Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Setiap anak cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu
dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi
yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu dengan objek ancaman yang
tidak begitu jelas. Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar,1 Kecemasan pasien anak di praktik
dokter gigi adalah salah satu hambatan utama yang mencegah dokter menggunakan
layanan medis secara maksimal untuk pemeriksaan klinis rutin dan perawatan khusus
pada anak. Kecemasan juga mengurangi kepatuhan anak terhadap pengobatan yang
diberikan. Pasien yang cemas juga berpotensi untuk menghindari kedatangan ke dokter
gigi, bahkan jika mereka telah menjadwalkan janji sebelumnya. Mereka juga perlu
menghabiskan lebih banyak waktu di kursi dokter gigi untuk perawatan gigi dan
mulut.1
Dalam konteks kedokteran gigi, pasien anak adalah pasien yang memiliki
cara penanganan yang berbeda dari pasien biasanya. Hal ini disebabkan karena pasien
anak memiliki tingkah laku yang beraneka ragam saat dilakukan perawatan gigi. Ada
yang bertingkah positif dan tak jarang pasien anak bertingkah negatif.
Diperlukan strategi spesifik untuk mendekati pasien yang cemas untuk
menangani masalah yang dihadapinya . Banyak anak yang mungkin terlalu cemas
memiliki cara sendiri dalam menghadapi berbagai aspek perawatan gigi sehingga perlu
penanganan yang lebih spesifik. Oleh karena itu, teori-teori tentang teknik pendekatan
terhadap anak dan karakter anak penting untuk dipahami agar dapat membantu dokter
gigi tidak hanya dalam memberikan perawatan segera yang dibutuhkan anak saja,
tetapi juga membantu membentuk sikap positif anak pada kunjungan dental
berikutnya2. Salah satu teknik yang dapat diterapkan pada anak untuk meningkatkan
manajemen tingkah laku adalah dengan dilakukannya teknik desensitisasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan mengulas informasi
tentang teknik desensitisasi pada pasien anak yang takut dirawat giginya. Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah agar pembaca mengetahui pengertian desensitisasi
serta penatalaksanaan pasien anak dalam menggunakan teknik desensitisasi.
Ketiga, anak diberikan stimulus sesuai susunan faktor tersebut, dimulai dari
stimulus yang memberikan ancaman paling rendah. Selanjutnya anak berusaha mencari
cara mengatasi stimulus tersebut, mulai dari rangsangan yang paling bisa ditoleransi
dan sambil mempraktikkan teknik relaksasi selagi mereka melakukannya. Ketika anak
merasa nyaman dengan ini (mereka tidak lagi takut) mereka beralih ke tahap berikutnya
dalam hirarki. Kemudian stimulus yang akan diberikan selanjutnya hanya bisa
berlanjut jika pasien merasa mampu.2,5 Jika anak menjadi marah, mereka dapat kembali
ke tahap awal dan mendapatkan kembali keadaan relaks mereka.
Metode desensitisasi sistematis berlangsung 5-10 sesi, sampai pasien percaya
bahwa representasi anxiogenik dapat ditoleransi. Di akhir setiap sesi, pasien diajak
untuk menghadapi kenyataan situasi dimana desensitisasi telah dilakukan dan
mengetahui bahwa ia telah berhasil mengatasi ketakutannya. Dengan melakukan teknik
ini dokter gigi dapat mengatasi rasa takut dari sang anak.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desensitisasi bisa menjadi teknik efektif
dalam berkomunikasi dan penatalaksanaan perawatan gigi kepada anak-anak dengan
tingkat kecemasan dan ketakutan yang tinggi . kebanyakan anak sudah bisa menerima
dan mengikuti instruksi pemeriksaan dan perawatan ke dokter gigi setelah dua sampai
lima kali kunjungan yang sebelumnya telah memakai teknik desensitisasi. Sebagai
tambahan, penelitian menunjukkan bahwa semakin lama teknik ini dilakukan, semakin
efektif juga hasilnya.6 Seperti yang diungkapkan oleh Durand dan Barlow (2006)
bahwa kecemasan dalam jumlah rendah akan mendorong dan memperkuat kinerja fisik
dan intelektual sehingga anak dapat sukses ketika diperiksa dan dirawat. Anak-anak
dengan karakteristik gangguan kepribadian dan gangguan mental seperti autisme yang
masih ringan juga lebih cenderung mendapat manfaat dari teknik desensitisasi karena
keterampilan sosial yang dimiliki oleh dokter gigi saat melakukan teknik ini dikaitkan
dengan peningkatan kepercayaan pasien dalam menerima pemeriksaan gigi.7
Para peneliti dalam studi masa depan harus fokus mempertahankan
desensitisasi dari waktu ke waktu agar keterampilan gigi tercapai melalui teknik
desensitisasi dan bisa efektif dalam mengajar pasien untuk menerima radiografi,
perawatan, pencegahan, serta pengobatan restoratif gigi.7
Daftar Pustaka
1. Valentina Neacsu, Ionela Ruxandra Sfeatcu, Nicoleta Maru, Mihaela Adina
Dumitrache. Relaxation and systematic desensitization in reducing dental
anxiety. Elsevier 2014; 127 (2014): 474 – 8.
2. Duggal M, Cameron A, Toumba J. At a glance Kedokteran Gigi Anak. Aryanto
M. Astikawati R. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014:15.
3. Herdiyati Y, Sasmita I. Pendekatan Ideal Pada Anak dalam Perawatan Gigi.
Dalam: Amalia, Kasim A, Usri K, Elih, Eds. Prosiding Temu Ilmiah Forum
Dies 55 Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD, Bandung, 2014 : 323-5.
4. Zeighamia R, Behnammoghadamb M , Moradic M, Bashti, S. Comparison of
the effect of eye movement desensitization reprocessing and cognitive
behavioral therapy on anxiety in patients with myocardialinfarction. The
European journal of psychiatry 2017;9:1-5.
5. Hanif M. Efektivitas Desensitisasi In Vivo Untuk Mengatasi School Refusal
Behavior pada Anak (The effectiveness of in vivo desensitization to overcome
school refusal behavior in children). Thesis. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2016: 8-31.
6. McLeod S. Systematic Desensitization.
https://www.simplypsychology.org/Systematic-Desensitisation.html 10
Desember 2018.
7. Nelson T, Chim A, Sheller B, McKinney C, Scott J. Predicting successful dental
examinations for children with autism spectrum disorder in the context of a
dental desensitization program. J ADA 2017;3:1-8.
TUGAS INDIVIDUAL
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
Managemen Tingkah Laku Desensitisasi pada Pasien Anak
Yang Takut Dirawat Giginya
Oleh:
Jonathan Vincent Siahaan
180600085
DOSEN PEMBIMBING
Essie Octiara, drg., Sp.KGA