DI INDONESIA
Editor:
Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph. D., APU
.Judul:
Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia
Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph. D., APU
(ed.)
Copyrights © 2017
Hak cipta dilindungi oleh Undang-
Undang All rights reserved
vi
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Bagian Kesatu 1
Prolog: Ekonomi Kreatif, Potensi, Masalah, dan
Kebijakan
Oleh : Prof. Carunia Mulya Firdausy
Bagian Kedua 7
Pengaruh Ekonomi Kreatif terhadap Perekonomian
Nasional
Oleh: Ari Mulianta Ginting
I. Pendahuluan 7
II. Lingkup dan Pengaruh Utama Ekonomi Kreatif
terhadap Perekonomian 14
III. Dampak Ekonomi Kreatif terhadap Perekonomian
Nasional 17
IV. Penutup 24
Daftar Pustaka 26
vii
Bagian Keempat 53
Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung
Kinerja Industri Nasional
Oleh: Juli Panglima Saragih
I. Pendahuluan 53
II. Sektor-sektor Industri Kreatif di Indonesia 58
III. Pengembangan Industri Kreatif: Pendekatan
SWOT 64
IV. Industri Kreatif di Beberapa Negara 74
V. Intelektual dan Kreativitas: Basis Industri Kreatif 78
VI. Penutup 85
Daftar Pustaka 87
viii
Indeks 145
Tentang Editor 149
Tentang Penulis 151
ix
Bagian Kedua
Pengaruh Ekonomi Kreatif terhadap Perekonomian
Nasional
Tabel 1. Evolusi Industri 14
Bagian Keenam
Alternatif Pembiayaan Ekonomi Kreatif di Indonesia
Tabel 1. SBDK Bank-bank Komersial Per Sektor 117
Bagian Kedua
Pengaruh Ekonomi Kreatif terhadap Perekonomian Nasional
Gambar 1. Perkembangan PDB, Sektor Industri, dan
Share Sektor Industri 9
Gambar 2. Gelombang Pergeseran Orientasi Ekonomi 11
Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Periode 1990-2016 18
Gambar 4. Kontribusi Subsektor Ekonomi Kreatif terhadap PDB
Ekonomi Kreatif 19
Gambar 5. Perkembangan PDB, Sektor Ekraf, dan Kontribusi
Sektor Ekraf terhadap PDB Periode 20
Tahun 2010-2015
Gambar 6. Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif 22
Gambar 7. Proporsi Asal Daerah Penghasil Ekspor Produk
Ekonomi Kreatif 23
Gambar 8. Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Ekonomi Kreatif 24
Bagian Ketiga
Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Meningkatkan
Daya Saing Daerah
Gambar 1. Ekonomi Kreatif Perlu Ditingkatkan dan
Dikembangkan 31
Gambar 2. Tingkat PDB Riil di Beberapa Negara ASEAN Terpilih 38
Gambar 3. Proyeksi Demografis Indonesia 39
xi
Bagian Keempat
Pembangunan Industri Kreatif dalam Mendukung
Kinerja Industri Nasional
Gambar 1. Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian
Indonesia Tahun 2015 (%) 67
Gambar 2. Creative Industry Sectors by Revenues (US$ billion) &
Number of jobs (in ‘000) in World in 2013 76
Bagian Kelima
Peran UMKM dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif
di Jawa Barat
Gambar 1. Dari Manakah Ekspor Ekraf Berasal 96
Gambar 2. Penggunaan Teknologi Informasi 102
xii
A. PENDAHULUAN
Ekonomi kreatif atau industri kreatif belakangan ini menjadi
salah satu sector ekonomi yang mendapat perhatian besar pemerintah.
Besarnya perhatian ini didasarkan tidak hanya karena kontribusi sector
ini terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, tetapi juga didasarkan atas besarnya potensi sektor
ini dalam memberikan nilai tambah, lapangan kerja, lapangan usaha
maupun keterkaitan antar sektor, maupun pengentasan masyarakat
dari kemiskinan dan mengurangi ketimpangan pendapatan. Bahkan
pelaku-pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif, menempati bagian
terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia.
Pada tahun 2010, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
ekonomi kreatif secara total mencapai 11,3 juta. Kemudian pada tahun
2014 mengalami peningkatan hampir 7,1 persen menjadi 12,3 juta
tenaga kerja. Ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif mampu
menyerap tenaga kerja sebesar 10,7 persen dari jumlah tenaga kerja
nasional pada tahun 2014. Ekonomi kreatif ini juga merupakan sektor
ekonomi di Indonesia yang mampu menciptakan devisa yang tinggi.
131
132
133
134
135
136
137
138
Suku bunga kredit yang tinggi akan membuat daya saing ekonomi
kreatif menjadi rendah.
Dari beberapa contoh permasalahan tersebut di atas, maka
upaya untuk mengembangkan ekonomi kreatif belum secara
optimal dilakukan. Untuk itu, kebijakan, program dan strategi untuk
mengembangkan ekonomi kreatif yang lebih sungguh-sungguh mutlak
diperlukan. Jika tidak potensi yang luar biasa dari ekonomi kreatif ini
akan terbuang sia-sia. Bahkan mungkin akan meningkatkan jumlah
penganggguran, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan baru yang
selanjutnya akan membuat perekonomian nasional bergerak turun
dari middle income country menjadi low income country.
139
140
E. PENUTUP
Sektor ekonomi kreatif mutlak harus mendapat perhatian. Hal
ini karena sektor ini memiliki peranan penting terhadap perekonomian
nasional. Namun upaya mengembangkan sektor ekonomi keratif
kini dan mendatang masih menghadapi permasalahan. Pertama,
penetapan 16 subsektor ekonomi kreatif belum diiringi upaya
penyiapan yang sistemik, khususnya pada tataran regulasi dan
infrastruktur penunjang. Artinya, sebagian besar pemerintah daerah
belum menyadari keberadaan ekonomi kreatif sebagai suatu talenta
baru yang dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan bahkan
memicu daya saing daerah.
141
142
143
B
E
badan ekonomi kreatif, 12, 33, 39, 67,
78, 81, 93, 112, 134, 137 ekspor, 1, 2, 3, 14, 15, 16, 17, 21, 22,
bankable, 111, 112, 136, 137 23, 25, 30, 41, 42, 43, 44, 46, 48,
barang seni, 33, 56, 59, 62, 68, 96, 62, 63, 65, 68, 69, 77, 79, 81, 85,
134 90, 91, 93, 94, 96, 97, 103, 132,
bobot risiko, 121 139, 140, 142, 143
branding, 14, 41 evolusi, 14, 71
C F
capital, 114 fashion, 18, 33, 54, 55, 56, 60, 62, 64,
character, 114 65, 68, 89, 90, 105, 133
collateral, 112, 114, 136 fidusia, 120, 125, 126, 127
condition of economic, 114 film, video dan fotografi, 30, 34, 132,
cost-based model, 121, 122 134
creative economy, 8, 10, 11, 17, 21, 23
G
D global, 2, 9, 14, 15, 21, 36, 37, 40, 43,
database, 32, 83 47, 54, 62, 65, 66, 76, 77, 81, 82,
daya saing, 3, 29, 31, 32, 35, 36, 37, 85, 139
43, 46, 47, 48, 66, 79, 80, 81, 82,
145
H K
hak cipta, 79, 102, 118, 120, 121, kerajinan, 4, 12, 33, 45, 54, 56, 59, 60,
122, 127 62, 65, 68, 72, 79, 80, 84, 85, 91,
hak kekayaan intelektual, 4, 49, 64, 96, 105, 134, 137
79, 80, 85, 103, 113, 118, 143 knowledge economy, 16, 35
head to head, 116 komparatif, 35, 36
humanware, 104 kompetensi, 32, 70, 71, 72
kompetitif, 36, 71, 80
kreativitas, 7, 10, 11, 12, 14, 32, 43,
45, 47, 53, 54, 55, 57, 58, 63, 64,
I 65, 66, 69, 70, 72, 74, 78, 81, 83,
immaterial, 118, 125 84, 85, 90, 93, 94, 97, 105, 106,
impor, 3, 30, 44, 48, 65, 96, 132, 139, 112, 118, 133, 136, 139, 140
142 kredit, 4, 48, 64, 98, 99, 100, 101,
income-based model, 121 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119,
income gathering, 111, 136 120, 125, 138, 139, 143
industri kerajinan, 33, 40, 134 kriya, 12, 18, 40, 69, 72, 73, 91, 93
industri kreatif, 4, 5, 6, 14, 34, 41, kuliner, 4, 12, 18, 34, 60, 69, 79, 85,
53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 91, 93, 96, 98, 105, 135
62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79,
80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 89, 90,
91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 105, L
106, 116, 118, 119, 120, 128, 131, layanan komputer dan piranti lunak,
133, 135, 141, 143 34, 57, 91, 135
industri pariwisata, 72, 78 lembaga keuangan, 112, 136
inovasi, 6, 14, 43, 47, 53, 54, 57, 63,
64, 66, 69, 73, 79, 82, 84, 93, 94,
96, 97, 102, 127, 128, 139, 141
inovatif, 32, 34, 43, 47, 66, 74, 82, 85, M
97, 135, 139, 142 market-based model, 121, 122
intangible, 112, 137 media sosial, 41, 63, 92
intellectual capital¸ 57, 82 mikro, 2, 4, 5, 35, 41, 58, 74, 91, 99,
internet, 5, 49, 61, 66, 102, 103, 104, 143
investasi, 30, 32, 46, 76, 77, 92, 93, 99, 113,
100, 105, 111, 116, 117, 136, 138
128, 132, 140, 141 modal, 6, 7, 10, 45, 57, 64, 82, 83, 84,
investor, 6, 73, 113, 127, 141 94, 101, 102, 111, 113, 114, 120,
127, 128, 136, 140, 141
multiplier effect, 30, 45, 132
musik, 4, 12, 19, 34, 40, 54, 56, 59,
61, 62, 68, 74, 75, 77, 85, 89, 91,
102, 135
146
147
149
150
TENTANG PENULIS
151
152
Penerbit Ghalia Indonesia (GI), Jakarta (2003) dan buku lainnya. Aktif
melakukan penelitian di dalam negeri, dan mengikuti berbagai seminar,
pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan jabatan peneliti
dan keparlememen. Anggota Tim Ahli Pansus UU, seperti: Pansus
UU Anti Monopoli, UU Perlindungan Konsumen, UU Pertambangan
Mineral dan Batu Bara, dan UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
UU Perindustrian, UU Perkoperasian, UU Lembaga Keuangan Mikro,
UU Perasuransian, RUU Permusikan. Kunjungan kerja ke luar negeri
dalam rangka studi komparasi/perbandingan dan mengikuti training
tentang keparlemenan, demokrasi, dan keuangan negara/publik,
seperti ke Amerika Serikat (2000) & (2008), Australia (2006), India
(2004), Filipina, Thailand, dan Vietnam (1999), Kanada (2011). Tim
pembuatan (perancangan dan penyusunan) RUU tentang Minyak dan
Gas Bumi. Tim Penyusun Laporan Kinerja DPR RI (2004-2009); (2009-
2014); dan (2014-2019).
153
154