Anda di halaman 1dari 13

9

Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Coronary Artery Disease Pre


Coronary Artery Bypass Grafting

arobin¹, Elly Nurachmah², Muhamad Ad


Mutarobin¹, Elly Nurachmah², Muhamad Adam²
¹Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jakarta I, Indonesia.
²Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Indonesia.
email: obien8oke@yahoo.com

¹ Submitted: 07-05-2019, Revised: 13-05-2019, Revised: 12-06-2019 Accepted: 20-06-2019
Poltekkes Kemenkes Jakarta I
²Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas In³Fau KepeersitasEobien8oke@yahoo.c
Abstrak Roy Adaptation Theory. Coronary Artery Disease
Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu (CAD) is a function of the heart caused by narrowing
gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena and blocked blood vessels. This condition can help
adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah changes in various aspects, both physical,
jantung. Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan psychological, and social which result in a decrease in
pada berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun function and comfort abilities. The role of nursing care
sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas provider was applied to 70-year-old men with CAD 3VD
fungsional jantung dan kenyamanan. Peran sebagai EF 52% PRE-CABG X3 OFF PUMP by supporting
pemberi asuhan keperawatan diterapkan pada seorang Roy's Adaptation Model (MAR). The purpose of the
laki-laki berusia 70 tahun dengan CAD 3VD EF 52% study was to discuss the problem of nursing care in
PRE-CABG X3 OFF PUMP dengan pendekatan Model patients with cardiovascular system disorders. This
Adaptasi Roy (MAR). Tujuan dari penelitian adalah study uses a case study design with nursing care given
untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan to one patient with a cardiovascular system, age
pada pasien gangguan sistem kardiovaskular. Penelitian disagreement and does not specify the sex to be used in
ini memakai desain studi kasus dengan pendekatan a case study at Harapan Kita Heart and Vascular
asuhan keperawatan yang diberikan pada satu orang Hospital, Jakarta. Data analysis techniques by
pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular, tidak analyzing data from the assessment to evaluation and
membatasi umur dan tidak menentukan jenis kelamin documentation. The results of the research obtained by
yang akan dijadikan dalam sebuah studi kasus di Rumah policy and stimulus studies can be applied more
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita optimally in the arrangement of ordinary care rooms
Jakarta. Teknik analisa data dengan cara pengumpulan where patients are stable and not at high risk of
data dari pengkajian sampai dilakukan evaluasi dan reducing cardiac output. Enforcement of attractive
pendokumentasian. Hasil penelitian didapatkan nursing diagnoses on NANDA and SDKI. Roy did not
pengkajian perilaku dan stimulus dapat diterapkan lebih arrange specific interventions for each diagnosis based
optimal pada seting ruang rawat biasa dimana kondisi on Roy's Adaptation Model which explained the coping
pasien sudah stabil dan tidak berisiko tinggi mengalami relationships on the regulator and cognator subsystems.
penurunan cardiac output. Penegakan diagnosa Nursing evaluation is completed based on the
keperawatan mengacu pada NANDA dan SDKI. Roy adaptation achieved by the patient in the mode of
tidak menetapkan intervensi spesifik untuk tiap adaptation. Roy's Adaptation Model Theory can be used
diagnosa berdasarkan Model Adaptasi Roy yang in providing nursing care to patients with
menjelaskan tentang mekanisme koping pada subsistem cardiovascular system disorders using a format adapted
regulator dan cognator. Evaluasi keperawatan dianalisis to the format in the hospital.
berdasarkan perilaku adaptasi yang dicapai oleh pasien
pada keempat mode adaptasi. Teori Model Adaptasi Keywords: Roy's Adaptation Model, CAD, CABG
Roy ini dapat diaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Pendahuluan
kardiovaskular dengan menggunakan format yang Coronary Artery Disease (CAD)
disesuaikan dengan format yang ada di rumah sakit.
merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang
Kata Kunci: Model Adaptasi Roy, CAD, CABG disebabkan karena otot miokard kekurangan suplai
darah akibat adanya penyempitan arteri koroner
Abstract dan tersumbatnya pembuluh darah jantung (AHA,
Nursing Analysis in Disorder Patients With
Cardiovascular System Approach The Model of The 2017). Bash (2015) dalam studi Biopsycosocial
10
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Spiritual Factors Impacting African American Perawat menjalankan peran sebagai


Patient’s Cardiac Rehabilitation Refferal and pelaksana atau pemberi asuhan keperawatan,
Participation menyatakan bahwa sebagian besar perawat juga sekaligus menjalankan peran
dari pasien CAD memiliki historical assessment kepemimpinannya agar dapat mempengaruhi
obesitas (35%), gaya hidup (30%), hipertensi perubahan perilaku pasien, menerima atau
(33%), sindrom metabolik (35%), pre diabetes memberikan konsultasi tim perawat dan tim
melitus (38,2%), diabetes melitus (8,3%), dan kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien.
merokok (20,5%) laki-laki dan (15,9%) wanita Perawat juga harus mengembangkan dan
berkontribusi pada peningkatan prevalensi mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran
Atherosclerotic Cardiovascular Disease bagi pasien dan keluarga serta memberikan
(ASCVD). Selain itu, sebagian besar pasien CAD pendidikan tentang rencana perawatan yang sedang
juga memiliki clinical assessment seperti nyeri dijalaninya agar pasien dapat kooperatif dan
dada, sesak napas, TD systole < 100 - 150 mmHg, mempertahankan perilaku yang positif dan adaptif
dan dyastole > 90 mmHg, denyut nadi dalam dalam mencapai status kesehatan pasien seoptimal
rentang 50 – 90 x/menit, saturasi O2 < 85%, mungkin.
peningkatan HDL dan LDL, peningkatan enzim Dalam menjalankan peran ini, perawat
jantung Troponin I, Troponin T, dan CK-CKMB diharapakan mampu untuk menerapkan asuhan
(Bash, 2015). keperawatan menggunakan pendekatan teori model
Setiap tahunnya tujuh belas juta orang keperawatan. Teori model keperawatan yang
tutup usia karena penyakit jantung dan pembuluh digunakan selama praktik keperawatan ini adalah
darah. Sebanyak 7,3 juta diantaranya terjadi akibat teori model konseptual adaptasi yang
penyakit jantung koroner (WHO, 2014). Prevalensi dikembangkan oleh Sister Callista Roy yang
penyakit jantung koroner di Indonesia pada tahun diterbitkan pertama kali sejak tahun 1970 dan
2018 meningkat secara signifikan menjadi 1,5% dikenal dengan Model Adaptasi Roy (MAR).
dari yang sebelumya pada tahun 2013 sebanyak Christensen & Kenney (2009) mengemukakan
0,13%, dengan prevalensi tertinggi di provinsi bahwa sejak diterbitkannya teori ini, secara
Kalimantan Utara yaitu 2,2 % dari total penduduk kontinyu dilakukan perbaikan dan pengembangan
semua umur, sedangakan Provinsi DKI Jakarta agar dapat diterapkan pada berbagai seting
menduduki peringkat ke-5 (Riskesdas, 2018). keperawatan. Pendekatan teori Calista Roy Model
Perawat dalam membantu pasien adaptasi Roy mengkaji respon individu terhadap
memenuhi kebutuhan dan derajat kesehatan pasien perubahan yang terjadi pada dirinya secara
yang paling optimal, dituntut untuk menjalankan mendalam sampai pada terbentuknya koping untuk
perannya tidak hanya sebagai pemberi asuhan memberikan gambaran suatu proses kontrol
keperawatan kepada pasien, tetapi juga harus sebagai sebuah sistem yang adaptif. Sistem adaptif
menjalankan peran-peran lainnya untuk pada teori Roy digambarkan secara terperinci
melengkapi peran utamanya sebagai seorang dengan menerapkan 4 efektor yaitu fisiologis,
pemberi asuhan keperawatan. Ignatavicius & konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Roy
Workman (2010) mengemukakan bahwa perawat berpendapat bahwa asuhan keperawatan
yang mengkhususkan diri dalam bidang kardiovaskular menitikberatkan pada kemampuan
keperawatan medikal bedah memiliki tanggung seseorang beradaptasi terhadap masalah yang
jawab untuk menjalankan peran sebagai pemberi dihadapi. Sementara perawat dalam hal ini
asuhan, pendidik, advokat, dan pembaharu atau berperan sebagai fasilitator yang mengefektifkan
innovator. potensi pada diri klien.
11
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Hasil penelitian sebelumnya yang dengan cara mengumpulkan data yang dimulai dari
dilakukan oleh Roy & Andrews (2009) pengkajian, menentukan diagnosis, melakukan
menyatakan bahwa aplikasi Model Adaptasi Roy perencanaan, melaksanakan tindakan, dan
dilengkapi dengan penerapan Health Belief Model melakukan evaluasi yang diberikan pada satu
untuk mengkaji pemahaman klien tentang masalah orang pasien dengan gangguan sistem
kesehatan, pemahaman tentang manfaat yang kardiovaskular, tidak membatasi umur dan tidak
dirasakan dari tindakan yang dilakukan, menentukan jenis kelamin yang akan dijadikan
pemahaman tentang hambatan yang sifatnya dalam sebuah studi kasus. Tujuan dari penelitian
negatif untuk melakukan tindakan yang ini adalah untuk mengeksplorasi masalah asuhan
bersangkutan, pemahaan tentang keseriusan keperawatan dimulai dari pengkajian sampai
penyakit yang dirasakan, modifikasi yang dengan evaluasi kepada pasien gangguan sistem
dilakukan berkaitan dengan penyakit yang dialami, kardiovaskular. Analisa data dilakukan sejak
dorongan untuk melakukan tindakan dan peneliti melakukan asuhan keperawatan yang
kemampuan untuk melakukan tindakan. Penerapan dilakukan mulai awal pengkajian dan dilakukan
dua model keperawatan ini dilakukan dengan pendokumentasian pada setiap hari untuk
harapan selain klien mampu beradaptasi dengan mengetahui perkembangan dari pasien. Studi kasus
perubahan status kesehatannya klien juga mampu ini telah mendapatkan izin dari FIK UI dan Rumah
meminimalkan penularan infeksi terhadap janin Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita
yang dikandungnya. Sedangkan kelemahan dari Jakarta.Teknik analisis data yang dipakai oleh
model adaptasi Roy ini adalah terletak pada peneliti adalah dengan cara pengumpulan data
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya dengan menggunakan cara wawancara dan
berfokus pada proses adaptasi pasien dan observasi pada pasien.
bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan dan tidak Gambaran Kasus
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara Seorang laki-laki berumur 70 tahun, status:
merawat (caring) pada pasien, sehingga seorang menikah, pendidikan: SMA, alamat: Jalan Ki
perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini Anwar Mangku RT 04/15. Palapa Plaju
menjadi stressor bagi para pasiennya. Palembang, pekerjaan: swasta, agama: islam, No.
Selama praktik keperawatan, teori RAM RM: 2018-43-69-43, tanggal masuk: 05-03-2018,
ini diterapkan pada pemberian asuhan keperawatan tanggal Pengkajian: 05-03-2018, diagnosa medis:
pasien yang mengalami gangguan sistem CAD 3VD dengan EF 52%, dominan kanan, LM
kardiovaskular. Dalam laporan kegiatan praktik stenosis 60% di distal, LAD stenosis 75% di
keperawatan ini, sindrom koroner akut diangkat proksimal dan 80% di mid difusse, LCX stenosis
sebagai kasus utama, khsususnya Coronary Artery 80% di distal dan osteal OM1 60%, RCA CTO di
Disease (CAD) dengan pertimbangan bahwa proksimal dan kolateral dari LCX.
pendalaman pengetahuan dan pengalaman tentang Keluhan utama, pasien mengatakan sedikit
asuhan keperawatan pada gangguan sistem takut untuk menjalani operasi. Saat ini pasien
kardiovaskular ini sangat krusial karena angka direncanakan untuk operasi bedah jantung
prevalensi CAD semakin meningkat dari tahun ke (CABG). Pasien dengan riwayat nyeri dada
tahun dan menjadi penyebab kematian paling berulang yang menjalar ke lengan kiri, sesak tidak
sering pada penderita penyakit jantung. ada, pasien mengatakan cepat lelah saat
berkativitas, pasien mengeluh nyeri pada area dada
Metode sebelah kiri dengan skala 3-5 (0-10), nyeri terasa
Penelitian ini memakai desain studi kasus dengan pada saat latihan napas dalam dan terutama saat
pendekatan asuhan keperawatan yaitu penelitian akan batuk.
12
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Riwayat kesehatan sekarang, tanggal 5 Obyektif: TD 123/69 mmHg, HR 55 kali/menit,


Maret 2018 Pukul 15.00 WIB pasien masuk Ruang irama regular dan lemah, RR 18 kali/menit, suhu
IW Bedah rencana untuk dilakukan CABG. Pasien 36ºC, saturasi oksigen 100%, konjungtiva
mempunyai riwayat DM, hipertensi, dan merokok. ananemis, sklera anikterik, membran mukosa
Tanggal 6 Maret 2018 Pukul 12.16 WIB pasien kering, bibir pucat, sianosis tidak ada, CRT < 2
masuk OK untuk dilakukan CABG, saat detik, tidak ada peninggian JVP, bunyi jantung S1-
pengkajian perioperatif didapatkan data tidak ada S2 normal, pulsasi ekstremitas atas dan bawah
sesak napas, nyeri dada, pusing, cyanosis. Serah kuat, gallop tidak ada, murmur tidak ada, ronchi
terima rekam medis ada. Tidak ada alat bantu yang halus ada, pulsasi arteri radialis, femoralis, dan
terpasang (pacemaker, IABP). Terdapat tanda lahir dorsalis pedis adekuat, edema tidak ada, akral
belang putih di dekat ketiak sebelah kiri. Data hangat, terpasang IV line. Hasil pemeriksaan
hemodinamik awal TD 90/48 mmHg, HR 55 laboratorium (01/03/2018): Hb 15,4 mg/dL (13,0-
kali/menit, RR 15 kali/menit, suhu 35,8ºC dan 16,6 mg/dL), HT 43,3% (41,3-52,1%), leukosit
saturasi oksigen 100%. 8360/µL ↑ (3580-8150/µL), trombosit 176 ribu/µL
Riwayat kesehatan dahulu, riwayat (172-359 ribu/µL). Pemeriksaan diagnostik non
mengalami hipertensi, stroke, asma, dan gastritis invasif echo (20/02/2017): ejection fraction EF
disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat 52% (53-70%) dengan pemberian Dobutamin
merokok. Riwayat kesehatan keluarga, riwayat 20/50 dan Vascon 4/50. EKG (06/03/2018): SR.
keluarga mengalami penyakit jantung disangkal. Pengkajian stimulus fokal: ketidakseimbangan
Dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat suplai dan kebutuhan oksigen miokard, iskemia
asma, hipertensi, stroke. miokard. Stimulus kontekstual: ada oklusi di
Pengkajian perilaku dan stimulus pre koroner ditunjukkan angiografi LM stenosis 60%
operasi meliputi: mode adaptasi fisiologis yaitu di distal, LAD stenosis 75% di proksimal dan 80%
oksigenasi. Pengkajian perilaku, subyektif: pasien di mid difusse, LCX stenosis 80% di distal dan
mengatakan nyeri dada, sesak, dan cepat lelah. osteal OM1 60%, RCA CTO proksimal, kolateral
Obyektif: batuk tidak ada, dahak tidak ada, sesak dari LCX. Stimulus residual: pola hidup tidak sehat
dan cepat lelah ada, RR 16 kali/menit, suara napas (merokok), sedentary lifestyle, kurang aktivitas.
vesikuler pada kedua lapang paru, bentuk dada Nutrisi, pengkajian perilaku subyektif:
simetris, retraksi dinding dada tidak ada, taktil pasien mengatakan nafsu makannya berkurang.
fremitus kanan ada dan kiri ada, resonan pada Obyektif: TB 168 cm, BB 72 Kg, IMT 25,5 > 25
kedua lapang paru, kardiomegali dengan CTR kg/cm², status gizi obesitas, diet saat ini 1800
54%, cor dan paru dalam batas normal. Obat yang kalori/24 jam, dengan nilai gizi kalori 1860 kkal,
harus distop 1 minggu sebelum operasi Aspilet, protein 62 gr, lemak 51,75 gr, karbohidrat 288,3
CPG, dan Plavix. Pengkajian stimulus, stimulus gr, diet jantung, jenis makanan biasa, abdomen
fokal: ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan normal, auskultasi bowel sound LUQ, RUQ, RLQ,
oksigen miokard, iskemia miokard. Stimulus LLQ normal, perkusi normal, palpasi abdomen
kontekstual: adanya oklusi di arteri koroner keras pada keempat kuadran abdomen, pembesaran
ditunjukkan hasil angiografi LM stenosis 60% di abdomen tidak ada, pembesaran splen tidak ada.
distal, LAD stenosis 75% di proksimal dan 80% di Pemeriksaan laboratorium (13/02/2018): GDS 112
mid difusse, LCX stenosis 80% di distal dan osteal ↑ mg/dL (<100mg/dL), SGOT 50 U/L ↑ (0-40
OM1 60%, RCA CTO di proksimal dan kolateral U/L), SGPT 29 U/L (0-41 U/L). Pengkajian
dari LCX. Stimulus residual: pola hidup tidak sehat stimulus fokal: fungsi insulin tidak efektif.
(merokok), sedentary lifestyle, kurang aktivitas. Stimulus kontekstual: pola makan sebelumnya
Sirkulasi, pengkajian perilaku subyektif: tidak terkontrol. Stimulus residual: riwayat DM
pasien mengatakan cepat lelah saat berakivitas. tipe 2 sejak tahun 2010 tetapi tidak terkontrol.
13
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Eliminasi, pengkajian perilaku subyektif: ada gangguan pendengaran. Pengkajian stimulus


tidak ada keluhan BAK dan BAB. Obyektif: BAK fokal: suplai dan kebutuhan oksigen ke miokard
menggunakan DC, intake 2100 cc, output 2150, belum seimbang. Stimulus kontekstual: pasien pre
balance cairan -50 cc/24 jam. Frekuensi sebelum CABG. Stimulus residual: riyawat DM tipe 2, HT,
sakit 4 kali/hari dengan jumlah 1800 cc/24 jam, dan merokok.
warna kuning, tidak ada penggunaan obat diuretik, Cairan dan elektrolit, pengkajian perilaku
saat ini pasien tidak mengkonsumsi obat pencahar subyektif: pasien mengatakan sering haus.
Laxadine. Pengkajian stimulus fokal: pasien tidak Obyektif: intake 2100 cc, output 2150, balance
nyaman BAB di tempat tidur. Stimulus cairan -50 cc/24 jam. Distensi vena jugularis tidak
kontekstual: ruangan IW Bedah terbuka sekat antar ada, oedema anasarka tidak ada, ascites tidak ada.
pasien menggunakan gordyn (privacy kurang Pasien terpasang cairan NaCL 0,9%. Hasil
menurut pasien). Stimulus Residual: kebiasaan laboratorium (01/03/2018): ureum 41,3 mg/dL
BAB 1 kali/hari. (12,64-42,80 mg/dL), creatinin 1,17 mg/dL ↑
Aktivitas dan istirahat, pengkajian perilaku (0,51-0,95 mg/dL), eGFR 63 ml/menit/1,73 m ↓
subyektif: pasien mengatakan cepat lelah saat (>90 ml/menit/1,73 m² ), BUN 19 mg/dL (8,0-
melakukan aktivitas diatas tempat tidur. Obyektif: 23,0), Na 138 mmol/mL (135-153), Cl 99 mmol/L
pasien melakukan ADL dengan self care, cepat (98-109), Mg 2,5 mg/dL (1,6-2,4 mg/dL), K 5,2
lelah saat beraktivitas, saat ini pasien tidak bedrest, mmol/L ↑ (3,5-5,1). Pengkajian stimulus fokal:
dapat melakukan ROM ekstremitas atas dan injuri miokard vetrikel kanan. Stimulus
bawah, bengkak pada kedua tungkai atas tidak ada, kontekstual: mekanisme kompensasi akibat
kekuatan otot segmen tangan dan kaki sama kuat. penurunan curah jantung. Stimulus residual: tidak
Pengkajian stimulus fokal: ketidakseimbangan adanya riwayat penurunan status cairan.
suplai dan kebutuhan oksigen miokard, iskemia Fungsi neurologi, pengkajian perilaku
miokard, pasien pre tindakan CABG, pasien masih subyektif: pasien mengatakan nyeri pada sebelah
di istirahatkan untuk persiapan operasi, dianjurkan kiri. Obyektif: kesadaran komposmentis, status
cukup isirahat dan tidur. Stimulus kontekstual: kognitif dan emosi stabil, koordinasi dan kontrol
adanya oklusi di koroner CAD 3 VD. Stimulus gerakan tubuh baik, fungsi sensorik dan motorik
residual: pasien belum pernah mengalami kondisi baik, paralisis tidak ada, syaraf sensori nyeri tusuk
seperti sekarang ini namun pasien kooperatif ada, suhu ada, sentuhan ada, syaraf koordinasi
terhadap pengobatan yang diberikan. serebral ada, reflek patella dan achiles ada, skala
Proteksi dan perlindungan, pengkajian nyeri VAS 2 – 3 (0-10) di dada. Pengkajian
perilaku subyektif: pasien mengatakan nyeri pada stimulus fokal: kemampuan memori dalam
dada sebelah kiri. Obyektif: suhu 36ºC, terpasang keadaan baik. Stimulus kontekstual: pasien mampu
IV line, kulit kepala, rambut dalam keadaan bersih. mengingat tanggal penting pengobatannya oleh
Pengkajian stimulus fokal: tidak ditemukan istrinya. Residual: tidak adanya riwayat penurunan
perilaku maladaptif. Stimulus kontekstual: tidak fungsi neurologis.
ditemukan perilaku maladaptif. Stimulus residual: Fungsi endokrin, pengkajian perilaku
peningkatan organisme patogenik dengan leukosit subyektif: Riwayat mengalami penyakit DM di
8360/µL ↑. sangkal pasien. Obyektif: pembesaran kelenjat
Sensasi, pengkajian perilaku subyektif: tyroid tidak ada, tremor tidak ada, trias DM tidak
pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri. ada, GDS 112 mg/dL↑ (<100mg/dL) (01/03/2018).
Obyektif: nyeri dada ada, skala nyeri 3 - 5 (0-10), Pengkajian stimulus fokal: peningkatan gula darah
visus mata normal, kojungtiva anemis, sklera sebagai akibat dari ketidakefektifan fungsi insulin.
anikterik, refleks cahaya +/+, tidak ada gangguan Stimulus kontekstual: riwayat DM sejak tahun
penciuman, pengecapan manis ada, asam ada, tidak 2010 tidak terkontrol. Stimulus residual: pola
14
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

makan yang kurang sehat, tidak melakukan diit Biaya berobat ditanggung oleh BPJS. Pasien juga
DM. mengatakan “Orang yang paling dekat dengan saya
Mode adaptasi konsep diri, pengkajian adalah istri saya yang selalu menemani saya di RS.
perilaku sensasi tubuh: mengatakan cemas dengan Pengkajian Sttimulus fokal: tidak ada. Stimulus
kondisi kesehatannya. Citra tubuh: tidak pernah kontekstual: tidak ada. Stimulus residual: tidak
menyangka bahwa dirinya akan mengalami ada.
serangan jantung, karena selama ini dirinya merasa Diagnosa keperawatan: Nyeri akut
baik-baik saja dan tidak pernah mengalami berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
keluhan. Konsistensi diri: Pasien mengatakan akan dengan peningkatan beban kerja jantung dan
tetap berusaha tetap berobat dan akan menjaga konsumsi oksigen, penurunan aliran darah
kesehatannya. Ideal diri: ingin segera pulih dan miokard, iskemia jaringan. Tujuan: Setelah
tidak mau dirawat lagi. Moral, spiritual, dan etika implementasi keperawatan diharapkan pasien akan
diri: beragama islam, patuh melaksanakan ibadah. menunjukkan NOC: Pain Level dengan kriteria
Sering berdoa untuk kesembuhannya. Pengkajian melaporkan frekuensi, durasi dan intensitas nyeri
stimulus fokal: menderita sakit sakit jantung. dada berkurang atau terkontrol,
Stimulus kontekstual: kurang informasi mengenai mendemonstrasikan penggunaan teknik
penyakit jantung yang dialaminya serta penanganan nyeri, pasien tampak tenang, dan tidak
perawatannya. tegang, tekanan darah dan frekuensi jantung dalam
Mode adaptasi fungsi peran, pengkajian rentang normal. Intervensi yang diberikan untuk
perilaku sebelum sakit peran sebagai kepala mengatasi diagnosa keperawatan ini adalah NIC:
keluarga dapat dijalankan dengan baik. Pasien Pain Management yang terdiri atas regulator dan
kurang aktif di masyarakat karena waktunya kognator, yaitu: Regulator, Aktivitas yang
terbatas. Saat di rumah sakit pasien sangat dilakukan yaitu: a) Pasien ditempatkan di tempat
kooperatif berperan sebagai pasien. Istri selalu tidur dengan posisi semifowler, b) Berikan oksigen
menunggu, hubungan dengan keluarga baik. dengan nasal kanul 4 liter/menit, c) Berikan
Selama ini pasien dapat beraktivitas dengan baik. analgetik (morfin) atau anti angina (NTG) sesuai
Kegiatan sehari-hari sebagai karyawan swasta. program, d) Monitor tanda-tanda vital: tekanan
Pasien mengatakan “Selama bekerja, saya memang darah, frekuensi nadi, dan pernapasan, e) Pasang
sering merasa stres, apalagi kalau ada pekerjaan elektroda untuk monitoring jantung secara kontinu:
yang seharusnya sudah selesai tapi belum juga monitor frekuensi jantung dan irama lebih sering,
selesai, terpaksa harus lembur kerja”. Pasien juga f) Berikan dan monitor pemberian trombolitik
mengatakan “mungkin saya sudah tidak bisa lagi (sesuai program), g) Monitor adanya tanda-tanda
melekukan pekerjaan seperti dulu lagi, takut aja perdarahan dan hindari melakukan pungsi vena
kena serangan penyakit jantung lagi”. Pengkajian atau arteri, h) Lakukan pengkajian yang
Stimulus, Stimulus fokal: ketakutan terhadap nyeri komprehensif terhadap nyeri: progresifitas, lokasi,
dada dan serangan jantung. Stimulus kontekstual: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
merasa tidak berdaya karena tidak mampu dalam dan presipitasi, eksplorasi faktor yang
melakukan beraktivitas seperti dulu lagi. Stimulus mempengaruhi dan memperberat nyeri, i) Catat
residual: tidak ada. perkembangan tingkat nyeri, j) Monitor serial EKG
Mode adaptasi interdependen, pengkajian dan enzim jantung. Kognator, Aktivitas yang
perilaku, pasien mengatakan “Kalau saya sakit dilakukan yaitu: a) Ajarkan teknik relaksasi napas
lagi, saya pasti merepotkan istri dan anak-anak dalam, b) Diskusikan pengertian infark, tanda
saya, harus bolak-balik rumah sakit. Saya tidak gejala dan faktor risiko, c) Ajarkan cara mencegah
mau mereka seperti itu. Selama dirawat pasien dan mengatasi nyeri dada.
ditunggu oleh istri dan anaknya secara bergantian.
15
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Diagnosa keperawatan: Risiko penurunan adalah NIC: Energy Management, yaitu: 1)


curah jantung (risiko) berhubungan dengan Regulator
perubahan inotropik seperti iskemia miokard yang Aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Kaji aktivitas
transient/prolonged serta efek medikasi; perubahan personal sehari-hari yang biasa dilakukan, b) Bantu
irama, frekuensi dan konduksi listrik jantung. pasien memilih aktivitas fisik sesuai kemampuan,
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, c) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi untuk
pasien akan menunjukkan NOC: Cardiac Pump menyiapkan dan mengobservasi program aktivitas
Effectiveness dengan kriteria curah jantung adekuat sesuai dengan kebutuhan, d) Evaluasi motivasi
atau optimal, ditandai dengan status hemodinamik pasien untuk meningkatkan aktivitas, e) Pantau
stabil, tekanan darah, heart rate dalam batas respon kardiorespiratori saat aktivitas (takirkardia,
normal, tidak ada disritmia, haluaran urin adekuat, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan darah,
distensi JVP tidak ada, edema tidak ada, angina dan frekuensi respirasi), f) Pantau dan catat pola
tidak ada. Intervensi yang diberikan untuk istirahat dan lamanya waktu tidur, g) Bantu
mengatasi diagnosa keperawatan ini adalah NIC: kegiatan pasien secara teratur (berubah posisi,
Hemodynamic Regulation dan NIC: Acute Cardiac perawatan personal, ambulasi, dan transfer) h)
Care yang terdiri atas: 1) Regulator: Bantu pasien untuk merubah posisi bertahap mulai
Aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Monitor tanda- dari duduk dan berdiri. 2) Kognator,
tanda vital, b) Catat sign and symptom dari Aktivitas yang dilakukan: a) Anjurkan untuk
penurunan CO, c) Monitor adanya disritmia, d) menghidari meningkatnya tekanan pada abdomen,
Monitor fungsi pace maker jika ada, e) Berikan seperti mengejan saat defekasi, jelaskan pola
terapi anti aritmia sesuai dengan program, f) peningkatan aktivitas secara bertahap, misalnya
Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas, g) bangun dari kursi duduk.
Monitor tehadap dispnea, fatique, takhipnea dan Diagnosa keperawatan: Kecemasan
ortopnea, h) Auskultasi bunyi jantung, i) Lakukan berhubungan dengan adanya nyeri dada hebat,
EKG 12 lead, j) Berikan obat antikoagulan, k) ancaman atau perubahan status kesehatan,
Auskultasi suara paru, l) Berikan obat inotropik perubahan fungsi peran, dan lingkungan yang tidak
positif/kontraktilitas, m) Elevasikan bagian kepala dikenal. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
tempat tidur, n) Monitor edema perifer, distensi keperawatan, pasien akan menunjukkan NOC:
vena jugularis, o) Berikan obat vasodilator dan Anxiety Self-Control, ditandai dengan pasien
vasokonstriktor. 2) Kognator, Aktivitas yang tenang, kooperatif selama prosedur, tanda-tanda
dilakukan yaitu: a) Instruksikan pasien untuk vital dalam batas normal, penurunan tingkat cemas,
menghindari aktivitas yang menyebabkan valsalva pasien dapat mendemonstrasikan kontrol cemas,
manuver, b) Anjurkan pasien supaya istirahat fisik tidak menunjukkan perilaku isolasi sosial.
dan mental selama fase akut. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
Diagnosa keperawatan: Intoleransi diagnosa ini adalah NIC: Anxiety Reduction, yaitu:
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 1) Regulator, Aktivitas yang dilakukan yaitu: a)
dan ketidakseimbangan antara suplai dan Kaji tingkat kecemasan pasien. b) Kaji pola koping
kebutuhan oksigen. Tujuan: Setelah dilakukan pasien dan keluarga, c) Berikan lingkungan yang
tindakan keperawatan pasien mampu menunjukkan kondusif dan tenang, d) Monitor respon tanda
NOC : Activity Tolerance ditandai dengan pasien verbal dan respon noverbal kecemasan, e) Beri
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap kesempatan pasien untuk mengungkapkan
aktivitas fisik, TD, frekuensi, dan irama jantung perasaannya, f) Dorong kunjungan keluarga atau
dalam batas normal, tidak ada sesak, angina, orang terdekat, g) Kurangi stimulus yang
kelelahan, dan kelemahan berkurang. Intervensi menimbulkan kecemasan, h) Dukung penggunaan
yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini koping yang positif seperti berdoa. 2) Kognator
16
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Jelaskan semua farmakologi, khususnya pada pasien Tn. MT
prosedur yang dilakukan, b) Beri informasi tentang diberikan kompres dingin pada area yang merasa
diagnosis, pengobatan dan prognosis, c) Anjurkan nyeri dengan meletakkan gel pack, selain itu latih
pasien menggunakan teknik relaksasi. pasien untuk relaksasi dengan menarik napas
Diagnosa keperawatan: Perubahan fungsi dalam. Namun apabila tindakan tersebut kurang
peran berhubungan dengan krisis situasi, ketakutan efektif maka perawat dapat melakukan kolaborasi
terhadap nyeri akut/serangan jantung, intoleransi untuk diberikan terapi. Nyeri dada yang dialami
aktivitas. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan oleh Tn. MT disebabkan oleh stimulus fokal
keperawatan pasien akan NOC: Role Performance, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan: melaporkan strategi untuk miokard akibat oklusi total pada arteri koroner
perubahan peran, menetapkan tujuan dan rencana LAD. Oklusi arteri koroner menyebabkan
yang realistis untuk rencana hidup kedepan dan penurunan perfusi vaskuler miokard dimana dalam
menampilkan perilaku peran dalam keluarga, waktu 10 detik saja, sel-sel miokard dapat
masyarakat dan di tempat kerja. Intervensi yang mengalami hipoksia dan jika terus berlangsung
dilakukan untuk mengatasi diagnosa ini adalah dalam waktu beberapa menit, sel miokard akan
NIC: Role Enhancement, yaitu: 1) Regulator, kehilangan oksigen dan glukosa yang akan memicu
Aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Bantu pasien terjadinya metabolisme anaerob. Metabolisme
untuk mengidentifikasi berbagai peran dalam anaerob berlangsung dan terjadi asam akumulasi
hidup, b) Bantu pasien megidentifikasi peran yang laktat. Asam laktat mengiritasi serat saraf miokard
biasa dalam keluarga, c) Bantu pasien untuk dan mentransmisikan pesan nyeri ke saraf-saraf
mengidentifikasi kekurangan peran. 2) Kognator, miokard dan serabut-serabut saraf toraks posterior
Aktivitas yang dilakukan yaitu: a) Ajarkan perilaku bagian atas.
baru yang dibutuhkan oleh pasien atau orang tua Perangsangan saraf memunculkan sensasi
untuk memenuhi suatu peran, b) Fasilitasi diskusi rasa nyeri dada di bagian kiri dan dapat menyebar
tentang adaptasi peran. ke bahu dan lengan kiri. Kondisi iskemik ini dapat
pulih kembali jika berlangsung hanya sekitar 20
Pembahasan menit, dengan pemulihan aliran darah,
Pembahasan terkait kasus kelolaan akan metabolisme anaerobik terhenti dan sel-sel
diuraikan menurut masing-masing mode dimulai miokard pulih kembali (Lewis et al, 2011; Smith &
dari pengkajian, menentukan diagnosis, melakukan Whitwam, 2006). Nyeri dada yang dirasakan oleh
perencanaan, melaksanakan tindakan dan Tn. MT berlangsung lebih dari 20 menit, hal ini
melakukan evaluasi kepada pasien gangguan mengindikasikan tidak adanya proses pemulihan
sistem kardiovaskular. iskemik yang terjadi dalam waktu 20 menit dan
Tahap pengkajian, mode adaptasi mengakibatkan terjadinya nekrosis atau infark pada
fisiologis, nyeri akut. Masalah keperawatan nyeri miokard otot jantung. Tn. MT dibaringkan di
yang dialami Tn. MT terjadi karena agen pencidera tempat tidur dengan posisi semifowler dan
fisiologis, rasa nyeri timbul terutama saat menarik dianjurkan untuk tenang, kemudian pasien diberi
napas dan batuk untuk mengeluarkan sputum. oksigen dengan nasal kanul sebanyak 3 liter/menit.
Durasi nyeri tidak terlalu lama, tetapi ekspresi Pemberian posisi tidur akan berfungsi untuk
wajah pasien yang tampak meringis menandakan meminimalkan aktivitas fisik dan metabolisme
bahwa nyeri yang dirasakan masih sangat sehingga menurunkan kebutuhan oksigen untuk
mengganggu. Rentang nyeri 2-3 dari rentang nyeri meminimalkan risiko cidera dan nekrosis jaringan
0-10. Aspek mode fisiologis yang dilakukan miokard otot jantung, sedangkan pemberian
seorang perawat terhadap masalah nyeri oksigen bertujuan untuk meningkatkan
merupakan kegiatan non farmakologi dan ketersediaan oksigen dan pemulihan miokard yang
17
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

mengalami iskemia namun ternyata pemberian penyembuhan. Peningkatan aktivitas dapat dimulai
oksigen ini sebaiknya disesuaikan dengan saturasi pada kondisi seperti ini. Setelah 6 minggu
oksigen pasien (Doenges et al, 2010). mengalami infark, jaringan parut telah
Risiko penurunan curah jantung yang menggantikan jaringan nekrotik. Pada saat
dialami oleh Tn. MT diakibatkan ole injuri tersebut, area yang mengalami injuri bisa dianggap
miokard dan perubahan kontraktilitas miokard. Hal telah pulih. Area jaringan parut biasanya kurang
ini ditandai dengan tekanan darah yang cenderung kompatibel dibandingkan dengan jaringan
rendah 108/75 mmHg, sesak napas, hasil sekitarnya. Kondisi ini dapat menimbulkan
ekokardiografi EF 52%, akinetik apikal luas, disritmia atau gagal jantung (Lewis et al, 2011).
anterior dan anteroseptal serta hipokinetik di mid Tn. MT baru dapat beradaptasi dengan level
septal, EKG acute anterior extensive dan RV kompensatori terhadap penurunan curah jantung
infark. Diagnosa ini ditegakkan setelah dilakukan pada hari kedua dengan menunjukkan kriteria
pengkajian lebih lanjut pada mode fisiologis status hemodinamik stabil: (EF 52%, CO 3,5
khususnya pada mode oksigenasi. Diagnosa ini liter/menit, SV 45 ml), tekanan darah 100/80
ditegakkan pada hari perawatan ke-2 tanggal 6 mmHg dan heart rate 74 x/menit, tidak ada
Maret 2018. Kondisi hemodinamik sesudah infark disritmia, haluaran urine adekuat ±3 cc/kg/jam,
miokard bervariasi namun curah jantung dapat tidak ada distensi vena jugularis, tidak terdapat
menurun. Meningkatnya frekuensi jantung edema, tidak ada angina, bunyi napas tambahan
biasanya tidak berlangsung terus menerus kecuali ronchi tidak ada. Kemudian pasien pindah ke IW
jika terjadi depresi miokard yang hebat. Tekanan Bedah dengan kondisi curah jantung yang terus
darah merupakan fungsi interaksi antar depresi membaik hingga pasien pulang.
miokard dan refleks otonom. Respon otonom Intoleransi aktivitas, merupakan diagnosa
terhadap infark miokard tidak selalu merupakan keperawatan yang menitikberatkan respon tubuh
proses bantuan simpatis terhadap sirkulasi yang yang tidak mampu bergerak karena tubuh tidak
mengalami gangguan. Perangsangan ganglion mampu memproduksi energi yang cukup untuk
parasimpatis dapat mengganggu hemodinamik, aktivitas sehari-hari (Herdman, 2012). Gangguan
menurunkan frekuensi jantung dan tekanan darah, kontraktilitas jantung, darah yang dipompa ke
sebaliknya mempengaruhi curah jantung dan seluruh tubuh yang membawa nutrisi dan oksigen
perfusi perifer (Price & Wilson, 2012). Intervensi persentasenya menurun. Hal ini berdampak pada
yang dilakukan pada Tn. MT adalah hemodynamic suplai ke jaringan, sehingga terjadi hambatan pada
regulation dan acute cardiac care, yaitu proses metabolisme untuk menghasilkan energi.
memonitor TTV, mencatat tanda dan gejala dari Kondisi inilah yang paling sering ditemukan pada
penurunan CO, memonitor adanya disritmia, pasien gangguan kardiovaskular yang
memonitor dispnea, fatique, takipnea dan ortopnea, menimbulkan dampak yang beragam dari tiap-tiap
auskultasi bunyi jantung dan paru, melakukan pasien, diantaranya yang nantinya membawa
EKG 12 lead, memberikan obat antikoagulan, perubahan dalam perawatan diri. Pemenuhan
memberikan inotropik positif, mengelevasikan kebutuhan perawatan diri tidak hanya dilakukan
bagian kepala tempat tidur, memonitor edema pada saat pasien dirawat, namun bagaimana pasien
perifer, distensi vena jugularis. ketika melakukan perawatan diri di rumah juga
Dalam waktu 10-14 hari setelah menjadi tanggung jawab yang besar bagi seorang
mengalami infark miokard, jaringan parut yang perawat (Dalal, Doherty, & Taylor 2012).
baru terbentuk masih sangat lemah. Otot jantung
sangat rentan terhadap peningkatan tekanan selama Panduan SDKI (2016) menyebutkan
jangka waktu ini akibat ketidakstabilan bagian bahwa tanda dan gejala mayor objektif untuk
dinding jantung yang mengalami proses diagnosa intoleransi aktivitas ini adalah
18
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

peningkatan frekuensi jantung >20% dari kondisi tetapi dari tenaga kesehatan khususnya perawat.
istirahat, sedangkan untuk peningkatan tekanan Disadari atau tidak, perilaku perawat yang tergesa-
darah >20% merupakan kriteria minor sehingga hal gesa dan terburu-buru saat berada di sekitar pasien
ini sesuai dengan kondisi yang ditemukan di klinis. dipersepsikan pasien sebagai adanya sesuatu yang
Manajemen energi merupakan upaya pengaturan tidak beres yang sedang terjadi dan sangat sering
energi yang digunakan untuk menangani atau persepsi ketidakberesan dikaitkan dengan diri
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi pasien dan menimbulkan kecemasan pada pasien.
(Bulechek, 2013). Tindakan yang dapat dilakukan Sehingga perawat perlu untuk selalu menyadari
seperti peningkatan latihan yang bertujuan untuk dan mempertahankan perilaku yang tidak tergesa-
meningkatkan kebugaran, manajemen nutrisi untuk gesa serta terburu-buru dan melakukan interaksi ke
menyediakan suplai nutrisi yang diperlukan tubuh pasien dengan sikap tenang.
untuk membentuk energi, terapi oksigen jika Intervensi lain yang dapat dilakukan untuk
pasien memerlukan bantuan suplai, bantuan dalam menurunkan kecemasan Tn. MT adalah dengan
pemenuhan ADL, dan meningkatkan kualitas serta memberikan dukungan kepada pasien dan
kuantitas istirahat tidur. Rehabilitasi menggunakan mekanisme koping berdoa,
kardiovaskular merupakan upaya yang dapat membaca Al-Quran dan memperbanyak dzikir.
dilakukan dalam rangka peningkatan fungsi Dari pengamatan perawat, mekanisme koping
aktivitas yang paling maksimum pada pasien yang dengan pendekatan spiritual seperti ini
telah mengalami episode gangguan jantung yang memberikan rasa nyaman, kedekatan terhadap
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara Tuhan dan doa-doa yang disampaikan memberikan
pemenuhan suplai oksigen ke otot jantung dan harapan-harapan positif dan meningkatkan
kebutuhannya (Bulechek, 2013). kepercayaan diri dalam menghadapi masalah serta
Mode adaptasi konsep diri: cemas. kepasrahan menjalani penyakit. Hudak & Gallo
Kecemasan didefinisikan sebagai suatu keresahan, (2012) berpendapat bahwa mekanisme koping
perasaan ketidaknyamanan yang penyebabnya dengan pendekatan religius-spiritual meningkatkan
tidak spesifik oleh individu, rasa khawatir yang kesadaran terhadap adanya pengaruh dan kekuatan
ditimbulkan oleh antisipasi terhadap yang luar yang lebih besar serta meningkatkan perasaan
membahayakan. Cemas yaitu tanda yang memberi terhubung dengan sumber kekuatan tersebut
peringatan adanya bahaya yang bisa terjadi dan sehingga menimbulkan perasaan tenang bagi
memampukan seseorang untuk melakukan pasien. Tn. MT dapat beradatapsi secara
pengukuran dalam mengatasi sesuatu yang kompensatori terhadap kecemasan yang
mengancam (Herdman, 2012). Tn. MT mengalami dialaminya. Pasien mulai dapat beradaptasi dan
kecemasan karena ketakutan akibat perubahan menunjukkan pengendalian diri terhadap cemas
status kesehatan yang dialaminya dan mengatakan pada hari kedua. Tn. MT tampak lebih tenang dan
merasa khawatir dengan kondisi tidak pasti dari dapat berinteraksi atau berkomunikasi dengan
penyakitnya, keluhan nyeri hebat yang perawat tanpa ekspresi cemas dan tegang. Saat
dirasakannya adalah keluhan yang pertama kali. pasien di ruang perawatan, sudah terjadi penurunan
Tn. MT tidak pernah menyangka ternyata keluhan skor cemas menjadi 2 (VAS 0-10) yang awalnya 3
sakit dada yang dirasakannya itu serangan jantung, pada hari 1 pre operasi.
karena selama ini merasa dirinya baik-baik saja. Sejalan dengan hal tersebut Perry dan
Intervensi yang diberikan untuk mengatasi Potter (2010) menyatakan bahwa ansietas/ cemas
kecemasan yang dialami Tn. MT adalah dengan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri
memberikan lingkungan yang tenang untuk bisa menyebabkan seseorang cemas. Seseorang
mengurangi stimulus dari lingkungan. Selain itu, yang mengalami kecemasan akan menunjukan
terkadang stimulus tidak berasal dari lingkungan perilaku penurunan produktifi tas, gelisah,
19
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

insomnia, kesedihan yang mendalam, ketakutan, peran yang dialaminya, seperti akan membatasi
perasaan ketidakberdayaan, bingung, khawatir, pekerjaan sesuai dengan batas kemampuannya dan
rasa tidak percaya diri. Secara fisiologis juga akan tidak akan memaksakan diri dalam bekerja.
nampak ketegangan di wajah, suara bergetar, Mode adaptasi fungsi peran, penampilan
peningkatan ketegangan, hal ini akan berdampak peran tidak efektif Tn MT diartikan sebagai pola
kepada penurunan kualitas hidup penderitanya perilaku dan pengekspresian diri yang tidak sesuai
(Sovodka 2010). Penelitian lain yang dilakukan dengan konteks lingkungan dan harapan
oleh Cully, Phillips, Kunik, Stanley, & Deswall (Herdman, 2012). Penampilan peran tidak efektif
(2010) tentang predicting kualitas hidup in yang dialami oleh Tn. MT disebabkan oleh status
veterans with heart failure: role of disease kesehatan saat ini yang tidak memungkinkan
severity, depression and comorbid anxiety pasien bekerja seperti dulu. Setiap harinya pasien
menunjukkan bahwa depresi berhubungan dengan bekerja sebagai koordinator proyek yang harus
penurunan skor kualitas hidup pasien. Bahkan bekerja di luar ruangan yang menguras banyak
lebih dari itu, menurut McGowan (2011) depresi tenaga. Pasien khawatir tidak dapat menjalankan
tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien perannya semula karena ketakutan mendapatkan
pasien tetapi juga secara signifikan meningkatkan serangan jantung lagi.Terkait perubahan peran
risiko kematian bagi pasien dengan CAD. yang terjadi pada pasien miokard infark merupakan
Intervensi yang dilakukan untuk suatu pengacauan yang menakutkan dan tidak
mengadaptasikan pasien dengan perubahan diinginkan yang mengganggu rasa kontrol pasien
penampilan peran yang dialaminya adalah dengan terhadap kehidupannya. Pasien mengalami suatu
membantu pasien mengidentifikasi berbagai peran “biographical disruption’, yaitu suatu perubahan
dalam hidup dan mengidentifikasi kekurangan yang tidak terhindarkan dan dipaksakan dalam
peran dan berdiskusi tentang adaptasi peran yang kehidupannya. Perubahan yang dialami akibat
bisa dilakukan. Tn. MT adalah seorang suami dan infark miokard membuat pasien tidak dapat bekerja
kepala rumah tangga yang harus bekerja untuk seperti semula. Intervensi yang dilakukan untuk
membiayai kehidupan sehari-hari keluarganya. mengadaptasikan pasien dengan perubahan
Dalam mendiskusikan strategi dan adaptasi peran penampilan peran yang dialaminya adalah dengan
baru bagi pasien diperlukan keterlibatan keluarga membantu pasien mengidentifikasi berbagai peran
terutama istri dan anak untuk membuat dalam hidup dan mengidentifikasi kekurangan
kesepakatan peran baru yang akan dijalani pasien. peran dan berdiskusi tentang adaptasi peran yang
Tidak jarang memunculkan konflik dalam keluarga bisa dilakukan.
karena tidak adanya kesepakatan tentang harapan Tn. MT adalah seorang suami dan kepala
dan keinginan peran pasien dari awal. Kesepakatan rumah tangga yang harus bekerja untuk membiayai
yang dibuat keluarga akan memunculkan kehidupan sehari-hari keluarganya. Apalagi saat ini
pengertian keluarga akan perubahan peran yang anak Tn. MT sedang kuliah dan butuh biaya yang
dijalani pasien. Selama pasien menjalani fase relatif banyak. Dalam mendiskusikan strategi dan
pemulihan, Pasien dianjurkan untuk sementara adaptasi peran baru bagi pasien diperlukan
waktu untuk beristirahat dan menjalankan keterlibatan langsung keluarga terutama dalam hali
perubahan perannya dengan tidak bekerja terlebih ini adalah istri dan anak untuk membuat
dahulu sampai kemudian kondisinya betul-betul kesepakatan peran baru yang dijalani pasien. Tidak
pulih dan siap untuk bekerja serta aktif kembali. jarang memunculkan konflik dalam keluarga
Tn. MT dapat beradatapsi secara kompensatori karena tidak adanya kesepakatan tentang harapan
terhadap perubahan penampilan peran yang dan keinginan peran pasien dari awal. Kesepakatan
dialaminya. Pada hari rawat ke-2, pasien yang dibuat keluarga memunculkan pengertian
mengungkapkan rencana-rencana terkait perubahan keluarga terhadap perubahan peran yang dijalani
20
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

pasien. Selama pasien menjalani fase pemulihan. melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan
Pasien dianjurkan untuk sementara waktu dan melakukan evaluasi kepada pasien gangguan
beristirahat dan menjalankan perubahan perannya sistem kardiovaskular. Adaptasi yang terjadi pada
dengan tidak bekerja dulu sampai kemudian pasien kelompok kasus sindroma koroner akut
kondisinya betul-betul pulih dan siap untuk bekerja tanpa komplikasi, rata-rata dapat mencapai
serta aktif kembali. Tn. MT dapat beradaptasi adaptasi tingkat integrated.
secara kompensatori terhadap perubahan *Proses adaptasi pasien dan keluarga dapat
penampilan peran yang dialaminya. Pada hari tercapai secara compensatory atau integrated
rawat ke-2, pasien mengungkapkan rencana- setelah pemahaman tentang penyakitnya
rencana terkait perubahan peran yang dialaminya, meningkat/lebih baik dari sebelumnya.
seperti membatasi pekerjaan sesuai dengan batas *Teori model ini memungkinkan perawat
kemampuannya dan tidak memaksakan diri dalam memberikan asuhan keperawatan dengan lebih
bekerja. komprehensif untuk membantu pasien
meningkatkan kemampuan adaptasinya terhadap
Hasil penelitian sebelumnya yang perubahan lingkungan baik internal maupun
dilakukan oleh Alligood & Tomey (2014) eksternal yang mengancam integritas fisik dan
menyatakan bahwa gangguan mode fungsi peran psikologis pasien.
yang sering terjadi pada pasien dengan gangguan
sistem kardiovaskular adalah perubahan Saran
penampilan peran, sehingga diagnosa utama pada *Teori Keperawatan Model Adaptasi Roy dapat
pasien gangguan kardiovaskular adalah diaplikasikan dalam tatanan klinik saat dalam
penampilan peran tidak efektif. Penampilan peran memberikan asuhan keperawatan pada pasien
tidak efektif ini paling banyak terjadi karena dengan gangguan sistem kardiovaskular
ketidakberdayaan. Penyakit jantung yang diderita menggunakan format yang disesuaikan dengan
membuat pasien tidak dapat lagi berperan dan format yang ada di rumah sakit.
berfungsi seperti yang diharapkan baik yang *Perlu diadakan pertemuan untuk menyamakan
diharapkan oleh pasien sendiri maupun keluarga persepsi tentang aplikasi teori Keperawatan Model
tempat kerja dan masyarakat tempat tinggal pasien. Adaptasi Roy.
Perawat harus membantu pasien untuk membuat
strategi perubahan yang dapat dijalani pasien Daftar Pustaka
sesuai dengan kondisinya, seperti mengurangi Alligood, M R., & Tomey, M. A. (2014). Nursing
intensitas. Dalam kondisi ketidakberdayaan, pasien Theory Utilization & Application. Third Edition.
memerlukan support system yang baik terutama Mosby : St. Louis. Missouri.
American Heart Association (AHA). (2017). Cardiovascular
dari keluarga. Sehingga perawat dapat Disease and Diabetes
memfasilitasi pasien dan keluarga untuk menyusun http://www.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/wh
yDiabetesMatters/Cardiovascular-Disease-Diabetes
rencana asuhan keperawatan secara bersama-sama UCM 313865 Article.jsp.
tentang perubahan dan strategi penampilan peran Bash, E. (2015). Biopsycosocial Spiritual Factors Impacting
yang baru bagi pasien. African American Patient’s Cardiac Rehabilitation
Refferal and Participation. 1(March), 1–18.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
Kesimpulan Bulechek. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
Jakarta: EGC.
*Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Model Keperawatan, Aplikasi Model Konseptual (Terj. dari
Adaptasi Roy pada berbagai kasus dengan Nursing Process: Application of Conceptual Models.
4th Ed). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
dimulai dari pengkajian, menentukan diagnosis,
21
Quality : Jurnal Kesehatan Vol. 13 No. 1, Mei 2019 e ISSN 2655-2434 (online)

Cully, J.A., Phillips, L.L., Kunik, M.E., Stanley, M.A.,


& Deswal, A. (2010). Predicting quality of life
in veterans with heart failure: the role of
disease severity, depression, and comorbid
anxiety. Behavioral medicine, 36, 70-76.
Dalal, H. M., Doherty, P., & Taylor, R. S. (2012). Cardiac
Rehabilitation. American Family Physician, 80(9),
955. http://doi.org/10.1136/bmj.h5000.
Doenges, M E dkk. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: EGC.34–39.
http://doi.org/10.1016/j.ijcard.2015.08.155.
Herdman, T Heather. 2012. Diagnose Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Dialihbahasakan oleh
Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Barrarah
Bariid, Monica Ester, dan Wuri Praptiani (ed).
Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan
Asuhan Holistic Vol 1. Jakarta: EGC.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2010). Medical
Surgical Nursing: Critical Thinking for
Collaborative Care. Sixth Edition. Volume 1. USA:
Saunders Elsevier.
Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R., O‟Brien,
P. G., & Bucher, L.(2011). Medical surgical nursing:
Assesment and management of clinical Problems
(Vol. 2, 8th Ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
McGowan, D. (2011). The impact of depression on the
pathogenesis of heart failure. British Journal of
Cardiac Nursing, 6 (1), 19-25
Penelitian, B., Pengembangan, D. A. N., & Pengantar, K.
(2018). Riset Kesehatan Dasar.
Perry, A. G; Potter , P. A;. (2007). Fundamental of
Nursing (6th ed.). Italy: Elsevier Health
Science Division.
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2012). Pathophysiology:
Clinical concept of desease processes. St. Louis:
Elsevier Science
Roy, S. C., & Andrews, H. (2009). The Roy Adaptation
Model. New Jersey: Pearson Education.
SDKI, DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: definisi dan indikator diagnostik (edisi 1):
Jakarta: DPP PPNI.
Sovodka, P. (2010). Secret of Hypnotherapy. Jogjakarta:
FlashBooks.

Anda mungkin juga menyukai