OLEH: KELOMPOK 7
FATHUL AZIS
MUSTOFA KAMAL
IMANULLAH TAJDID
EKA SUSANTI
A. LATAR BELAKANG
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Anggraini,
2004).
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan
serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi
oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang
penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan
penyakit dan ancaman perawatan.
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat di
rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama mengurangi rasa
perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus dilakukannya adalah
bermain.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
memperhitungkan hasil akhirnya.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau
anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Di ruang Irna 3a RSUD Kota Mataram jumlah anak yang di rawat lebih
banyak yang berusia toddler yaitu 1-3 tahun, sehubungan dengan hal itu kami
tertarik mengambil terapi bermain pada anak usia toddler. Terapi bermain sudah
pernah dilakukan di ruangan Irna 3c sebelumnya, namun rentan usia yang di pakai
sebagian ada yang usia bayi dan juga 4 Tahun ke atas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan atau mencegah terjadinya stress hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kebebasan dalam bereksplorasi
b. Mengembangkan kreativitas
c. Meningkatkan koordinasi motorik halus
d. Mengembangkan kemandirian dan keyakinan diri
e. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan
ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan
diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Jadi kesimpulannya bermain adalah cara
untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan
ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang
memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim,
2010)
B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai
terapi.
1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak
dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan pengobatan.
2. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta mengembangkan
hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah dan hubungan sulit.
4. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
5. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukan.
7. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan
relaksasi melalui kesenangannya bermain.
C. Tujuan Bermain
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit,
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah
sakit.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
E. Prinsip Bermain Pada Anak Hospitalisasi
a. Tidak membutuhkan banyak energi
b. Waktunya singkat
c. Mudah dilakukan
d. Aman
e. Kelompok umur
f. Tidak bertentangan dengan terapi
g. Melibatkan keluarga
F. Klasifikasi Bermain
Ada bebarapa jenis permainan dari isi permainan manapun karakter sosialnya.
Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play,sense-pleasure plsy, skillplay, games,
unoccupied behavior,dan dramatic play. Apabila di tinjau dari karakter, ada sosial
onlocker play ,solitary play, parallel play (Andriana, 2011).
1. Berdasarkan isi permainan.
a. Sosial affectif play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan dan orang lain. Misal, permainan “ciluk ba”
berbicara sambil tersenyum atau tertawa, memberikan tangan kepada anak untuk
menggenggamnya. Anak akan mencoba berespon terhadap tingkah laku orang
tuanya atau orang dewasa tersebut dengan tersenyum dan tertawa.
b. Sense pleasure play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada anak
dan mengasyikkan.misalnya dengan menggunakan air, anak akan memindah-
mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak
akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga
susah untuk dihentikan.
c. Skill play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Keterampilan tersebut di peroleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan kegiatan, anak akan
semakin terampil. Misalnya, anak akan terampil memegang benda-benda
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain.
d. Games
Games anak dan permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya.
e. Unoccupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat mondar
mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan, kursi atau apa saja yang
ada di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya.
f. Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Apabila anak bermain dengan temennya, akan terjadi percakapan
di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting
untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan karakter sosial
a. Sosial onlocker play
Pada permainan ini anak hanya mengamati temennya yang sedang bermain,
tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Anak tersebut
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang di
lakukan temennya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temennya, tidak ada kerja
sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang sama, terapi
dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh bermain boneka, masak-masakan, hujan-hujanan.
e. Cooperative play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok, tujuan dan
pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang di harapkan dalam
permainan. Misalnya bermain bola.
G. Bentuk-Bentuk Permainan
Dalam penggunaan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dengan setiap usia
tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembangan anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga
dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh
kembang. Di bawah ini terdapat jenis alat permainan yang dapat digunakan untuk anak
setiap tahap usia tumbuh kembang anak.
1. Anak usia bayi.
a) Bayi usia 0-3 bulan
Seperti disinggung pada uraian sebelumnya, karakteristik khas permainan bagi usia
bayi adalah adanya interaksi sosial yang menyenangkan antara bayi dan orang tua
dan atau orang dewsa sekitarnya. Selain itu perasaan senang juga menjadi ciri khas
dari permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya
mainan gantung ang berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari
permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan
tujuan dengan menstimulasi penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan
atau diletakkan pada posisi yang emungkinkan agar dapat memandang bebas
kesekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk
mendengar pembicaraan, musik, dan nyanyian yang menyenangkan.
b) Bayi Usia 4-6 bulan
Untuk menstimulasi penglihatan, dapat dilakukan permainan, seperti mengajak
bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna
terang, serta dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi di
depannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.
Stimulasi pendengaran dapat dilakukan denagn cara selalu membiasakan
memanggil namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan sering berbicara
dengan bayi, serta meletakkan mainan yang berbunyi di dekat telinganya. Untuk
stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat igenggamnya, lembut, dan lentur, atau
pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandinya.
c) Bayi usia 7-9 bulan.
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dialakukan dengan memberikan mainan yang
berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alt tulis, biarkan ia mencoret-
coret sesuai keinginannya. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan
memberi bayi bonek yang berbunyi, mainan yang bisa dipeang dan berbunyi jika
digerakkan. Untuk itu alat permainn yang dapat diberikan pada bayi, misalnya
buku dengan warna yang terang dan mencolok, gels dan sendok yng tidak pecah,
bola yang besar, berbagai macam boneka, dan atau mainan yang dapat di dorong.
Secara garis besar pada usia 0-1 tahun perkembangan bayi mulai dapat dilatih
dengan adanya refleks, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan
telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan,
melatih mengenal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang
berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini
antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,
ambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat
digoyang dan menimbulkan suara, alat permainan yang berupa selimut, boneka,
dan lain-lain.
2. Anak usia todler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia todler menunjukkan karakteritik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak
bisa diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat
mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan,
dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas
bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu, sering kali
mainannya dibongkar pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan
keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang
tajam dan menimbulkan perlukaan.
a) Pada usia 1-2 tahun jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun
pada dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau
menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-
hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis
permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan ditarik,
berupa alat rumah tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil earna, dan
lain-lain.
b) Pada usia 2-3 tahun dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan
perasaan atau emosi anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih
motorik kasar dan halus, mengembangkan kecerasan, melatih daya imajinasi dan
melatih kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Adapun jenis
permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain: alat-alat untuk gambar,
puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar, berbagai benda yang mempunyai
permukaan dan warna yang berbeda-beda dan lain-lain.
3. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan haus yang lebih matang dari pada anak
usia todler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,
mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi
motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus,
memperkenalkan pengertianyang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan
suasana kompetisi dan gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat
digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda disekitar rumah, buku gambar,
majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
4. Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)
Kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu
bekrja sama dengan teman sepermainanya. Sering kali pergulan dengan teman
menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Denagn demikian,
permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan
keterampilan fisik atau intelektulnya, tetapi juga dapat mengembangkan
sensitivitasnya unuk terlibat alam kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya.
Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat iterima dala kelompoknya. Sisi lain
manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kmampuannya unuk
bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui
permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah diberikan menurut jenis kelaminnya.
Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki,
misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat iberikan permainan yang dapat
menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan
boneka.
5. Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan di sisi lain masuk pada usia dewasa dan
bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan
mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari
kompensasi pada hal berbahaya, seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, minuman
keras, dan sek bebas. Anak sering kali menyendiri, berkhayal, atau melamun, di sisi
lain mereka mempunyai geng sesama anak renaja. Disini pentingnya keberadaan oran
tua sebagai teman bicara, dan sebagai orang tua yang mengetahui kebutuhan meraka.
Melihat karakteristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang
konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga,
mendengarkan atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi yang positif,
seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna, dan lain-lain. Prinsipnya,
kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan
meningkatkan perlembangan fisioemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan
minat, bakat, dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas
pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bisa berupa berbagai macam alat
olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis.
H. Permainan yamg cocok untuk usia toddler (1-3 Tahun)
1. Usia 1-2 tahun
a) Motorik kasar :
b) Motorik halus :
Aktivitas motorik halus yang bisa diperkenalkan anak usia 1 tahun, tujuannya
ketrampilan tangan lainnya. Media mainan yang bisa dipergunakan antara lain play
dough (lilin malam), pincher, Pegs dan tali untuk meronce, puzzle, palu mainan,
dll.
c) Bahasa :
Orangtua bisa memberikan permainan flash card (bagian tubuh, benda sekitar yang
bicara anak. Sering-seringlah mengajak anak berkomunikasi dua arah yang benar,
konsep huruf sampai mengeja suku kata (membaca), membuat bangunan sederhana
dari blok, mengetahui nama anggota keluarga dan alamat rumah secara sederhana,
3. Memperhatikan
2 20 menit Pelaksanaan
1. Memperkenalkan alat 1. Memperhatikan Ceramah dan
permianan peragaan langsung
2. Membeagikan alat
permaianan pada
masing-masing 2. Menerima alat
peserta permainan
3. Mengajak anak
bermain dengan Diskusi
media sudah 3. Melakukan
dibagikan permainan
3 5 menit Evalusi Menjawab pertanyaan Diskusi dan Tanya
Memberikan jawab
pertanyaan sekilas
tentang permainan
4 2 menit Terminasi
1. Reinforcment positif 1. Mendengarkan Ceramah
2. Menutup kegiatan
dengan mengucapkan 2. Menjawab
salam penutup
K. Kriteria Penilaian
1. Evaluasi Struktur
a. Peralatan bermain seperti bola-bola, buku gambar dan pensil berwarna sudah
tersedia
b. Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
c. Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
d. Jumlah mahasiswa 4 orang
e. Jumlah peserta terapi bermain 7-10 orang
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur
b. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
c. 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % anak merasa senang
b. 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
c. 25 % anak dapat menyatakan perasaan senang
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. Y. 2005. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Perilaku Kooperatif Anak selama
Mc. Guiness. V. A. (2001). What is Play Therapy. 15 Oktober 2010. Dikutip dari
http://www.kidstherapyplace.com//
http://blognurse.blogspot.com.com/2010/12/terapi-bermain-untuk mengurangi-
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC: Jakarta.
LAMPIRAN
A. Setting tempat bermain
Keterangan :
: Leader : Klien
: Co Leader : Observer
: Fasilitator
Petunjuk:
B. DAFTAR HADIR
NO. NAMA USIA ALAMAT
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TERAPI BERMAIN DI RUANG IRNA 3A RSUD KOTA
MATARAM
( ) ( )