Anda di halaman 1dari 5

169

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan tidak semua data yang muncul pada klien

sesuai teori. Hal ini dikarenakan mekanisme partahanan diri, pola hidup,

sifat dan karakter, dan respon sosial, lingkungan sosisal budaya, tingkat

pengetahuan dan respon pasien terhadap suatu penyakit yang diderita setiap

klien berbeda-beda, karena mengingat manusia merupakan individu yang

unik dan holistik (bio-psioko-sosio-kultural-spiritual). Data fokus hambatan

mobilitas fisik yang terdapat pada batasan karakteristik dapat terkaji.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dalam teori NANDA I tahun 2015 ada 10, pada

kasus klien 1 terdapat 3 diagnosa keperawatan dan klien 2 terdapat 5

diagnosa. Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada kedua klien

mengalami masalah keperawatan yang sama yakni hambatan mobilitas fisik

dengan etiologi yang sama yaitu gangguan neuromuskular, namun klien 1

mengalami hambatan mobilitas fisik tingkat 2 dan klien 2 hambatan

mobilitas fisik tingkat 4. Diagnosa keperawatan gangguan menelan dan

hambatan komunikasi verbal muncul pada klien 2. Diagnosa keperawatan

resiko jatuh dan resiko hambatan religiositas muncul pada kedua klien. Hal
170

ini disesuaikan dengan hasil pengkajian kedua klien dengan gejala yang

berbeda pada setiap klien.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada prinsipnya tidak mengalami perbedaan

antara teori dan fakta, namun tidak semua intervensi pada teori diterapkan

pada kedua klien, karena intervensi yang disusun disesuaikan dengan

kondisi klien. Penulis menggunakan intervensi dari NIC dan NOC tahun

2013. Salah satu intervensi yang dilakukan pada klien 1 yang tidak

direncanakan pada klien 2 yaitu ROM aktif cylindrical grip. Hal ini

dilakukan karena klien 1 memiliki hambatan mobilitas fisik tingkat 2 dan

nilai kekuatan otot 2 yang lebih memiliki potensi untuk meningkatkan

rentang gerak seperti untuk menggerakkan jari- jari tangan menggenggam

sempurna. ROM aktif cylindrical grip ini terdiri dari membuka tangan,

menutup jari-jari untuk menggenggam objek, dan mengatur kekuatan

menggenggam. Klien 2 tidak direncanakan ROM aktif cylindrical grip

karena memiliki hambatan mobilitas fisik tingkat 4 dan kekuatan otot 1, di

mana hampir seluruh aktivitas klien 2 dibantu oleh orang lain.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua klien,

prinsipnya semua implementasi keperawatan yang dilakukan terhadap klien

masih mengacu pada intervensi keperawatan yang telah direncanakan, tetapi

tidak semua intervensi dapat dilakukan pada klien. Hal ini dikarenakan
171

implementasi dilakukan sesuai dengan keadaan klien, maupun keterbatasan

fasilitas, waktu, dan biaya. Implementasi dilakukan secara bertahap dan

tidak bisa dilakukan dalam satu tahap. Klien 1 lebih berfokus pada terapi

latihan fisik: mobilitas sendi, terapi latihan fisik: keseimbangan, dan terapi

latihan fisik: ambulasi. Klien 2 lebih berfokus pada pengaturan posisi, terapi

latihan fisik: mobilitas sendi, perawatan tirah baring.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang digunakan yaitu evaluasi proses (formatif)

dengan menggunakan format SOAP, di mana evaluasi keperawatan

dilakukan setiap selesai melakukan implementasi. Dalam evaluasi

keperawatan tidak semua tujuan tercapai sesuai waktu yang ditargetkan,

karena masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik sulit teratasi dan

memerlukan waktu yang lama dan atau lebih dari 3 hari implementasi dan

evaluasi keperawatan. Selama 3 hari, dalam melakukan evaluasi

keperawatan, penulis mengacu pada kriteria hasil yang sudah terdapat dalam

intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan selama 3 hari pada klien 1,

yaitu klien dapat menggeser tubuhnya ke kanan maupun ke kiri sambil

berbaring di tempat tidur, klien mampu melakukan miring kanan/kiri

menggunakan kekuatan tubuh sebelah kiri atau tubuh yang sehat, rentang

gerak tangan kanan klien meningkat daripada hari pertama dilakukan

implementasi, jari-jari tangan kanan klien tampak lebih mampu

membuka/bergerak, klien mampu mengatur keseimbangan tubuhnya saat

duduk tetapi tidak mampu saat berdiri, klien mampu bangun dari tempat
172

tidur dan duduk di sisi tempat tidur secara mandiri. Klien 2 masih berbaring

lemah di tempat tidur, tetapi klien tampak mampu menggeser tubuhnya

sedikit ke kanan dan ke kiri secara perlahan, klien tampak masih kesulitan

untuk miring kanan dan miring kiri, tetapi klien mampu meraih safety bed di

sisi kiri, dan klien tampak lebih mampu miring ke kiri dari sebelumnya

walaupun masih memerlukan bantuan perawat atau keluarga.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu dan pengalaman yang

didapat dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Ny. S dan Tn. S

dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada klien Stroke

Iskemik di ruang Interna 8 RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2017

sebagai acuan dan arahan dalam melakukan asuhan keperawatan.

5.2.2 Bagi Perawat

Diharapkan perawat mampu memberikan proses asuhan keperawatan

stroke iskemik dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Hal

ini dikarenakan hambatan mobilitas fisik pada klien stroke iskemik dapat

menimbulkan komplikasi berupa kontraktur sendi dan ulkus dekubitus.

Perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang tepat seperti

melakukan latihan mobilitas sendi, menyeka klien, menjaga kebersihan

tubuh dan lingkungan klien, dan banyak memberikan edukasi pada klien dan

keluarga.
173

5.2.3 Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga mampu membantu beberapa atau semua

aktivitas yang dibutuhkan oleh klien. Keluarga juga harus mengetahui cara

perawatan pada klien stroke dengan masalah keperawatan hambatan

mobilitas fisik. Hal ini bertujuan agar keluarga berperan aktif dalam proses

penyembuhan klien, dan keluarga dapat melakukan perawatan lebih lanjut

setelah klien diperbolehkan pulang ke rumah, serta mengetahu adanya

tanda/gejala kejadian stroke berulang.

5.2.3 Bagi RSUD dr. Haryoto Lumajang

Diharapkan rumah sakit memiliki ruangan khusus stroke dan

perawat yang kompeten dalam penyakit stroke. Hal ini dikarenakan klien

dengan penyakit stroke semakin meningkat, rata-rata klien stroke

mengalami hambatan mobilitas. Klien stroke juga membutuhkan observasi,

tindakan intensif, dan terapi dalam meningkatkan mobilitas fisik klien.

5.2.5 Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya mampu mengidentifikasi dengan

baik dan cermat masalah dan keluhan pasien dengan masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik pada klien stroke iskemik, sehingga pengaplikasian

asuhan keperawatan dapat dilakukan secara maksimal serta dapat

melakukan kolaborasi dengan tim dari petugas kesehatan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai