Anda di halaman 1dari 4

Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Islam adalah agama dengan pemeluk terbanyak nomor dua didunia. Populasi muslimin
di seluruh dunia mencapai angka 24,1% dari seluruh penduduk dunia. Hal ini tidak terlepas
dari jasa para penyebar ajaran Islam pada masa sebelumnya. Pada awalnya agama Islam
diajarkan secara langsung oleh Rasulullah kepada para sahabat dan pengikut Raasulullah di
jazirah arab. Rasulullah mengajarkan ajaran Islam mulai dari beliau diangkat menjadi Nabi
hingga beliau wafat. Di dalam masa dakwah beliau, beliau juga mencoba menyebarkan keluar
Mekah dan Madinah, seperti ke Damaskus, Mesir, Persia dan Romawi. Kemudian setelah
Rasulullah wafat penyebaran ajaran Islam dilanjutkan oleh para sahabat dan kaum muslimin
saat itu. Penyebaran dilakukan hingga ke eropa dan asia. Hingga akhirnya Islam mencapai
Indonesia.
Saat mencapai di Indonesia ada berbagai metode penyebaran Islam salah satunya adalah
melalui pendidikan atau disebut pesantren. Di pesanrtren inilah para murid akan diajarkan
tentang Islam. Kemudian setelah mereka lulus dari pesantren tersebut diharapkan para murid
tadi turut mendakwahkan ajaran Islam ke daerah-daerah yang belum tersentuh. Peran pesantren
sangat besar terutama untuk kemajuan perkembangan dan penyebaran Islam di Indonesia.
Hingga kini keberadaan pesantren di Indonesia semakin pesat dan semakin selaras dengan
perkembangan zaman, sehingga proses dalam berdakwah akan semakin mudah.
Salah satu pesantren yang ada di Indonesia adalah Pondok Pesantren Wahid Hasyim
Yogyakarta. Terletak di Jalan Wahid Hasyim No. 3, Gaten, Condongcatur, Depok, Dabag,
Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wahid Hasyim,
adalah sebuah nama yang diberikan oleh Pendiri (Al-Marhum Al-Maghfurlah KH. Abdul Hadi
As-Syafii) pada 11 Maret 1977 M untuk sebuah Pondok Pesantren yang bertujuan untuk
melahirkan santri yang mempunyai
intelektualitas keagamaan yang luas dan juga
berdedikasi tinggi dengan didasari akhlaqul
karimah. Pondok pesantren Wahid Hasyim
pada awal mulanya adalah Majlis Ta’lim
rutinan yang diasuh oleh seorang Kyai. H
Abdul Madjid yang merupakan Kyai yang
saat itu merintis sekaligus mengasuh Majlis
Ta’lim di dusun Gaten disebuah wilayah
kota Yogyakarta. Beliau adalah seorang
ulama sekaligus da’i pendatang yang
berdomisili di dusun Gaten pada kisaran
tahun 1925-an. Awal mula Majlis Ta’lim ini hanya sebuah kegiatan pengajian konvensional
biasa yang diikuti oleh ibu-ibu dan beberapa orang dari bapak-bapak. Namun, pada masa
selanjutnya Majlis Ta’lim ini mengalami perkembangan jama’ahnya. Sehingga pelaksanaan
yang pada awalnya dilakukan dirumah-rumah berganti dilaksanakan di masjid Jami’ Gaten
secara rutin. Ketika K.H. Abdul Madjid wafat, tugas dakwah digantikan oleh Kyia Syafi’i. Pada
saat itu jumlah Majlis Ta’lim yang ada telah berkembang biak di beberapa daerah sekitar dusun
Gaten. Namun demikian perkembangannya yang cukup signifikan baru terjadi pada masa K.
H. Abdul Hadi Syafi’i. Yakni pengganti sekaligus putra beliau sendiri. Pada masa Romo Kyai
Haji Abdul Hadi, keberadaan Majlis Ta’lim ini semakin mengalami perkembangan. Tercatat
lebih dari sepuluh majlis ta’lim yang sama telah mulai diadakan di berbagai dusun disekitar
wilayah Gaten. Bahkan saat itu, beliau juga mendirikan Madrasah Diniyah yang dikhususkan
bagi remaja Gaten dan wilayah-wilayah sekitarnya. Demikian pada 1975 madrasah ini berubah
menjadi Madrasah Ibtadaiyah dibawah naungan DEPAG RI dan mendapat bantuan tiga tenaga
pengajar. Waktu itu pemerintah mulai menerapkan kebijakan baru berkenaan dengan
penghapusan PGA dan menggantinya dengan MTs maupun Madrasah Aliyah. Maka praktis,
mulai saat itu PGA Wahid Hasyim berubah nama menjadi MTs Wahid Hasyim dan Madrasah
Wahid Hasyim. Namun demikian, ciri khas pengajian klasik yang telah dirintis oleh K Abdul
Majid dan K. Syafi’i tetap dipertahankan oleh Romo Kyai. Bahkan demi untuk tetap
melestarikan warisan luhur pendahulunya, yayasan ini, oleh Romo Kyai, dengan persetujuan
beberapa pihak, dirubah menjadi Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Lambat laun
jumlah muridnya semakin meningkat. Mulailah pada 11 maret 1977 nama Wahid Hasyim
disematkan. Untuk memantapkan dan menguatkan status pondok tersebut, maka pada tahun
1994 didirikan Yayasan pondok pesantren Wahid Hasyim dengan Akte Notaris No.
W22.DB.UM.07.01-28 YK-94 tertanggal 12 Oktober 1994.
Pondok Pesantren Wahid Hasyim memiliki visi sebagai pusat pengembangan Agama
Islam dan pemberdayaan masyarakat serta menjadi wahana bagi terbentuknya pribadi muslim
yang berilmu, berhaluan Ahlus Sunah Wal Jamaah, berakhlak mulia, berjiwa khidmah,
mandiri, dan berwawasan kebangsaan; serta misi menyelenggarakan pendidikan formal dan
non formal, melaksanakan pengabdian melalui pembinaan keagamaan dan pemberdayaan
perekonomian santri dan masyarakat. Pondok pesantren Wahid Hasyim mempunyai 4 pilar
program unggulan yang didasarkan pada pendidikan Islam Modern yaitu:
1. Penanaman Akhlakul Karimah
Setiap santri diupayakan mendapatkan pembekalan serta pemahaman akan perihal
Akhlak yang dimulai dari yang paling dasar, yakni apa itu akhlak, bagaimana itu
akhlaq, dan cara berperilaku seorang santri terhadap ajaran Akhlakul Karimah, Karena
al-adabu fauqo al-ilmi “adab itu diatas (lebih) ilmu”, dan dengan akhlaq yang karimah,
kerangka berpikir santri akan lebih terarah dan lebih berorientasi ke depan.
2. Tahfidzul Qur’an
Dengan adanya program tahfidz, seluruh santri dapat memupuk dirinya dengan
semangat Qur'ani, sehingga mampu melahirkan generasi yang berkarakter dan
berpegang teguh terhadap Al-Qur'an, karena bagaimanapun Al-Quran adalah relevansi
Mahakarya yang berisikan firman Allah Swt.
3. Bahasa Asing
Penguasaan Bahasa Asing, yang lebih difokuskan pada 2 bahasa, yaitu Arab dan
Inggris. Keduanya dinilai sebagai bahasa yang universal secara teori maupun
praktiknya. Penguasaan bahasa asing sangatlah substansial bagi kehidupan generasi
penerus bangsa, karena pentingnya penguasaan bahasa asing tidak hanya pada lingkup
pembelajaran formal saja, namun juga akan mempermudah dalam kehidupan di masa
mendatang, atau juga dalam pendidikan di jenjang yang selanjutnya
4. Kitab Kuning
Penguasaan Kitab Kuning juga merupakan komponen penting Program unggulan MA
Wahid Hasyim, walau notabene Pondok Pesantren Wahid Hasyim bukanlah pondok
yang berbasis salaf, namun tidak berarti para santri tidak mendapatkan kajian materi
kitab kuning. Dengan adanya program kajian kitab kuning ini diharapkan para santri
dapat mengetahui lebih kajian agama dari kitab-kitab yang dipelajari dan juga dapat
menguasai kitab kuning

Struktur Kepengurusan pondok pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta adalah sebagai


berikut:

Pengasuh : Drs. KH. Jalal Suyuthi, S.H.

Ketua Umum : H. Muhammad Nur Wachid

Direktur Madrasah Huffadz


: Ny. Hj. Nelly Umi Halimah S.Ag.
Wattafsir

Kepala Madrasah Ibtidaiyah : Aris Munandar, M.Pd.I.

Kepala Madrasah Tsanawiyah : M. Fahd Wakhyudin, M. Pd.I.

Kepala Madrasah Aliyah : Agus Baya Umar, M.Pd.I.

Mahfudl Shidiq Muhayyat,S.T.,


Kepala SMA Sains Al Qur’an :
M.Eng.

Kepala Madrasah Diniyah : M. Zulfikar, S.Ag.

Direktur Ma’had’Aly : Aqib Fatah Abdi, S.E., S.H.I.

Lembaga pendidikan formal di pesantren Wahid Hasyim adalah:


 Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim
 Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim
 Madrasah Aliyah Wahid Hasyim
 SMA Sains Al-Quran
 Madrasah Diniyah Wahid Hasiyim
 Mahad Aly Wahid Hasyim
 Madrasah Hufadz wa Tafsir
Selain itu ada juga Lembaga non formal:
 Oswah (organisasi santri wahid hasyim
 Pusat studi pengembangan bahasa
 Lembaga beasiswa wahid hasyim
 Lembaga saran dan prasarana wahid hasyim
 Lembaga pengambangan keterampilan dan kewirausahaan
 Pusat informasi alumni
 Lembaga wakaf
 Lembaga seni pesantren
 Lembaga pengabdian masyarakat

Dari program-program dan kegiatan yang terinterpertasi dalam pesantren Wahid Hasyim,
dapat kita lihat bahwa pesantren ini mendidik para santrinya untuk tidak hanya mendalami ilmu
agama tetapi juga terhadap ilmu sains dan ilmu social. Sadar akan pentingnya ilmu
pengetahuan merupakan jalan penting agar Islam terutama Islam di Indonesa mampu bersaing
dan membangkitkan kejayaan Islam di dunia, seperti yang telah dilakukan para ilmuwan-
ilmuwan muslim yang berkat penemuannya, Islam dapat berkembang seperti sekarang ini. Para
santri juga dididik untuk tetap menjunjung tinggi adab dan akhlakul karimah, karena adab itu
lebih penting daripada ilmu. Bahkan para ulama dahulu sering menjelaskan pentingnya adab.
Imam Malik rahimahullah berkata, “pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”. Pesantren ini
sangat baik terutama bagi para pelajar ataupun mahasiswa yang juga ingin belajar ilmu agama.
Semoga para lulusan dari pesantren tersebut dapat mengembangkan Islam agar lebih besar dan
maju ke depannya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Anda mungkin juga menyukai