliki alkalinitas tinggi, banyak mengandung ion
bikaronat yang berfungi sebagai buffer/ penyangga perairan terhadap perubahan
pH yang drastis
4. ICPE (Inductively Coupled Plasma Emission) digunakan untuk menganalisis
banyak unsur secara serempak dan pada tingkat serendah 1-10 part per billion
atau ppb. Digunakan dalam beragam pasar termasuk makanan dan minuman,
logam, farmasi, geologi, air dan semen. ICPE beroperasi menggunakan plasma
argon yang diinjeksi dengan sampel cairan yang diatomisasi. Sampel itu
berionisasi dalam plasma dan ion-ion memancarkan cahaya pada panjang
gelombang khas berbeda-beda, yang kemudian diukur.
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air dan
gugus nonpolar yang suka minyak sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air
5. Belum, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan kualitas air seperti
pemeriksaan pH, oksigen terlarut, alkalinitas, kesdahan dan lain-lain
6. Karena klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan
oleh tingginya salinitas, air ini tidak layak untuk pengairan dan keperluan rumah
tangga. Sedangkan ion flourida ditambahkan pada banyak air untuk keperluan
air minum rumah tangga untuk mencegah kerusakan gigi dengan konsentrasi
kurang lebih 1 mg/l
7. Indikator yang digunakan selain metil orange dalam penentuan alkalinitas
adalah indikator phenolphthalein, yang digunakan dalam penentuan alkalinitas
yang disebabkan hidroksida dan karbonat

Anda mungkin juga menyukai