S3 2014 306812 Chapter1 PDF
S3 2014 306812 Chapter1 PDF
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
Di wilayah Papua dan Papua Barat terdapat beberapa daerah yang dianggap
sebagai daerah yang damai, sebab situasi sosial-politik dan keamanannya cenderung
stabil dan kondisi perekonomiannya juga terjaga dengan baik. Daerah-daerah yang
dimaksud antara lain, Kaimana, Bintuni, Raja Ampat dan Fakfak yang tersebar di
sekitar wilayah “Kepala Burung” pulau Papua, yang sering dilambangkan seperti
seekor Burung Kasuari raksasa yang sedang duduk1. Di daerah-daerah itu jarang
terjadi konflik dan kekerasan, sebagaimana sering digambarkan dalam berbagai studi
tentang Papua (LIPI, 2009, CSIS, 2011). Isu-isu sensitif seperti “Papua Merdeka”
yang menimbulkan demonstrasi dan mobilisasi massa, tidak serta merta menimbulkan
damai dan harmonis seperti yang dapat kita jumpai di wilayah Fakfak. Secara umum
kondisi keamanan di Fakfak cukup stabil dan jarang terjadi konflik dan kekerasan.
meskipun banyak kelompok etnis dan agama yang menetap di Fakfak. Fakfak
menjadi salah satu contoh penting tentang potensi “Papua damai” di masa depan.2
1
Kajian Tim Universitas Papua dan UNDP-Papua Capacity Needs Assessment, tetang
Kapasistas Pemerintah Daerah di Delapan Kabupaten terpilih di Papua, menunjukkan bahwa daerah-
daerah yang kondisi keamanannya terjaga dengan baik, kondisi perekonomiannya cenderung tumbuh
dengan baik dan stabil (Tim Unipa, 2005).
2
Para pemimpin agama di Papua pernah mendeklarasikan “Papua Tanah Damai” pada
tanggal 5 Februari 2003. Menurut para pemimpin agama di Papua, damai dipahami sebagai
1
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Beberapa catatan menunjukkan bahwa sejak tahun 1998 hingga 2011, hanya
terjadi 2 kali peristiwa kekerasan dengan skala yang cukup besar di Fakfak, baik dari
segi jumlah korban jiwa dan masa yang terlibat, maupun dampak sosial politik yang
ditimbulkan. “Pertama”, pada tahun 1999 ketika terjadi mobilisasi massa dan
kemerdekaan Papua (pro-M) dan mereka yang menyebut diri sebagai Barisan Merah
bahwa ada 45 orang yang ditahan aparat keamanan Fakfak dalam aksi bentrokan
tersebut. “Kedua”, pada tahun 2003, ketika terjadi pertikaian antara masyarakat
pendatang dari Seram-Maluku dan Masyarakat Ayamaru yang berasal dari wilayah
Sorong. Dalam peristiwa tersebut beberapa orang menjadi korban dan memicu
ketegangan sosial antara warga masyarakat (Wihel, 2011). Namun konflik dan
demonstrasi yang dilaporkan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu singkat dengan
dari proses akulturasi agama dan budaya yang telah berlangsung dalam waktu yang
menguatnya nilai-nilai dasar, seperti hilangnya kekerasan, penghormatan pada perbedaan, tegaknya
persatuan dan keadilan, serta terbentuknya harmoni dan solidaritas sosial di antara warga masyarakat
(Tebay, 2009:40-41).
2
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
cukup lama. Salah satu yang terpenting adalah filosofi satu tungku tiga batu yang
merekatkan berbagai kelompok sosial di Fakfak. Satu tungku tiga batu adalah
agama besar di wilayah Fakfak; Islam, Kristen dan Katolik (Iribaram, 2011).
Semangat satu tungku tiga batu dipraktikkan bukan hanya dalam konteks hubungan
antar umat beragama, namun juga dalam membangun hubungan sosial antar
masyarakat yang berbeda etnis dan budaya. Kearifan lokal tersebut juga mewarnai
hubungan antar masyarakat asli Fakfak dan masyarakat pendatang. Bahkan secara
lokal seperti Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah dijabat oleh tokoh politik
dan birokrat yang berbeda agama. Pada tingkat tertentu, spirit satu tungku tiga batu
telah menjadi nilai identitas kolektif yang membentuk masyarakat Fakfak sebagai
Selain faktor budaya, faktor sejarah juga memiliki pengaruh yang cukup
penting dalam membentuk jati diri masyarakat Fakfak. Masyarakat di wilayah ini
merupakan komunitas lokal di Papua yang paling awal berinteraksi dengan berbagai
kelompok etnis dan kebudayaan di nusantara. Menurut catatan sejarah, sejak Abad
ke 15, Jazirah Onin di Fakfak merupakan wilayah yang sudah sering dikunjungi oleh
para pelaut dan pedagang dari berbagai negara dan bangsa. Kegiatan perdagangan
semakin ramai dan intensif ketika Kerajaan Tidore dari Maluku Utara melakukan
ekspansi di wilayah ini (Putuhena 2006, Musaad 2007). Hal ini mempertegas fakta
3
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
bertemu dan berinteraksi dengan orang lain dengan budaya yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu upaya untuk tetap menjaga harmoni dan perdamaian di Wilayah Fakfak,
diyakini sebagai bagian dari kesadaran sejarah dan karakter budaya yang telah
Saat ini kota kecil Fakfak yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial,
budaya dan politik di bagian Selatan Papua Barat, merupakan kota yang dinilai
toleran terhadap berbagai perbedaan. Wilayah ini seakan menjandi penanda wajah
lain dari Papua yang jamak diketahui sebagai wilayah penuh konflik dan kekerasan.
Papua, dapat menjalankan aktifitas dengan aman di Fakfak. Demikian halnya dengan
masyarakat lokal (asli Papua) juga tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis yang
demonstrasi dari eksponen Pemuda Papua yang menuntut pengakuan terhadap hak-
hak orang Papua bahkan juga kemerdekaan Papua, namun aksi-aksi tersebut tidak
menimbulkan kekerasan. Menurut Cristian Warta (2010), saat ini Fakfak yang dihuni
71.069 jiwa dan tiga agama besar serta 14 etnis dari berbagai daerah, merupakan
wilayah yang telah dikenal secara luas sebagai daerah yang aman dan menjadi contoh
yang terus menerus ditekankan tentang bagaimana sebagian wilayah di Papua dapat
menciptakan perdamaian di tengah berbagai perbedaan. Suatu fakta yang selama ini
4
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Sejauh ini studi tentang perdamaian di Papua masih dianggap sebagai sesuatu
yang tidak menarik dan “kurang seksi”, karena keluar dari opini dominan yang telah
menempatkan Papua sebagai salah satu wilayah konflik yang paling panas di
Indonesia. Para peneliti ilmu sosial dan dunia akademik seakan terjebak pada
diskursus konflik yang cenderung hegemonic itu. Berbagai penelitian tentang Papua
secara mendalam kondisi yang spesifik dari masing-masing daerah di Papua. Isu
disintegrasi dan senang berkonflik, sebagamana ritual perang suku yang sering
divisualisasi di media secara tidak kritis dan berimbang. Masyarakat Papua masih
dilihat sebagai objek yang diam atau tidak punya prakarsa untuk menggagas
perdamaian. Rentetan konflik politik, sosial dan ekonomi yang memanjang sejak
lokal. Padahal masyarakat Papua pada dasarnya memiliki kekuatan dari dalam untuk
mengelola konflik sosial dan kekerasan dengan cara-cara local, yang kemudian
wilayah Fakfak.
dinamika konflik dan integrasi yang terjadi secara berbeda pada setiap wilayah di
Papua. Pada kasus Fakfak, integrasi sosial dapat berjalan dengan baik karena ada
5
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kesadaran dan inisiatif lokal, sehingga memiliki makna dan kekuatan dari dalam
kepentingan ekonomi dan politik. Hal ini berbeda dengan konsepsi integrasi sosial
yang dipahami dan dipraktikkan selama kurun waktu kekuasaan Orde Baru (1971-
yang mesti ditangani dengan cara-cara yang hegemonic. Pendekatan ini menganggap
dan setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Tertib sosial
(social order) hanya bisa tercipta melalui tekanan kekuasaan, hukum yang tegas serta
peran-peran keamanan dari aparatur negara. Integrasi sosial versi rezim Orde Baru
maupun budaya. Sebuah identitas nasional tunggal pun diberlakukan untuk mencapai
Misalnya dalam bidang politik, dua partai politik, yakni Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan satu Golongan Karya
(Golkar), telah dianggap cukup untuk mewakili keberagaman aspirasi politik warga
dipaksa masuk dalam lima agama yang menjadi agama resmi Negara (Hasse J, 2012).
6
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Dalam pandangan rezim Orde Baru, identitas yang tunggal adalah jaminan stabilitas
politik dan kekuasaan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung integrasi nasional.
ikut bertanggung jawab pada suatu struktur damai yang negativ, yang dalam jangka
panjang –di penghujung era Orde Baru- berhasil menggoyang sendi-sendi persatuan
perdamaian. Tetapi jelas keterikatan ini tidak melahirkan toleransi pada perbedaan,
identitas primordial (Rita Pranawati (ed), 2011:14). Bahkan pada akhirnya meledak
menjadi konflik antar kelompok sosial yang terjadi di berbagai tempat. Misalnya
konflik yang terjadi di Ambon, Poso, Sambas, Sampit dan beberapa daerah lainnya.
Jacques Betrands (2004), menyebut fenomena ini sebagai bukti paradox Orde Baru,
sehingga melahirkan integrasi dan harmoni sosial yang otentik dalam masyarakat.
7
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
keseimbangan sosial. Sebut saja misalnya tradisi Bela Baja di Pantar Nusa Tenggara
Timur yang menjadi pengikat persaudaraan antara umat Islam dan Kristen, atau
konflik di Maluku. Demikian juga tradisi Satu Tungku Tiga Batu di Fakfak Papua
Barat. Namun berbagai kearifan lokal tersebut masih dipandang sebelah mata, karena
dianggap tidak cukup kuat dan teruji untuk menyelesaikan konflik. Cara pandang
penyelesaian konflik. Selain itu, berbagai kearifan lokal tersebut akhirnya harus
tergerus oleh modernisasi sistem politik dan sikap represif kekuasaan yang lebih suka
Irwan Abdullah (2008:6) memperlihatkan dua hal penting. “Pertama”, peneliti dan
tentu menjauhkan publik dari usaha-usaha pemecahan konflik yang bersifat subtansial
8
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dan mandiri. Kritik Irwan Abdullah, sangat relevan untuk mencermati berbagai upaya
di wilayah Papua selama beberapa tahun terakhir. Secara faktual pemerintah sering
pola-pola kultural. Padahal konflik yang terjadi Papua memiliki dinamika yang
komprehensif, baik secara politik kekuasaan (top down) maupun melalui mekanisme
Hal ini misalnya dapat diamati secara jelas dalam proses penanganan
jenis konflik yang telah berkembang dengan dinamika yang sangat kompleks. Dalam
sejumlah penelitian dan tulisan yang membahas tentang konflik Papua, seperti
penelitian Tim LIPI (2009) menyebut empat penyebab konflik di Papua. “Pertama”,
konflik di Papua berkaitan dengan sejarah integrasi Papua ke wilayah NKRI dan
identitas politik orang Papua. Ada perbedaan tajam tentang konstruksi identitas Papua
yang sepesifik dan diklaim telah hadir sebagai bangsa yang bebas sejak era kolonial
identitas politik yang dibentuk oleh pengalaman pada masa kolonial dan dikonstruksi
yang dibentuk oleh akumulasi kekecewaan sejarah, diksriminasi politik selama masa
9
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
intrgerasi dengan Indonesia, pembangunan ekonomi yang tidak adil hingga proses
HAM yang terjadi secara sitematis selama kurun waktu kekuasaan Orde Baru. Rezim
militer yang menimbulkan korban jiwa dan kekerasan sosial yang luas. Kekerasan
politik adalah pengalaman obyektif yang dialami orang Papua sebagai akibat dari
strategi utama Pemerintah Pusat untuk memerangi OPM pada saat itu. Publikasi
kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua secara lebih detail dalam beberapa bentuk:
(1) kekerasan terhadap individu, (2) kekerasan terhadap masyarakat pada suatu
daerah, (3) kekerasan psikologis, (4) kegiatan bisnis yang berpeluang melanggar
HAM, (5) kekerasan struktural yakni kebijakan Negara yang berpeluang melanggar
HAM. Hingga saat ini aspirasi rakyat Papua agar kekerasan politik dan pelanggaran
HAM selama masa kekausaan Orde Baru dibuka kembali untuk diadili, tampaknya
“Ketiga”, konflik Papua juga merupakan cermin yang terang dari kegagalan
tahun 2001, yang diikuti dengan pemberian sejumlah kewenangan politik dan budaya
10
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
serta alokasi dana Otsus yang bernilai Triliunan Rupiah, sejauh ini belum
orang Papua masih hidup dalam jerat kemiskinan yang ekstrim. Data BPS tahun 2011
menunjukkan fakta bahwa angka kemiskinan di Papua dan Papua Barat adalah yang
tertinggi di Indonesia atau mencapai 38,8 % untuk Papua dan 34,68% untuk Papua
Barat. Sementara itu mayoritas penduduk Papua yang mendiami desa dan pedalaman
kondisi yang sangat ironis karena mereka hidup di sebuah wilayah yang memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Sementara itu mereka menyaksikan
masyarakat pendatang memiliki status sosial-ekonomi yang lebih baik dan menguasai
marjinalisasi yang dialami orang-orang Papua dalam kurun waktu yang cukup lama.
3
Laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (P2K), tahun 2011. Data yang sama
juga dapat diakses pada Data BPS Tahun 2011; Jumlah dan Presentasi Penduduk Miskin, Garis
Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut
provinsi, 2011, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1+id_subyek=23¬ab=4
(diakses 5 Desember 2011)
11
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
terbelakang, barbar dan sulit diajak berdialog. Kondisi ini menjadikan kebanyakan
orang Papua dilihat sebagai others, yakni sebagai entitas yang berbeda dari
orang Papua memiliki identitas kultural yang spesifik, yakni berambut kriting dan
berkulit hitam legam. Hal ini mengakibatkan orang Papua melihat etnis lainnya yang
mendatangi Papua sebagai kelompok luar (out group) yang mencoba menguasai
Papua. Perasaan seperti ini sering melahirkan konflik dan ketegangan etnis antara
Laporan International Crisis Group (ICG) tahun 2008, atau studi Cahyo Pamungkas
(2008) dan hasil penelitian Idrus Alhamid (2014), menyebutkan bahwa potensi
seperti Hizbut Tahrir Indonesia dan Gerakan Salafi, dan dikalangan Kristen seperti
kelompok Pantekosta dan Gereja Charismatic telah memicu ketegangan baru dalam
hubungan antar agama di Papua. Hal ini terlihat pada aksi-aksi penolakan
Agama Islam Negeri (STAIN) di Jayapura. Orang Papua yang mayoritas beragama
12
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Islamisasi sering dilihat sebagai perwujudan politik dari apa yang disebut “Proyek
menunjukkan resistensi terhadap isu islamisasi yang semakin sensitif (Warta, 2010).
membatasi jabatan-jabatan politik seperti Gubernur, Walikota dan Bupati sebagai hak
prevelege orang asli Papua (Ginuni, 2008:5). Di sisi lain, gejala etnosentrisme ini
melahirkan sikap primordialisme sempit yang dapat memicu konflik sosial di tengah
masyarakat Papua (Levaan, 2012). Hal ini tampak pada beberapa momentum Pilkada
di Papua Barat, dimana sejumlah tokoh yang mencalonkan diri sebagai Wakil
meskipun ayah atau ibu mereka dan mereka sendiri merupakan generasi yang lahir
alat komodifikasi politik dan bisnis yang melibatkan berbagai aktor, baik dari dalam
maupun luar negari. Perhatian dunia internasional dan negara-negara yang memiliki
investasi ekonomi di Papua, juga dicurigai sebagai niat baik untuk menyelesaikan
konflik Papua. Karena dalam prakteknya perhatian sejumlah negara barat seperti
Amerika Serikat, Inggris dan Australia justru berkaitan erat dengan praktek ekonomi
13
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
politik yang diterapkan untuk melanggengkan investasi dan penguasaan atas berbagai
2012).
bahwa konflik Papua secara faktual tampak bersifat vertikal, yakni antara Pemerintah
Pusat dan masyarakat politik di Papua. Namun akibat metode penyelesaian yang
koersif maka tumbuh akar-akar baru yang berlipat serentang waktu konflik itu
secara teoritis berkembang seperti Ubi Jalar Papua, ketika dahannya menyentuh tanah
maka muncul akar-akar baru dengan umbi yang besar. Dari waktu ke waktu selalu
muncul konflik baru sebagai hasil dari kegagalan kebijakan dalam menangani Papua.
Sejauh ini proses penanganan masalah Papua masih dikuasai oleh opini
dominan yang telah menempatkan Papua sebagai wilayah konflik yang paling panas
di Indonesia. Hampir setiap saat publik disuguhkan berbagai berita dan informasi
luar, perang antar kelompok suku hingga dinamika politik lokal di Papua yang
cenderung destruktif. Peran Media masa turut menjadikan Papua sebagai objek
informasi negatif tentang konflik yang tidak pernah usai. Oleh sebab itu, pemerintah
lebih suka menggunakan pola-pola kebijakan penanganan konflik yang bersifat top
down, dimana Papua dilihat sebagai wilayah konflik yang berbahaya, sehingga harus
14
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
diintervensi dan ditolong melalui inisiatif dari luar. Logika ini menempatkan
mengendalikan konflik melalui politik kekuasaan. Maka konflik Papua pun dihadapi
dengan penguatan peran militer di hampir berbagai lini kehidupan.4 Berbagai upaya
penegakan hukum untuk menjamin keamanan dan ketertiban juga dilakukan secara
tegas. Sejumlah tokoh masyarakat yang menuntut keadilan dan menyuarakan aspirasi
Papua Merdeka, ditangkap dan dipenjarakan dengan tuduhan makar. Pemerintah juga
mendorong pelaksanaan Otonomi Khusus (UU Otsus, 2001) yang disertai sejumlah
kewenangan politik budaya, serta ekonomi. Kebijakan ini mendorong aliran dana
eksplorasi sumber daya alam yang cukup besar di wilayah Papua. Namun
komprehensif, sebab dinamika social dan politik masyarakat Papua masih sering
diliputi konflik dan kekerasan. Dalam satu dasawarsa terakhir masih terjadi kekerasan
politik, sosial dan ekonomi di hampir sebagian besar wilayah Papua seperti di
dengan politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama di Papua yang telah berlangsung
selama ini, semestinya mendorong kita untuk mengkaji berbagai alternatif lain dalam
4
Beberapa waktu yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudoyono menunjuk Bambang Dramono
(seorang Jenderal senior yang pernah bertugas dalam konflik Aceh) untuk memimpin sebuah unit
khusus penyelesaian masalah Papua. Dalam banyak kasus pemerintah pusat selalu memprioritas
kekuatan militer dalam upaya penyelesaian masalah-masalah di Papua.
15
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menyelesaikan masalah Papua. Dalam dimensi tertentu kita dapat belajar dari
sosial. Apa yang terjadi di Fakfak tentu sangat menarik untuk dikaji dan diteliti, di
tengah harapan untuk mengelola konflik yang terjadi di Papua dengan cara-cara yang
lebih baik, demokratis dan bisa diterima oleh semua kekuatan sosial politik. Apalagi
Papua secara demokratis dan bermartabat melalui dialog yang damai antara Papua
sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Fakfak, memiliki makna penting dalam
studi ilmu sosial di Indonesia dewasa ini. “Pertama”, karena hal ini akan memberi
peluang untuk menemukan alternatif atas konsepsi lama tentang integrasi sosial yang
(2011:178)
dapat juga menjadi energy positif dalam mewujudkan proses pemberdayaan atau
16
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
keanekaragaman struktur sosial, budaya dan ekonomi. Hal ini bisa dicapai dengan
menggali strategi dan metode integrasi sosial yang telah dikembangkan oleh
etnis dan agama, namun kondisi tersebut tidak serta merta menimbulkan konflik dan
dan sekitarnya dapat disebut sebagai sebuah anomali sosial, di tengah berbagai
pertentangan politik, ekonomi, etnis, agama dan budaya yang sering terjadi di Papua.
menguatnya integrasi sosial masyarakat Papua. Mengingat saat ini konflik politik di
sosial dalam masyarakat Papua khususnya dinamika yang terjadi pada masyarakat di
17
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
penelitian (research question) yang diajukan dalam disertasi ini adalah sebagai
berikut:
integrasi sosial? Faktor-faktor apa saja yang melahirkan nilai dan norma
tersebut?
atas, maka ada tiga hal yang menjadi tujuan dalam penelitian disertasi ini. “Pertama”,
yang dimaksud di sini bisa agama, budaya (tradisi) ataupun sistem politik yang
bekerja secara alamiah untuk memperkuat perdamaian. “Kedua”, penelitian ini juga
18
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
wilayah Papua. Hal ini secara praksis diharapkan akan memberikan masukan bagi
dihadapi oleh masyarakat Fakfak dalam mempertahankan integrasi sosial yang telah
secara teoritis maupun praksis dalam pembangunan masyarakat yang damai dan
konflik sosial bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) yang terjadi
pasca reformasi perlu mendapatkan penjelasan teortis yang tepat sesuai dengan
konteks perubahan sosial yang sedang beralngsung. “Kedua”, penelitian ini juga
kepada para pengambil kebijakan untuk mencari solusi terbaik mengatasi berbagai
konflik sosial, ekonomi dan politik yang sering terjadi di Papua. Konflik di Papua
setiap usaha untuk menciptakan perdamaian di Papua. Demikian pula pada aras
nasional, studi ini akan memberikan masukan kepada pemerintah untuk mengelola
19
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
keragaman dengan bijaksana dan tidak perlu ragu mengadopsi berbagai kearifan lokal
Studi tentang integrasi sosial di Indonesia bukan merupakan topik atau tema
yang baru. Studi tentang hal ini telah berlangsung lama, namun menjadi penting dan
mengemuka setelah muncul konflik sosial bernuansa SARA yang melanda Indonesia
sejak gerakan reformasi tahun 1998. Gerakan reformasi seakan membuka “Kotak
Pandora”, sehingga berbagai potensi konflik yang selama ini dapat diredam melalui
kekuatan represif Orde Baru, akhirnya muncul ke permukaan dalam bentuk konflik
suasana yang selalu antagonistic, sehingga konflik dan disintegrasi sosial dipandang
sebagai sesuatu yang akan selalu hadir (omni present) dan tidak bisa dihindari. Oleh
sebab itu diperlukan intervensi sosial untuk dapat menciptakan stabilitas sosial dan
juga memiliki mekanisme sosial dan modal sosial untuk selalu menciptakan integrasi
sosial secara mandiri. Hal ini sejalan dengan paradigma baru integrasi sosial yang
20
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
didasari alam pikiran demokratis, dimana integrasi sosial dipahami sebagai suatu
penerimaan sukarela terhadap setiap individu maupun kelompok untuk berperan aktif
dalam kehidupan masyarakat tanpa membedakan etnisitas, agama, budaya dan juga
jenis kelamin.
dengan menggunakan konsep baru tentang harmoni dan integrasi yang lebih
studi paling awal yang dilakukan oleh Nazaruddin Syamsudin (1989), tentang
integrasi politik di Indonesia. Nazaruddin melakukan studi yang serius tentang factor-
“Pertama”, bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan dan
mengancam integrasi nasional yang terutama di bahas adalah PRRI, Gerakan Aceh
Merdeka dan Organisasi Papua Merdeka yang kesemuanya didasari oleh kesetiaan
integrasi nasional di Desa Pengayam Bali Utara. Menurut temuan Erni, sebetulnya
21
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Muslim di Desa Pengayam yang mampu menyesuaikan diri dengan budaya Hindu
Bali yang mayoritas. Mereka mampu menerima tradisi dan budaya Bali sebagaimana
desa. Komunitas minoritas muslim Bali juga dapat menunjukkan penghormatan yang
tinggi pada tradisi, kepercayaan dan berbagai taboo yang ada dalam kepercayaan
Nyepi dan bergembira bersama dalam hari bersamaan seperti Galungan. Sementara
itu beberapa penelitian terakhir yang berhubungan dengan integrasi sosial, misalnya
yang dilakukan oleh Liber Siagian, Hedi Sri Ahimsa dan Syafiq Efendi di Kota
Medan tentang integrasi sosial antar etnik dalam konteks ketahanan nasional pada
bahwa integrasi sosial yang terjadi dikota Medan merupakan hasil dari semangat
toleransi yang terbangun dari komunikasi yang baik antar etnis-etnis yang berbeda di
Kota Medan.
Kajian yang sama juga pernah juga dilakukan oleh kelompok peneliti yang
tergabung dalam Center for The Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. CSRC mempublikasikan hasil kajian yang
mendorong terciptanya integrasi sosial yang lebih baik. Seperti tradisi Bela Baja di
Pantar, Nusa Tenggara Timur yang mampu membentengi masyarakat dari provokasi
22
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang ingin memecah belah umat Islam dan Kristen di sana. Atau praktik Pecalang di
Bali yang berfungsi mengjaga ruma-rumah ibadah pada saat hari-hari besar agama
lain. Kajian ini secara sepesifik ingin mempromosikan Kebebasan Beragama dan
Dalam konteks lokal di Papua, ada beberapa studi dan hasil penelitian yang
masyarakat Papua yang identik dengan ras Melanesia dikemukakan oleh para
penduduk Irian Jaya sangat jelas terlihat pada ciri-ciri ras fenotip mereka seperti
Studi berikutnya yang dilakukan oleh tim peneliti Centre for Strategic and
tahun 2006, dengan Judul Partisipasi, Kohesi Sosial, dan Resolusi Konflik;
23
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kondisi masyarakat dengan kohesi sosial yang rendah sebagaimana yang terjadi di
Wamena merupakan hasil kontenstasi berbagai factor yang kompleks dan saling
diskriminasi sosial dan politik. Artinya rendahnya kohesi sosial di Papua, bukan
merupakan suatu hal yang “given”, tetapi merupakan by product dari persoalan-
persoalan di tingkat nasional dan lokal. Dengan kata lain, kebijakan nasional yang
Papua.
hasil penelitian Tim LIPI (2008) yang dipublikasikan dengan judul Papua Road
Map; Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future.
mencakup empat isu strategis yang saling terkait sebagai berikut: sejarah integrasi
Papua ke wilayah NKRI dan identitas politik orang Papua; kekerasan politik dan
yang lebih melayani dan menghormati orang Papua, mebangun dialog yang
24
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Nasionalisme Ganda Orang Papua, juga mengungkapkan sejarah konflik Papua yang
partai politik dan kampanye cultural yang menegaskan edintitas ras melanesia yang
Indonesia menurut Bernard, tidak sistematis dan sangat terbatas tanpa klaim kultural
yang jelas. Inilah yang menjelaskan mengapa kelompok nasionalis Papua cenderung
Tesis Cahyo Pamungkas (2008) tentang Papua Islam dan Otonomi Khusus
dalam arena politik identitas. Studi ini menunjukkan bahwa identitas budaya seperti
etnik dan agama, tidak hanya berfungsi sebagai penanda objektif, tetapi juga
25
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Selama ini kajian-kajian tentang Fakfak belum banyak dilakukan, terdapat dua
Papua lebih fokus pada isu konflik dan wacana-wacana besar yang menjadi
memberi tempat pada daerah-daerah “pinggiran” seperti Fakfak. “Kedua”, hal ini
membuat banyak peneliti sangat minim pengetahuan dan kurang mengenal berbagai
suku bangsa di Papua dengan dinamika sosial dan keunikan budayanya yang berbeda-
beda. Akan tetapi penelusuran literatur yang dilakukan dalam penelitian ini
menemukan publikasi yang telah dihasilkan oleh dua orang peneliti asli Fakfak
“Pertama”, studi yang dilakukan J.F. Onim (2006) tentang sejarah perjumpaan
Islam dan Kristen di tanah Papua yang mengambil lokasi di wilayah Fakfak.
kedua agama tersebut sejak awal kedatangannya di Papua. Bahwa perjumpaan Islam
dan Kristen telah melahirkan sebuah hubungan keagamaan yang unik, karena dari situ
justru muncul toleransi antara umat beragama di Fakfak. Namun Onim tidak
yang berjudul Satu Tungku Tiga Batu (Kerjasama Tiga Agama dalam Kehidupan
Beragama di Fakfak), memiliki relevansi yang cukup penting dengan penelitian ini.
26
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
beragama di Fakfak adalah filosofi Satu Tungku Tiga Batu. Tradisi ini merupakan
pengejawantahan dari hubungan yang harmonis antara tiga agama; Islam, Kristen dan
Katolik di Wilayah Fakfak. Studi Iribaram merupakan salah satu pintu masuk untuk
mengkaji lebih jauh tentang bagaimana kebijaksanaan lokal (local wisdom) tersebut
Papua Barat.
Bila kita memperhatikan paparan berbagai studi dan penelitian tersebut, maka
paling tidak terdapat dua hal yang belum memperoleh perhatian secara memadai.
politik yang menjadikan hubungan antara negara dan masyarakat sebagai objek
kajian. Integrasi sosial model ini (versi Orde Baru) berkembang menjadi politik
penundukan yang memaksa individu dan kelompok kecil melebur dalam kelompok
arus besar. Dalam hal ini keragaman dalam masyarakat belum dilihat sebagai modal
sosial dan kultural yang sangat penting untuk membangun masyarakat yang
selama ini, masih didominasi oleh wacana dominan tentang konflik. Papua masih
dilihat sebagai wilayah penuh konflik sehingga perlu ditangani secara sistematis
tentang Papua, seharusnya mendorong kita untuk mengkaji lebih mendalam tentang
spirit sosio-kultural yang selama ini telah berkembang di Papua. Oleh sebab itu untuk
27
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mengisi ruang kosong tersebut maka penulis memandang perlu untuk melakukan
penelitian tentang integrasi sosial pada masyarakat Papua dengan menetapkan fokus
pada dinamika perdamaian yang terjadi pad masyarakat Fakfak di Propinsi Papua
Barat.
mendasar bagi kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk
memberikan otonomi dan kewenangan yang lebih luas kepada daerah, dalam banyak
agama dan budaya. Di tingkat lokal, menguatnya politik identitas yang disertai
dan disharmoni yang meluas di tengah masyarakat. Segera tampak bahwa bangunan
politik perdamaian yang dibangun rezim Orde Baru ternyata memiliki kelemahan dan
negara.
harmoni yang dibangun oleh rezim Orde Baru cenderung mengedepankan asas
persamaan dan penyeragaman. Sebab itu slogan yang muncul adalah persatuan dan
represif dari unsur-unsur keamanan, demikian juga sentralisasi terhadap semua proses
28
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
negara yang direpresentasikan oleh pemerintah pusat dalam sebuah hubungan yang
bersifat komando. Maka begitu keran kebebasan dibuka terkuaklah semua kelemahan
sistemik tersebut, dan bersamaan dengan itu muncul konflik dan kekerasan yang
Dalam studi ini konsep damai atau perdamaian dipakai untuk menjelaskan
satu situasi dimana kekerasan dapat dicegah dalam relasi sosial masyarakat.
Kekerasan merupakan bentuk yang paling nyata dari rusaknya perdamaian dalam
fundamental lagi perdamaian pada dasarnya bukan saja terkait dengan absentnya
kekerasan, tetapi lebih dari itu perdamaian berkaitan dengan meningkatnya kualitas
sebabnya dalam studi perdamaian, misalnya yang dilakukan Jhon Galtung (2011),
yaitu pengendalian terhadap konflik dan kekerasan, dan kedua, perdamaian positif
dimana terdapat kebebasan dan keadilan yang dirasakan wrga masyarakat tanpa
sebagai sebuah konsep sosial yang menjelaskan situasi dimana berbagai suku, agama
dan budaya dapat mengekspresikan identitas sosialnya tanpa ada dominasi atau
29
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
intimidasi dari kelompok lain. Masyarakat harmonis yang dimaksudkan di sini adalah
sebuah kondisi masyarakat yang meskipun berbeda-beda (suku, agama, bahasa dan
golongan), tetapi dapat bekerjasama dan saling berinteraksi dalam sebuah kehidupan
individu memiliki kesadaran yang tinggi tentang keragaman dan berusaha untuk lebih
perbedaan. Konsep harmoni yang akan dikonseptualisasi dalam tulisan ini adalah
didalamnya dengan penuh kesadaran. Hal ini untuk membedakan konsep harmoni
pada sebuah masyarakat lokal di Papua, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
Fakfak di Propinsi Papua Barat dalam konteks integrasi sosial. saat ini wilayah
Fakfak dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat yang aman, damai dan harmonis
di tengah situasi sosial dan politik di Papua yang penuh konflik dan kekerasan.
penulis, fenomena Fakfak tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, tetapi banyak
faktor yang saling terkait dan memberikan kontribusi pada perdamaian, seperti nilai-
5
Dalam studi ini konsep harmoni tetap dipakai, namun dibedakan secara tegas dengan konsepsi
harmoni yang dipersepsikan rezim Orde Baru. Harmoni sosial dalam pendekatan rezim Orde Baru
adalah sebuah proyek politik yang dibangun untuk menjamin keberlangsungan pembangunan dan
eksistensi kekuasaan. Harmoni sosial dibentuk dan dirawat lewat tangan-tangan kekuasaan yang
menetralisir semua perbedaan yang berpotensi menimbulkan konflik. Negara menjadi dominan dan
penafsir utama apa yang disebut harmoni sosial.
30
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nilai kearifan lokal, agama, sejarah, ekonomi dan politik. Penting pula untuk
Oleh sebab itu untuk menganalisis dan menjelaskan fenomena Fakfak tidak
bisa dengan satu pendekatan teoritik tertentu saja, tetapi harus melibatkan sejumlah
teori dan konsep yang saling terkait untuk membangun sebuah landasan teoritis yang
kuat. Secara umum teori utama yang dipilih sebagai grand theory dalam memahami
fenomena yang menjadi locus penelitian ini adalah teori integrasi sosial (sosial
Papua, maka grand theory tersebut akan diperkuat oleh beberapa teori dan konsep
lain yang memiliki relevansi dalam studi ilmu sosial tentang masyarakat, seperti teori
tentang konflik dan teori tentang konstruksi reproduksi sosial. Berikut ini akan
kerangka teoritik yang diperlukan untuk menjelaskan fenomena integrasi sosial yang
integrasi sosial pertama kali digunakan sebagai konsep ilmiah oleh Emile Durkheim,
31
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sosial berperan dalam menjelaskan perbedaan ini. Masyakat Protestan lebih tinggi
tingkat bunuh dirinya karena tingkat integrasi sosial mereka rendah, sementara
memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang apa yang dimaksudnya dengan
sosial yang dimaksud Durkheim adalah kondisi dimana masyarakat bisa mengaitkan
mengandaikan bahwa masyarakat berada dalam sebuah sistem sosial yang mengikat
yang terdiri dari berbagai unit sosial yang merupakan sebuah kesatuan. Hal ini
tercermin dari dua pengertian dasar integrasi sosial yaitu, “pertama”, pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu, dan
sebuah tertib sosial (social order) (Ritzer, 2009:258). Dari sini bisa dilihat bahwa
konsep integrasi sosial merupakan sebuah proses horizontal yang berlangsung dalam
32
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kelas sosial dan sebagainya, dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh
Kelompok-kelompok sosial tersebut bisa terwujud atas dasar agama dan kepercayaan,
Selama ini integrasi sosial merupakan sebuah konsep yang cukup dilematis,
dan banyak mendapat kritik. Konsep integrasi sosial sering dipengaruhi oleh wacana
kekuasaan tentang penyatuan dalam sebuah kesatuan identitas. Suatu tafsir sosial
tunduk dan menyatu di bawah kuasa identitas yang mayoritas. Maka sebagai
kelanjutan dari cara pandang yang demikian itu, dikedapankan konsep asimilasi,
dimana identitas dan kebudayaan yang minoritas lebih diharapkan menyatu dengan
dari konsep integrasi nasional yang pada dasarnya mencakup dua persoalan
mendasar. Pertama, bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan dan
mewakili banyak ilmuwan politik pada zamannya yang memandang negara sebagai
satu-satunya entitas sosial politik yang harus dirawat eksistensinya, meskipun dalam
33
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
proses tersebut secara tidak terelakkan mengabaikan keragaman dan perbedaan yang
ini diharapkan sentimen dan semangat kolektif atau segala atribut politik identitas
yang tidak bersebadan dengan negara diluruhkan. Setiap warga negara pada saat yang
sama adalah sebuah warga bangsa, dimana sentimen kebangsaan tidak boleh berada
di luar jangkar politik negara. Itulah pijakan paling mendasar bagi eksistensi negara
yang dalam kata-kata Ernest Gellner (John Hall (ed.), 1998), merupakan prinsip
ideologi yang utama, suatu prinsip ideologi yang mau tidak mau pasti akan
integrasi sebagai bagian dari wacana kekuasaan yang cenderung hegemonik itu.
Secara sarkarstis konsep integrasi sosial dianggap sebagai konsep ilmu sosial yang
dianggap sebagai aktifitas teoritis yang membosankan dan tidak menarik, sebab
diperlukan oleh ilmuan sosial adalah melepaskan sebuah konsep keilmuan dari tafsir
34
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Heru Nugroho (2011:178), para ilmuan sosial dewasa ini memerlukan perimbangan
wacana publik secara seimbang dengan cara ikut serta dan terlibat dalam diskursus
tentang keragaman, tanpa harus ada pemaksaan dari negara terhadap masyarakat sipil.
Pada dasarnya studi ini merupakan upaya untuk melakukan kritik terhadap
konsepsi integrasi sosial rezim Orde Baru yang masih kuat dengan paradigma
Studi ini mencoba mendudukan kembali konsep integrasi sosial dalam alam pikiran
sebagai sesuatu yang given, dan oleh sebab itu mesti dikelola dengan cara-cara yang
Dengan begitu keseimbangan sosial yang tercipta bukanlah sebuah konsep yang statis
karena dikendalikan oleh sebuah sistem yang dominan dan hegemonik, namum
dalam masyarakat. Melalui dinamisasi yang terjadi maka tercipta nilai-nilai bersama
yang menjadi dasar bagi proses integrasi sosial yang genuin dalam masyarakat.
Berkaitan dengan cara pandang tersebut, maka studi ini akan memanfaatkan konsep-
konsep sosial dari beberapa ilmuan yang mengusulkan nilai-nilai baru yang
35
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pendekatan yang baru adalah Biku Parekh. Dalam bukunya A New Politics of
Identity, Parekh menjelaskan bahwa proses integrasi sosial dalam sebuah masyarakat
hanya dapat tercipta bila terdapat kesepakatan dari sebagian besar anggotanya
terhadap nilai-nilai sosial tertentu yang bersifat fundamental dan krusial (2008:84-
87). Parekh menyebut nilai-nilai fundamental itu dengan istilah a moral contract
(kontrak moral). Kontrak moral adalah ketaataan terhadap nilai-nilai yang menjadi
bersama atas nilai-nilai tersebut. Ia menjadi titik temu perbedaan yang harus ditaati
menulis,
Nilai-nilai moral yang menjadi norma bersama bisa berasal dari nilai-nilai agama atau
budaya yang telah berkembang dalam sebuah masyarakat dalam waktu yang lama.
Nilai-nilai tersebut bisa merupakan hasil negosiasi dalam sebuah realasi sosial yang
saling mempengaruhi.
36
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
(Ritzer, 1992). Namun bagi Parekh, proses pembentukan nilai tidak boleh direpresi
sebuah proses yang dinamis dalam masyarakat yang multikultur, sehingga terbentuk
nilai-nilai secara alami yang melahirkan rasa memiliki (belonging) dalam masyarakat.
Seperti konsepsi tentang nilai-nilai lokal yang selama ini menjadi dasar bagi
Kearifan lokal adalah suatu sintesis budaya yang diciptakan oleh aktor-aktor
lokal melalui proses yang dinamis dan berulang-ulang, melalui internalisasi dan
masyarakat (Ahmad, 2006: 102). Dalam pengertian yang lain, Syamsul Maarif (2013)
Jadi kearifan lokal bisa menjadi alat kohesifitas dan solidaritas dalam sebuah
masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan ideal mereka. Kearifan lokal dapat berupa
institusi, simbol-simbol, ritual adat, kata-kata bijak, dan pepatah yang memiliki
makna tertentu. Di sejumlah daerah, sebagian kearifan lokal ada yang masih dalam
37
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
bentuk aslinya, ada juga yang merupakan reka cipta kearifan lokal baru (institutional
tertentu, yang terus menerus direvisi dan direkacipta ulang sesuai dengan perubahan
institusi ini harus dilakukan oleh masyarakat lokal secara partisipatif, dengan
merupakan sumber moralitas bersama yang diyakini sebagai salah satu faktor yang
Sementara itu agama juga menjadi sumber nilai yang sangat penting dalam
integrasi sosial, karena menurut Emile Durkheim (2008), hakikat agama secara
agama adalah suatu pranata yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengikat
individu menjadi satu kesatuan melalui pembentukan sistem kepercayaan dan ritus.
terpecah kedalam berbagai kelompok masyarakat untuk terikat dalam satu kesamaan
identitas. Bahkan dalam The Elementary Forms of Religious Life (2001), Durkheim
mengatakan “pada dasarnya ide tentang masyarakat adalah jiwa dari agama”.
seperti Max Weber (1958) yang mengakui bahwa nilai-nilai etik Protestanisme
38
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
umum oriantasi keagamaan yang dimiliki mayoritas terbesar orang Amerika. Bellah
menunjukkan bagaimana dimensi keagamaan menjadi dasar bagi kearifan teologi dan
sosial, yang selanjutnya dijadikan dasar keagamaaan publik (civic religion). Apa yang
bisa dicatat dari studi Bellah adalah bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal bisa
membentuk struktur kehidupan masyarakat yang akan menjadi perspektif baru bagi
bentuk konseptualisasi teologi dengan kerangka dan konteks kultur lokal. Dalam
kultur masyarakat Indonesia yang religius dan multi agama, peluang untuk
dasawarsa terakhir kita menyaksikan wajah agama yang menyeramkan karena dibalut
amarah umatnya yang cenderung membangun militansi dan radikalime atas nama
agama.
dalam sebuah sistem sosial yang mengikat mereka. Setiap kemungkinan konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Dalam hal ini agama bisa menjadi alat
berbeda etnis, bahasa dan budaya bisa saling menerima dan bekerjasama. Di daerah
39
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
transmigrasi seperti di Bomberay Kab. Fakfak, masyarakat yang berasal dari Jawa,
meyakini bahwa mereka bisa diterima oleh masyarakat pribumi yang tinggal di
sekitar lokasi transmigrasi karena adanya kesamaan agama. Solidaritas atas nama
agama Islam menyelamatkan mereka pada saat terjadi ketegangan sosial yang luas di
Papua pada tahun 2000-2002. Akan tetapi agama sebagai alat afiliasi sosial memiliki
Oleh sebab itu, dalam masyarakat yang memiliki integrasi sosial yang kuat, kesatuan-
kesatuan sosial dalam masyarakat harus tersedia dalam jumlah yang banyak dan
beragam. Masyarakat juga memerlukan kesatuan sosial yang lain yang melintasi
sekat-sekat agama.
diidentifikasi Petter Blau (1984) sebagai social circle affiliation, karena perbedaan-
perbedaan etnis, agama bahkan kelas social dapat dicairkan oleh sistem social yang
mengikat tersebut. Penelitian Asutosh Varsney (2003) tentang konflik social antar
Hindu dan Muslim di India, menjelaskan mengapa sebagian kota di India begitu
kerukunan antar kelompok. Ada satu faktor yang dimiliki oleh hampir semua kota
yang damai itu, yang disebut Varsney sebagai civic association, yaitu pola relasi
lintas etnik, baik yang terorganisasi (organized civic network) atau yang muncul
40
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Iqbal Ahnaf (2013) menjelaskan kedua bentuk civic association tersebut sebagai
berikut:
anggotanya beragam (lintas kelompok). Selain itu, tersedia ruang public yang bebas
untuk manfasilitasi keterikatan antar kelompok warga yang memiliki latar belakang
agama, identitas dan kelompok social yang berbeda. Tidak hanya itu ada kesadaran di
tingkat massa maupun pemuka masyarakat untuk berpaling pada dialog. Di sini
kepercayaan (Trust). Jika ada kepercayaan maka kelompok yang berbeda dalam
masyarakat tidak akan terlibat dalam aksi kekerasan kepada yang lain. Kepercayaan
juga akan membuat masyarakat yang berbeda akan bersedia untuk mendirikan
mereka. Saling percaya juga akan menimbulkan iklim dialog terlebih dahulu dalam
41
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menyelesaikan perselisihan karena yakin kelompok yang lain juga berfikir hal yang
sama. Penelitian Varsney jelas menunjukkan bahwa trust adalah modal utama bagi
lainnya yakni pengakuan (recognition) terhadap absahnya perbedaan dan hak bagi
perbedaan itu untuk hidup dalam masyarakat. Dengan adanya pengakuan seperti itu,
Meskipun studi ini secara faktual adalah studi perdamaian, tetapi penulis
menganggap perlu untuk menggunakan konsep tertentu dari teori konflik untuk
dinamis adalah bagian yang tak terpisahkan dari fenomena social, atau dalam bahasa
Ralf Dahrendrof (Ritzer, 2009) konflik adalah fenomena social yang selalu hadir
sosial yang alamiah dan tidak terhindarkan. Konflik dipercaya sebagai konsekwensi
dari adanya perbedaan yang sudah merupakan hukum alam (sunnatullah) yang
berlaku pada semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia. Hakekat perbedaan watak dan
42
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
selalu hadir, sekalipun dalam sebuah masyarakat yang sangat harmonis. Di sini
terdapat dua kemungkinan, “pertama”, pada masyarakat yang harmonis konflik tidak
dan kompetisi. Atau seperti yang dibayangkan Pierre Bourdieu (1991) konflik hanya
terjadi dalam bentuk symbolic, dimana terjadi perebutan wacana, dominasi dan
dengan baik, sehingga tidak menimbulkan ekses kekerasan. Hal ini sejalan dengan
conflict). Sementara keadaan sebaliknya, yaitu konflik yang terlembaga dengan baik
demokratis.
Dengan demikian studi terhadap terhadap konflik tidak mesti berpusat pada
terjadi dalam masyarakat yang sering diwarnai kontestasi dan negosiasi untuk
qualities (as idea, interest, will)”. (Bahwa konflik memiliki cakupan yang cukup luas
secara fisik atau benturan antara kekuatan-kekuatan yang sulit didamaikan atau
43
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pembahasan teoritik tentang konflik harus dianalisis dari berbagai paradigma (sudut
pandang).
sebuah pemahaman yang mempercayai bahwa manusia pada prinsipnya tunduk dan
mengikuti fakta sosialnya. Pandangan seperti ini menyoroti bahwa wewenang dan
merupakan sentral dari teori konflik (Robert A. Levine dan Donalt T. Campbell,
1972:17). Perbedaan posisi itu pada gilirannya dapat memicu timbulnya konflik
dalam masyarakat.
Ide-ide pokok dari teori konflik, menurut Ritzer (2009) dapat dirinci menjadi
tiga hal, yaitu “pertama”, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang
keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan oleh adanya
tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa 7. Jadi
sekali lagi harus ditegasan bahwa konflik tidak selalu hadir dalam bentuk-bentuk
6
lihat, International Dictionary, Meriam – Webster Inc. Publisher, 1993
7
Perspektif sosiologis ini berbeda dengan perspektif strukturalis yang bersandar pada tiga pemikiran
pokok. Pertama, masyarakat berada dalam kondisi statis atau bergerak dalam kondisi keseimbangan.
Kedua, setiap elemen atau institusi memberikan dukungan terhadap stabilitas. Ketiga, anggota
masyarakat terikat secara informal oleh norma-norma, nilai-nilai dan moralitas umum (Ritzer, 1992:
72)
44
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
simbolik.
sosial yang dinamis dalam sebuah masyarakat. Namun seperti yang diungkap
Dahrenrof (Ritzer, 2009:282) teori konflik memiliki sisi yang lain yaitu konsensus.
masyarakat. Teori konsensus digunakan untuk menelaah negosiasi dan relasi yang
pada struktur sosial yang damai (Maswadi Rauf, 2000:15). Dengan kata lain konflik
yang hebat sekalipun memiliki peluang untuk dapat dipadamkan atau didamaikan
kebersamaan yang disebut Parekh (2008:87) sebagai “contract moral” antar kelompok
elitis dengan keterlibatan aktor atau kelompok dominan tertentu saja dengan men-
45
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
exlude publik (tidak melibatkan masyarakat), yang justru paling menderita akibat
konflik. Hal yang sama dapat dilihat pada pola penanganan konflik di Papua yang
yang memegang kendali atas konflik Papua sekaligus usaha penyelesaian konflik.
dan elit Papua melalui serangkaian kebijakan politik dan ekonomi yang diyakini akan
mengurangi ketegangan dan konflik di Papua. Namun proses tersebut tenyata belum
Fakfak di Propinsi Papua Barat, bisa menjadi pintu masuk untuk mendiskusikan
bertentangan dengan teori integrasi sosial. Namun penjelasan teori konflik tetap
diperlukan untuk menjelaskan fenomena Fakfak, karena sebagai salah satu wilayah di
Papua, Fakfak tentu memiliki potensi konflik yang hampir sama dengan daerah di
peminggiran sosial. Dengan kata lain potensi konflik di Fakfak merupakan fakta
yang mesti juga diakui sebelum membicarakan integrasi sosial. Perbedaannya ada
pada sistem nilai yang mampu mendorong masyarakat untuk mengelola berbagai
destruktif.
46
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sosial dan sebagainya, dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-
perdamaian dalam masyarakat pada dasarnya adalah sebuah konstruksi sosial (social
construction) yang melibatkan berbagai aktor untuk membentuk makna tertentu, yang
dibangun bahkan diubah dalam suatu ruang dengan serangkaian pilihan nilai dan
kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing aktor dengan tingkat kekuasaan yang
masyarakat sebagai produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus
(Berger dan Luckman, 1967). Pernyataan ini menegaskan satu bentuk konstruksi
47
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sosial dalam memotret dinamika perdamaian di Fakfak, namun integrasi sosial yang
dipahami bukanlah sesuatu yang statis dan tunggal, tetapi dinamis dan kontestatif.
seperti ini membutuhkan kerangka teoritis yang lebih kritis seperti konstruksi dan
reproduksi sosial untuk menganalisis dinamika integrasi sosial yang terjadi. Upaya
dan reproduksi sosial, dapat menjadi solusi teoritik terhadap kritik yang menyebutkan
bahwa konsep integrasi sosial adalah penguatan pada status quo. Untuk memenuhi
kebutuhan konseptual tersebut, maka dalam disertasi ini penulis akan memanfaatkan
pandangan Berger dan Luckman (1994) tentang konstruksi sosial dan pandangan
Pierre Bourdieu (2002) tentang reproduksi sosial. Kedua teori tersebut akan
sebagai produk manusia. Sebab setiap individu dalam masyarakat yang diakui mesti
product”. Sedangkan objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang
48
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. “man is a
social product” .
artinya ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan hal itu
berada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penarikan kembali ke dalam
dalam diri atau kenyataan subyektif. Konstruktivisme Berger ini bisa dilihat sebagai
sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena
terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya.
Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu
berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh
Luckman dapat dilihat dalam fenomena masyarakat Fakfak. Hubungan antar manusia
sebagai realitas. Pelembagaan dalam perspektif Berger terjadi di sisni, ketika semua
tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang
kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang
dimaksudkan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang timbal-balik dari
49
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tindakan-tindakan yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain,
tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu lembaga sosial (Sukidin Basrowi, 2002:206)
Sebagai tindak lanjut dari pelembagaan nilai terdapat proses reproduksi sosial
untuk menjamin kehidupan sosial tetap dalam satu keseimbangan. Piere Bourdieu
berdasarkan kesadaran yang bebas atau karena tunduk pada suatu struktur sosial yang
Habitus adalah sistem yang terdiri dari struktur yang bertahan lama. Sebuah
struktur yang cenderung berfungsi sebagai struktur yang memberikan struktur,
atau sebagai asas yang melahirkan dan menyusun kebiasaan dan
penggambaran yang dapat disesuaikan secara objektif pada hasilnya, tanpa
mensyaratkan tujuan yang sadar terhadap hasil-hasil atau penguasaan terhadap
langkah-langkah yang perlu untuk dicapai.
Dalam bahasa yang lebih sederhana habitus bisa ditafsirkan sebagai struktur mental
telah dibekali dengan serangkaian skema terinternalisasi yang mereka gunakan untuk
50
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan
seseorang bukan diturunkan dari bakat tetapi oleh habitus yang merupakan hasil
dalam arti luas. Pembelajaran itu terjadi secara halus, tidak disadari dan tampil
sebagai hal yang wajar, sehingga seolah-olah sesuatu yang alamiah (Richad Harker,
(edit.), 2009:xix).
kebanyakan dari kita tidak lagi memperhatikan petugas polisi. Tidak diperlukan lagi
sebelah kiri. Sebab berjalan disebelah kiri telah menjadi kebiasaan yang bersifat
teratur dan berpola, tetapi bukan merupakan ketundukan pada peraturan tertentu
(Adib, 2012:101). Tegasnya berjalan disebelah kiri merupakan habitus atau kebiasaan
51
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sebetulnya adalah habitus yang berproses secara tidak disadarai dan dilaksanakan
mayarakat sebagai sebuah bentuk kebiasaan yang tidak terikat dengan berbagai aturan
formal yang ada. Tetapi ia menjadi sebuah struktur yang menundukkan kehidupan
sosial. Dalam kasus Fakfak, habitus perdamaian yang kuat memungkinkan siapapun
yang datang ke Fakfak, tanpa menyadari turut menjalankan berbagai norma lokal
yang mempromosikan toleransi, harmoni dan perdamaian. Hal ini pula yang
yang dimaknai oleh masyarakat dalam relasi sosial sehingga membentuk kebiasaan
konsep field (ranah). Bourdieu memandang rana sebagai jaringan relasional antar
posisi-posisi objektif dalam suatu tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaram
indvidual. Oleh karena itu ranah bukan ikatan intersubektif antara individu, namun
52
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ranah ini ditentukan oleh banyaknya volume kapital yang dimiliki masing-masing
pelaku atau kelompok sosial. Dengan kata lain, struktur distribusi kekuasaan dalam
memperebutkan sumber daya atau modal dan juga untuk memperoleh akses tertentu
yang dekat dengan kekuasaan; (2) semacam hubungan terstruktur yang tanpa disadari
mengatur posisi individu dan kelompok dalam tatanan masyarakat yang terbentuk
secara spontan. Ranah menjadi pasar kompetitif yang didalamnya berbagai jenis
2012).
Dengan kata lain ranah menkondisikan habitus; di pihak lain, habitus menyusun
ranah, sebagai sesuatu yang bermakna, yang mempunyai arti dan nilai. Ranah yang
dimaksud Bourdieu adalah sistem yang telah berkembang menjadi kebiasaan. Sebuah
kebersihan dan atau cara orang membuang sampah di Singapura yang memang sudah
Merek sudah terbiasa membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Ranah
53
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
serta sistem yang telah berkembang sudah menyiapkan segala sesuatunya sehingga
pola hidup bersih sudah menjadi hal yang wajar dan seharusnya dijaga oleh semua
pihak. Di sini field atau ranah yang dimaksud Bourdieu telah terbentuk dengan baik.
Adapun field (ranah) yang dimaksud dalam studi ini adalah struktur
pemerintah, institusi adat, institusi agama, civil society, yang dalam perspektif
struktur sosial masyarakat Fakfak agar tetap harmonis. Proses menstrukturkan dan
Dalam bentuk yang nyata bisa dilihat pada berbagai upacara keagamaa, ritual-ritual
dan field (ranah), memiliki relevansi untuk menjelaskan fenomena harmoni sosial
yang tebentuk pada masyarakat Fakfak. Situasi harmonis yang tejadi merupakan
produk kultural yang telah terbingkai dalam modal kultural masyarakat setempat,
sepertinya adanya kearifan lokal satu tungku tiga batu, yang tanpa disadari menjadi
habitus dalam pikiran dan tindakan masyarakat. Hal ini ditambah dengan keberadaan
akomodatif pada perbedaan dan adanya dukungan berbagai kelompok sosial lain yang
arena politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan. Arena politik (pemerintahan) dan
54
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ekonomi yang selama ini menjadi medan kontestasi yang melahirkan berbagai kisah
konflik di seluruh Papua, dalam kasus Fakfak berhasil distrukturkan oleh habitus
struktur harmoni dan perdamaian pada masyarakat Fakfak tentu bukan merupakan
sesuatu stagnan, tetapi juga dinamis dan kontestatif. Melalui relasi sosial yang
integrasi sosial di Papua, khususnya yang terjadi pada masyarakat Fakfak di Propinsi
Papua Barat. Asumsi-asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahwa
integrasi sosial yang terjadi di Fakfak tampaknya disebabkan oleh beberapa faktor
atau variabel yang saling berkaitan, yaitu (1) Fakfak memiliki sejumlah karakteristik
sosial yang tercipta memiliki keberhasilan yang sangat tinggi; (2) adat dan agama
dalam masyarakat Fakfak merupakan elemen-elemen sosial yang sangat penting dan
harmonis; (3) nilai-nilai kultural tersebut sudah dapat dilembagakan dalam aktifitas
55
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tampak di lapangan dapat diiterpretasi makna dan isinya secara lebih baik dan
mendalam. Selain itu berbagai fenomena sosial yang menjadi objek penelitian ini
konsep yang bisa menjelaskan secara analitis dan sistematis (J. Vredenbregt,
penelitian ini dilakukan secara kualitatif tanpa uji hipotesis. Namun demikian, asumsi
sehingga komlpeksitas realitas sosial yang diteliti menjadi lebih sederhana dan relatif
model penelitian lapangan (field research) yang akan didukung oleh penelitian
lapangan tentang bagaimana proses integrasi sosial yang terjadi dalam masyarakat
maka data-data yang tersaji dikumpulkan dengan cara-cara dan strategi pengumpulan
data yang lazim digunakan dalam pengumpulan data yang bersifat qualitative. Seperti
56
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dokumentasi. Berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa aspek signifkan dari
1) Pengamatan (observation)
faktor apa saja yang membuat masyarakat dapat tetap hidup, rukun dan damai
sosial-budaya, agama, ekonomi, politik dan pemerintahan. Dalam hal ini saya
berbagai aktifitas, baik praktek budaya, sosial, agama, ekonomi dan lain
sebagainya. Selama satu tahun penulis telah mengunjungi Papua sebanyak dua
kali dan berdiam diri selam 3 bulan pada masing-masing kunjungan tersebut.
Proses ini penting untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang sistuasi
57
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tokoh masyarakat Fakfak yang terdiri dari kalangan intelektual, raja yang
dua akses secara simultan. Yakni proses tatap muka (face to face) dengan
ini seperti wawancara melalui handphone dan jejaring sosial yang tersedia
pertanyaan akan dikembangkan oleh peneliti menurut situasi dan kondisi yang
final terhadap objek yang diteliti. Sehingga tidak ada lagi keterangan empiris
58
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mereka yang terkait dengan tema yang dikembangkan dalam disertasi ini.
tersebut banyak hal-hal baru yang tidak terungkap melalui wawancara dengan
tentang dinamika masyarakat dan interaksi sosial yang produktif dan positif.
Setelah proses pengumpulan data dalam penelitian ini sudah dianggap cukup
dan telah dilakukan pencatatan secara seksama atas semua data tersebut secara
lengkap, maka tahapan terakhir yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap
data-data tersebut. Meskipun dalam proses penelitian, penulis telah menempatkan diri
sebagai bagian dari masyarakat Fakfak, namun pada tahapan analisis, penulis tetap
menjaga netralitas dan sikap kritis sehingga proses ini berlangsung secara objektif.
Proses analisis yang dimaksud adalah sebagai berikut. “Pertama”, menelaah data-data
yang telah dikumpulkan dalam penelitian dan dikelompokkan secara tematis sesuai
59
INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT PAPUA: Studi tentang Dinamika Perdamaian pada Masyarakat
Fakfak di
Propinsi Papua Barat
Saidin Ernas
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kaitan data dengan konteks eksternal, seperti lingkungan social, politik, ekonomi dan
budaya. Pada bagian ini ditentukan factor-faktor yang membentuk harmoni dan
aktor dan isntitusi yang terlibat serta proses-proses negosiasi yang terjadi. “Ketiga”,
fenomenologis digunakan untuk melihat makna yang telah didapatkan dari data-data
yang terkumpulkan. Dalam perspektif integrasi sosial di Fakfak, data-data yang telah
60