Anda di halaman 1dari 11

TOPICS IN LABOR SUPPLY

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Ketenagakerjaan

Oleh : kelompok 3

Nur Ardiansyah Mahardika 041411131075


Maulana Ridho Aryanto 041511133045

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana
produksi, tenaga kerja lebih penting dari pada saran produksi lainnya seperti bahan mentah,
tanah, air, serta lain sebagainya. Oleh karenanya manusialah yang menggerakan semua
sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan barang (Sonny Sumarsono, 2003).

Setiap negara memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda beda, semua tergantung
dengan tingkat kelahiran dan kematian. Labor Force merupakan sebutan bagian tenaga kerja
yang benar-benar menghasilkan produk maupub jasa. Walaupun ada tenaga kerja belum tentu
semua menghasilkan produk dan jasa.

Partisipasi tenaga kerja merupakan pokok utama yang selalu di utamakan oleh negara,
agar semua masyarakatnya sejahtera maka semua partisipan angkatan kerja harus memiliki
pekerjaan yang sebagai sumber pendapatan atau investasi masa depan. Semakin tinggi tingkat
upah maka rendah pula penerimaan partisipasi angkatan kerja, dan sebaliknya semakin murah
upah maka tinggi pula penerimaan angkatan kerja. Pada keadaan seperti itu pemerintah akan
bertindak agar kesejahteraan merata.

Partisipan angakatan tenaga kerja terdiri dari wanita dan pria. Pada era jaman ini
partisipan tenaga kerja wanita jauh lebih banyak di cari ketimbang pria, di karenakan jumlah
wanita yang lebih banyak. Akan tetapi lebih banyak perusahaan yang mencari angkatan kerja
wanita yang belum menikah atau sudah memiliki anak yang sudah bisa mereka tinggalkan,
karena faktor tersebutlah jumlah penerimaan partisipan angkatan kerja pria lebih kecil
daripada wanita.

Pasokan tenaga kerja selama siklus hidup

Pada bab sebelumnya telah di jelaskan tentang keputusan analisis pasokan kerja seseorang
untuk mengatur berapa waktu bekerja dalam sudut pandang pekerja. Sudut pandang
pekerja dalam mengatur bisa terjadi secara satu waktu periode tertentu dan pada faktanya
karena konsumsi dan keputusan untuk pergi berliburlah yang membuat mereka lupa dengan
waktu dan mengabdikan nya dengan bekerja. Para pekerja melakukan hal tersebut di
karenakan oleh pemikiran jumlah konsumsi yang akan di gunakan pada hari selanjutnya,
maka membuat mereka mengambil keputusan untuk bekerja lebih banyak agar
mendapatkan nilai kepuasan yang jauh lebih besar. Pada dasarnya pekerja bisa melakukan
perdagangan sekaligus mengambil waktu liburan sekaligus sebagai kebutuhan sehari hari.
Pada contoh kasus, pekerja bisa membuat pilihan waktu bekerja pada hari itu sekaligus
menyimpan uang dan menghasilkan uang agar berguna bagi masa depan.

Dapat kita lihat pada chapter 7 bahwa kesepakatan bagus bagi pekerja memiliki bukti seperti
:
Pekerja > usia > jumlah pendapatan > jumlah upah yang di dapatkan selama siklus bekerja,
memiliki jalur yang dapat di prediksi sebagai berikut :
A. Tren upah pekerja jauh lebih rendah apabila dia lebih muda < 20 tahun
B. Sedangkan pada usia >50 tahun maka akan di temukan tren upah yang stabil
ataupun menjadi sedikit merendah.
Ini adalah fakta dari faktor pengahasilan menurut usia pekerja. Dan dapat dipahami bahwa
jumlah upah yang di hasilkan oleh perkeja di bawah <20th dan >50th memiliki rerata yang
rendah di bandingkan dengan pekerja yang memiliki usia >20th - <50th mendapatkan jumlah
yang lebih besar.
Pada kedua gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah usia muda dan tua memiliki waktu
kerja yang jauh lebih besar dan pendapatan yang rendah, sedangkan segi pendapatan akan
meningkat menurut jumlah usia dan akan berhenti lalu kembali menurun ketika usia tua.

Mempertimbangkan hal tersebut dapat di simpulkan bagaimana respon pekerja dalam


menghadapi kenaikkan upah pada usia 20-30th, atau dalam menanggapi penurunan
pendapatan pada usia yang hampir mencapai pensiun. Hal ini sangat penting di catat dalam
menentukan perubahan upah untuk pekerja yang akan menerima pensiunan, para pekerja
sering kali menyebut hal ini adalah revolusi dari upah karena dedikasi mereka dalam bekerja
selama di perusahaan hingga tua. Dan revolusi upah tidak akan berdampak walaupun
pekerja telah mendedikasikan seluruh hidupnya di perusahaan, pekerja memiliki pemikiran
yang sangat di luar ekspetasi terhadap upah dan ternyata pendapatan menurun hingga
pensiun. Pada kenyataannya pada usia 37/38th terjadi peningkatan upah sedangkan umur
57/58th akan mengalami penurunan.

Apakah pekerja yang telah mendekati masa pensiun akan bekerja lebih efisien? Bagaimana
apabila pekerja usia 50th hingga 60th memiliki waktu kerja yang lebih sedikit dan
sebagainya. Pada umur 50-60th pekerja yang hampir pensiun memiliki keinginan bekerja
lebih keras agar dapat menghasilkan uang lebih banyak dan menyimpan hasil kerja mereka
untuk masa depan, mengapa demikian? Di karenakan faktor usia kerja yang lebih menipis
sehingga mereka berfikir ketika upah lebih rendah karena waktu yang tinggal sedikit/
pensiun. Sedangkan pekerja pada umur lebih muda akan berfikir juga dengan waktu
bekerjanya karena ketika mereka lebih muda leisure time lebih banyak dan akan membuat
keputusan yang sulit. Akhirnya muncullah argumen yang menyatakan bahwa para pekerja
akan berkonsentrasi pada kerja mereka di saat upah sangat tinggi dan sebaliknya ketika
upah merendah mereka akan berkonsetrasi kepada leisure time/ liburan.

Pada akhirnya ini membuktikkan pada gambar yang menyatakan tentang jumlah waktu kerja
dan tingkat upah akan bergerak secara bersamaan hingga waktu usia pekerja pensiun.
Pengamplikasian tersebut juga menunjukan bahwa pada dari awal sudah sangat berbeda
dari pendapatan atau upah, hubungan dari upah dan waktu bekerja sangat negatif.

Pada gambar di atas menunjukkan ada 2 partisipan pekerja yang memiliki umur yang sama
akan tetapi salah satunya memiliki tingkat upah yang tinggi. Joe dan Jacks merupakan
pekerja yang memiliki umur sama, akan tetapi dapat di perhatikan bahwa waktu bekerja joe
lebih banyak daripada jack sehingga upah yang di dapatkan joe jauh lebih besar. Dengan
merelakan leisure time saat muda akan memudahkan kita dalam menabung uang untuk
masa depan dan pada saat upah tinggipun menjadi kesempatan yang terbaik saat
merelakan waktu leisure time. Pendekatan siklus kehidupan tidak hanya antara upah dan
waktu kerja, tetapi upah dan jumlah angkatan kerja.

Banyak dari angkatan kerja yang melakukan reservasi pada pasar tenaga kerja. Seseorang
akan jauh lebih suka memasuki lapangan pekerjaan atau mencari pekerjaan ketika tingkat
upah sangaf tinggi. Pada akhirnya sangat rendah tenaga kerja pada umur yang muda, tetapi
umur yang matang seperti 30 tahun akan jauh lebih banyak, dan kembali rendah untuk
angkatan kerja umur tua. Akan sering di jumpai angkatan kerja wanita yang sudah menikah
dan memiliki anak saat mendaftar kerja pada usia yang sudah matang, karena bagi mereka
usia anak mereka sudah bisa di lepas dan di serahkan kepada sekolah.
Kunci dari pengimplikasian masalah ini adalah seseorang akan bekerja dengab jumlah
waktu yang rendah ketika upah rendah pula, dan akan bekerja jauh lebih keras ketika upah
mengalami kenaikkan. Buktinya adalah ketika angkatan kerja muda yang memiliki upah
rendah dan pekerjaan yang jauh memiliki usia matang memiliki upah tinggi karena variasi
keterampilan yang dia miliki. jam kerja akan meningkat searah dengan kenaikan upah dan
menurun saat upah turun. Secara teori, seseorang akan menggunakan waktunya seumur
hidup, jadi kesempatan dari perubahan harga/biaya untuk berhenti bekerja disebut
intertemporal subtitution, karena seorang pekerja tidak akan terus menerus berhenti bekerja,
dalam waktu tertentu mereka akan memilih untuk tetap bekerja meskipun pada usia
pensiun.

MASA PENSIUN
Sebuah fenomena dimana menurun nya angka tenaga kerja usia 55 tahun keatas
dibeberapa negara menjadi hal yang menarik. Banyak factor ekononmi maupun social yang
menyebabkan seseorang memilih untuk pensiun. Pensiun ialah seseorang yang sudah tidak
bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan, ataupun atas permintaan
sendiri (pensiun muda). Borjas dalam bukunya Labor Economic menjelaskan ada beberapa
factor yang menentukan umur optimal seseorang untuk pensiun. Melalui asumsi sederhana,
seseorang yang pensiun tidak lagi bekerja dan hanya menerima tunjangan pensiun disisa
umurnya.
Grafik diatas menjelaskan hubungan antara pensiun dengan tingkat konsumsi seorang
pekerja. Asumsinya, seorang pekerja biasanya pensiun di umur 60 tahun, dengan
kemungkinan sisa umurnya 20 tahun. Jika seorang pekerja memilih pensiun diumur 60 tahun,
dan menerima tunjangan pensiun 20 tahun berikutnya, tingkat konsumsi yang diperoleh
adalah V60. Sedangkan jika memilih untuk tidak pensiun sampai umur 80 tahun, maka
tingkat konsumsi yang diperoleh addalah V80.
Pekerja dapat memilih pada umur berapa dia akan pensiun, antara 60 – 80 tahun. Sehingga
kita bisa membuat batas pendapatan (FE) dengan memperhitungkan nilai pendapatan seumur
hidup dengan masing-masing pilihan umur untuk pensiun. Garis FE menjelaskan, seorang
pekerja harus memilih antara beristirahat dengan tingkat konsumsinya, trade off. Pilihan ini
menghasilkan utilitas maksimum jika bersinggungan dengan kurva indiferen dari pekerja (P),
yaitu pensiun disaat umur 70 tahun.

Faktor penentu umur pensiun

Umur pensiun seseorang ditentukan dari gaji dan manfaat tunjangan pensiun.
Peningkatan gaji akan menunda masa pensiun seorang pekerja. Kenaikan upah menghasilkan
efek pendapatan dan substitusi. Sehingga disaat yang sama, seseorang dengan gaji yang
tinggi memiliki pilihan yang lebih banyak untuk berhenti bekerja, dan ingin pensiun lebih
awal. Saat terjadi kenaikan upah akan meningkatkan harga dari masa pensiun itu sendiri, dan
membuat seorang pekerja menunda masa pensiunnya. Kesimpulan dari kenaikan upah akan
membuat seseorang menambah masa kerjanya dan menunda masa pensiun.

Efek selanjutnya jika dilakukan peningkatan pada tunjangan pensiun. Meningkatkan


dana pensiun akan menghasilkan permintaan yang tinggi untuk berhenti bekerja (FE-FH),
dengan asumsi tidak ada kenaikan gaji sepanjang usia pensiun (F konstan).

Kenaikan permintaan ini disebabkan semakin besarnya kesempatan untuk berhenti bekerja
(FH>FE), karena harga dari masa pensiun menurun. Peningkatan tunjangan pensiun
mengarahkan pekerja untuk lebih awal pensiun dan memperpanjang masa pensiun.
Sedangkan menurut Hasibuan pentingnya program tunjangan karyawan yang diberikan
kepada karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin, karena pekerja akan lebih tenang
untuk bekerja dalam waktu yang lebih lama.

Kelemahan dari teori ini adalah tidak menggambarkan secara keseluruhan, kemungkinan
ekonomi yang bisa saja terjadi setelah seorang pekerja pensiun. Teori ini juga tidak
menggambarkan kebergamanan kebijakan tiap negara mengatur batas usia pensiun,
kemungkinan harus pensiun lebih awal karena kecelakaan kerja atau besar pajak yang harus
dibayar tiap tahun dan kemungkinan jika seorang pensiunan akan bekerja lagi dengan jam
kerja yang lebih sedikit.

Fertilitas

Fertilitas adalah tingkat kesuburan yang dimiliki oleh sepasang suami dan istri. Dalam hal ini
tingkat kesuburan dihitung dari jumlah anak yang dimiliki. Namun, dalam analisis ekonomi
modern keputusan untuk memiliki anak tidak hanya bergantung pada tingkat pendapatan,
tetapi juga pada tingkat harga.
(a) Peningkatan pendapatan menggerakkan rumah tangga dari titik P ke titik R dan
mendorong rumah tangga untuk memiliki lebih banyak anak
(b) Kenaikan harga anak-anak memutar garis anggaran ke dalam. Awalnya, rumah tangga
menginginkan tiga anak-anak (titik P); kenaikan harga mengurangi permintaannya ke satu
anak (titik R). Pergeseran dari P ke R bisa didekomposisi menjadi efek pendapatan (P to Q)
dan efek substitusi (Q to R).

Awalnya, rumah tangga berada di titik P dan menginginkan tiga anak. Setelah harga anak
naik. rumah tangga pindah ke titik R dan rumah tangga hanya ingin memilikinya satu anak.
Dengan menguraikan langkah dari titik P ke titik R ke pendapatan yang sesuai dan efek
substitusi, menunjukkan bahwa peningkatan harga memiliki anak mengurangi permintaan
untuk anak. Garis anggaran baru bersinggungan dengan perbedaan baru kurva tetapi
sejajar dengan garis anggaran lama. Garis anggaran ini (DD dalam gambar) menghasilkan
titik singgung Q. Pindah dari P ke Q menangkap efek pendapatan. Sebagai biaya langsung
anak-anak naik, pendapatan riil rumah tangga turun, mengurangi permintaan dari tiga
hingga dua anak. Pergeseran dari 0 ke R adalah efek substitusi. Kenaikan harga anak-anak
mendorong rumah tangga untuk mengganti diri dari komoditas mahal (anak-anak) menuju
komoditi yang lebih murah (barang lainnya). Efek substitusi semakin mengurangi permintaan
rumah tangga untuk anak-anak, dari dua anak menjadi satu anak. Karena itu. kita harus
mengamati bahwa ketika anak-anak murah, akan ada banyak anak. Faktanya, rumah
tangga pedesaan memiliki lebih banyak anak daripada rumah tangga perkotaan. 'Harga
anak untuk keluarga pedesaan mungkin lebih rendah daripada keluarga di perkotaan. Lagi
pula, anak-anak dibesarkan di "keluarga pertanian" adalah sumber tenaga kerja murah yang
dapat melakukan berbagai pekerjaan di sekitar peternakan,

Intervensi Pemerintah
Pemerintah, tentu saja, tahu bahwa keputusan memiliki anak pada rumah tangga
menanggapi harga dan insentif ekonomi lainnya, dan melakukan kebijakan untuk
memanipulasi keputusan kesuburan. Beberapa negara yang memiliki tingkat pertumbuhan
penduduk yang rendah atau hampir 0, akan melakukan kebijakan dengan memberikan
stimulus yang menguntungkan kepada keluarga yang ingin memiliki banyak anak. Namun,
pada negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi akan melakukan kebijakan yang
merugikan bagi keluarga yang memiliki banyak anak.
Cina, misalnya, telah menerapkan kebijakan satu-anak di daerah perkotaannya, kebijakan
yang sangat berat menghukum keluarga yang memiliki lebih dari satu anak. Kebijakan ini
baru-baru ini diperluas ke etnis minoritas di China, yang sebelumnya dibebaskan dari fertIlity
pembatasan. Etnis minoritas kini hanya dapat memiliki dua anak di daerah perkotaan dan
tiga anak-anak di daerah pedesaan. Jika sebuah rumah tangga melebihi batas, mereka
menghadapi pemotongan upah 50 persen ditambah denda. Sebaliknya, banyak negara
Eropa mendorong keluarga untuk memiliki tambahan anak-anak dengan memberi mereka
berbagai pajak dan subsidi pendapatan. Di Hungaria, rumah tangga dengan tiga anak
menerima tunjangan uang tunai sama dengan setengah dari gaji rata-rata.

Anda mungkin juga menyukai