KERSEHATAN KERJA
MAKALAH
Oleh:
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh
karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih atas segala
bantuan dan dukungannya.. semoga segala bantuan dibalas oleh allah dengan
balasan yang setimpal.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................ 18
B. Saran ................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Yuliani. E-Learning keselamatan dan kesehatan kerja(Yogyakarta:Deepublish.2014). Hal. 164.
3
2
1. Peristilahan
Istilah-istilah yang dipakai dalam undang-undang keselamatan kerja
dan pengertiannya meliputi (pasal 1):
2
Ibid, 165.
4
a. Tempat kerja, adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja
bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal-pasal undang-undang
keselamatan kerja. Termasuk tempat kerja adalah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut (ayat 1).
b. Pengurus, ialah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri
(ayat 2).
c. Pengusaha, ialah:
1) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha
milik sendiri dan untuk keperluan itu menggunakan tempat
kerja.
2) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
3) Orang atau badan hukum yang diindonesia mewakili orang
atau badan hukum termasuk pada 1, dan 2, jikalau yang
diwakili berkedudukan diluar negri (ayat 3)
d. Direktur, ialah pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja
(sekarang menteri tenaga kerja dan transmigrasi) untuk
melaksanakan undang-undang keselamatan kerja (ayat 4).
e. Pegawai pengawas, ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari
dapartement tenaga kerja dan transmigrasi yang ditunjuk oleh
menteri tenaga kerja dan transmigrasi (ayat 5)
f. Ahli keselamatan kerja, ialah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar dapartement tenaga kerja dan transmigrasi yang ditunjuk
oleh kedua kementrian untuk mengawasi ditaatinya undang-
undang keselamatan kerja (ayat 6)
2. Ruang lingkup
5
Ruang lingkup undang-undang keselamatan kerja meliputi (pasal 2):4
Ibid, 166.
5
Ibid, 167
6
6) Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik
didaratan, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air
maupun di udara.
7) Dikerjakan bongkar muat barang muatan kapal, perahu,
dermaga, dog, stasiun atau gudang.
8) Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan
tanah atau perairan.
9) Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang
tinggi atau rendah.
10) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun
tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok, hanyut atau terpelanting.
11) Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.
12) Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran,
api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara atau getaran.
13) Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau
limbah.
14) Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio,
radar, televisi atau telepon.
15) Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan
atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis.
16) Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
17) Diputar film, dipertunjukan sandiwara atau diselanggarakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik (ayat 2).
c. Peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,
ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya dapat
membahayakan keselamatan yang bekerja dan atau yang berada
ruangan atau lapangan itu dan dapat di ubah perincian tersebut
dalam ayat 2 (ayat 3).
3. Pembinaan
Pembinaan diatur oleh undang-undang No. 1 tahun 1970, yaitu:
7
a. Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang:6
Ibid, 168.
8
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan
usaha berproduksi (pasal 10 ayat 1)7
b. Susunan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja, tugas
dan lainnya ditetapkan oleh menteri tenaga kerja (sekarang
menteri tenaga kerja dan koperasi (pasal 1,ayat 2).
5. Pelaporan kecelakaan
Menurut undang-undang keselamatan kerja, kecelakaan yang terjadi
harus dilaporkan mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh menteri tenaga kerja (sekarang menteri tenaga kerja dan
transmigrasi) (pasal 11, ayat 1).
b. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat 1 diatur dengan peraturan perundangan.
6. Kewajiban dan hak tenaga kerja
Undang-undang keselamatan kerja mengatur kewajiban dan hak
tenaga kerja. Pasal 12 undang-undang tersebut berbunyi sebagai
berikut, dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai,
pengawas dan atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai palat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dillaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan bekerja pada pekerjaan yang syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan (pasal 12).
7. Kewajiban bila memasuki tempat kerja8
7
Ibid, 170
9
Tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja, pasal 13 undang-
undang keselamatan kerja menyatakan, bahwa barang siapa akan
memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
9
keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang
diwajibkan.
8. Kewajiban pengurus
Adapaun kewajiban pengurus diatur dalam pasal 14, menyatakan,
bahwa pengurus diwajibkan:
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dimpinnya
semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, selesai undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku
bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat kerja yang
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
c. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diberikan menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
9. Ketentuan-ketentuan penutup
Sebagaimana ketentuan-ketentuan penutup undang-undang
keselamatan kerja terdapat peaturan-peraturan mengenai ancaman
8
Ibid, 172.
Ibid, 174.
10
hukum, tempat-tempat kerja yang telah ada, peraturan peralatan,
sebagainya. Peraturan-peraturan demikian adalah:
a. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur
lebih lanjut dengan peraturan perundangan (pasal 15 ayat 1).
b. Peraturan perundangan tersebut pada pasal 15 ayat 1 dapat
memberikan ancaman pidana atau pelanggaran peraturan dengan
hukum kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (pasal 15, ayat 2).
c. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran (pasal 15, ayat 3).
d. Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang
sudah ada pada waktu undang0undang ini mulai berlaku wajib
mengusahakan di dalam satu tahun sesudah undang-undang ini
mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau
berdasarkan undang-undang ini (pasal 16).
e. Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan
dalam undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan
dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu undang-
undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini (pasal 17).
10
Asyhadie, Zaeni. Hukum Ketenagakerjaan dalam Teori dan Praktik di
Indonesia.(jakarta:Prenada Media.2019). hal. 128.
11
a. Aturan-aturan yang termuat didalamnya bukan termasuk melindungi
kepentingan sendiri saja, melainkan bersifat aturan masyarakat.
b. Pekerja/buruh indonesia umunya belum mempunyai pengertian atau
kemampuan untuk melindungi hak-haknya sendiri.11
Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga
pekerja/buruh dari kejadian atau keadaan hubungan kerja yang
merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal pekerja/buruh
melakukan pekerjaannya.
11
Ibid, 129.
12
tindak lanjut dari beberapa konvensi ILO yang telah di ratifikasi
oleh pemerintah hindia-belanda. Konvensi-konvensi itu adalah:
a. Konvensi no. 4 tentang pekerjaan wanita pada malam
hari, diratifikasi dengan Stb. No. 461 tahun 1923.
b. Konvensi no. 5 tentang usia terendah bagi anak untuk
dapat bekerja diperusahaan perindustrian, diratifikasi
dengan Stb. No. 515 tahun 1928.
c. Konvensi no. 7 tentang usia terendah bagi anak untuk
dapat bekerja di kapal, diratifikasi dengan Stb. No. 409
tahun 1932.
d. Konvensi no. 15 tentang usia terendah bagi orang
muda untuk dapat bekerja sebagai tukan api dan
tukang batu bara, diratifikasi dengan Stb. No. 409
tahun 1931.
13
Undang-undang kerja diatas, sebagaimana dikemukakan
dalam penjelasan umumnya dimaksudkan sebagai 12
a. Pekerjaan anak;
b. Pekerjaan orang muda;
c. Pekerjaan wanita;
d. Waktu kerja, istirahat dan mangaso;
e. Tempat kerja dan perumahan buruh; bag semua
pekerja dengan tidak membeda-bedakan
tempatnya,misalnya di bengkel, dipabrik, dirumah sakit,
diperusahaan pertanian, perhubungan, pertambangan,
dan lain-lain.
12
Ibid, 130.
14
e. Keselamatan dan kesehatan kerja;
f. Adanya hubungan kerja yang jelas; dan
g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.13
13
Ibid, 131.
15
diperhatikan, mengingat para wanita umumnya bertenaga lemah,
halus tapi tekun. Gunawi kartasa poetra menulis, bahwa:
a. Norma-norma susila harus diutamakan, agar tenaga kerja
wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga 14
14
Ibid, 134.
16
Disamping ketentuan-ketentuan cuti tersebut diatas, UU No.
13 tahun 2003, dalam pasal 85 menentukan:
1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur
resmi.15
15
Ibid, 135.
16
Ibid, 139.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental,
psikologis dan emosional. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah
sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk
mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,
tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan
dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
B. Saran
Perusahaan dalam hal ini manajer SDM harus merencanakan atau
membuat program yang berkesinambungan mengenai keselamatan kerja
karyawan. Perusahaan hendaknya tidak tinggal diam apabila ditemukan
terjadi kecelakaan pada saat karyawan bekerja. Kecelakaan pada saat
bekerja merupakan resiko yang merupakan bagian dari pekerjaan, untuk
utu perusahaan hendaknya mencegah dalam hal ini melakukan proteksi
atau perlindungan berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan,
baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh perusahaan
kepada pekrja. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan keharusan
bagi sebuah perushaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19