Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uterus didelfis terjadi saat penyatuan garis tengah duktus mullerian tidak
dapat menyatu, baik lengkap maupun tidak lengkap. Wanita dengan uterus
didelfis bisa asimtomatik dan tidak mengetahui memiliki uterus ganda, yang tidak
ada hubungan di antara keduanya. Mereka mungkin mengeluhkan dismenorea
dan dispreunia. Uterus didelfis merupakan anomali duktus Mullerian Kelas III. 1,2
Uterus didelfis merupakan anomali kongenital yang jarang, terdiri dari
uterus normal yang terpisah dengan ukuran normal uterus dan kanalis
endoservikal yang normal, sedangkan serviknya menyatu pada segmen bawah
uterus. Masalah yang paling sering pada uterus didelfis adalah inkompeten serviks
yang akibat masalah akomodasi seperti kelemahan anatomi kongenital bagian
dalam.3,4,5
Uterus didelfis merupakan kelainan anomali jarang dan ini menyebabkan
keguguran berulang yang diakibatkan volume uterus yang berkurang dan
berhubungan dengan inkompten serviks. Aborsi spontan terjadi berkisar 32-52%
kasus dan kelahiran prematur dari 20-45%. Kehamilan aterm dapat dicapai dengan
istirahat yang cukup, tokolitik dan cervical encirclage.2
Uterus didelfis, pada beberapa penelitian, ditemukan berhubungan dengan
infertilitas yang tinggi, abortus spontan, intrauterine growth retardation, dan
perdarahan post partum. Hubungan spesifik antara uterus didelfis, hematokolpos
unilateral dan agenesis renal ipsilateral telah digambarkan.2
Anomali kongenital kompleks traktus reproduktif wanita merupakan
kejadian yang jarang dengan hipotesis seringnya terjadi akibat disregulasi
Mullerian selama embrigenesis. Anomali ini terjadi dengan banyak tingkatan
defek penyatuan Mullerian dan agenesis yang berujung pada spektrum luas
fenomena diklasifikasikan oleh American Society for Reproductive Medicine.
Abnormalitas traktus reproduktif wanita baisanya terjadi pada 2-3% wanita.
Jika uterus didelfis tidak ditatalaksana akan menyebabkan endometriosis,
adhesi pelvis, pyosalpinx atau pyocolpos, aborsi spontan saat hamil. 9

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uterus
Uterus merupakan organ muskular tempat berkembangnya fetus dan
mendapatkan nutrisi sampai pada akhirnya lahir. Uterus berbentuk seperti buah pir
terbalik yang berkedudukan di pelvis, dengan ovarium dan tuba uterina dikedua sisinya,
meluas ke bawah kedalam vagina.3,10 Uterus berfungsi sebagai jalur untuk sperma
mencapai tuba uterina agar bertemu dengan ovum. Apabila tidak terjadi implantasi, uterus
akan mengalami proses mentruasi.11

2.1.1 Anatomi uterus


Uterus terletak diantara vesica urinaria dan rectum, berbentuk seperti buah
pir terbalik. Uterus pada wanita yang belum pernah hamil biasanya berukuran
sekitar 7,5 cm (panjang), 5 cm (lebar), dan 2,5 cm (tebal). Uterus terdiri dari
fundus uteri, corpus uteri dan serviks uteri. Biasanya uterus berada dalam posisi
antefleksi.

2
Uterus mendapatkan pendarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang
dari arteri iliaka interna. Arteri uterina kemudian mempercabangkan arteri arkuata
di ligamentum latum yang akan melingkari miometrium. Arteri ini kemudian akan
membentuk arteri radialis yang akan menembus kedalam miometrium. Tepat
sebelum masuk ke endometrium, cabang tersebut membagi diri menjadi 2 jenis
arteri yaitu arteri lurus (arteri recta) dan arteri spiralis. Arterilurus akan mensuplai
darah ke lapisan basal endometrium, sedangkan arteri spiralis akan mensuplai
darah ke stratum fungsional endometrium dan akan luruh ketika siklus menstruasi
karena peka terhadap perubahan hormon. Darah akan meninggalkan uterus
melewati vena iliaka internal. Pasokan darah untuk uterus sangat penting untuk
pertumbuhan kembali stratum fungsional endometrium setelah menstruasi,
implatasi dan perkembangan plasenta.11
2.1 Definisi
Uterus didelfis terjadi saat penyatuan garis tengah duktus mullerian tidak
dapat menyatu, baik lengkap maupun tidak lengkap. Wanita dengan uterus
didelfis bisa asimtomatik dan tidak mengetahui memiliki uterus ganda, yang tidak
ada hubungan di antara keduanya. Mereka mungkin mengeluhkan dismenorea
dan dispreunia. Uterus didelfis merupakan anomali duktus Mullerian Kelas III. 1,2
Uterus didelfis merupakan anomali kongenital yang jarang, terdiri dari
uterus normal yang terpisah dengan ukuran normal uterus dan kanalis
endoservikal yang normal, sedangkan serviknya menyatu pada segmen bawah

3
uterus. Masalah yang paling sering pada uterus didelfis adalah inkompeten serviks
yang akibat masalah akomodasi seperti kelemahan anatomi kongenital bagian
dalam.3,4,5

2.2. Insidensi
Uterus didelfis merupakan kelainan anomali jarang dan ini menyebabkan
keguguran berulang yang diakibatkan volume uterus yang berkurang dan
berhubungan dengan inkompten serviks. Aborsi spontan terjadi berkisar 32-52%
kasus dan kelahiran prematur dari 20-45%. Kehamilan aterm dapat dicapai dengan
istirahat yang cukup, tokolitik dan cervical encirclage.2
Kejadian anomali Mulleran dilaporkan 0,1-1% pada populasi umum, yang
lebih banyak berhubungan dengan infertilitas. Ini disebabkan kegagalan
penyatuan yang terjadi pada kehamilan minggu ke-12 dan miggu ke-16, yang
dikarakteristikkan oleh 2 cabang uterus yang berbeda dan dua serviks. Proses saat
segmen bawah sepasang duktus mullerian membentuk uterus, serviks, dan vagina
bagian atas disebut fusi lateral. Kegagalan penyatuan yang menyebabkan anomali
seperti uterus didelfias atau bicornuate. Peluang untuk hamil secara signifikan
berkurang, hanya 20%, dengan setiap tiga kehamilan berujung pada persalinan
premature.2
Anomali kongenital kompleks traktus reproduktif wanita merupakan
kejadian yang jarang dengan hipotesis seringnya terjadi akibat disregulasi
Mullerian selama embrigenesis. Anomali ini terjadi dengan banyak tingkatan
defek penyatuan Mullerian dan agenesis yang berujung pada spektrum luas
fenomena diklasifikasikan oleh American Society for Reproductive Medicine.
Abnormalitas traktus reproduktif wanita baisanya terjadi pada 2-3% wanita.
Variasi kombinasi telah digambarkan di beberapa literatur. Himen imperforata
merupakan defek yang paling sering. Insidensi agenesis vaginal terisolasi sebesar
1:5000 wanita dan uterus didelfis pada wanita infertil sebanyak 0,16%.
Bagaimanapun, insidensi anomali Mullerian lebih tinggi pada populasi dengan
gangguan kesuburan, dengan 8% merupakan uterus didelfis.6,7,8
Uterus didelfis dengan obstruksi hemivaginal unilateral selain bilateral
telah dilaporkan banyak sebelumnya tetapi hanya dua laporan kasus yang

4
melaporkan teradpat obstrusksi bilateral. Sebuah literatur mengatakan bahwa
kombinasi defek penting karena membutuhkan pendekatan terapetik individual.6

2.3. Etiologi
American Fertility Society (AFS) Classification Scheme: Uterus didelfis
kelas III disebabkan tidak menyatunya duktus mullerian secara lengkap. Cabang
individu berkembang penuh dengan ukuran hampir normal. Dua serviks tidak
dapat dielakkan. Septum vagina transversal atau longitudinal mungkin bisa
dikenali. Karena masing-masing cabang hampir berkembang penuh, pasien tahu
tentang kehamilannya sampai kehamilan penuh.2
Berdasarkan sebuah penelitian hanya 40% kehamilan yang melahirkan
anak hidup. Volume uterus yang berlawanan akan berkurang. American Fertility
Society (AFS) Classification Scheme: Uterus didelfis kelas III disebabkan tidak
menyatunya duktus mullerian secara lengkap.2
Rock dan Adam memodifikasi klasifikasi AFS, dia memasukkan Kelas III
merupakan anomali pada traktus reproduktif sering berganda atau sebagian
berganda seperti didelfis, unicornuate, bicornuate, dan septa uteri (Kelas II, III,
IV, dan V), bisa menyebabkan infertilitas dan keguguran. Presentasi bokong
terjadi pada 43% kehamilan dan persalinan prematur sebanyak 21%.
Hematometrocolpos unilateral berhubungan dan agenesis renal ipsilateral dan
septum vagina sering terlihat. Kehamilan kembar yang terjadi di dalam masing-
masing uterus dilaporkan, dan ada sebuah kasus di ma satu uterus memiliki dua
fetus di satu uterus dan satu fetus pada uterus yang lain. Seksio sesaria dilakukan
pada 82% pasien dilaporkan oleh Heinonen. Uterus didelfis, pada beberapa
penelitian, ditemukan berhubungan dengan infertilitas yang tinggi, abortus
spontan, intrauterine growth retardation, dan perdarahan post partum. Hubungan
spesifik antara uterus didelfis, hematokolpos unilateral dan agenesis renal
ipsilateral telah digambarkan.2

2.4. Patofisiologi
Uterus dan vagina dibentuk saat embriologi dengan proses dinamis dari
difrensiasi, migrasi, fusion, dan kanalisasi. Variasi abnormalitas uterus dan vagina

5
diebabkan oleh ganggaun salah satu proses di atas. Kegagalan peleburan lengkap
dua uktus Mullerian sehingga menyebabkan uterus didelfis dengan septum
vagiina longitudinal. Agenesis selektif di bagian bawah vagina, agenesis
segmental dan atresia vagina merupakan sesuatu yang terpisah yang berhubungan
dengan perkembangan Mullerian normal. 6

Gambar Anomali Penyatuan Sistem Mullerian9


Kombinasi uterus didelfis dengan septum vaginal longitudinal parsial dan
agenesis vagina dan bagian bawah vagina bilateral belum ada dilaporkan,
walaupun kombinasi yang hampir mirip pernah dilaporkan Whitfield eta.al. dan
Moawad et.al. Whitifield et.al. melaporkan tiga kasus selain septum vaginal
longitudinal parsial. Moawad et.l. melaporkan sebuah kasus dengan septum
vaginal transversal selain agenesis vaginal distal. 6
Anomali uterus ini berhubungan dengan outcome reproduksi sederhana:
tingkat aborsi spontan terjadi sebanyak 32,2%, tingkat kelahiran prematur 28,3%,
tingkat persalinan sebanyak dari 36,2%, dan angka kelahiran hidup dari 55,9% .
Pada wanita yang terpilih dengan RPL atau kelahiran prematur, rekonstruksi
uterus dengan Strassman metroplasty harus dipertimbangkan]. Strassman
metroplasty menyatukan dua rongga endometrium dalam uterus terbagi
(Bicornuate atau didelphys), dan berhubungan dengan angka kelahiran hidup lebih

6
besar dari 80%.Beberapa ahli percaya, Namun, data yang ada tidak mendukung
perbaikan uterus didelphis untuk meningkatkan hasil kehamilan. Sebaliknya,
sayatan septum vagina longitudinal diindikasikan untuk hemivagina obstruksi
dengan hematocolpos, dispareunia, atau kesulitan dengan penempatan tampon. 7

Gambar Perkembangan uterus dan vagina pada minggu ke-8 kehamilan9


2.4.1. Klasifikasi Anomali Kongenital Mullerian
Kelainan kongenital pada saluran reproduksi perempuan biasanya
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama: agenesis dan hipoplasia, defek fusi
lateral, dan defek fusi vertikal. Kelompok keempat terdiri dari perempuan terkena
dietilstilbestrol (DES) di dalam uterus. Agenesis dan hipoplasia dapat terjadi
dengan atau beberapa struktur mullerian.7
Defek fusi lateral terjadi karena kegagalan migrasi satu saluran Mullerian,
fusi duktus mullerian, atau penyerapan septum intervensi antara saluran.
Ini adalah kategori yang paling umum dari defek mullerian, dan dapat
mengakibatkan asorpsi septum yang menghalangi di antara duktus. Tergantung
pada populasi yang diteliti dan pencitraan yang digunakan, malformasi uterus
yang paling umum adalah arkuata, septate, atau bikornuata uterus. Defek fusi
vertikal hasil dari fusi abnormal saluran mullerian dengan sinus urogenital, atau

7
masalah dengan kanalisasi vagina. Lesi ini dapat menyebabkan aliran menstruasi
obstruksi.7
Etiologi anomali kongenital saluran reproduksi perempuan kurang
dipahami. Kariotipe normal (46XX) PADA 92% dari wanita dengan anomali
mullerian, dan abnormal pada 7,7% dari wanita-wanita ini. Mayoritas kelainan
perkembangan yang jarang dan sporadis, dikaitkan dengan poligenik dan
penyebab multifaktorial.7
Tidak ada klasifikasi standar yang diterima secara universal untuk anomali
kongenital dari saluran reproduksi wanita. Pada tahun 1988 American Fertility
Society (berganti nama American Society for Reproductive Medicine)
menciptakan sistem klasifikasi yang berfokus pada kategori utama kelainan
kongenital. Data anomali terkait vagina, serviks, tuba falopi, dan sistem kemih. 7

Gambar Klasifikasi Defek Duktus Mullarian7

Adalah penting untuk memiliki pengetahuan dasar tentang embriologi


saluran kelamin perempuan untuk memahami kelompok anomali kongenital
uterus. Uterus, saluran tuba, dan atas dua pertiga dari vagina berasal dari saluran

8
Mullerian dipasangkan, sedangkan sepertiga bagian bawah vagina muncul
terpisah dari sinus urogenital.10

Gambar Anomali Kongenital pada Pemeriksaan Ultrasonografi11

Hal ini menjelaskan terjadinya kasus agenesis uterus lengkap dengan


perkembangan vagina eksternal yang normal. Tahap pertama pembangunan
saluran Mullerian dimulai sekitar 6 minggu usia kehamilan ketika saluran Miillerii
dipasangkan invaginate dan kemudian tumbuh secara kaudal dan menyeberang
saluran Wolffian untuk bertemu di garis tengah. Tiga fase berikutnya (fusion,
resorpsi, dan induksi vagina) melanjutkan secara teratur dari 9 sampai minggu
kehamilan ke-22. Pengembangan saluran Mullerian terjadi berhubungan erat
dengan pengembangan dari sistem urin, dan ini menjelaskan asosiasi anomali dari
kedua sistem tersebut. 10
Yang paling sering digunakan sistem klasifikasi MDAs diusulkan oleh
Buttram dan Gibbons; Sistem ini digunakan untuk mengatur anomali ini menjadi
enam kategori. Kelas I anomali terkait dengan hipoplasia atau agenesis sebagian
atau seluruh dari tabung, uterus, leher uterus, atau vagina (sindrom Mayer-
Rokitansky-Ku¨ster- Hauser). Kelas II anomali terdiri agenesis sebagian atau
lengkap unilateral (uterus unicornuate) sekitar 15% dari MDAs. Ada empat
subtipe unicornuate uterus: uterus unicornuate sederhana (35%), uterus
unicornuate dengan tanduk noncavitary dasar (33%), uterus unicornuate dengan
noncommunicating tanduk kavitas (22%), dan uterus unicornuate dengan
berhubungan tanduk kavitas (10%). Penampilan MR adalah bahwa dari rongga
uterus berbentuk pisang, dengan atau tanpa tanduk dasar. Pada pasien dengan
uterus didelphys (kelas III anomali), dua tanduk uterus yang terpisah, yang sangat
beragam dan adanya dua serviks. Sebuah septum vertikal memperluas ke vagina
bagian atas dapat diidentifikasi dengan MRI sampai dengan 75% dari pasien.

9
Dalam sejumlah kecil pasien, septum transversal vagina menghalangi salah satu
kanal uterus, sehingga mengarah ke hematometrocolpos. Bicornuate uterus (kelas
IV anomali) akibat kegagalan parsial fusi duktus Mullerian fusi dan ditandai
dengan kontur fundus eksternal cekung dengan fundus dibelah lebih besar dari 1
cm memisahkan dua tanduk uterus di atas leher uterus tunggal dan peningkatan
jarak intercornual (lebih dari 4 cm). Kadang-kadang, terdapat dua serviks. Uterus
arkuata adalah anomali fusi parsial paling ringan dan dianggap sebagai varian
normal. Rongga endometrium tidak dibagi, dan kontur eksternal uterus adalah
datar atau minimal cekung. Outcome septate uterus (kelas V anomali) dari
resorpsi gagal septum garis tengah setelah biasfusi duktus Mullerian. Fitur kunci
yang memungkinkan perbedaan anomali ini dari uterus bikornuata adalah adanya
cekung normal atau minimal (<1 cm) kontur uterus eksternal; MRI adalah alat
non-invasif terbaik untuk penilaian gambaran ini. Kelas VI anomali anomali
terpisah yang disebabkan paparan uterus terhadap dietilstilbestrol. Kelainan uterus
klasik dan paling umum adalah uterus berbentuk T. 10,12
Hubungan khusus antara didelphys uterus, hemivagina obstruksi, dan
agenesis ginjal ipsilateral telah diakui. Pada tahun 1998, lebih dari 180 kasus telah
dilaporkan dalam literatur. Presentasi klinis biasa sindrom ini adalah sakit perut
yang dimulai tepat setelah menarche dan disebabkan oleh hematocolpos.
Asosiasi agenesis ginjal dan MDA berasal dari pengembangan embryologic dekat
sistem kemih dan genital. 10

2.5. Diagnosis
2.5.1. Gejala Klinis
Gejala klinis uterus didelfis tidak diarasakan sampai menarche terjadi,
yaitu nyeri pelvis kronik berperiode. Pada pemeriksaan fisik didapatkan msaa
pada abdominal-pelvik yang berakhir pada benjolan kebiruan vagina lateral. 9
Kelainan uterus berhubungan dengan outcome reproduktif normal dan
yang merugikan; terjadi pada sekitar 3-4% wanita subur dan tidak subur, 5-10%
dari wanita dengan keguguran berulang, dan 25% dari wanita dengan kelahiran
prematur akhir trimester pertama dan trimester kedua kehamilan. Secara

10
keseluruhan, anomali uterus terkait dengan kesulitan mempertahankan kehamilan,
dan bukan gangguan kemampuan untuk hamil. 7
Meskipun banyak wanita dengan anomali mullerian asimtomatik, beberapa
tanda dan gejala ginekologi berhubungan dengan anomali tertentu. wanita
mungkin mengeluhkan nyeri panggul siklik atau nonsiklik dan dismenore sugestif
dari sebuah anomali obstruktif, menstruasi retrograde, dan endometriosis.
Endometriosis adalah temuan umum pada wanita dengan anomali mullerian
obstruktif dan nonobstruktif, dan mungkin menjadi penyebab infertilitas.
Amenore primer dengan nyeri panggul, vagina, atau massa panggul berkaitan
dengan septum transversal vagina atau hymen imperforata. Agenesis Mullerian
(tidak adanya uterus dan vagina sejak lahir) menyebabkan amenore. Perdarahan
uterus abnormal dapat terjadi dengan sebuah septate uterus, suatu obstruksi parsial
atau microperforate, atau septum longitudinal yang ketika hanya satu tampon
digunakan (keduanya diperlukan). 7,14
Dari semua anomali Mullerian, yang melibatkan uterus paling sering
berhubungan dengan outcome obstetri yang buruk. Kelainan uterus berhubungan
dengan berkurangnya ukuran rongga, otot yang tidak adekuat, gangguan
kemampuan untuk distensi, fungsi abnormal miometrium dan serviks,
vaskularisasi yang tidak memadai, dan perkembangan endometrium yang
abnormal. Kelainan rongga ini, pasokan pembuluh darah, dan defek lokal
berkaitan dengan peningkatan keguguran berulang (RPL; 21-33%), kelahiran
prematur, dan malpresentation terkait dengan anomali uterus. Pembatasan
pertumbuhan intrauterin yang sama dikaitkan untuk vaskularisasi normal dan
rongga uterus yang lebih kecil rongga. Peningkatan kelahiran sesar terkait dengan
malpresentasi yang lebih tinggi dan anomali vagina seperti septum vagina
longitudinal. Selain itu, kehamilan dapat terjadi pada dasar tanduk uterus atau
obstruksi tanduk uterus; konsepsi ini jarang berlangsung sampai aterm, dan 89%
akan ruptur. Komplikaasi Obstetri terkait lainnya termasuk inkompetensi serviks,
kehamilan pencetus hipertensi (akibat kelainan ginjal), dan perdarahan antepartum
dan postpartum. 7
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan adalah MRI dan Ultrasonografi.
Pada MRI akan tampak dua tanduk uterus yang memisah lebar, dengan lebar

11
endometrium dan miometrium normal. Pada USG akan ditemukan anomali renal
ipsilateral sampai ke sistem obtruksi. 9

Gambar Uterus Didelfis3

Gambar Uterus Didelfis menunjukkan dua serviks dan septum vaginal2

Mullerian anomali duktus (MDAs) adalah kelainan anatomi bawaan pada


saluran genital wanita yang muncul karena tidak berkembang atau menyatu dari

12
duktus mullerian atau resorpsi gagal septum uterus, dengan kejadian yang
dilaporkan sebesar 0,5% -5,0%. MDAs secara klinis penting karena mereka
berhubungan dengan peningkatan insiden gangguan kesuburan, gangguan
menstruasi, dan komplikasi obstetri. 10
MDAs juga terkait dengan peningkatan insiden endometriosis dan drainase
uterus terhambat, yang dapat terjadi pada pasien dengan unicornuate uterus atau
uterus didelphys; Namun, kasus anekdotal di mana MDAs terjadi pada pasien
dengan uterus bikornuata telah dilaporkan. 10
Kehadiran endometrium pada dua tanduk uterus yang tidak berhubungan
dan divergen juga bisa mendiagnosis left dominant unicornuate uterus with
anoncommunicating cavitary rudimentary right horn.. Kehadiran agenesis ginjal
kiri sangat membantu dalam pengecualian diagnosis ini, karena agenesis ginjal
selalu ipsilateral dengan tanduk yang belum sempurna atau tidak. 10
Selain itu, dilatasi besar dari hemivagina kiri penuh darah menunjukkan
bahwa ada obstruksi aliran normal produk menstruasi, seperti septum vagina.
Riwayat siklus haid normal sebelumnya juga menunjukkan diagnosis uterus
unicornuate sinistra, seperti tanduk kiri obstruksi dan tanduk dekstra
noncommunicative. Dengan demikian, mengingat temuan pencitraan dan riawayat
klinis, diagnosis yang benar adalah didelphys uterus dengan ob structed
hemivagina dan agenesis ginjal ipsilateral. 10

2.5.2. Pemeriksaan Tambahan


Anomali Mullerian kombinasi kompleks dapat menjadi tantangan
ginekologis dan sulit dalam mendiagnosis jenis malformasi, Melalui pengetahuan
embriologi, imaging MRI preoperatif dan pemeriksaan di bawah anestesia penting
untuk mengidentifikasi kumpulan anomali dan untuk merncanakan managemen
yang dibutuhhan. 6
Beberapa teknik radiologis berguna untuk mengevaluasi anomali
kongenital pada saluran reproduksi wanita. Modalitas yang digunakan meliputi
hysterosalpingogram (HSG), ultrasonografi, sonohisteroskopi, dan MRI. Setiap
teknik pencitraan memiliki kekuatan yang melekat dan keterbatasan; Oleh karena

13
itu kombinasi dari beberapa teknik mungkin terbaik mengevaluasi kelainan
tertentu. 7

Gambaran Uterus Didelfis pada Pemeriksaan HSG11


HSG biasanya digunakan untuk menilai patensi tabung tuba, dan dapat
memberikan informasi lebih lanjut tentang kontur rongga endometrium dan
adanya komunikasi yang kompleks dalam pengaturan anomali Mullerian.
Diagnosis definitif kelainan uterus seseorang membutuhkan penilaian dari kontur
uterus eksternal, dan ini buruk jika dilihat oleh HSG. HSG mendiagnosa 55%
dari septate dan uteri bikornuata, dan penambahan ultrasonografi meningkatkan
hasil ini sebanyak 90% . 7

14
Gambaran Uterus Didelfis dengan Hemivagina Obstruktif 15

Ultrasonografi transabdominal, transvaginal, atau transperineal efektif


mengevaluasi kontur uterus internal dan eksternal, mendeteksi massa panggul,
hematometra atau hematocolpos, menegaskan kehadiran ovarium, dan
menilai ginjal. Waktu penelitian untuk fase siklus menstruasi sekretorik
memberikan visualisasi endometrium yang lebih baik dan dengan demikian
kontur uterus internal. Sonohisteroskopi dapat lebih menggambarkan ruang
intrakaviter, dan kontur uterus internal dan eksternal. Jika tersedia, ultrasonografi
tiga dimensi merupakan modalitas pencitraan yang sangat akurat yang
menyediakan pandangan menyeluruh dari anatomi panggul dan visualisasi rinci
uterus; ini adalah metode yang dapat diandalkan untuk mengevaluasi anomali
mullerian. 7

15
Gambar Uterus Didelfis dengan Ultrasonografi Transvaginal 16

MRI dianggap sebagai teknik standar emas untuk mendiagnosis anomali


Mullerian, dan keduanya sensitif dan spesifik. Modalitas ini menyediakan
delineasi baik kontur uterus internal dan eksternal; MRI dapat membedakan
miometrium versus uterus berserat dan dengan demikian membedakan antara
bikornuata, didelphic, dan septate uteri, dan dapat menentukan tingkat dari uterus
atau septum vagina. Selain itu, MRI dapat mengidentifikasi dasar tanduk uterus
dan menentukan adanya endometrium fungsional. Kemampuan MRI dan USG
tiga dimensi untuk mengevaluasi anomali mullerian belum secara langsung
dibandingkan. 7

16
Gambaran MRI Uterus Didelfis11

Anomali saluran kemih sering terlihat bersama anomali mullerian,


sehingga sesuai pencitraan diperlukan. Kelainan saluran kemih termasuk anomali
ginjal (20-30%) seperti tapal kuda atau ginjal panggul, duplikasi atau agenesis
ginjal, sistem pengumpulan, dan ureter ektopik. Dalam pengaturan defek
mullerian obstruktif seperti noncommunicating uterine horn atau hemivagina
obstruksi, agenesis ginjal ipsilateral sering terlihat. Lebih dari 50% waktu,
agenesis ginjal merupakan prediksi dari anomali mullerian obstruksi ipilateral.
Pencitraan yang direkomendasikan untuk saluran kemih ialah intravena
pyelogram, USG ginjal, atau computed tomography (CT) scan. 7

17
Gambar Herlyn-Wenner-Wunderlich Syndrome17

Li et al. menemukan kejadian agenesis ginjal sebanyak 30%. Agenesis


ginjal terdeteksi lebih sering pada pasien dengan MDAs obstruksi (85,6%)
dibandingkan pada pasien dengan MDAs terhalang (13,6%); Perbedaan ini
signifikan secara statistik (P <.05). Sebuah asosiasi meningkat dari agenesis ginjal
pada pasien dengan uterus didelphys dibandingkan dengan jenis lain MDA juga
dilaporkan. Bahkan, di antara 17 pasien dengan agenesis ginjal, ada dua kasus
agensesis uterus dan vagina, dua kasus uterus unicornuate, dan 13 kasus uterus
didelphys. Berbeda halnya saat ini, bagaimanapun, sebagian besar anomali yang
terletak di sisi kanan; Temuan ini sesuai dengan temuan laporan sebelumnya. Poin
penting adalah bahwa dalam semua pasien dengan uterus didelphys obstruksi,
agenesis ginjal terletak di sisi yang sama dengan obstruksi. Perlu disebutkan
bahwa dalam kasus-kasus uteri unicornuate, anomali ginjal yang mungkin terkait
juga selalu ipsilateral dengan tanduk yang belum sempurna atau tidak.
Pencitraan MRI merupakan modalitas yang paling akurat non-invasif yang

18
tersedia untuk klasifikasi MDA karena memberikan informasi tentang kontur
fundus eksternal, bentuk rongga uterus, dan karakterisasi jaringan septa. 10

Gambar MRI Uterus Didelfis dengan Hematosalping Bilateral6

Temuan pencitraan konsisten dengan anomali kongenital dari saluran


drainase reproduktif perempuan dengan uterus obstruksi sehingga
hematometrocolpos besar terkait dengan agenesis ginjal kiri. Temuan dua tanduk
uterus sangat beragam menunjukkan diagnosis diferensial uterus bikornuata,
unicornuate uterus dengan kontralateral dasar tanduk, dan uterus didelphys.
Karena tidak ada komunikasi antara dua tanduk uterus, diagnosis uterus
bikornuata dapat dikecualikan.10

19
Gambaran CT Coronal pada Pasien Herlyn-Werner-Wunderlich Syndrome:
Uterus Didelphys and Obstructed Hemavagina with Unilateral Renal Agenesis 18

Diagnosis bicollis bikornuata tidak bisa secara total dikeluarkan atas dasar
temuan pencitraan awal. Namun, seperti agenesis ginjal dan obstruksi jarang
terjadi pada pasien dengan malformasi ini, ini adalah diagnosis yang kurang
kemungkinan.10

2.6. Penatalaksanaan
Uterus didelfis ditatalaksana dengan laparoskopi diagnostik. Adapun, tindakan
yang dilakukan adalah: 9
 Insisi lebar pada septum vagina secara vertikal untuk melepas darah
menstruasi yang terperangkap
 Reseksi septum vagina
 Marsupialization of vagina margins
 Hemihisterektomi dan salpingo-oophorectomy

20
Penatalaksanaan dan outcome pasien dengan kombinasi vaginal septum,
bifid uterus, dan agenesis renal ipsilateral (Herlyn-Warner-Wunderlich
Syndrome):9
 Pendekatan pembedahan: eksisi lengkap dan marsupialization septum
vaginal.
 Hemihisterektomi dengan atau tanpa salpingoophorectomu jarang
diindikasikan.
Moawad et.al menggunakan perbedaan yang berbeda pada
penatalaksanaan pasiennya. Pasiennya, seorang anak perempuan berumur 15
tahun yang memiliki amenorea primer dan keram pelvik siklus, dilakukan dilatasi
vagina selama 10 minggu dengan kedalaman 4 cm. Metode ini meregangkan
septum vagina tranversal dan hanya membutuhkan sedikit diseksi untuk eksisi
eptum, tetapi pereda nyeri dan obstruksi harus dihilangkan secepatnya.6
Whitfield et.al. melakukan staged pull melalui hemivaginolasti daripada
operasi satge tunggal pada kasus ini, karena uterus didelfis asimetris dengan
bicollis.6
Anomali uterus yang dikaitkan dengan hasil reproduksi normal dan
merugikan seperti abortus berulang dan kelahiran prematur, tapi bukan infertilitas.
selain itu, uterus unicornuate, didelphic, bikornuata, septate, arkuata, dan uterus
terpajan dietilstilbestrol memiliki keterlibatan reproduksi mereka sendiri dan
kelainan terkait. Gejala umum anomali duktus mullerian dan teknik diagnostik
saat ini telah dibahas. Intervensi bedah untuk anomali mullerian ditujukan kepada
wanita dengan nyeri panggul, endometriosis, anomali obstruktif, keguguran
berulang, dan kelahiran prematur. Meskipun operasi untuk sebagian anomali
uterus adalah intervensi utama, septum uterus istimewa dikelola dengan prosedur
histeroskopi.7,19
Karena ketersediaan pencitraan canggih, prosedur bedah diagnostik seperti
pemeriksaan di bawah anestesi, vaginoscopy, histeroskopi, dan laparoskopi jarang
diperlukan untuk mendiagnosa anomali mullerian. Secara historis, laparoskopi
dan histeroskopi adalah standar emas untuk mengevaluasi kontur. 7

21
Gambar Uterus Didelfis dengan Laparoskopi16

Koreksi bedah anomali uterus asimtomatik perempuan atau wanita dengan


infertilitas primer masih kontroversial. Secara umum, anomali uterus tidak
mencegah kehamilan atau implantasi, dan wanita-wanita dapat memiliki outcome
reproduksi yang normal. Prevalensi rata-rata anomali mullerian pada wanita subur
adalah 3,4% (rentang 1,0-26,2%), mirip dengan prevalensi populasi subur, yang
menunjukkan bahwa kelainan ini memiliki sedikit efek pada kesuburan. Sebagai
perbandingan, prevalensi kelainan uterus pada wanita dengan RPL secara
substansial lebih tinggi dari 12,6%. Ketika wanita dengan anomali uterus
menjalani IVF, mereka memiliki persamaan gejala kehamilan dengan wanita uteri
normal, tapi pengalaman keguguran tingkat tinggi dan kelahiran prematur. 7

22
Gambar Seksio Sesaria pada Uterus Didelfis20

Saat ini, operasi untuk anomali mullerian diindikasikan untuk wanita


dengan nyeri panggul, endometriosis, anomali obstruktif, dan hasil obstetri yang
buruk seperti RPL dan kelahiran prematur. Sebelum melakukan operasi, adalah
penting untuk mengecualikan faktor extrauterine yang mungkin menyebabkan
keguguran. Tujuan dari operasi termasuk pengobatan nyeri panggul, pemulihan
anatomi panggul dan uterus, dan kesuburan. Kelainan perkembangan yang
melekat, namun, seperti miometrium abnormal atau perubahan vaskularisasi,
dapat mengganggu fungsi uterus selamanya. 7

23
2.7. Komplikasi dan Prognosis
Jika uterus didelfis tidak ditatalaksana akan menyebabkan endometriosis, adhesi
pelvis, pyosalpinx atau pyocolpos, aborsi spontan saat hamil. 9

Tabel Prognosis dan Reproduksi pada Anomali Duktus Mullerian21

2.8 Uterus Didelphis dan Tampak terhadap Infertilitas


Uterus didelphys, atau rahim ganda, adalah kondisi yang sangat jarang
ditemukan. Kemungkinannya adalah antara 1:1000 sampai 1:1000000 wanita di
seluruh dunia, dan kadangkala terjadi dalam satu keluarga. Pada beberapa kasus
rahim ganda, kedua rahim terletak secara bersama-sama pada satu set saluran
telur, indung telur, leher rahim (uterus) dan vagina. Namun ada juga yang
mempunyai dua set masing-masing lengkap, dua rahim, dua set saluran telur dan
indung telur, dua leher rahim dan dua vagina. Seorang wanita dapat menjalani
operasi untuk menyatukan kedua vaginanya, tetapi dua rahim secara tipical, betul-
betul terpisah. Kondisi ini biasanya terjadi ketika duktus mullerian pada
pembentukan janin tidak pernah bergabung ke dalam satu rahim sebagaimana
seharusnya.
Pada Desembar 2006 di Britania, tiga bayi dilahirkan dari dua rahim
terpisah pada seorang wanita. Sejauh yang diketahui, hanya 70 wanita dengan
rahim ganda (uterus didelphys) yang pernah hamil secara bersamaan dengan satu
bayi pada setiap rahim. Kemungkinan hal ini terjadi kira-kira satu dari lima juta.
Kemungkinan wanita ber-rahim ganda hamil dengan tiga bayi (dua bayi dalam
satu rahim, dan satu bayi dalam rahim lainnya) adalah satu dari 25 juta. Dan
kemungkinan ketiga bayi tersebut bertahan hidup bahkan lebih kecil lagi.

24
Terdapat beberapa masalah berkaitan dengan fenomena rahim ganda ini.
Anomali ini dapat menyebabkan masalah kesuburan karena masing-masing rahim
hanya berukuran setengah dari normal. Hal ini juga membuat bayi sulit
berkembang secara penuh dan sulit bagi calon ibu untuk mampu membawa
bayinya (dua atau tiga bayi) hingga tumbuh sempurna karena tidak ada ruang
cukup dalam rahim. Perempuan yang hamil dalam kedua rahimnya sekaligus,
biasanya harus melahirkan dini melalui operasi caesar sebelum kedua rahim
menjadi terlalu sempit dan bayi tidak dapat terus tumbuh. Dalam kebanyakan
kasus rahim ganda, tidak ada rahim yang mampu meregang untuk
mengakomodasi janin yang telah tumbuh sempurna.
Tipe hamil ini (hamil bersamaan dalam dua rahim sekaligus), sangat
jarang mendapatkan janin dengan umur yang sama. Pada kasus hamil ganda
dalam dua rahim, calon ibu dapat melahirkan terpisah dengan rentang waktu hari,
minggu atau bulan mengingat rahim terpisah secara total (umur kedua bayi
berbeda). Hal ini dapat menyebabkan masalah sehubungan dengan schedule
tersebut. Hanya sedikit dokter yang membolehkan perempuan operasi caesar dua
kali dalam sebulan. Maka, jika terpaksanya satu bayi harus di keluarkan melalui
operasi caesar, dokter biasanya merekomendasikan mengeluarkan juga bayi yang
lain saat itu juga. Hasilnya, akan seperti memiliki bayi kembar (calon ibu pergi ke
rumah sakit dan mendapatkan dua bayi dengan umur yang sama). Dengan
semakin berkembangnya teknologi di dunia medis, kelahiran dengan sukses bayi-
bayi dari kehamilan ganda dalam dua rahim sekaligus mungkin akan jauh lebih
baik.
Uterus Didelphis merupakan suatu kegagalan penyatuan duktus mullerian
yang terdiri dari 2 badan uterus dan 2 serviks. Septum vagina longitudinal sering
menyertai pada sebagian besar wanita dengan uterus didelphis. Pada kasus yang
spesific dan jarang , obstruksi hemivagina dan agenesis renal ipsilateral ini
melibatkan duktus mullerian dan Wolfian.
Insiden uterus didelphis berkisar 10% dari seluruh anomali uterus .Bila
malformasi uterus ditemukan pada sekitar 0,5 – 2,0 % pada wanita usia
reproduktif. Sebagai perbandingan 1 diantara 1000 wanita ditemukan uterus
didelphis.

25
Hasil luaran dari uterus didelphis telah diteliti dan dibandingkan dengan
anomali uterus yang lain.Uterus didelphis memberikan peluang terbaik untuk
keberhasilan kehamilan dan memiliki tingkat keberhasilan kehamilan yang hampir
sama dengan uterus unicornu.
Uterus Didelphis sering didiagnosa pada usia muda karena septum vagina
dan dua hemicervix teramati pada pemeriksaan spekulum.
Pada Penelitian Heionen , K Penti (2005) dalam artikelnya dikatakan
bahwa fertilitas dari wanita dengan uterus didelfis adalah relatif baik: 34 (94%)
dari 36 wanita yang ingin hamil memiliki setidaknya satu kehamilan, dan 32
(89%) dari mereka memiliki setidaknya satu bayi yang hidup. Tiga puluh empat
wanita memproduksi total tujuh puluh satu kehamilan (rata-rata ±S.D. 2,1±1,0;.
Kisaran 1-5). Tabel 2 menunjukkan hasil yang pertama dan dari seluruh
kehamilan. Sepuluh wanita mengalami lima belas kali aborsi spontan (21%)
(jangkauan, 1-3), dan hanya tiga keguguran terjadi selama trimester kedua. Dua
pasien memiliki tiga keguguran yang berulang. Satu kehamilan ektopik terjadi.
Dua belas perempuan telah diberikan terapi pada obstruksi hemivagina,
infertilitas primer, teratoma ovarium atau endometriosis berat sebelum
pembuahan pertama. Tabel 2 menunjukkan hasil dari kehamilan mereka dan
orang-orang yang sama dari 22 wanita tanpa keluhan atau perawatan sebelum
konsepsi. Pasien dengan beberapa keluhan memiliki angka kelangsungan hidup
janin lebih baik (90%) dibandingkan mereka yang tidak memiliki keluhan (68%;
P< 0,05, uji exact Fisher). Lebih lanjut, wanita yang diobati sebelum konsepsi
memiliki tingkat aborsi lebih rendah dibandingkan tanpa pengobatan tetapi
kelahiran prematur lebih umum pada pasien dengan beberapa keluhan (Tabel 2)

26
Kehamilan dengan letak di sebelah kiri sebanyak 17 kasus (24%) dan yang
letaknya di sebelah kanan sebanyak 54 (76%) dari 71 kehamilan. Sembilan wanita
yang sedang hamil dengan letak kehamilan pada kedua sisi, hanya 4 yang terletak
di hemiuterus kiri dan 21 di sebelah kanan (Gbr.3). Kehamilan bersamaan pada
kedua hemiuteri tidak terjadi. Dua kehamilan kembar terjadi dalam dua kasus, dan
keduanya terletak pada kedua rongga hemiuterine yg sama. 6 dari 9 wanita dengan
obstruksi hemivagina terhambat proses kelahirannya. Empat kehamilan terletak
selain pada sisi yang terkena. Satu di sisi yang sama dan satu pada kehamilan di
sisi lain di kedua hemiuteri tersebut.
Tiga puluh tiga wanita memiliki lima puluh lima persalinan (rata-rata ±
S.D. 1,7±0,7; kisaran 1-4). (tabel 3)Pada penemuan klinis menunjukkan
inkompetensi serviks pada dua kehamilan dan serviks cerclage digunakan dalam
kedua kasus. Kehamilan ini memuncak berhasil dengan bayi cukup bulan lahir
hidup penuh.
Kehamilan dengan hipertensi (PIH) terjadi pada tujuh (13%) dari lima
puluh lima kehamilan. Lima wanita yang hanya memiliki satu ginjal dengan PIH
pada dua dari dua belas (17%) kehamilan, dan dua puluh dua wanita dengan ginjal
bilateral dengan PIH pada lima (16%) dari tiga puluh satu kehamilan. Proteinuria
ditemukan hanya dalam satu kehamilan dengan PIH.

27
Kelahiran prematur terjadi pada 24% dari 55 kelahiran. Tiga belas bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 g dan empat dari semuanya dibawah 1500
g (845,1075,1110, dan 1420 g). Frekwensi dengan presentasi sungsang dan
tingkat bedah sesar yang tinggi (tabel 3). Hambatan pertumbuhan ditemukan pada
enam (11%) dari lima puluh tujuh bayi. Kematian perinatal adalah 5,3%, dua
anak-anak lahir hidup dan satu meninggal pada usia 48 jam. Penyebab kematian
adalah abrupsi plasental dalam satu kasus dan tidak diketahui penyebab pada
kedua kasus lainnya.tidak ada bayi yang didiagnosa dengan kelainan kongenital.

PEMBAHASAN(8,9,10,11,12,13,15,16)
Septum vagina longitudinal terjadi pada semua wanita dengan rahim
didelfis . Kondisi ini biasanya ditemukan pada pemeriksaan panggul rutin yang
mengarah ke investigasi dari struktur rahim. Sebuah septum vagina tidak
ditemukan semata-mata dengan rahim didelfis, tetapi juga umumnya dengan
uterus septum komplit. Dan dalam beberapa kasus dengan rahim bikornuata
komplit. Septum vagina biasanya fleksibel dan tidak memberikan gejala. Jika hal
itu menyebabkan dispareunia atau vaginal discharge, dapat dieksisi. Septum
vagina mungkin sempit pada satu sisi vagina dan menyebabkan kemandulan
sekunder, seperti dalam satu kasus dalam penelitian ini.

28
Septum vagina juga dapat menyebabkan laserasi selama proses kelahiran
dan distosia vagina yang disebabkan oleh septum telah menjadi indikasi untuk
dilakukannya eksisi atau insisi dari vaginal septumnya tersebut. Pada septum yang
tebal dapat dilakukan operasi sebelum proses kelahiran untuk mencegah
terjadinya laserasi pada vagina. Strukturnya menjadi tipis dan itu dapat dilakukan
bypass selama proses kelahiran. Dalam penelitian ini septum vagina tidak
dioperasi dalam hal apapun sebelum kehamilan atau selama persalinan untuk
mencegah distosia vagina. Hal ini mungkin disebabkan oleh frekuensi tinggi
(51%) dari presentasi sungsang dan mendukung operasi caesar sebagai model
dalam proses kelahiran.
Pada sebuah type varian obstruksi hemivagina dan didelfis uterus
merupakan tipe tersering dari malformasi obstruksi pada uterus dan vagina .
Sebuah obstruksi hemivagina ditemukan pada 18% wanita dengan didelfis uterus.
Ini berkaitan dengan agenesis ginjal ipsilateral dan dalam literatur semua studi
pasien dengan didelfis uterus dengan unilateral blind hemivagina dilaporkan
100% insiden dari agenesis ginjal ipsilateral. Pinsonneault dan Goldstein
melaporkan satu pasien dengan jenis kelainan ini yang memiliki kedua ginjal
dalam posisi normal. Dalam penelitian ini satu pasien juga memiliki kedua ginjal,
sementara malrotasi ginjal ditemukan. Pada obstruksi hemivaginaan agenesis
ginjal ipsilateral juga ditemukan pada wanita dengan septum atau uterus ganda,
meskipun yang paling sering di delphic uterus.
Endometriosis dapat meningkat pada pasien ini karena biasanya ada
hematometra dan hematosalpinx. Candiani dkk. melaporkan kejadian 38% dari
endometriosis pada 21 wanita dengan didelfis uterus dan blind hemivagina .
Dalam penelitian ini endometriosis ditemukan hanya satu kasus(11%) pada 9
kasus dengan obstruksi hemivagina dan didelfis uterus. Fertilitas tidak ditemukan
menurun pada penelitian ini, enam dari sembilan wanita dan mereka telah
memiliki 14 kali proses melahirkan.
Ligamentum rectovesical adalah struktur lain yang terjadi hanya pada
wanita yang memiliki sebuah rahim atau bikornuata didelfis uterus yang lengkap.
Ditemukan di sebagian besar (95%) dari kasus yang ada dengan didelfis uterus.
Penjelasan embriologis bagi struktur ini tidak jelas. Ligamen sangat bervariasi;

29
mungkin terdiri dari ikatan fibrosa yang tipis atau struktur berlayar yang luas. Hal
ini biasanya berhubungan dengan kandung kemih antara kedua badan uterus dan
menempel pada dinding serosa dari kolon sigmoid atau rektum (Gbr. 2). Mungkin
merupakan satu saluran usus yang dekat dengan badan uterus dan kadang-kadang
mungkin mencerminkan situasi pascainfeksi. Hal ini tidak perlu dihilangkan atau
dibebaskan dari perlekatan karena biasanya tidak memberikan gejala.
Dua pasien (4%) memiliki kelainan bawaan yang berat pada saluran
pencernaan (atresia esofagus dan anus imperforata). Mereka juga memiliki
obstruksi, sementara hanya pasien dengan anus imperforata memiliki ginjal
agenesis.Hall dkk melaporkan anomali uterus pada 18 (35%) dari 51 pasien
dengan anus imperforata. Mereka menemukan septum vagina dalam 13 kasus dan
didelfis uterus di delapan anak perempuan.
Sejumlah pasien telah dilaporkan dengan didelfis uterus yang berhubungan
dengan adenokarsinoma endometrium atau kanker serviks. Woods dkk
menjelaskan seorang wanita yang memiliki didelfis uterus dengan septum vagina
dan agenesis ginjal. Dia memiliki endometrium adenokarsinoma dan karsinoma
sel ginjal secara bersamaan. Tidak ada hubungan antara malformasi uterus dan
neoplasma ovarium yang ditemukan. Dalam penelitian ini seorang wanita
menderita kanker ovarium endometrioid dan dua wanita dengan benign teratoma.
Ini dapat dilihat sebagai kasus sporadis. Ia akan ditandai bahwa didelfis uterus
bukan merupakan faktor perdisposisi pada pasien ini untuk terjadinya suatu
keganasan.
Endometriosis ditemukan di 17-35% wanita dengan didelfis uterus pada
penelitian sebelumnya ; angka yang sesuai adalah 16% dalam penelitian ini.
Anomali obstruktif lebih terkait dengan endometriosis dibandingkan dengan
anomali nonobstruktif. Penelitian ini tidak mendukung temuan ini karena enam
dari tujuh pasien dengan endometriosis memiliki nonobstruktif Mullerian
anomali. Endometriosis juga salah satu penyebab infertilitas primer pada dua dari
lima perempuan yang bersangkutan.
Insiden infertilitas primer tidak meningkat secara signifikan pada wanita
dengan didelfis uterus. Hanya lima (13%) memiliki infertilitas primer dan semua
memiliki penyebab lain dari infertilitas malformasi uterus. Dua wanita dengan

30
infertilitas primer memiliki IVF-ET. Marcus dkk melaporkan empat wanita
dengan didelfis uterus yang menjalani IVF-ET. Semuanya telah mengalami proses
melahirkan, tiga dari poses melahirkan ditemukan prematur, dua pasang kembar.
Ini dapat disimpulkan bahwa penyebab lain dari uterus malformasi biasanya
merupakan alasan untuk terjadinya infertilitas primer. Satu pengecualian adalah
seorang wanita dengan infertilitas sekunder yang telah menjalani reseksi pada
longitudinal septum vaginanya. Infertilitas sekunder lebih umum (19%) pada
wanita dengan rahim unikornuata. Hal ini disebabkan frekuensi tinggi (22%)
kehamilan ektopik dan kerusakan hanya satu tabung dibandingkan dengan angka
yang sesuai (2%) pada didelfis uterus.
Rata- rata tingkat aborsi spontan (21%) adalah serupa dengan yang
sebelumnya yang ditemukan meskipun tingkat yang lebih tinggi (39%) dilaporkan
dalam review literatur sebelumnya. Dalam review ini hanya 5% dari mereka
dengan data yang memadai terjadi selama trimester kedua, ditemukan 4% dalam
penelitian ini. Hanya dua (6%) perempuan melakukan aborsi berulang. Ini kurang
dari yang dilaporkan pada wanita dengan bikornuata atau uterus septum dimana
kondisi ini akan mendukung terjadinya konsepsi bahwa didelfis uterus sangat
jarang berhubungan dengan abortus habitualis.
Metroplasty jenis Strasmann telah digunakan dalam beberapa kasus dalam
pengobatan operasi didelfis uterus. Steinberg melaporkan delapan pasien dengan
aborsi habitualis dan empat dari lima dengan tindak lanjut yang memadai
melahirkan seorang anak hidup setelah penyatuan operasi pada didelfis uterus.
Dua dari lima pasien melahirkan seorang anak hidup pasca operasi ketika
metroplasty dilakukan pada lima dari 21 pasien yang memiliki didelfis uterus
dengan obstruksi unilateral vagina. Keguguran yang berulang merupakan indikasi
utama untuk unifikasi uterus. Kondisi ini, bagaimanapun, jarang terlihat pada
wanita dengan didelfis uterus. Jadi, dalam metroplasty penelitian ini tidak
dilakukan dalam hal apapun. Hal ini Mencapai kesepakatan dengan beberapa
penulis lain.
Kelahiran prematur pada 24% tetapi hanya 7% dari semua kelahiran
menghasilkan bayi berat lahir sangat rendah (berat lahir <1500 gram).
Prematuritas rata-rata berkisar 13-40% di penelitian sebhelumnya. Serviks

31
cerclage juga telah digunakan dalam beberapa kasus untuk meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup janin dan prematuritas. Itu digunakan dalam dua kasus, salah
satu sirklase serviks adalah kontroversial: Golan dkk direkomendasikan
penggunaannya dalam seluruh kehamilan dengan anomali uterus. Menurut
penelitian ini inkompetensi Serviks tidak umum pada wanita dengan didelfis
uterus. USG Transvaginal mungkin berguna dalam menilai panjang kanal serviks
dan aplikasi yang sesuai dari sirklase serviks.
Kehamilan lebih umum di sisi kanan dari pada sisi kiri. Juga ditemukan
uterus unicornuate lebih sering di sisi kanan. Alasan untuk ini tidak diketahui.
Kehamilan juga telah dilaporkan secara bersamaan di kedua hemiuteri. Selama
trimester terakhir hemiuterus kanan tumbuh tepat meretriksi celah karena hati
berlokasi di sebelah kanan. Pasien mungkin akan merasakan dispnea saat
diafragma naik, kemungkinan perlu mengakhiri kehamilan sebelumnya.
Tingkat kelangsungan hidup janin dari seluruh kehamilan adalah 75%.
Hasil serupa (72-73%) telah dilaporkan di rumah sakit pendidikan. Tingkat
kelangsungan hidup lebih rendah (55-61%) telah dipublikasikan dalam studi
berdasarkan kasus yang dipilih dari literatur (22,26). Frekuensi tinggi dari operasi
caesar mencerminkan tingginya insiden (51%) dari presentasi sungsang janin
antara pasien dengan didelfis uterus. Pada kondisi ini satu hemiuterus dapat
menutup pelvik inlet dan menyebabkan distosia mirip dengan septum vagina,
yang mungkin juga dapat menyebabkan laserasi padaprosesmelahirkan.
Uterus didelfis dapat dilihat sebagai rahim unicornuate simetris yang
berganda. Di rumah sakit kami 34 wanita dengan rahim unicornuate memiliki
tingkat kelangsungan hidup janin dari 61% (57 dari 93 kehamilan); angka yang
sesuai untuk didelfis uterus selama periode yang sama adalah 75% (Tabel 2).
Perbedaannya tidak bermakna secara statistik (P50.102, x test). Jika hanya
kehamilan intrauterin yang terlibat, tingkat kelangsungan hidup janin mirip, 76
dan 78% pada kedua kelompok uterus. Acie'n telah melaporkan hasil yang sama.
Hambatan pertumbuhan dalam kehamilan ditemukan pada 11% kasus.
Angka tersebut adalah 23% dan 27% dalam dua makalah yang melaporkan angka
yang lebih kecil dari kehamilan. Kehamilan dengan hipertensi ditemukan pada
13% dan hanya satu orang yang terkena pra-eklampsia yang ringan. PIH tidak

32
berhubungan dengan agenesis ginjal unilateral seperti dalam uterus unikornuata.
Jumlah kasus sangat kecil untuk memberikan kesimpulan yang pasti. Secara
keseluruhan, kehamilan di dalam didelfis uterus tampaknya berkembang dengan
baik. Pada anomali uterin sebagian besar dapat didiagnosis sebelum atau paling
tidak selama kehamilan pertama, karena septum vagina memanjang ditemukan
selama pemeriksaan rutin. Ini sangat bagus untuk diteksi awal dan perawatan
kehamilan yang lebih intensif dan dapat mengetahui konsekuensi dari akhir
sebuah kehamilan.
Ludmir dkk (14) 1990 mereview hasil luaran obstetri pada 10 pasien
dengan uterus didelphis dimana 80 % fetus bisa bertahan hidup. Kehamilan yang
aterm dapat mencapai 60 % dari kelompok didelphis.Ini merupakan angka
tertinggi dai semua tipe nomali uterus yang diteliti.(14)

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Dhar, Hansa et.al. 2011. Uterus Didelphys with Obstructed Right


Hemivagina, Ipsilateral Renal Agenesis and Right Pyocolpos: A Case
Report. In: Oman Medical Journal Vol.26
2. Gautam, Aher, et.al. 2013. Uterine Didelphys With Cervical
Incompetence. International Journal of Medical Research and Health
Services Vol.2.
3. Purandare C.N., et.al. 2011. Hematometra in Uterus Didelphys with Right
Hemivagina and Right Renal Agenesis. In: The Journal of Obstetrics and
Gynecology of India. 210
4. Surg, Maiti, et.al. 2006. Uterine Didelphys with Pregnancy and Cervical
Incompetence. In: MJAFI Vol.62. 200
5. Wolfman, Darcy J. And Susan M. Ascher. 2006. Magnetic Resonance
Imaging of Benign Uterine Pathology. In: Top Magnetic Resonance
Imaging Vol17
6. Rani, Savita et.al. 2012. Uerus Didelphys with Partial Vaginal Septum and
Distal Vaginal Agenesis: An Unusual Anomaly
7. Rackow, Beth W and Aydin Arici. 2007. Reproductive performance of
women with mullerian anomalies. Lippincott William & Wilkins
8. Qublan, Hussein S. et.al. 2002. Didelphys uterus associated with
hematocolpos and ipsilateral renal agenesis presenting as acute abdomen.
In: JMRS Vol. 9
9. Georgiades, Maria. 2010. Uterus Didelphys: Morbidity and Morbidity.
Long Island College Hospital
10. Madureira, Antonio J. 2006. Uterus Didelphys wiht Obstructing
Hemivaginal Septum and Ipsilateral Renal Agenesis. In: Radiology
Vol.239
11. Dixon, Blair. Mullerian Duct Anomalies: Diagnosing Uterine Didelphys
12. Grimbizis, Grigoris F, et.al. 2001. Clinical Implications of Uterine
Malformations and Hysteroscopic Treatment Results. In: Human
Reproduction Update Vol.7

34
13. Ameh, Nkeiruka et..al. Vaginal and Uterine Duplications
14. Konig H.L.E. 1986. Uterus Didelphys and Septate Vagina Presenting as
Haematocolpos. In: Suplement-South African Journal of Obstetrics and
Gynercology Vol.98
15. Eun, Tae Kim. 2007. Hysteroscopic Resection of The Vaginal Septum in
Uterus Didelphys with Obstructed Hemivagina: A Case Report. In: Journal
Korean Medicine Sciene Vol. 22
16. Erika B. et.al. 2008. Diagnosis and Treatment OF A Communicating
Uterus Didelphys With an Atretic Hemivagina: Utility of 3-Dimensional
and Intraoperative Sonography. In: Journal Ultrasound Medicine
17. Del, Riccardo Vescovo et.al. 2012. Herlyn-werner-wunderlich syndrome:
MRI findings, radiological guide (two cases and literature review), and
differential diagnosis. In: BMC Medical Imaging
18. Kabiri, Doron et.al. 2013. Herlyn-Werner-Wuderlich Syndrome: uterus
Didelphys and Obstructed Hemivagina with Unilateral Renal Agenesis. In:
IMAJ Vol.15
19. Alborzi, Saeed et.al. 2014. Hysteroscopic Resection of Vaginal Septum in
Didylphis Uterus With Hemiobstructed Vagina. In: Journal Minim
Invasive Surgery Sciene Vol.3
20. Suhail, Mohammed et.al. 2010. Uterus Didelphys having single pregnancy
in her right horn: a case report. In: Journal of Chinese Clinical Medicine
Vol.5
21. Conti, Sergio Ribeiro et.al. 2009. Mullerian duct anomalies: review of
recurent management. In: Sao Paulo Medical Journal Vol. 127

35

Anda mungkin juga menyukai