Anda di halaman 1dari 6

Z.

Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

OPTIMASI KOMPOSISI KATALIS CAMPURAN Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4 PEKAT


DALAM REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS SEBAGAI
BAHAN BIODIESEL

Zulmanelis Darwis
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun 13220,
Jakarta
*Corresponding author: Zulmanelis@yahoo.com

Abstrak
Penelitian mengenai optimasi komposisi Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4 pekat dalam reaksi transesterifikasi minyak
goreng bekas sebagai bahan biodiesel, bertujuan untuk mendapatkan komposisi katalis campuran Fe2(SO4)3.xH2O
dan H2SO4 pekat yang optimum di dalam mengkatalisis reaksi transesterifikasi minyak goreng bekas dengan metano
sebagai bahan biodiesel. Komposisi optimum diperoleh dengan membandingkan jumlah gliserol bebas yang
dihasilkan pada reksi transesterifikasi menggunakan katalis campuran pada berbagai komposisi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gliserol terbanyak dihasilkan dari reaksi menggunakan campuran
katalis dengan perbandingan 1 : 1 yaitu sebanyak 2,6 gram dari jumlah sampel 25 gram. Uji kualitas terhadap
produk memberi hasil : viskositas 13,37; bilangan asam 0,62, densitas 0,9068(150C) dan 0,8840 (400C). Dari nilai
bilangan asam dan densitas dapat dikatakan produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar sebagai bahan
biodiesel. Sedangkan untuk nilai viskositas belum bisa ditarik kesimpulan karena perlu pengujian dalam bentuk
campuran antara produk reaksi dengan solar.

Kata kunci : transesterifikasi, biodisel, katalis

1. Pendahuluan.
Tradisi masyarakat Indonesia dalam ini. Salah satu pemanfaatan minyak bekas
menggoreng umumnya mengunakan cara adalah sebagai bahan biodiesel dengan cara
deep frying,atau merendam seluruh bahan mengubah menjadi metil ester melalui proses
dalam minyak panas. Dengan cara ini akan transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi
dihasilkan minyak bekas pada akhir proses dapat berlangsung baik dalam suasana asam
penggorengan.Minyak bekas ini biasanya maupun basa(3) . Karena sifat reaksi yang
tidak dibuang tapi digunakan kembali untuk ireversibel, katalis basa lebih umum
menggoreng berikutnya. Penggunaan minyak digunakan. Namun dengan bahan dasar
goreng secara berulang dapat mengganggu minyak bekas yang mengandung asam lemak
kesehatan karena proses pemanasan minyak bebas tinggi penggunaan katalis basa
dapat menyebabkan terjadi reaksi oksidasi mendorong terjadinya reaksi penyabunan,
yang menghasilkan senyawa-senyawa yang akan menyulitkan dalam proses
radikal bebas seperti hidroperoksida dan pengolahan berikutnya. Dan juga akan
peroksida. Radikal bebas akan memicu mengurangi rendemen hasil(4). Sedangkan
terjadinya reaksi lebih lanjut dan penggunaan asam yang biasanya adalah asam
menghasilkan berbagai senyawa kimia yang pekat, akan menghasilkan limbah yang
beberapa diantaranya bersifat karsinogenik bersifat korosif(2) .
dan beracun(1). Sebaliknya bila minyak Yong-min Liang dan Yong-xian Ma (5)
goreng bekas langsung dibuang ke saluran menginformasikan bahwa campuran
pembuangan akan menimbulkan masalah
Feriklorida /asam sulfat pekat dapat
lingkungan. Pertama pada suhu rendah akan
digunakan sebagai katalis reaksi esterifikasi.
menyumbat pipa pembuangan, kedua
Ditinjau dari mekanisme reaksi, proses
menghalangi masuknya sinar matahari yang
esterifikasi dan transesterifikasi berlangsung
sangat dibutuhkan oleh biota perairan (2) .
dengan mekanisme yang sama yaitu diawali
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
dengan tahap protonasi membentuk
dapat memanfaatkan minyak goreng bekas (3)
karbokation .Hal ini berarti bahwa katalis

ISSN 2089-0087 Halaman 39 dari 68


Z. Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

campuran Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4 juga .Sebanyak 25,0 g minyak goreng bekas
dapat digunakan sebagai katalis reaksi dicampurkan dengan 45,0 g metanol (p.a.)
transesterifikasi. serta masing-masing 0,1507 gram kristal
Berdasarkan hal tersebut maka pada Fe2(SO4)3.xH2O dan 0,1509 H2SO4 pekat
penelitian ini dilakukan reaksi (untuk perbandingan 1:1) sebagai katalis
transesterifikasi minyak bekas menggunakan campuran ke dalam labu erlenmeyer(6) .
Campuran direfluks selama 5 jam pada suhu
katalis campuran Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4
sekitar 68oC. Perlakuan ini diulangi untuk
pekat dalam berbagai perbandingan untuk
komposisi katalis campuran
mendapatkan komposisi optimum.
Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4 pekat sebesar
2. Metodologi Penelitian 1:2, 1:3, 2:1, 3:1. Setelah reaksi selesai,
2.1 Tujuan Penelitian campuran reaksi didinginkan sampai
temperatur ruang dan terjadi dua lapisan
Penelitian ini bertujuan mendapatkan yaitu lapisan atas (metil ester) dan lapisan
komposisi optimum katalis campuran bawah (gliserol). Kedua lapisan tersebut
Fe2(SO4)3.xH2O dan H2SO4 dalam dipisahkan. Larutan pada lapisan atas
mengkatalis reaksi transesterifkasi minyak diekstraksi dengan air sedangkan larutan
goreng bekas, yang dilaksanakan di pada lapisan bawah diekstraksi dengan 20
Laboratorium Kimia Universitas Negeri mL petroleum eter sebanyak 2x. Fase
Jakarta. Minyak goreng bekas yang organik yang dihasilkan digabung dengan
digunakan diperoleh dari sebuah rumah fraksi metil ester sebelumnya, sedangkan fase
makan di Jakarta air digabungkan dengan fraksi gliserol
2.2 Alat Dan Bahan sebelumnya. Volume fraksi gliserol yang
diperoleh dicatat dan ditentukan kadar
Alat yang dipakai adalah : Alat Refluks gliserol bebas dengan metode iodometri
yang dilengkapi magnetik stirrer, Alat menggunakan oksidator KIO4. Selanjutnya
Destilasi, Heating Mantle, Buret, Stopwatch fraksi metil ester ditambahkan 10 mL larutan
Piknometer, Botol timbang, Viskometer NaHCO3 1% dan kemudian dicuci dengan
Otswald,serta alat gelas lain yang biasa air sampai netral.Setelah air dipisahkan fraksi
digunakan di Laboratorium kimia. organik (metil ester) dikeringkan dengan
Bahan-bahan kimia yang digunakan kristal Mg- sulfat anhidrat.Perlakuan ini
adalah :metanol p.a., katalis Fe2(SO4)3.xH2O diulang untuk komposisi katalis campuran
tekhnis, H2SO4 pekat, Petroleum eter, Fe2(SO4)3XH2O dan H2SO4 pekat yang lain
NaHCO3(s), MgSO4 anhidrat, Penentuan Rendemen Metil Ester
H2C2O4.2H2O(s), KOH(s), NaOH(s), HCl(aq)
37%, KIO4(s), KI(aq) 15%, Na2S2O3 Produk campuran metil ester yang diperoleh
.5H2O(s), Indikator pp, Indikator Kanji . dipanaskan dalam oven pada suhu ±800C
selama 1 jam. Selanjutnya produk campuran
2.3 Prosedur Penelitian metil ester didinginkan hingga suhu kamar
Tahap pendahuluan dan dtimbang dengan neraca analitis.
Pemanasan dilakukan berulang hingga
Pada tahap ini dilakukan pemisahan
didapatkan massa produk campuran metil
sampel dari kotoran bekas menggoreng
ester yang konstan (±0,50 mg).
dengan cara disaring. Selanjutnya sampel
dicuci dengan air dan dihitung bilangan Penentuan kadar gliserol bebas dalam fraksi
asamnya. Pencucian dilakukan beberapa kali air
sampai tidak terjadi lagi penurunan bilangan Sebanyak 10 mL larutan sampel aliquot
asam. Tujuan pencucian adalah untuk dimasukkan kedalam erlenmeyer,
menghilangkan asam lemak rantai pendek. ditambahkan 10 mL larutan KIO4 0,01 M
Sintesis Metil ester dan ditutup dengan kaca masir . Campuran
dikocok perlahan dan didiamkan selama 1

ISSN 2089-0087 Halaman 40 dari 68


Z. Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

jam agar reaksi oksidasi gliserol dengan dan direndam dalam bak air bersuhu 15o C
KIO4 berlangsung sempurna. Setelah 1 jam dan dibiarkan pada suhu konstan selama 30
ditambah 5 mL larutan NaHCO3 1% dan 20 menit.
mL air hingga pH netral (7-8).
4) Uji Densitas (40o C)
Selanjutnya,ditambah 2 mL larutan KI 15%,
dikocok perlahan dan dititrasi dengan larutan Sama dengan penentuan densitas pada
Na2S2O3 0,1 M hingga berwarna kuning suhu 15 0 C hanya suhunya diubah menjadi
kecoklatan. Kemudian ditambahkan 1 mL 400.
indikator kanji dan dititrasi kembali dengan 5) Uji Viskositas (40o C)
larutan Na2S2O3 0,01 M hingga warna biru
keunguan dari kompleks iodium pati benar- Metode yang digunakan untuk mengukur
benar hilang. Pengujian juga dilakukan untuk viskositas sampel adalah metode Ostwald.
larutan blanko dan masing-masing dilakukan Viskometer diisi dengan cairan sampel
secara duplo. melalui reservoir (A) sehingga kalau cairan
ini dibawa ke reservoir (B), direservoir (A)
Pengujian Kualitas Metil Ester (7) masih tersisa kira-kira setengahnya.
1) Uji Bilangan Asam Viskometer diletakkan pada penangas air
dengan suhu 400C dalam posisi vertkal. dan
Sebanyak 2,0134 gram sampel dibiarkan pada suhu konstan selam 10 menit.
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan Ujung reservoir (B) dihisap sehingga cairan
ditambahkan dengan 20 mL etanol 95% terbawa ke reservoir (B) sampai sedikit diatas
netral, direfluks selama 1 jam. Selanjutnya garis tanda batas atas. Kemudian cairan
larutan didinginkan hingga suhu ruang, dibiarkan mengalir dan waktu yang
kemudian ditambahkan 3 tetes indikator dibutuhkan dari batas atas sampai bawah
fenolftalein dan dilakukan titrasi dengan
dicatat.. Sebagai pembanding ditentukan juga
larutan standar NaOH 0,1 N hingga warna waktu alir untuk air (to) pada suhu yang sama
merah muda tetap (tidak berubah selam 15 dan dengan menggunakan viskometer yang
detik). sama.
2) Uji Bilangan Penyabunan
3. Hasil dan Pembahasan
Sebanyak 2,0185 gram sampel 3.1 Pencucian sampel dan pengujian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 bilangan asam
mL. Kemudian ditambahkan 25 mL KOH
dalam alkohol 95 % dengan menggunakan Sampel yang digunakan adalah minyak
pipet gondok dan direfluks selama 1 jam goreng bekas yang umumnya mempunyai
sambil diaduk. Selanjutnya larutan bilangan asam tinggi . Dalam penelitian ini
didinginkan hingga suhu ruang dan bilangan asam sampel adalah 0,9 yang lebih
ditambahkan tiga tetes indikator fenolftalein, besar dibandingkan bilangan asam minyak
kemudian dilakukan titrasi dengan larutan goreng segar yaitu sekitar 0,3. Hal tersebut
HCl 0,5 N hingga warna larutan menjadi tak mengindikasikan tingginya kandungan asam
berwarna (titik akhir). Pengujian juga lemak bebas rantai pendek maupun rantai
dilakukan untuk blanko (tanpa sampel) panjang dalam sampel minyak goreng bekas,
sebagai pembanding dan dilakukan secara yang terbentuk selama proses pemanasan
duplo. minyak goreng.. Asam karboksilat rantai
pendek terbentuk sebagai hasil oksidasi rantai
3) Uji Densitas (15oC) hidrokarbon tak jenuh dari asam lemak
Alat yang digunakan untuk menentukan pembangun minyak (trigliserida). Sedangkan
densitas dari sampel adalah piknometer. asam lemak bebas terbentuk sebagai hasil
Piknometer yang telah dikeringkan ditimbang hidrolisis minyak(8). Dalam reaksi
dalam keadaan kosong. Setelah itur diisi transesterifikasi berkatalis asam, asam lemak
dengan sampel metil ester hingga meluap dan rantai panjang dapat mengalami reaksi
tak ada gelembung udara. Piknometer ditutup esterifikasi dengan metanol menjadi metil

ISSN 2089-0087 Halaman 41 dari 68


Z. Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

ester. Namun adanya asam-asam lemak jumlah sampel minyak goreng yang
rantai pendek tidak dibutuhkan dalam sintesis digunakan yaitu 25 gram. Hal ini dapat
metil ester sebagai bahan biodiesel, malah dijelaskan karena perubahan dari satu
sebaliknya dapat menurunkan kualitas molekul trigliserida menjadi tiga molekul
biodiesel yang dihasilkan khususnya nilai metil ester dari sudut bobot molekul hanya
viskositas(9) . Oleh karena itu sebelum berbeda dua satuan masa atom hidrogen.
dilakukan reaksi transesterifikasi asamlemak Sedangkan perubahan asam lemak bebas
rantai pendek perlu dihilangkan terlebih menjadi metil ester akan meningkatkan bobot
dahulu. Asam lemak rantai pendek bersifat molekul. Produk yang diperoleh bukanlah
polar sehingga dapat dihilangkan dengan campuran metil ester saja, tetapi ada
pencucian menggunakan air. Dan setelah kemungkinan masih tercampur dengan sisa
pencucian delapan kali diperoleh nilai yang minyakgoreng yang belum bereaksi. Hal ini
bilangan asam yang konstan sebesar 0,72. berarti massa produk belum dapat dijadikan
Pencucian juga menyebabkan terjadi indikator keefektifan katalis. Penetapan kadar
perubahan warna minyak dari hitam metil ester yang terdapat dalam campuran
kecoklatan menjadi coklat kemerahan. Ini juga sulit dilakukan karena sifat metil eter
menunjukkan proses pencucian juga dan minyak goreng relatif sama sehingga
menghilangkan komponen-komponen sulit dipisahkan. Keberhasilan reaksi dapat
sekunder hasil reaksi selama pemanasan. diketahui dari jumlah gliserol yang dihasilkan
3.2 Transesterifikasi dalam reaksi. Selain itu keberhasilan reaksi
juga dapat dilihat dari nilai viskositas. Karena
Proses transesterifikasi dengan pada prinsipnya perubahan trigliserida
menggunakan katalis campuran dengan menjadi metil ester bertujuan menurunkan
berbagai komposisi menghasilkan produk kandungan gliserol sehingga nilai viskositas
yang dapat dilihat pada tabel 1. rendah dan dapat digunakan sebagai bahan
Dari tabel dapat dilihat bahwa massa biodiesel.
produk hasil reaksi hampir sama dengan

Tabel 1. Massa produk , massa gliserol dan viskositas pada berbagai komposisi campuran katalis
No Perb. Katalis Massa Produk Massa gliserol Viskositas
Fe2(SO4)3.xH2O (gram) (gram)
dan H2SO4 pekat
25,42 2,22
1 1:3 25,57 14,65
25,72 2,57
25,26 2,32
2 1:2 25,23 14,38
25,20 2,54
24,43 2,62
3 1: 1 24,67 13,37
24,91 2,60
25,93 1,96
4 2:1 25,91 14,93
25,89 2,26
25,72 1,80
5 3:1 25,85 15,88
25,97 1,23

ISSN 2089-0087 Halaman 42 dari 68


Z. Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

Jumlah gliserol tertinggi adalah pada pengujian terhadap produk reaksi


penggunaan katalis dengan perbandingan satu transesterifikasi menggunakan komposisi
banding satu yaitu sebanyak 2,61 gram campuran katalis optimum (satu:satu)
dengan nilai viskositas terendah 13,37. menunjukkan :
Mekanisme lengkap proses transesterifikasi a. Bilangan asam produk adalah adalah
menggunakan katalis campuran ini belum 0,62 . sedangkan nilai yang ditentukan
diketahui secara pasti. Namun dari data yang
oleh SNI adalah 0,82. Berarti dari sudut
diperoleh dapat diduga bahwa pada bil. asam produk sudah memenuhi syarat
penggunaan katalis dengan komposisi sebagai bahan biodiesel.
Fe2(SO4)3.xH2O rendah, aktivitas katalitik
paling utama ditentukan oleh katalis b. Viskositas adalah 13,4 . Nilai yang
tersebut.sedangkan katalis asam sulfat dapat dipersyaratkan oleh SNI untuk viskositas
memicu reaksi balik . Hal ini sesuai dengan biodiesel adalah antara 2,3 – 6,0. Dari
penelitian yang dilakukan Yong Wan(10) yang nilai viskositas ini belum bisa diambil
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kesimpulan apakah produk dapat
H2SO4 pekat sampai 4 % dapat meningkatkan digunakan sebagai bahan biodiesel.
rendemen hasil, yang kemudian menurun Karena Yang dipersyaratkan dalam SNI
dengan penggunaan asam sulfat lebih dari 4 adalah viskositas biodiesel yang
%. Pada komposisi katalis Fe2(SO4)3.xH2O merupakan campuran metil ester dan
lebih besar, kedua katalis berperan dalam solar. Nilai viskositas hasil pengujian
aktivitas katalitik. Dalam mekanisme reaksi menjadi petunjuk perbandingan
yang dikatalisis ion logam, peran logam campuran produk metil ester dan solar
analog dengan proton pada mekanisme dalam biodiesel. Viskositas produk yang
katalisis asam (H+) (11). Jadi aktivitas katalitik rendah akan meningkatkan prosentase
ion logam berkaitan dengan sifat ion logam produk metil ester dalam campuran
tersebut sebagai asam Lewis. Karena biodiesel. Sebagai gambaran sampai saat
mekanisme reaksi transesterefikasi ini pemerintah baru merencanakan
menyerupai mekanisme hidrolisis, diduga mensubstitusi solar dengan metil ester
mekanisme katalisis oleh ion logam Fe3+ sebesar 7 sampai 10 % . Jadi bila dalam
analog dengan mekanisme yang dijabarkan komposisi 10 % metil ester produk
oleh Kroll yaitu melalui pembentukkan khelat dalam campuran dengan solar masih
dipermukaan katalis Fe2(SO4)3.xH2O. memiliki viskositas lebih besar dari yang
dipersyaratkan ,maka dapat dikatakan
Berkurangnya perolehan rendemen
produk tidak memenuhi syarat.
dengan peningkatan jumlah Fe2(SO4)3.xH2O
Sebaliknya bila dalam komposisi
dalam komposisi katalis dapat terjadi karena
tersebut ternyata memiliki nilai
besarnya halangan sterik yang terjadi dalam
viskositas lebih kecil dapat disimpulkan
zat antara khelat yang terbentuk. Hal ini
produk sudah memenuhi persyaratan.
sesuai dengan hasil penelitian Yong-min
Liang (3) yang menyebutkan bahwa katalis 4. Kesimpulan
campuran Fe2(SO4)3.xH2O/H2SO4 pekat Berdasarkan hasil penelitian dapat
memberikan perolehan ester asam-asam disimpulkan bahwa katalis campuran dengan
organik rantai pendek relatif lebih besar perbandingan 1: 1 merupakan komposisi
dibadingkan perolehan ester dari asam optimal dalam mengkatalisis reaksi
organik rantai panjang. transesterifikasi yang ditunjukkan oleh
3.3 Kualitas Metil Ester sebagai Biodiesel produk gliserol bebas paling tinggi (2,6 gram)
dan viskositas paling rendah yaitu 13,4. Uji
Standar Nasional Indonesia
Karakteristik terhadap produk pada
mempersyaratkan beberapa parameter untuk
penggunaan komposisi katalis optimum
biodiesel (SNI–04-7182-2006). Pada
adalah bilangan asam: 0,62. Parameter ini
penelitian ini parameter yang diukur adalah
telah memenuhi persyaratansebagai bahan
bilangan asam dan viskositas. Hasil

ISSN 2089-0087 Halaman 43 dari 68


Z. Darwis Mesomeri 1 (2011) 39-44

biodiesel sesuai SNI. Sedangkan untuk sesuai SNI. Bila viskositas diperoleh pada
viskositas perlu pengujian lebih lanjut komposisi produk yang lebih rendah dari
mengenai berapa komposisi produk dan solar program pemerintah maka dapat dikatakan
yang dapat memenuhi standar viskositas produk belum memenuhi persyaratan.

Daftar Pustaka
1. Budijanto. 1993. “Minyak Goreng Jelantah”, Sadar Pangan dan Gizi, vol. 3 (2) Carey
2. Prihandana, R., R. Hendroko & M. Munamin. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah :
Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta : 1-119.
3. Fessenden, R.J. & J.S. Fessenden. 1994. Kimia Organik, edisi ketiga, jilid 1 dan 2. Terj. dari
Organic Chemistry, third edition, oleh Pudjaatmaka, A.H. Erlangga, Jakarta.
4. Kasdadi, I. J. 2003. Penggunaan Katalis asam Basa Untuk Konversi Trigliserida Dalam
Minyak Jelantah Menjadi FAME (Fatty Acid Methyl Ester), Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung, vol. 2 No. 1, Mei 2003
5. Liang, Yong-min. 2004. “Fe2(SO4)3.xH2O/concentrated H2SO4 : An Efficient Catalyst for
Esterification”. Journal of Chemical Research : 226-227.
6. Febianti. 2006. “Efektivitas Katalis Tunggal Fe2(SO4)3.xH2O, Katalis Tunggal H2SO4
pekat serta Katalis Campuran Fe2(SO4)3.xH2O/H2SO4 pekat pada Sintesis Metil Ester
Sebagai Bahan Bakar Biodiesel”. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA-Universitas Negeri
Jakarta.
7. Underwood, A.L. & R.A. Day Jr. 1986. Ananlisis Kimia Kuantitatif, edisi kelima. Terj. dari
Quantitative Analysis, fifth edition, oleh Pudjaatmaka, A.H. Erlangga, Jakarta
8. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
9. Sidjabat, O. 2003. “Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar Setara Solar dengan Proses
Transesterifikasi”. Prosiding Seminar Nasional Daur Bahan Bakar. Jakarta, 27 Agustus
2003.
10. Wang, Yong. 2006. “Comparison of two different processes to synthesize biodiesel by waste
cooking oil”. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical . vol. 252 : 107–112.
11. Basolo, F. & R.G. Pearson. 1967. Mechanisms of Inorganic Reactions : A Study of Metal
Complexes in Solution, second edition. John Willey & Sons Inc, New york : 625-633.

ISSN 2089-0087 Halaman 44 dari 68

Anda mungkin juga menyukai