Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Fisiologi

Sistem Indera
Pembimbing :
dr. Jauhar Firdaus, M.Biotek

Oleh :
QINTHAR LAYALIA FAZA
172010101117

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER 2019
I. Latar Belakang
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tempat kerja. Namun, seringkali bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari
kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang
melebihi ambang batas pendengaran. Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah
yang sering disebut bising atau kebisingan.
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai ditempat
kerja. Terpajan oleh kebisingan yang berlebihan dapat merusak kemampuan untuk
mendengar (menjadi tuli) dan juga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain termasuk
jantung.
Oleh Karena itu, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan tempat
kerja yaitu pada lingkungan mesin selep dengan bahan selep kopi dan pengaruhnya terhadap
kesehatan.
II. Tujuan
1. Untuk Mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerja mesin selep dengan bahan
selep beras
2. Untuk mengetahui dampak kesehatan dari tingkat kebisingan mesin selep dengan bahan
selep beras pekerja mesin selep
III. Alat dan Bahan
1. Mesin Selep
2. Beras 1 kg
3. Aplikasi Smart Tool V2.1
IV. Langkah Kerja
1. Mesin selep di operasikan dan beras dimasukkan
2. Membuka aplikasi pada bagian sound meter
3. Mengamati dan mencatat tingkat kebisingan pada aplikasi
V. Hasil Praktikum
1. Lokasi :
Jl. Mawar
2. Waktu :
10.47 WIB
3. Bahan yang diukur
Beras
4. Durasi pengukuran
224 (dua ratus dua puluh empat detik)
5. Hasil pengukuran
Rata-rata : 84 dB

VI. Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 kebisingan adalah adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai Ambang Batas (NAB )
kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA). Jika Kebisingan yang melampaui NAB,
maka waktu paparan ditetepakan berdasarkan keterangan dibawah ini.
Berdasarkan ketentuan tersebut tingkat kebisingan yang ditimbulkan mesin selep
dengan bahan selep beras tidak melebihi BAN, yaitu sekitar 87.6 dB. Dari hasil wawancara
dengan pekerja selep, didapat durasi kerja tiap harinya 10 jam yaitu dari jam 6 pagi hingga 4
sore. Sehingga jika kebisingan itu terjadi terus menerus dalam durasi lebih dari delapan jam
dapat meberikan dampak buruk bagi kesehatan, seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi, daan gangguan pendengaran.
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan
tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja
4. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap
pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat
sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparannya
terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi oleh
faktor – faktor berikut :
• Tingginya level suara
• Lama pemaparan
• Spektrum suara
• Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadinya TTS
akan lebih besar.
• Kepekaan individu
• Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergistik) ketulian apabila diberikan
bersamaan dengan kontak suara, seperti misalnya quinine, aspirin, streptomycin, dan
beberapa obat lainnya.
• Keadaan kesehatan
Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :
• Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal
• Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan
• Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang
• Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
• Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat

VII. Daftar Pustaka


Kemenakertrans RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.
13/MEN/ X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja. Jakarta; Kemenakertrans RI.

Anda mungkin juga menyukai