Anda di halaman 1dari 7

e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN INFARK
MIOKARD AKUT DI RUANGAN CVCU RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Fentia Budiman
Mulyadi
Jill Lolong

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: fentia.budiman@ymail.com

Abstract : Anxiety is the main cause psychiatric counseling in CVCU. In patient with acute
myocardial infarction, anxiety is one of the circumtances that could give rise to the physical
changes, as wall as psychological. There are several factors associated with the level of
anxiety that age, education level, sosio economic status, and experience. The purpose of this
research to determinan, factor’s assosiated with the level of anxiety in patient acute
myocardial infarction in CVCU room of RSUP. Prof. Dr. R. Kandou Manado. Research’s
design has used cross sectional design and the data are collected from respondens by
kuesioner and observation sheet. The Samples in this research was taken with total sampling
technique with 30 respondents as sample. The result of the research using atest of α < 0,05.
The conclusion of this research is a relationship between age, education level, socio
economic status level of experience with anxiety. Suggestion as reference material for the
development of future research with regard to the factors associated with the level of anxiety
in patien with acute myocardial infarction. For example, long day care, family support,
medical diagnostic, and another etc.

Keywords : Anxiety, acute myocardial infarction.

Abstrak : Kecemasan merupakan penyebab utama konseling psikiatri di CVCU. Pada pasien
dengan infark miokard akut, kecemasan merupakan salah satu keadaan yang dapat
menimbulkan adanya perubahan keadaan fisik, maupun psikologis. Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan yaitu usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi,
dan pengalaman. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien dengan Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Desain Penelitian menggunakan Cross sectional
dan data yang dikumpulkan dari responden menggunakan lembar kuesioner dan lembar
observasi. Sampel berjumlah 30 responden yang didapat menggunakan tekhnik total
sampling. Hasil Penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square dengan hasil nilai α < 0,05.
Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara faktor usia, tingkat pendidikan,
status sosial ekonomi, dan pengalaman dengan tingkat kecemasan. Saran sebagai bahan
referensi, dalam mengembangkan penelitian selanjutnya berkaitan dengan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien infark miokard akut semisalnya lama
hari rawat, dukungan keluarga, diagnosa medis dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Kecemasan, Infark Miokard Akut

1
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

PENDAHULUAN Data yang diperoleh dari Jakarta


Penyakit kardiovaskuler merupakan Cardiovascular Study pada tahun 2008,
penyebab kematian nomor satu di dunia. memperlihatkan prevalensi infark miokard
Menurut American Heart Association pada wanita 4,1% dan 7,6% pada pria, atau
semakin banyak kematian yang disebabkan 5,29% secara keseluruhan. Terjadi
oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan peningkatan pada tahun 2000 yang hanya
dengan gabungan ketujuh penyebab 1,2%. Peningkatan selama tujuh tahun
kematian utama berikutnya. Hal ini 4,09% atau rata-rata 0,6% per tahun (Basuki
menunjukkan terjadinya satu kematian Endang, 2008).
akibat penyakit kardiovaskuler tiap 33 detik. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
Pencegahan primer-identifikasi dini dan (RISKESDAS, 2013) prevalensi penyakit
modifikasi faktor resiko bagi timbulnya IMA tertinggi yaitu Sulawesi Tengah (0,8%)
penyakit kardiovaskuler penting dilakukan diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan
untuk menurunkan angka mortalitas, Aceh, masing-masing 0,7%.
morbiditas, dan angka kecacatan (Harun, Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi
2003). Infark Miokard Akut merupakan pada kondisi pasien dengan IMA,
jenis penyakit jantung koroner yang kecemasan merupakan salah satu keadaan
mempunyai tingkat morbiditas dan yang dapat menimbulkan adanya perubahan
mortalitas yang tinggi. Penyakit IMA keadaan fisik, maupun psikologis yang
merupakan jenis penyakit kardiovaskuler akhirnya mengaktifkan saraf otonom yang
penyebab kematian yang utama di Amerika mana detak jantung menjadi bertambah,
Serikat pada tahun 2006 jika dibandingkan tekanan darah naik, frekuensi nafas
penyakit kardiovaskuler lainnya. Sampai bertambah dan secara umum mengurangi
saat ini telah tercatat kurang lebih 1,2 juta tingkat energi pada klien (Purwaningsih,
orang yang mengalami IMA di negara 2010).
tersebut (Perwitasari RD, 2009). Cemas banyak terjadi pada pasien
Indonesia merupakan negara dengan IMA maupun penyakit
berkembang dimana prevelansi penyakit kardiovaskuler lainnya. Kecemasan
jantung dari tahun ke tahun semakin menimbulkan dampak yang buruk bagi
meningkat terutama infark miokard akut. penderita IMA. Prevalensi gangguan cemas
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada populasi dengan penyakit jantung
tahun 1992 mengukuhkan penyakit cukup tinggi yakni 28% sampai 44%. Pasien
kardiovaskuler merupakan penyakit yang dengan penyakit IMA memiliki tingkat
masih menduduki presentase tertinggi yang kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan
menyebabkan kematian dengan presentase populasi umum. (Kadek Dwi, 2013).
33,2% jiwa. Pada tahun 2002 penyakit Menurut Kaplan dan Sadock ada beberapa
infark miokard akut merupakan penyebab faktor yang mempengaruhi tingkat
kematian pertama dengan angka mortalitas kecemasan pasien yaitu usia, pengalaman
220.000 jiwa. Direktorat Jendral Yanmedik pasien menjalani pengobatan, konsep diri
Indonesia meneliti pada tahun 2007 jumlah dan peran, status sosial ekonomi,
pasien penyakit jantung yang menjalani komunikasi terapeutik, diagnosa medis,
rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di tingkat pendidikan dan akses informasi
Indonesia adalah 239.548 jiwa, kasus (Sulistiawaty, 2005). Menurut Stuart, ada
terbanyak ialah penyakit jantung iskemik beberapa faktor juga yang mempengaruhi
yaitu 110.183 kasus. Care fatelity rate tingkat kecemasan pasien yaitu usia,
(CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard pengalaman, aset fisik, pengetahuan, tingkat
akut, (13,49%) kemudian diikuti oleh gagal pendidikan, status sosial ekonomi, dan
jantung (13,42%) dan penyakit jantung dukungan keluarga (Stuart G.W, 2007).
lainnya (13,37%) (Booloki, HM. Askari A. Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada
2014). bulan Oktober sampai Desember 2014, data

2
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou ruang berikut yaitu editing, coding, data entry
CVCU, ada 75 orang yang menderita cleaning dan tabulating.
penyakit infark miokard akut, dengan hasil Analisa data dalam penelitian ini yaitu
observasi bahwa rata-rata pasien yang analisa univariat bertujuan untuk
mengalami infark miokard akut mengalami menjelaskan atau mendeskripsikan
kecemasan. karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada
METODE PENELITIAN tidaknya hubungan antara variabel
Penelitian ini adalah jenis penelitian independen yaitu usia, tingkat pendidikan,
observasional analitik dengan menggunakan status sosial ekonomi dan pengalaman
desain penelitian Cross Sectional. dengan variabel dependen yaitu tingkat
Penelitian ini dilakukan di ruangan kecemasan. Uji yang digunakan adalah uji
CVCU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou chi square dengan tingkat kemaknaan 95%
Manado. Waktu penelitian dilaksanakan α <0,05.
pada bulan Mei – Juni 2015. Populasi dalam Dalam melakukan penelitian, peneliti
penelitian ini adalah seluruh pasien infark memperhatikan masalah-masalah etika
miokard akut yang berada di ruangan CVCU penelitian yang meliputi informed consent
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (persetujuan menjadi responden), anonymity
Teknik Pengambilan sampel menggunakan (kerahasiaan), dan confidentiality.
tekhnik total sampling. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 30 responden HASIL DAN PEMBAHASAN
yang memenuhi kriteria inklusi. A. Hasil
Penelitian ini menggunakan instrumen 1. Analisa Univariat
penelitian berupa lembar observasi dan Gambaran data responden yakni WUS
kuesioner. yang menggunakan kontrasepsi suntik
Prosedur pengumpulan data dalam DMPA.
penelitian ini dilakukan dengan cara: setelah Tabel 1 distribusi frekuensi berdasarkan
mendapat izin dari Program Studi Ilmu umur responden
Keperawatan UNSRAT, peneliti Umur n Total
mengajukan izin penelitian ke tempat
18 60,7
penelitian. Pengumpulan data dilakukan <45
12 40,0
secara langsung kepada responden, mulai >40 Tahun
dari bulan Mei - Juni 2015. Pada saat Total 30 100
melaksanakan penelitian, peneliti Sumber: Data Primer 2015
memperkenalkan diri, menyampaikan
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan Tabel 2 distribusi frekuensi berdasarkan
dilakukan. Setelah menyampaikan maksud pendidikan responden
dan tujuan, peneliti menyerahkan lembar Pendidikan n Total
persetujuan menjadi responden untuk rendah 20 66,7
ditanda tangani oleh responden sebagai SMP 10 33,3
bukti bahwa responden bersedia menjadi
sampel dalam penelitian yang akan Total 30 100
dilakukan. Selanjutnya peneliti melakukan Sumber: Data Primer 2015
pengisian lembar observasi yang berisi
tentang data umum responden kemudian
dilanjutkan dengan melakukan wawancara
menggunakan kuesioner terstruktur.
Pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan tahapan-tahapan sebagai

3
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

Tabel 3 distribusi frekuensi berdasarkan PEMBAHASAN


pekerjaan responden 1. Hubungan usia dengan tingkat
Pekerjaan n Total kecemasan pasien IMA
ABRI 1 3,3 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa
IRT 8 26,7 responden dengan usia <45 tahun sebanyak
Pensiunan 2 6,7 16 orang menderita IMA, 14 responden
PNS 7 23,3 diantaranya mengalami cemas berat. Hasil
wiraswasta 12 40 penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
Total 30 100 Fitriyanti, (2008) yang menyatakan ada
Sumber: Data Primer 2015 hubungan antara usia dengan tingkat
kecemasan. Prevalensi cemas pada pasien
Tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan
dengan penyakit jantung cukup tinggi, pada
status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi n % kelompok usia yang lebih muda,
Dibawah UMR 18 60 dibandingkan kecemasan pada usia yang
Diatas UMR lebih tua. Menurut Rumaiah (2003) dalam I
12 40 Ketut Maendra (2014), usia berkaitan
Total 30 100 dengan kedewasaan berpikir individu.
Sumber: Data Primer 2015 Dengan usia yang lebih matang seseorang
cenderung lebih dewasa dalam menghadapi
Tabel 5 distribusi frekuensi berdasarkan masalah. Dengan demikian peneliti
pengalaman berpendapat bahwa, meskipun usia
Pengalaman n % merupakan keadaan yang tidak mutlak
Pertama kali 14 46,7 dalam menjamin kedewasaan berpikir
>1 kali 16 53,3 seseorang, ataupun kecemasan seseorang,
Total 30 100 tetapi sesuai hasil yang ada, semua berawal
Sumber: Data Primer 2015
dari pelayanan tenaga medis dalam
Tabel 6 distribusi frekuensi berdasarkan mengoptimalkan asuhan keperawatan
tingkat kecemasan ataupun pelayanan lainnya guna
Kecemasan n % meminimalisir kecemasan yang dialami
Ringan 10 33,3 pasien IMA.
berat 20 66,7
Total 30 100 Tabel 8 hubungan tingkat pendidikan
Sumber: Data Primer 2015 dengan tingkat kecemasan pada pasien IMA
Kecemasan
2. Analisa Bivariat
Tabel 7 hubungan usia dengan tingkat Cemas Cemas P
Tingkat Total
kecemasan pada pasien IMA ringan berat Value
pendidikan
Kecemasan n % n % n %
rendah 4 20 16 80 20 100
0,045
Cemas P
Cemas berat Total tinggi 6 60 4 40 10 100
Usia ringan Value
33,
Total 10 20 66,7 30 100
n % n % n % 3
<45 2 12,5 14 87,5 16 100 Sumber: Data Primer 2015
0,019
>45 8 57,1 6 42,9 44 100
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan
Total 10 33,3 20 66,7 30 100 bahwa menunjukkan ada hubungan antara
Sumber: Data Primer 2015 tingkat pendidikan dengan tingkat
kecemasan pada pasien dengan IMA. Sesuai
dengan hasil observasi kecemasan pasien
IMA terdapat 16 responden pada kategori
tingkat pendidikan rendah yakni SMA

4
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

kebawah dengan kecemasan berat. Hasil munculnya krisis ekonomi dan kemiskinan.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Sektor perekonomian yang banyak terdapat
dilakukan oleh Ade Sutrimo, (2014) terdapat pada bahan baku import menjadi collapse
18 responden yang berpendidikan rendah dan pemutusan hubungan kerja (PHK)
dari 21 sampel yang diteliti memliki terjadi dimana-mana yang merupakan
kecemasan berat. Menurut Stuart dan polemik yang cukup memprihatinkan di
Sundeen (2000) dalam Ade Sutrimo (2014), bangsa ini, kondisi masyarakat miskin diatas
tingkat pendidikan yang rendah pada tumpukan emas dan sumber daya alam yang
seseorang akan menyebabkan orang tersebut begitu besar adalah pernyataan yang cukup
mudah mengalami kecemasan, disebabkan tepat mengkritisi kondisi ini (Waysima,
kurangnya pengetahuan seseorang. Sesuai 2008). Status sosial ekonomi adalah
dengan hal tersebut, maka peneliti kedudukan ekonomi seseorang didalam
berpendapat bahwa tenaga medis wajib masyarakat yang dilihat dari pendapatan
memberikan health education terhadap keluarga, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
pasien IMA dengan kecemasan, agar pasien Masyarakat yang berstatus sosial ekonomi
mampu mengolah informasi ataupun rendah akan sangat rentan mengalami
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh kecemasan (Ormord, 2006 dalam Jos Ridi,
tenaga kesehatan dalam meminimalisir 2012). Sesuai dengan hal tersebut, peneliti
kecemasan pasien IMA. berpendapat bahwa dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan untuk mengupayakan
Tabel 9 hubungan status sosial ekonomi pelayanan kesehatan yang maksimal, tenaga
dengan tingkat kecemasan pada pasien IMA medis wajib memberikan pelayanan yang
Kecemasan sebaik-baiknya terutama tentang pelayanan
jaminan kesehatan, agar yang menjadi salah
Cemas Cemas P satu masalah pokok kecemasan pada pasien
Status sosial Total
ringan berat Value IMA terkait status sosial ekonomi rendah,
ekonomi
n % n % n % dapat diatasi.
Dibawah 3 16,7 15 83,3 18 100
UMR 0,045 Tabel 10 hubungan pengalaman dengan
Diatas UMR 7 58,3 5 41,7 12 100
tingkat kecemasan pada pasien IMA
Total 10 33,3 20 66,7 30 100
Kecemasan
Sumber: Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan ada Cemas Cemas
Total
P
pengalaman ringan berat Value
hubungan antara status sosial ekonomi
dengan tingkat kecemasan pada pasien n % n % n %
dengan IMA. Sesuai dengan hasil observasi Pertama kali 1 7,1 13 92,9 14 100
0,007
dan berdasarkan penelitian yang didapat, >1 kali 9 56,3 7 43,8 16 100
responden terbanyak dengan status sosial
Total 10 33,3 20 66,7 30 100
ekonomi dibawah UMR yakni 15 orang
responden memiliki kecemasan berat. Sumber: Data Primer 2015
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
oleh Ade Sutrimo, (2014) sebagian besar Berdasarkan tabel 10 terdapat
responden dengan penghasilan dibawah hubungan antara pengalaman dengan tingkat
UMR memiliki kecemasan berat. kecemasan pasien dengan IMA, dengan
Berdasarkan data yang ada, kondisi negara hasil penelitian yang didapat, responden
Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat yang pertama kali masuk rumah sakit
memprihatinkan. Bermula dari krisis dengan IMA terbanyak memiliki kecemasan
moneter, anjlognya nilai tukar rupiah berat dengan jumlah responden 13 orang, ini
terhadap Amerika serikat, sehingga menunjukkan bahwa kecemasan identik
mencapai 12.000/$ AS menyebabkan dengan mekanisme koping pada pasien

5
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

dengan infark, yang didukung dalam jurnal Panembahan Senopati Bantul. UMMU
penelitian terkait yang dilakukan oleh Yogyakarta (diakses 20 Juni 2015).
Kusharyadi, (2005) bahwa koping
maladaptif pada pasien yang memiliki Fitriyanti, (2008). Faktor-faktor yang
masalah penyakit jantung dengan informasi mempengaruhi kecemasan pasien
yang tidak adekuat akan cenderung gelisah, dalam tindakan kemoterapi di RS
dan cemas. Kecemasan adalah pengalaman Dharmais Jakarta. (diakses 20 juni
emosi yang tidak menyenangkan, datang 2015).
dari dalam dan bersifat meningkat,
menggelisahkan dan menakutkan yang Gray H, (2005). Lecture Notes: kardiologi.
dihubungkan dengan satu ancaman bahaya Jakarta: Erlangga.
yang tidak diketahui oleh individu. Perasaan
ini diikuti oleh komponen somatik, Hawari, (2011). Stres dan kecemasan.
fisiologik, otonomik, biokimiawi, hormonal Jakarta: FKUI.
dan perilaku (Ihdaniyati, 2009 dalam Iwan
Nurokim, 2014). Dengan demikian, peneliti Heni Rokhaeni, (2002). Buku Ajar
berpendapat bahwa perlu ada peningkatan Keperawatan Kardiovaskuler, edisi
pelayanan kesehatan dari perawat atau pertama. Bidang Diklat Pusat
tenaga medis lainnya, dalam meningkatkan Kesehatan Jantung Dan Pembuluh
asuhan keperawatan atau pelayanan Darah Nasional Harapan Kita. Jakarta.
kesehatan lainnya untuk meminimalisir
kecemasan pada pasien dengan infark I Ketut Maendra, (2014). Prevalensi Tingkat
miokard akut, sebab kecemasan pada Kecemasan pada Pasien Infark
penderita IMA akan menambah beban kerja Miokard di Poliklinik Jantung RSUP.
jantung, dan memperluas area infark. Prof. Kandou Manado. (diakses 20
Juni 2015).
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara usia, Iwan Nurokim, (2014). Pemberian cognitive
tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, support terhadap koping pada asuhan
dan pengalaman dengan tingkat kecemasan keperawatan pasien infark miokard
pada pasien dengan Infark Miokard Akut di akut. RSUD dr. Moewardi Surakarta.
ruangan CVCU RSUP. Prof. Dr. R. D. Digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files
Kandou Manado. /disk1/17/01-gdl-iwannurrok-829-1-
ktiiwan-2.pdf (diakses 20 juni 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Ade Sutrimo, (2014). Pengaruh guided Izaac, (2004). Faktor-faktor yang
imagery and music (GIM). terhadap mempengaruhi kecemasan.
kecemasan pasien pre operasi SC di http://www.digilib.unimus.ac.id/downl
RSUD Banyumas (diakses 20 juni oad.php (diakses 19 Desember 2014).
2015).
Jos Ridi, (2012). Jurnal Penelitian
Dewi Yusmiati, (2007). Manajemen stres, Hubungan Status Sosial Ekonomi
cemas; Pengantar A sampai Z. Jakarta: dengan Tingkat Kecemasan. RSUD.
Edsa Mahkota. Cilacap. Jtstikesmuhgo-gdlcas-josridi-
1467-1-bab1-3-o(1).pdf (diakses 20
Doenges at al (2000). Rencana Asuhan Juni 2015)
Keperawatan, Ed.3, Jakarta: EGC.
Kadek Dwi , (2013). Jurnal penelitian
Elan Furwanti, (2014). gambaran tingkat depresi dan cemas pasien infark
kecemasan pasien di IGD RSUD miokard akut. RSUP Sanglah

6
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

Denpasar. (diakses 13 Desember


2014).

Kusyahardi, (2005). Hubungan kecemasan


dengan koping maladaptif pada pasien
dengan infark miokard akut.
Yogyakarta. (diakses 20 juni 2015).

Mansjoer Arif, (2001). Kapita Selekta


Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius.

Mila, T.U. (2012). Konsep Kecemasan.


http://.scribd.com/doc/87537969/KON
SEP-KECEMASAN (diakses 10
Desember 2014).

Muttaqin Arif, (2009). Buku ajar asuhan


keperawatan klien dengan gangguan
system kardiovaskuler & hematologi.
Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi, (2007). Anatomi & Fisiologi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

, , (2012). Konsep dan Praktik


Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai