Laporan Kasus DM
Laporan Kasus DM
1. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Usia : 35 tahun
Alamat : Bantardawa 4/2
Pekerjaan : tidak bekerja
Status : Menikah
Tanggal Periksa : 11 Oktober 2019
2. Anamnesis (Autoanamnesis)
a. Keluhan utama
Ny. A datang ke Puskesman Langensari 1dengan keluhan pegal di kakinya. Pegal sudah
sering dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Pegal sering dirasakan setelah beraktifitas dan
menghilang saat istirahat. Selain pegal, pasien juga merasakan lemas pada seluruh badan
setelah beraktifitas.
Pasien juga mengeluhkan kesemutan pada telapak tangan serta baal pada jari kaki nya.
Kesemutan paling sering dirasakan di tangan kanan. Pasien mengaku dahulu sering
merasakan haus dan lapar terus menerus, sering BAK, saat pagi hari pasien merasa
lemas, dan pasien merasakan penglihatannya menurun seperti melihat asap. Saat ini
pasien sedang menjalani pengobatan DM sejak 5 tahun yang lalu. Jempol dan jari
tengah kaki kanan pasien diamputasi 2 tahun yang lalu akibat luka.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Kepala : Nomorcephal, rambut hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil (+/+)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir sianosis (-), perdarahan gusi (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : bentuk pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : vokal fremitus simetris
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, lesi (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat (+/+) (+/+)
Edema (-/-) (-/-)
CRT < 2 detik (+/+) (+/+)
Parastesia (-/-) (+/+) digiti pedis
Reflex bisep (+/+)
Reflex Triseps (+/+)
Reflex patella (+/+)
Status Lokalis
Regio Pedis Dextra
Post amputatum pada digiti 1 dan 3, akral hangat (+), sensasi (-) pada ujung-ujung jari
4. Pemeriksaan Penunjang
27/10/2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GDS 337 mg/dL < 200 mg/dL
5. Resume
Pasien datang ke Puskesmas Langensari 1 dengan keluhan pegal di kakinya. Pegal sudah
sering dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluhkan kesemutan pada telapak
tangan serta baal pada jari kaki nya. Pasien sedang menjalani pengobatan DM sejak 5 tahun
yang lalu. Jempol dan jari tengah kaki kanan pasien diamputasi 2 tahun yang lalu akibat
luka. Tekanan darah 137/98, tanda-tanda vital lain dalam batas normal, status antropometri
obesitas. Status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan sensoris didapatkan
parastesia pada jari kaki pasien.
6. Diagnosis Banding
- Diabetes mellitus tipe 1 + neuropati diabetik+ Post amputatum digiti I, III pedis dextra
- Sindrom metabolik + neuropati diabetik+ Post amputatum digiti I, III pedis dextra
7. Diagnosis Kerja
- Diabetes mellitus tipe 2
- Neuropati diabetik
- Post amputatum digiti I, III pedis dextra
8. Penatalaksanaan
a.Non farmakologi
Olahraga aerobik dengan intensitas ringan/sedang (target nadi 220 – usia) seperti jalan
santai, bersepeda santai dan jogging. Dilakukan 3-5 kali per minggu selama sekitar
30-45 menit dengan total 150 menit per minggu
Diet DM (terapi nutrisi medis) : Komposisi makanan Karbohidrat 45-65%, lemak
25%, protein 10-20% kebutuhan kalori, natrium <2300 gram perhari dan serat 20-
35 gram/hari.
- Berat badan ideal = (153-100)-10%(153-100) = 47,7 kg
- Kebutuhan kalori basal Perempuan = 47,7 x 25 = 1192,5 kkal
- Faktor aktivitas 1192,5 + (1192,5x10%) = 1311,7 kkal/hari
Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari
Karbohidrat Semua sumber
karbohidrat dibatasi:
nasi, bubur, roti, mie,
kentang, singkong, ubi,
sagu, gandum, jagung,
ketan, dll
Protein hewani Ayam tanpa kulit, ikan, Kornet, sosis, sarden, Keju, abon,
putih telur, daging tidak otak, jeroan, kuning telur dendeng, susu full
berlemak cream
Protein nabati Tempe, tahu, kacang-
kacangan
Sayuran Sayur tinggi serat: Bayam, buncis, daun
kangkung, oyong, melinjo, labu siam, daun
ketimun, tomat, singkong, kacang
kembang kol, labu air, panjang, wortel, daun
lobak, sawi, selada, katuk
terong
Buah-buahan Jeruk, apel, papaya, Nanas, anggur, manga, Buah-buahan yang
jambu air, belimbing sirsak, pisang, alpukat diawetkan: nangka,
sawo, semangka, nangka durian, alpukat,
kurma, manisan
buah
Minuman Minuman yang
mengandung
alkohol, susu kental
manis, soda, es
krim, yoghurt, susu
Lain-lain Makanan yang digoreng Gula pasir, gula
dan yang menggunakan merah, gula batu,
santan, kecap, saus tiram madu, cake, kue-
kue manis, dodol,
sirup, selai, coklat,
permen, tape,
mayonaise
b.Farmakologi
Metformin 3x500 mg/hari
Terapi insulin:
Insulin harian total: 0,5 x BB (66 kg) = 33 UI
Insulin premixed 2x/hari sebelum makan (16 U siang hari, 16 U malam hari)
Natrium diklofenak : tablet 3x50 mg/hari, atau topikal (gel) oleskan 3-4 kali sehari
9. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
1. Diabetes Melitus
A. Definisi
B. Epidemiologi
C. Faktor Resiko
D. Klasifikasi
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan retensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Karena hilangnya sekresi insulin secara progresif yang sering
- Endokrinopati
7. Ginjal:
F. Manifestasi Klinik
- Poliuria
- Polidipsi
- Polifagia
- Penurunan BB
2. Keluhan lain
- Badan lemah
- Kesemutan
- Gatal
- Mata kabur
G. Diagnosis
atau
Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia,
glukosa plasma acak atau sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l).
Tabel Kriteria Diagnosa untuk Diabetes
Glukosa Plasma 2
Glukosa Darah
jam Setelah HbbA1c (%)
Puasa (mg/dl)
TTGO (mg/dl)
1. Kelompok dengan berat badan lebih atau obesitas (IMT ≥ 23 kg/m2) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
a. A1C ≥ 5,7% (39mmol/mol)
Tabel Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa untuk Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM
Belum Pasti DM
Bukan DM
DM
Kadar Plasma Vena < 100 100 – 199 ≥ 200
glukosa darah ≥ 200
Darah
sewaktu < 90 90 – 199
Kapiler
(mg/dl)
Kadar Plasma Vena < 100 100 – 125 ≥ 126
glukosa darah Darah ≥ 100
< 90 90 – 99
puasa (mg/dl)
Kapiler
Penatalaksanaan
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan DM secara holistic.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
- Sulfonilurea
- Tiazolidindion (TZD)
Krisis Hiperglikemia
(Apidra®)
Insulin manusia kerja pendek = insulin regular (short acting)
Insulatard®
Insuman
Basal®
Insulin analog kerja panjang (long acting)
Insulin
Glargine Hamper tanpa
1 – 3 jam puncak 12 – 24 jam Pen
(Lantus®)
Insulin Detemir
(Levemir®)
Lantus 300
Insulin analog kerja ultra panjang (ultra long acting)
Degludec
Hamper tanpa
30 – 60 menit Sampai 48 jam
(Tresiba®) puncak
(belum tersedia
di Indonesia)
Humalogmix®
(75% protamin
lispro, 25%
lispro)
70/30 12 – 30 menit 1 – 4 jam
Novomix
® (70%
protamine
aspart, 30%
aspart)
50/50 Premix
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat
menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
C. Terapi Kombinasi
Sebagai regimen awal dapat digunakan insulin basal dengan dosis 0,1-0,2 unit/kg BB,
yang waktu pemberiannya disesuaikan dengan rutinitas pasien dan jenis insulin yang
digunakan.
Tabel peningkatan dosis
Jika sasaran kendali glikemik belum tercapai dengan kombinasi AHO dan
insulin basal sederhana, dapat diberikan regimen insulin yang lebih
kompleks, yaitu basal bolus atau premixed.
Prosedur Pemantauan
Sasaran Pengendalian DM
Parameter Sasaran
IMT (kg/m2) 18,5 - < 23
Tekanan darah sistolik <140
(mmHg)
Tekanan darah diastolic <90
(mmHg)
Glukosa darah prepandial 80-130
kapiler (mg/dl)
Glukosa darah 1-2 jam PP <180
kapiler (mg/dl)
HbA1c (%) <7 (atau individual)
Kolestrol LDL (mg/dl) <100 (< 70 bila risiko KV
sangat tinggi)
Kolestrol HDL (mg/dl) Laki-laki : >40 ; Perempuan
: >50
Trigliserida (mg/dl) <150
H. Komplikasi
2. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik adalah adanya gangguan baik klinis maupun subklinis, yang terjadi
pada diabetes mellitus tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. Gangguan
neuropati ini termasuk manifestasi somatic dan atau autonomy dari system saraf
perifer. Neuropati diabetic merupakan salah satu komplikasi kronis paling seringg
ditemukan pada DM. risiko yang dihadapi pasien DM dengan ND antara lain ialah
infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh dan amputasi jari/kaki.
a. Patogenesis
ND berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan
aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosylation end products (AGEs),
pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C. aktivasi berbagai jalur
tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehngga aliran darah ke saraf menurun
dan bersama rendahnya mionositol dalam sel terjadilah ND.
Faktor metabolik
Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivitas jalur poliol meningkat, yaitu
terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase, yang merubah glukoda menjadi
sorbitol, yang kemudian dimetabolisasi oleh sorbitol dehydrogenase menjadi
fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf dapat merusak sel
saraf menyebabkan keadaaan hipertonik intraseluler sehingga mengakibatkan
edema saraf.
Disamping meningkatkan aktivitas jalur poliol, hiperglikemia berkepanjangan
akan menyebabkan terbentuknya advance glycosylation end products (AGEs).
AGEs ini sangant toksik dan merusak semua protein tubuh, termasuk sel saraf.
Dengan terbentuknya AGEs dan sorbitol, maka sintesis dan fungsi Nitric oxide
(NO) akan menurun, yang berakibat vasodilatsi berkurang, aliran darah ke saraf
menurun dan bersama rendahnya mionositol dalam sel saraf, terjadilah ND.
Kelainan vascular
Hiperglikemia persisten merangsang produks radikal bebas oksidatif yang
disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan
endotel vascular dan menetralisir NO, yang berefek menghalangi vasodilatssi
mikrovaskular.
Peran nerve growth factor
NGF diperlukan untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan saraf.
Pada penyandang DM, kadar NGF serum cenderung turun dan berhubungan
dengan derajat neuropati.
b. Klasifikasi
2) Neuropati Autonom
Neuropati autonom adalah kerusakan pada saraf yang
mengendalikan fungsi jantung, mengatur tekanan darah dan kadar gula
darah. Selain itu, neuropati autonom juga terjadi pada organ dalam lain
sehingga menyebabkan masalah pencernaan, fungsi pernapasan,
berkemih, respon seksual, dan penglihatan.
3) Neuropati Proksimal
Neuropati proksimal dapat menyebabkan rasa nyeri di paha,
pinggul, pantat dan dapat menimbulkan kelemahan pada tungkai.
4) Neuropati Fokal
Neuropati fokal dapat menyebabkan kelemahan mendadak pada
satu atau sekelompok saraf, sehingga akan terjadi kelemahan pada otot
atau dapat pula menyebabkan rasa nyeri. Saraf manapun pada bagian
tubuh dapat terkena, contohnya pada mata, otot-otot wajah, telinga,
panggul dan pinggang bawah, paha, tungkai, dan kaki.
pada fase ini gejala timbul akibat kerusakan struktural serabut saraf dan
masih ada komponen yang reversible.
3) Kematian Neuron/ Tingkat Lanjut
Kematian neuron akan menyebabkan penurunan kepadatan
serabut saraf. Kerusakan serabut saraf biasanya dimulai dari bagian
distal menuju ke proksimal, sebaliknya pada proses perbaikan dimulai
dari bagian proksimal ke distal. Sehingga lesi paling banyak ditemukan
pada bagian distal, seperti pada polineuropati simetris distal. Pada fase
ini sudah bersifat irreversibel.
c. Gejala Klinis
Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Gejala bisa
tidak dijumpai pada beberapa orang. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki sering
merupakan gejala pertama. Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris, motorik
Nonpainful Painful
Thick Prickling
Stiff Tingling
Asleep Knife-
Pricklin like
g Electric shock-like
Tingling Squeezing
Constricting Hurting
Burning
Freezing
Throbbin
g
Allodynia, Hyperalgesia
d. Tatalaksana
1. Perawatan umum/kaki
3. Pencegahan
a. Pencegahan primer DM
Program penurunan berat badan
Diet sehat
Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal
Karbohidrat kompleks merupakah pilihan dan diberikan secara terbagi
dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa
darah yang tinggi setelah makan
Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat
larut
Latihan jasmani
Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan
latihan aerobic sedang (mencapai denyut jantung 50-70% maksimal)
atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobic berat
Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitas/minggu
Menghentikan kebiasaan merokok
Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis
c. Pencegahan tersier