PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan
ekosistem bioma spesies atau seluruh planet. Menurut UU No. 50 tahun 1994 adalah
keragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk diantaranya
dataran, ekosistem ekuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian
dari keragamannya, mencakup keragaman dalam spesies , antara spesies dan ekosistem.
Keragaman hayati merupakan hal yang penting bagi kehidupan, mencakup kekayaan
spesies dan kompleksitas ekosistem sehingga dapat memengaruhi komunitas organisme,
perkembangan dan stabilitas ekosistem. Sehingga merupakan ukuran dari kesehatan
ekosistem.
Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai salah satu
negara megabiodiversity. Yaitu negara dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi.
Sebagai negara Megadiversity, Indonesia merupakan negara urutan kedua di dunia,
yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan tertinggi. Yaitu sekitar 30.000 jenis atau
lebih dari 10 persen dari total jenis tumbuhan dunia. Hal ini dikarenakan letak Indonesia
secara geografis yang berada di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis
khatulistiwa, selain itu, Indonesia juga memiliki banyak hutan hujan tropis yang kaya
akan berbagai jenis flora dan fauna dengan sifat-sifat unggul yang mungkin dapat
dimanfaatkan di masa mendatang. Dilengkapi dengan berbagai jenis ekosistem dan
dikaruniai dengan berbagai kekayaan maka tidak heran jika terdapat kurang lebih 25.000
jenis flora di Indonesia. Jumlah tersebut mencakup lebih dari 10% jumlah total flora yang
ada di dunia. Selain itu, hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia
memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah
dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Di Indonesia juga terdapat 515 jenis mamalia (12%
dari jenis mamalia di dunia), 511 jenis reptilia (7,3 % dari jenis reptile dunia), 270 jenis
amphibi dan 2.827 jenis binatang tak bertulang. Selain itu diperkirakan sebanyak 300.000
jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas
Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Selain itu Indonesia juga terkenal sebagai
hotspot keragaman hayati. Sebuah hotspot keragaman hayati merupakan wilayah dengan
tingkat tinggi spesies endemik.
Meski Indonesia dikenal sebagai "Megabiodiversity Country" namun sebutan
tersebut berarti: negara yang memiliki keragaman hayati tinggi, tapi sekaligus
menghadapi keterancaman atas kepunahannya juga tinggi. Ancaman kepunahan
kekayaan hayati spesies, habitat, dan ekosistem Indonesia dinilai sebagai yang tertinggi
di dunia. Pada flora, sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak
yang merupakan kerabat budidaya. Selain itu berbagai jenis fauna mulai dinyatakan
langka seperti Badak Jawa, Harimau Sumatra dan Orang Utan. Padahal sebagian besar
dari mereka adalah hewan endemik.
Tingkat kepunahan tinggi karena laju kerusakan lingkungan dan penurunan areal
tutupan hutan tinggi. Melebarnya kota-kota, lahan pertanian, dan infrastruktur merupakan
alasan utama sulitnya menahan kerusakan keragaman hayati. Selain itu meningkatnya
jumlah penduduk sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk berakibat pada
pembukaan lahan dan eksploitasi berlebihan yang mendukung kepunahan keragaman
hayati. Sekjen PBB juga mengungkapkan, manusia adalah penyebab terbesar kerusakan
dan kepunahan spesies lain, 1.000 kali lebih cepat dibanding kepunahan secara alami.
Hal ini merupakan masalah yang sangat serius bagi Indonesia atas kekayaan alam
dan keragamannya. Hilangnya keragaman genetis di seluruh biosfer juga memengaruhi
kesejahteraan manusia. Kepunahan lokal sebuah spesies mungkin berdampak negatif
pada seluruh kekayaan spesies dari komunitas tersebut. Beberapa ekosistem telah mulai
mengalami dampak yang serius. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus
berkontribusi dalam mencegah kepunahan keragaman hayati.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana mengatasi permasalahan kepunahan keanekargaman hayati agar tercapai
keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan makhluk hidup?
3. Tujuan Penulisan
Mengupas masalah dan mencari solusi kepunahan keragaman hayati di Indonesia pada
khususnya dan di dunia pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
World Wildlife Fund (WWF) mencatat, spesies yang terancam punah karena
berbagai sebab sangat banyak, mulai dari tuna sirip biru, beruang laut Pasifik hingga
kupu-kupu Monarch. Dalam survei yang dilakukan terhadap 47.677 jenis hewan dan
tumbuhan yang tergolong daftar merah didapati 17.291 spesies yang terancam punah
alias hilang dari muka bumi. Dibandingkan dengan 2008, dalam survei kali ini, jumlah
spesies yang terancam punah mengalami peningkatan sebanyak 2.800 spesies. Seperlima
spesies yang terancam punah merupakan jenis mamalia dan sebagian lagi merupakan
jenis reptil. Riset bernama Daftar Merah Spesies yang Terancam Punah ini didukung oleh
berbagai negara, ilmuwan dan pemerhati lingkungan. Riset ini menunjukkan bahwa pada
2015 ini, daftar spesies yang terancam punah terus meningkat mencapai 22.784 spesies.
Craig-Hilton Taylor, yang mengelola daftar itu, mengatakan, apa yang terdata hanyalah
puncak gunung es dari kondisi di alam sebenarnya. Artinya, jumlah spesies yang
terancam punah bisa jadi lebih banyak dari itu, tetapi tidak terdata dalam survei.
Di Indonesia sendiri Pada flora, sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka,
diantaranya banyak yang merupakan kerabat budidaya. Sedikitnya sebanyak 36 spesies
kayu di Indonesia terancam punah Sekitar 52 spesies keluarga anggrek, 11 spesies rotan,
9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies durian, 4 spesies pala dan 3 spesies mangga
dikategorikan langka. Sementara 44 spesies tanaman obat seperti pulasari, kedawung,
jambe, pasak bumi, gaharu, sanrego dikategorikan langka. Selain itu berbagai fauna juga
terancam punah dan sudah memasuki status langka terutama fauna-fauna endemiknya.
Misalnya nasib Yaki (Macaca nigra). Karena maraknya perburuan dan hilangnya habitat,
populasi Yaki sebagai satwa endemik Sulawesi Utara saat ini menurun hingga 80 persen
dalam kurun waktu 30 tahun. Badak jawa saat ini hanya bisa ditemukan di taman nasional
ujung kulon provinsi banten. Jumlah badak bercula satu saat ini hanya mencapai 35
hingga 45 ekor saja. badak bercula satu banyak diburu untuk diambil culanya saja. badak
bercula satu juga diklaim menjadi mamalia terlangka di dunia. Begitu juga kanguru
pohon yang hanya terdapat sekitar 50 ekor saja di dunia, ikan pesut Mahakam yang saat
ini hanya berkisar 70 ekor saja. Begitu juga nasibnya pada macan tutul jawa, orang utan
dan harimau Sumatra yang tersisa beberapa ratus ekor saja.
Pertumbuhan penduduk dunia saat ini mencapai 1,14% yang artinya rata-rata
perubahan populasi sekitar 80 juta pertahun. Meningkatnya jumlah populasi manusia
menjadi tekanan bagi keragaman hayati. Meningkatnya pertumbuhan sebanding dengan
meningkatnya kebutuhan manusia. maka terjadi eksploitasi berlebihan pada flora dan
fauna menghilangkan sebagian besar dari mereka. Melebarnya kota-kota, lahan pertanian,
dan infrastruktur merupakan alasan utama sulitnya menahan kerusakan keanekaragaman
hayati. Diperkirakan sejumlah 380.000 spesies tanaman ada di muka bumi,dan
kebanyakan telah kehilangan habitatnya. Hilangnya habitat disebabkan oleh pertanian,
perkembangan wilayah perkotaan, kehutanan, penambangan, dan pencemaran. Hilangnya
habitat bisa berarti kepunahan. IUCN menunjukkan penghancuran habitat fisik untuk 73%
spesies yang telah menjadi punah (extinct), terancam punah (endangered), rentan
(vulnerable), atau langkah (rare) dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu,ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Seperti faktor alam yang
berpengaruh besar. Bencana alam seperti letusan gunung api, banjir, longsor, tsunami dan
lainnya ikut memusnahkan sebagian dari spesies flora dan fauna dan turut serta
berpengaruh pada punahnya keragaman hayati. Satu faktor lagi yang turut berpengaruh
adalah faktor struktural yaitu kebijakan yang berlaku, sistem penegakan hukum yang
lemah, sistem kelembagaan yang lemah dan kurangnya data-data pendukung. Di
Indonesia, perhitungan kuantitatif mengenai hilangnya keragaman hayati dinyatakan
belum ada. Terutama disebabkan oleh tidak adanya data awal dari keanekaragaman hayati
yang dimiliki Indonesia sendiri. Mengingat dari 30 ribu spesies tumbuhan yang ada di
negeri ini, baru sekitar 600 jenis tumbuhan saja yang telah berhasil didata, mulai dari
informasi mengenai tumbuhan itu hingga apa saja manfaatnya.
Dengan membangun kawasan konservasi ex-situ (di luar habitat asli) seperti
Konservasi Eksitu merupakan konservasi ynag melindungi spesies tumbuhan dan hewan
langka dengan mengambil dari habitat yang tidak aman atau terancam dengan
ditempatkan ke perlindungan manusia. Cara konservasi Eksitu adalah dengan mendirikan
taman safari, kebun binatang, kebun raya, dan kebun koleksi.
Namun, pada akhirnya semua itu hanya menekan laju kepunahan selama beberapa
tahun saja. Pada akhirnya kemungkinan punah akan selalu ada. Oleh karena itu, Kita
memerlukan upaya yang lain sama sekali, kita memerlukan perubahan sepenuhnya sistem
pertanian dunia, politik perikanan dan kelautan, pendidikan, perkebunan dan pertanian,
perumahan, semua sistem industri yang terlibat dan itu terutama merupakan masalah
politis. Semua ini bukan masalah ilmu pengetahuan alam lagi (Penuturan Direktur kebun
binatang Frankfurt Niekisch pada konferensi di Nagoya).
BAB III
PENUTUP
1. Saran
Kita sebagai manusia harus terus menjaga keseimbangan alam dengan mencegah
punahnya keragaman hayati (sesuai dengan solusi pada pembahasan).
2. Kesimpulan
Saat ini, punahnya keragaman hayati sudah menjadi isu yang sangat
mengkhwatirkan karena dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan
hidup manusia. Hal ini tidak hanya dipengaruhi semata-mata oleh bencana alam dan
polusi melainkan sesuatu hal yang lebih besar dari itu. Hal ini jika dibiarkan akan
mengancam kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup. Oleh karena itu kita harus
mengambil tindakan tegas. Setiap langkah kecil yang kita lakukan pasti akan berpengaruh.
Kita tidak bisa hanya duduk diam. Karena pada kondisi ini hanya kita yang benar-benar
mampu melakukan sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
http://faisolhezim1994.blogspot.com/2015/10/kepunahan-keragaman-hayati-dan.html
https://www.bappenas.go.id/files/publikasi_utama/Dokumen_IBSAP_2015-2020.pdf
http://lipi.go.id/berita/ancaman-kepunahan-spesies-indonesia-tertinggi-di-dunia/1669
http://lipi.go.id/lipimedia/indonesia-dibayangi-kepunahan-keragaman-hayati/8867#kedeputian
http://www.menlh.go.id/stop-kepunahan-keragaman-hayati-indonesia/
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/04/15/nmukgr-laju-
kepunahan-keragaman-hayati-indonesia-tinggi
https://kbr.id/nasional/08-
2018/indonesia_hadapi_ancaman_kepunahan_keragaman_hayati/97132.html
https://ilmugeografi.com/biogeografi/flora-dan-fauna-asli-indonesia-yang-terancam-punah
https://www.ekuatorial.com/id/2010/10/indonesia-tak-miliki-data-awal-keanekaragaman-
hayati/
https://www.bappenas.go.id/files/8013/5230/1588/buku-kh.pdf
https://www.dw.com/id/upaya-hentikan-kepunahan-spesies/a-6132431
http://himakova.lk.ipb.ac.id/koservasi-in-situ-dan-eks-situ/
https://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati