Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS/ POST PARTUM

FISIOLOGIS

A. DEFISINI
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas
(puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.

B. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)
C. ETIOLOGI MASA NIFAS
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), etiologi post partum dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
dan hematoma.
2. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

D. PERIODE MASA NIFAS


Nifas dibagi menjadi 3 periode
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun ).

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain
yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini
karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mamma.

E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi
keras dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b.Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus

F. PERAWATAN MASA NIFAS


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post
partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga
ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.
5. Pendidikan yang Perlu diberikan pada Ibu Nifas
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang
yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang
air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah
buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena
lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke
arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali
basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka
bisa diberi betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal
atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang
berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan.

G. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti
biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada
bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K
untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:


1. Kondisi uterus: palpasi fundus, Kontraksi miometrium, tingkat involusi
kontraksi, TFU. uteri.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, Bentuk insisi, edema.
laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran lochea. Rubra, serosa dan alba.
4. Kandung kemih: distensi bladder. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama 24 jam pertama  380C.
setelah partus, TD dan Nadi terhadap Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
penyimpangan cardiovaskuler. menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.

H. PENGKAJIAN
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis
yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan
susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
lahir pusat symphisis
1 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
Sebesar hamil 2
2 minggu minggu 50 gr 2,5 cm
6 minggu
8 minggu Normal 30 gr

2) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l:
121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi
sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai
nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia
rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari
ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V
Ruth B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta
lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta
menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu
nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi
susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan
ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi
pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan
bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan
saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir
maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan
oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat,
keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula
6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan
yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post
partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X /
menit menit

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


a) Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
60 – 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan
oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan
fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam
pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata
sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.

Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :


Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi
380C (100,4F0
Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub
arachnoid (spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal
tenaga medis.

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan
sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis,
masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang
baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan
fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995). Sedangkan stres emosional pada ibu
nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan

J. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri  Pain Level,  Mengetahui
fisik  Pain control,  Lakukan tingkat pengalaman
(peregangan  Comfort level pengkajian nyeri nyeri klien dan
perineum; luka Setelah dilakukan secara
tindakan
episiotomi; askep selama …x komprehensif
involusi uteri; 24 jam, termasuk lokasi, keperawatan yang
hemoroid; diharapkan nyeri karakteristik, akan dilakukan
pembengkakan berkurang durasi, frekuensi, untuk mengurangi
payudara). kualitas dan faktor nyeri
Kriteria Hasil : presipitasi
 Mampu (PQRST)  Reaksi terhadap
mengontrol nyeri  Observasi reaksi nyeri biasanya
(tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan ditunjukkan dengan
menggunakan  Gunakan teknik reaksi non verbal
tehnik komunikasi tanpa disengaja.
nonfarmakologi terapeutik untuk
untuk mengurangi mengetahui  Mengetahui
nyeri, mencari pengalaman nyeri pengalaman nyeri
bantuan) pasien
 Melaporkan bahwa  Ajarkan tentang
nyeri berkurang teknik non
dengan farmakologi
menggunakan  Evaluasi  Penanganan nyeri
manajemen nyeri keefektifan kontrol
tidak selamanya
 Mampu mengenali nyeri
nyeri (skala,  Motivasi untuk diberikan obat.
intensitas, meningkatkan Nafas dalam dapat
frekuensi dan asupan nutrisi membantu
tanda nyeri) yang bergizi. mengurangi tingkat
 Menyatakan rasa  Tingkatkan nyeri
nyaman setelah istirahat
nyeri berkurang  Latih mobilisasi  Mengetahui
 Tanda vital dalam miring kanan keefektifan control
rentang normal miring kiri jika
nyeri
TD : 120-140 /80 kondisi klien
– 90 mmHg mulai membaik
 Mengurangi rasa
RR : 16 – 24  Kaji kontraksi nyeri Menentukan
x/mnt uterus, proses intervensi
N : 80- 100 x involusi uteri. keperawatan sesuai
mnt  Anjurkan pasien skala nyeri.
T : 36,5o C – untuk membasahi  Mengidentifikasi
37,5 o C perineum dengan penyimpangan dan
air hangat sebelum kemajuan
berkemih. berdasarkan
 Anjurkan dan involusi uteri.
latih pasien cara
merawat  Mengurangi
payudara secara ketegangan pada
teratur. luka perineum.
 Jelaskan pada ibu
tetang teknik
merawat luka  Melatih ibu
perineum dan mengurangi
mengganti PAD bendungan ASI
secara teratur dan
setiap 3 kali memperlancar
sehari atau setiap pengeluaran ASI.
kali lochea keluar
 Mencegah
banyak. infeksi dan
 Kolaborasi dokter kontrol nyeri
tentang pada luka
pemberian perineum.
analgesik


 Mengurangi
intensitas nyeri
denagn menekan
rangsnag nyeri pada
nosiseptor.

Resiko defisit  Fluid balance Fluid management  Mengidentifikasi


volume cairan  Hydration  Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi
pengeluaran askep selama …x  Obs Warna urine. kemajuan atau
yang 24 jam, Pasien  Status umum penyimpangan
berlebihan; dapat setiap 8 jam. dari hasil yang
perdarahan; mendemostrasikan  Pertahankan diharapkan.
diuresis; status cairan catatan intake dan  Memenuhi
keringat membaik. output yang akurat kebutuhan cairan
berlebihan. Kriteria  Monitor status tubuh klien
evaluasi: tak ada hidrasi (  Menjaga status
manifestasi kelembaban balance cairan
dehidrasi, resolusi membran mukosa, klien
oedema, haluaran nadi adekuat,
urine di atas 30 tekanan darah  Memenuhi
ml/jam, kulit ortostatik ), jika kebutuhan cairan
kenyal/turgor kulit diperlukan tubuh klien
baik.  Monitor masukan  Memenuhi
makanan / cairan kebutuhan cairan
dan hitung intake tubuh klien
kalori harian
 Lakukan terapi IV  Temuan-temuan
 Berikan cairan ini menandakan
 Dorong masukan hipovolemia dan
oral perlunya
 Beritahu dokter peningkatan
bila: haluaran cairan.
urine < 30 ml/jam,
haus, takikardia,  Mencegah
gelisah, TD di pasien jatuh ke
bawah rentang dalam kondisi
normal, urine kelebihan cairan
gelap atau encer yang beresiko
gelap. terjadinya oedem
 Konsultasi dokter paru.
bila manifestasi 
kelebihan cairan Mengidentifikasi
terjadi. keseimbangan
 Pantau: cairan cairan pasien secara
masuk dan cairan adekuat dan teratur.
keluar setiap 8
jam.
Perubahan Setelah dilakukan  Kaji haluaran  Mengidentifikasi
pola eleminasi askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan
BAK (disuria) jam, Pola eleminasi serta keteraturan dalam pola
b/d trauma (BAK) pasien teratur. pola berkemih. berkemih pasien.
perineum dan Kriteria hasil:  Anjurkan pasien  Ambulasi dini
saluran kemih. eleminasi BAK melakukan memberikan
lancar, disuria tidak ambulasi dini. rangsangan
ada, bladder kosong,  Anjurkan pasien untuk
keluhan kencing tidak untuk membasahi pengeluaran
ada. perineum dengan urine dan
air hangat sebelum pengosongan
berkemih. bladder.
 Anjurkan pasien  Membasahi
untuk berkemih bladder dengan
secara teratur. air hangat dapat
 Anjurkan mengurangi
pasien untuk ketegangan
minum 2500-3000 akibat adanya
ml/24 jam. luka pada
 Kolaborasi bladder.
untuk melakukan  Menerapkan
kateterisasi bila pola berkemih
pasien kesulitan secara teratur
berkemih. akan melatih
pengosongan
bladder secara
teratur.
 Minum banyak
mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
 Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine untuk
mencegah stasis
urine.
Perubahan Setelah dilakukan  Kaji pola BAB,  Mengidentifikasi
pola eleminasi askep selama …x 24 kesulitan BAB, penyimpangan
BAB jam, Pola eleminasi warna, bau, serta kemajuan
(konstipasi) (BAB) teratur. konsistensi dan dalam pola
b/d kurangnya Kriteria hasil: pola jumlah. eleminasi
mobilisasi; eleminasi teratur,  Anjurkan ambulasi (BAB).
diet yang tidak feses lunak dan warna dini.  Ambulasi dini
seimbang; khas feses, bau khas  Anjurkan pasien merangsang
trauma feses, tidak ada untuk minum pengosongan
persalinan. kesulitan BAB, tidak banyak 2500-3000 rektum secara
ada feses bercampur ml/24 jam. lebih cepat.
darah dan lendir,  Cairan dalam
konstipasi tidak ada.  Kaji bising usus jumlah cukup
setiap 8 jam. mencegah
 Pantau berat terjadinya
badan setiap hari. penyerapan
 Anjurkan pasien cairan dalam
makan banyak rektum yang
serat seperti buah- dapat
buahan dan sayur- menyebabkan
sayuran hijau. feses menjadi
keras.
 Bising usus
mengidentifikasi
kan pencernaan
dalam kondisi
baik.
 Mengidentifiakis
adanya
penurunan BB
secara dini.
 Meningkatkan
pengosongan
feses dalam
rektum.
Gangguan Setelah dilakukan  Kaji toleransi  Parameter
pemenuhan askep selama …x 24 pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d jam, ADL dan aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; kebutuhan beraktifitas menggunakan pasien terhadap
kelemahan. pasien terpenuhi parameter berikut: stres aktifitas dan
secara adekuat. nadi 20/mnt di atas indikator derajat
Kriteria hasil: frek nadi istirahat, penagruh
- Menunjukkan catat peningaktan kelebihan kerja
peningkatan dalam TD, dispnea, nyeri jnatung.
beraktifitas. dada, kelelahan
- Kelemahan dan berat, kelemahan,
kelelahan berkurang. berkeringat,  Menurunkan
- Kebutuhan ADL pusing atau kerja
terpenuhi secara pinsan. miokard/komsu
mandiri atau dengan  Tingkatkan msi oksigen ,
bantuan. istirahat, batasi menurunkan
- frekuensi aktifitas pada resiko
jantung/irama dan Td dasar nyeri/respon komplikasi.
dalam batas normal. hemodinamik,
- kulit hangat, merah berikan aktifitas  Stabilitas
muda dan kering senggang yang fisiologis pada
tidak berat. istirahat penting
 Kaji kesiapan untuk
untuk menunjukkan
meningkatkan tingkat aktifitas
aktifitas contoh: individu.
penurunan
kelemahan/kelelah
an, TD stabil/frek  Komsumsi
nadi, peningaktan oksigen
perhatian pada miokardia
aktifitas dan selama berbagai
perawatan diri. aktifitas dapat
 Dorong meningkatkan
memajukan jumlah oksigen
aktifitas/toleransi yang ada.
perawatan diri. Kemajuan
aktifitas bertahap
 Anjurkan keluarga mencegah
untuk membantu peningkatan tiba-
pemenuhan tiba pada kerja
kebutuhan ADL jantung.
pasien.  Teknik
 Jelaskan pola penghematan
peningkatan energi
bertahap dari menurunkan
aktifitas, contoh: penggunaan
posisi duduk energi dan
ditempat tidur bila membantu
tidak pusing dan keseimbangan
tidak ada nyeri, suplai dan
bangun dari kebutuhan
tempat tidur, oksigen.
belajar berdiri dst.  Aktifitas yang
maju
memberikan
kontrol jantung,
meningaktkan
regangan dan
mencegah
aktifitas
berlebihan.

Resiko infeksi Setelah dilakukan  Pantau: vital sign,  Mengidentifikasi


b/d trauma askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan
jalan lahir. jam, Infeksi tidak dan kemajuan
terjadi.  Kaji pengeluaran sesuai intervensi
Kriteria hasil: tanda lochea, warna, bau yang dilakukan.
infeksi tidak ada, luka dan jumlah.  Mengidentifikasi
episiotomi kering dan  Kaji luka perineum, kelainan
bersih, takut keadaan jahitan. pengeluaran
berkemih dan BAB lochea secara
tidak ada. dini.
 Anjurkan pasien  Keadaan luka
membasuh vulva perineum
setiap habis berdekatan
berkemih dengan dengan daerah
cara yang benar basah
dan mengganti mengakibatkan
PAD setiap 3 kali kecenderunagn
perhari atau setiap luka untuk selalu
kali pengeluaran kotor dan mudah
lochea banyak. terkena infeksi.
 Pertahnakan teknik  Mencegah
septik aseptik dalam infeksi secara
merawat pasien dini.
(merawat luka
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
 Mencegah
kontaminasi
silang terhadap
infeksi.
Resiko Setelah dilakukan  Beri kesempatan  Meningkatkan
gangguan askep selama …x 24 ibu untuk kemandirian ibu
proses jam, Gangguan proses melakuakn dalam perawatan
parenting b/d parenting tidak ada. perawatan bayi bayi.
kurangnya Kriteria hasil: ibu secara mandiri.  Keterlibatan
pengetahuan dapat merawat bayi  Libatkan suami bapak/suami
tentang cara secara mandiri dalam perawatan dalam perawatan
merawat bayi. (memandikan, bayi. bayi akan
menyusui). membantu
meningkatkan
 Latih ibu untuk keterikatan batih
perawatan ibu dengan bayi.
payudara secara  Perawatan
mandiri dan payudara secara
teratur. teratur akan
mempertahankan
 Motivasi ibu untuk produksi ASI
meningkatkan secara kontinyu
intake cairan dan sehingga
diet TKTP. kebutuhan bayi
 Lakukan rawat akan ASI
gabung sesegera tercukupi.
mungkin bila tidak  Mneingkatkan
terdapat produksi ASI.
komplikasi pada
ibu atau bayi.  Meningkatkan
hubungan ibu
dan bayi sedini
mungkin.

K. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina,
2002).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat
yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

L. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg
terjadi slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai