Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN I

PENCUCIAN DAN STERILISASI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori dan cara sterilisasi
2. Mahasiswa mampu melakukan pencucian dan sterilisasi karet, ampul, vial,
dan botol infus
3. Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat-alat kesehatan

B. DASAR TEORI
I. Pengertian Steril
Arti kata steril sendiri adalah suci hama atau bebas dari mikroorganisme. Jadi
steril adalah keadaan atau kondisi yang tercipta akibat pemusnahan atau
penghilangan semua mikroorganisme. Tingkat kesterilan setelah dilakukan
sterilisasi disebut sterilitas.

II. Pengertian Sterilisasi


Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai
akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Ada
beberapa batasan tentang arti sterilisasi, antara lain :
1. Sterilisasi adalah sejumlah proses yang mana seluruh mikroorganisme
bentuk hidup dimusnakan atau dirusak, didasarkan pada aprobability
function (Remington’s, 1990, hal 1470)
2. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril. (E. A. Kenneth, 1994, hal 1254)
3. Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau pemusnahan bakteri dan
mikroorganisme-mikroorganisme lain ( Junleins. B.L, Hal 403)

III. Cara – Cara Sterilisasi Menurut Farnakope Indonesia Edisi IV


1. Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap adalah proses sterilisasi termal yang menggunakan uap
jenuh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu 121°. Kecuali
dinyatakan lain, berlangsung disuatu bejana yang disebut autoklaf.

2. Sterilisasi Panas Kering


Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus oven modern yang
dilengkapi udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang
dapat diterima didalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15°,
jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250°.

3. Sterilisasi Gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan
dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat
mudah terbakar, bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu
toksik didalam bahan yang disterilkan, terutama mengandung ion klorida.
Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternative dari
sterilisasi termal.

4. Sterilisasi Dengan Radiasi Ion


Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radio isotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis
ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilisasi yang diperlukan
harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis
minimum dan maksimum, sifat bahan disterilkan dapat diterima.

5. Sterilisasi Dengan Penyaringan


Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan
penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga
mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisik. Perangkat
penyaringan umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap
atau dikaitkan dengan wadah yang tidak permeable. Efektivitas
penyaringan media atau penyaringan substart tergantung pada ukuran port
matriks, daya adsorpsi bakteri dan matriks dan mekanisme
pengayakannya.

6. Sterilisasi Dengan Aseptik


Proses ini mencegah masuknya mikroba hidup kedalam komponen steril
atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk
setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas mikro hidup.
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia
sekarang ini yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan lautan air. Sifat fisika
dan kimia mempengaruhi kesetabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan
pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung adalah poliprepilen dan
kapolimer polietilen-polietilen. Wadah terbuat dari berbagai macam bahan wadah
plastik, wadah gelas, dan wadah dari karet. Wadah gelas masih tetap merupakan
bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat disuntikkan.

Gelas pada dasarnya tersusun dari silikon dioksida tetrahedron, dimodifikasi


secara fisika dan kimia dengan oksida-oksida seperti oksida natrium, kalium,
kalsium, magnesium, alumunium, dan besi. Gelas yang paling tahan secara kimia
hampir seluruhnya tersusun dari silikon diosida, tetapi gelas tersebut relative rapuh
dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak pada temperature tinggi. (lachman, 1994)

Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki
ujung rancing (leher) dan bidang dasar datar. Ampul adalah wadah takaran tunggal,
oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi.

Botol kecil injeksi (vial, botol penusuk, botol kapsolut) dapat berupa wadah
takan tunggal atau takaran ganda. Botol tersebut digunakan untuk mewadahi serbuk
bahan obat dengan vol. 5 ml (voight, 1971).

No. Metode Sterilisasi Kondisi


1. Autoklaf (Cara panas Suhu 121° C selama 15 menit, 134° C 3 menit
kering)
2. Oven (Cara panas kering) Suhu 160°C selama 120 menit, atau suhu 170°C
selama 60 menit, atau suhu 180°C selama 30
menit.
3. Radiasi sinar y, Elektron Cobalt 60 dengan dosis 25 KGy
4. Cara Gas Efilen Oksida 800-1200 mg / L 45-63°C, RH 30-70% / 1-4 Jam
(Cara dingin)
5. Filtrasi (Removal Bakteri) Membran filter steril dengan pori ≤ 0,22 πm.

C. ALAT-ALAT DAN BAHAN


1) Alat alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan autoklaf
(cara panas kering) pada suhu 121° C dan waktu 15 menit, yaitu :
a. Gelas ukur
b. Corong + Kertas saring
c. Kertas saring
d. Tutup karet
e. Pipet ukur
f. Tube dari plastik
g. Botol tetes mata
h. Sudip, alat karet / plastik
i. Aqua bidesdilata

2) Alat-alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan oven (cara


panas kering) pada suhu 180° C dan waktu 30 menit.
a. Beaker glass
b. Erlenmeyer
c. Kaca Arloji
d. Batang pengaduk
e. Vial, tube salep, botol
f. Botol infus
g. Ampul
h. Mortir + stamper
i. Spatel logam

3) Bahan :  Aquadest
 HCl 2%
 Bayclin

Perhitungan : Dik = HCl 2%


Sediaan 37%

𝐻𝐶𝑙 2%
HCl  x 500 ml = 27 ml
37%

Aqua = 500 ml – 27 ml = 473 ml


D. CARA KERJA

1. Pencucian Tutup Karet

Direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari

Direndam dalam larutan 1 (tapol 1% + Na. Karbonat 0,5%) selama 1 hari

Larutan 1 di didihkan, kemudian karet di didihkan lagi dengan larutan 1


baru

Diulang tindakan, sampai larutan kelihatan jernih dan bersih

Karet ditambahkan aqua p.i lalu di autoklaf 121℃ selama 15 menit


kemudian dilihat fitratnya jernih atau belum

Dapat diulang tindakan ini sampai mendapat fitrat yang jernih

Karet dibilas dengan larutan II (Spiritus dilutus + aqua p.i) sama banyak,
sampai jernih fitratnya

Di autoklaf 121℃ selama 30 menit dalam kantong plastik tanpa air

2. Pencucian Ampul (Vial / botol infus (glassware))

Ampul / Vial / Botol infus dicuci dengan HCl encer

Didihkan dengan larutan sama banyak

Diulang prosedur tersebut maks 3x untuk mendapatkan filtrat yang jernih

Cucilah ampul / vial botol infus dengan aquadest

Atur container dengan baik dan sterilkan dengan oven pada suhu 180℃
selama 30 menit
E. PEMBAHASAN

Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membebaskan alat


atau bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan sebelum alat
dan bahan akan digunakan. Suatu alat atau bahan dapat dikatakan steril apabila bebas
dari mikroorganisme hidup yang pathogen maupun yang tidak baik dalam bentuk
vegetative ataupun nonvegetatif (spora).
Peralatan yang umumnya disterilisasi terbuat dari bahan gelas atau kaca, karet
dan besi. Dalam melakukan sterilisasi perlu diketahui mana alat yang terbuat dari
bahan yang tahan dan tidak tahan panas. Hal ini bertujuan agar peralatan yang
disterilkan tidak rusak.
Dalam praktikum kali ini digunakan dua metode sterilisasi, yaitu sterilisasi
fisik dan sterilisasi kimia. Metode sterilisai kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia tertentu. Dalam praktikum kali ini alat yang disterilkan dengan cara
tersebut adalah tutup botol vial yang terbuat dari karet. Bahan kimia yang digunakan
dalam metode kimia adalah HCL 2%, larutan tapol 1% dan Na. karbonat 0.5%,
larutan spiritus dilutus dan aqua p.i.
Metode sterilisasi fisik yang digunakan dalam praktikum kali ini ada metode
panas basah dengan menggunakan autoklaf. Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan
dan membunuh mikroba kontaminan pada alat atau bahan yang akan diguakan.
Sterilisasi basah dengan autoklaf menggunakan uap air jenuh pada suhu 1210C
selama 15 menit. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melalukan
sterilisasi dengan metode panas basah, yaitu :
 Sterilisasi bergantung pada uap, oleh sebab itu udara harus benar-benar
dikosongkan dari dalam autoklaf (sterilisator).
 Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu alat yang
berongga diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap didasar
alat.
 Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cairan harus permeable terhadap
udara.
 Suhu yang terukur oleh thermometer harus mencapai 1210C dan
dipertahankan selama 15 menit.

Sebelum alat disterilkan, terlebih dahulu alat dicuci hingga bersih. Alat-alat yang
akan disterilkan adalah tutup vial (karet), botol vial, botol infus, gelas ukur, beaker
glass, cawan porselen, kaca arloji, batang pengaduk, Erlenmeyer dan pinset. Setelah
dicuci alat-alat tersebut dibungkus dengan aluminiumfoil dan kertas perkamen.
Setelah semua alat dibungkus, kemudian alat dimasukkan ke dalam autoklaf dengan
suhu 1210C selama 30 menit.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
 Sterilisasi bertujuan untuk menhilangkan seluruh mikroorganisme yang adapa
suatu alat atau bahan agar aman untuk digunakan.
 Mahasiswa mengetahui teori sterilisasi dan dapat melakukan sterilisasi alat-
alat kesehatan.
 Adapun teknik sterilisasi yaitu menyiapkan alat, kemudian mencuci alat,
membungkus alat dengan aluminiumfoil atau kertas perkamen dan
memasukkan dalam oven atau autoklaf.
 Dalam memilih metode sterilisasi harus menyesuaikan dengan bahan dari alat
yang akan disterilkan.

SARAN
 Sebaiknya saat mencuci dan membungkus alat yang akan disterilkan harus
benar-benar bersih dan dibungkus dengan rapat dan rapi agar mikroorganisme
yang terdapat pada alat tersebut benar-benar musnah.
 Diharapkan mahasiswa tidak hanya mempelajari teknik atau metode sterilisasi
yang ada pada praktikum. Namun metode lainnya pun harus dipelajari juga.

G. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Lachman, L, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II VI Press,


Jakarta.

Voight, R, 1971, Buku Penjelasan Teknologi Farmasi, Edisi V Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai