Anda di halaman 1dari 58

GTE – 07 = ANALISA HASIL PENYELIDIKAN GEOTEKNIK

UNTUK SDA

PELATIHAN
AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK
KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
(GEOTECHNICAL ENGINEER WRD)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

KATA PENGANTAR

Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human
Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada
urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-
negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan
3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai
modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan
SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :

 UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan


pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan
Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian
atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan
kompetensi diperlukan tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan
kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.

 UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat


(2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu
pada standard kompetensi kerja.

 UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

 UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1
dan 2 bahwa :

- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan
bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang
sumber daya air

i
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

(2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam


konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK
(Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya
didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis
struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan
dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan
Kerja.

Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena
menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk
mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan
kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, Nopember 2006

Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE.


NIP : 110016435

ii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

PRAKATA

Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di
Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala
kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya.
Pada kenyataannya saat ini mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian, dan efisiensi
pemanfaatan sumber daya relatif masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli / terampil dan
penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta penguasaan
teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
standar baku mutu dibidang Ahli Pelaksana Geoteknik, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus tiga puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Pelaksana Geoteknik merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk
disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam
pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam Ahli Pelaksana Geoteknik bidang sumber
daya air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Pelaksana Geoteknik ini terdiri dari 8 (delapan)
modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga
kerja menjadi Ahli Pelaksana Geoteknik.

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA pekerjaan
konstruksi Sumber Daya Air.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Nopember 2006

Tim Penyusun

iii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK


JUDUL MODUL : Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA
Waktu : 4 X 45 MENIT ( 4 JPL)

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu menyiapkan perencanaan dan penyelidikan geoteknik sebelum pelaksanaan
pekerjaan konstruksi untuk mendukung perencanaan teknis pekerjaan konstruksi
Sumber Daya Air.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu :
1. Melakukan pengumpulan data geoteknik terdahulu
2. Mempelajari dan menguasai data terdahulu untuk daerah yang akan diselidiki
3. Membuat perencanaan penyelidikan geoteknik
4. Melakukan pengendalian pekerjaan penyelidikan geoteknik
5. Melakukan analisa hasil penyelidikan geoteknik untuk SDA
6. Membuat laporan dan rekomendasi hasil penyelidikan geoteknik

Seri Modul : GTE – 07 / Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu :
Menjelaskan dan menganalisa hasil penyelidikan geoteknik untuk SDA

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)


Setelah modul ini selesai dipelajari, peserta mampu :
1. Melakukan pengumpulan data dan pemilahan hasil penyelidikan dengan benar
2. Melakukan analisa hasil penyelidikan geoteknik dengan teliti
3. Melakukan interpretasi data dengan benar
4. Menentukan parameter desain dengan benar

iv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


PRAKATA ............................................................................................................... iii
LEMBAR TUJUAN ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK ....................................................... ix
DAFTAR MODUL .................................................................................................. x
PANDUAN PEMBELAJARAN ................................................................................. xi
MATERI SERAHAN ............................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Geologi Teknik yang Kompleks .................................................. 1-1
1.2 Frekuensi Gempa yang Tinggi ................................................................ 1-2
1.3 Vulkanisme Aktif ..................................................................................... 1-3
1.4 Tingkat Pelapukan dan Sedimentasi Tinggi ............................................ 1-3
1.5 Pengujian Mekanika Tanah ................................................................... 1-3
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 2 PENGUMPULAN DATA DAN PEMILAHAN HASIL PENYELIDIKAN


2.1 Pengumpulan Data Lapangan ............................................................... 2-1
2.2 Pengumpulan Data Laboratorium .......................................................... 2-10
2.3 Pemilahan Data Lapangan dan Laboratorium ......................................... 2-15
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 3 INTERPRETASI DATA


3.1 Interpretasi Data Lapangan dan Laboratorium ....................................... 3-1
3.2 Rekomendasi Parameter Desain .......................................................... 3-4
RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 4 PARAMETER DESAIN

v
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

4.1 Zona Pelapukan ................................................................................... 4-1


4.2 Bidang Perlapisan ................................................................................. 4-5
4.3 Retakan, Sesar dan Kekar .................................................................... 4-6
RANGKUMAN
LATIHAN

BAB 5 CONTOH ANALISA HASIL PENYELIDIKAN GEOTEKNIK BENDUNGAN


5.1 Batuan Lunak ........................................................................................... 5-1
5.2 Batuan Urai ............................................................................................. 5-2
RANGKUMAN
LATIHAN

DAFTAR PUSTAKA

vi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lempeng-lempeng tektonik di sekitar Indonesia dan sesar-sesar


utamanya ........................................................................................... 1-4
Gambar 1.2 Peta zona gempa Indonesia .............................................................. 1-5
Gambar 4.1 Batuan intek yang merupakan bagian dari batuan masip ................... 4-2
Gambar 4.2 Profil tipikal pelapukan pada batuan beku, batuan metamorf,
batuan karonat dan batuan sedimen .................................................. 4-3
Gambar 4.3 Pengisian zona remasan dengan dental concrete .............................. 4-7
Gambar 5.1 Skematik aluvial oleh sungai bermeander .......................................... 5-5
Gambar 5.2 Beberapa gambar umum dari pondasi aluvial .................................... 5-5
Gambar 5.3 Gambaran desain untuk mengkontrol rembesan dan erosi
pada pondasi dengan permeabilitas tinggi di tanah bendungan ......... 5-6
Gambar 5.4 Slurri trench untuk mengatasi pondasi dengan permeabilitas tinggi .... 5-6

vii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Bahan Tanah ................................................................................ 3-3


Tabel 5.1 Klasifikasi kekuatan batuan (based on ISRM 1978) ............................... 5-1

viii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI PELAKSANA GEOTEKNIK

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Pelaksana Geoteknik
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
didalamnya telah ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria
unjuk kerja, sehingga dalam Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik, unit-unit kompetensi
tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kompetensi (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing


Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja melalui metoda pembelajaran
yang diberikan untuk mencapai indikasi keberhasilan dengan tingkat / level dari setiap
elemen kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan
silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus sebagai suatu cerminan yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus
menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik.

ix
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DAFTAR MODUL

PELATIHAN : Ahli Pelaksana Geoteknik

NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT


KOMPETENSI
Undang-Undang Jasa
Undang-Undang Jasa Konstruksi
Konstruksi (UUJK), Sistem
(UUJK), Sistem Manajemen
1. GTE - 01 Manajmen Keselamatan dan
Keselamatan dan Kesehatan 1.
Kesehatan Kerja (SMK3)
Kerja (SMK3) dan Pengendalian
dan Pengendalian Dampak
Dampak Lingkungan
Lingkungan

2. GTE - 02 Melakukan Pengumpulan


Pengumpulan Data Geoteknik 2.
Data Geoteknik Terdahulu

Mempelajari dan Menguasai


3. GTE - 03 Kajian Data Geoteknik 3. Data Terdahulu untuk
Daerah yang akan Diselidiki

Perencanaan Penyelidikan
Geologi Teknik dan Mekanika
4. GTE - 04 Membuat Perencanaan
Tanah untuk Perencanaan Teknis 4.
Penyelidikan Geoteknik
Konstruksi Sumber Daya Air
(SDA)

Melakukan Pengendalian
5. GTE - 05 Pengendalian Pelaksanaan
5. Pekerjaan Penyelidikan
Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik

Membuat Laporan dan


6. Laporan Hasil Penyelidikan
GTE-06 6. Rekomendasi Hasil
Geoteknik
Penyelidikan Geoteknik

Melakukan Analisa Hasil


Analisa Hasil Penyelidikan
7. GTE - 07 Penyelidikan Geoteknik
Geoteknik untuk Sumber Daya 7.
untuk Sumber Daya Air
Air (SDA)
(SDA)

Pedoman Praktek Sondir, Bor


8. GTE - 08 Pelatihan Penunjang Teori
Tangan, Sampling dan Densiti 8.
dan Praktek
Test (Sand Cone)

x
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

PANDUAN PEMBELAJARAN

xi
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

ANALISA HASIL PENYELIDIKAN


JUDUL : KETERANGAN
GEOTEKNIK UNTUK SDA
KODE MODUL : GTE – 07

Deskripsi : Modul ini membahas masalah Analisa Hasil


Penyelidikan Geoteknik untuk Sumber Daya Air
mencakup pengumpulan data, pemilahan hasil
penyelidikan, interpretasi data, parameter
desain, contoh analisa hasil penyelidikan
geoteknik untuk bendungan.

Tempat Kegiatan : Di dalam ruangan kelas lengkap dengan


fasilitasnya serta dilengkapi dengan media
pembelajarannya.

Waktu Kegiatan : 4 x 45 menit (4 JPL)

Bahan : Materi Serahan

xii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


1. Pembukaan

 Menjelaskan Tujuan  Mengikuti penjelasan OHT1,2,3,4,5,6


Pembelajaran Umum dan Tujuan instruktur secara tekun
Pembelajaran Khusus (TPU & dan aktif
TPK)  Mengajukan pertanyaan
 Memotivasi dan merangsang jika belum jelas
inovasi kepada peserta dengan
pertanyaan dan saling tukar
pengalaman di tempat kerjanya.

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi Serahan, lembar
tujuan

2. Ceramah : Pendahuluan

 Membahas mengenai kondisi  Mengikuti penjelasan OHT7,8,9


Geologi di Indonesia instruktur dengan tekun
 Frekuensi gempa dan aktif
 Vulkanisme akhir  Mencatat hal-hal yang
 Pelapukan dan sedimentasi dianggap perlu
 Pengujian mekanika tanah serta  Tanya jawab / diskusi
peta lempung, dan lain-lain singkat di kelas

Waktu : 15 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 1)

3. Ceramah : Pengumpulan Data dan


Pemilahan Hasil
Penyelidikan

 Pengumpulan data lapangan  Mengikuti penjelasan OHT10,11,12,13


termasuk peta geologi dan jenis instruktur dengan tekun
penyelidikan dan aktif
 Pengumpulan data laboratorium  Mencatat semua perihal
termasuk jenis pengujiannya yang dianggap perlu
 Pemilahan data lapangan dan  Tanya jawab / diskusi
laboratorium singkat di kelas

Waktu : 45 menit
Bahan : Materi Serahan (Bab 2)

xiii
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


4. Ceramah : Interpretasi Data

 Interpretasi data lapangan dan  Mengikuti penjelasan OHT14,15


laboratorium instruktur dengan tekun
 Rekomendasi parameter desain dan aktif
 Mencatat hal-hal yang
Waktu : 30 menit dianggap perlu
Bahan : Materi Serahan (Bab 3)  Tanya jawab / diskusi
kecil di kelas

5. Ceramah : Parameter Desain

 Zona Pelapukan
 Bidang pelapukan  Mengikuti penjelasan OHT16,17,18
 Retakan sesar dan kekar instruktur dengan tekun
dan aktif
Waktu : 45 menit  Mencatat semua hal yang
Bahan : Materi Serahan (Bab 4) dianggap perlu
 Tanya jawab / diskusi
kecil di kelas

6. Ceramah : Contoh Analisa Hasil


Penyelidikan Geoteknik
Bendungan

Membahas masalah batuan lunak


dan batuan urai serta solusi  Mengikuti penjelasan OHT19,20,21,22,23
perbaikannya instruktur dengan tekun
dan aktif
Waktu : 35 menit  Mencatat semua hal yang
Bahan : Materi Serahan (Bab 5) dianggap perlu
 Tanya jawab / diskusi
kecil di kelas

xiv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

MATERI SERAHAN

xv
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

BAB 1
PENDAHULUAN

Pembangunan suatu bendungan menuntut persyaratan-persyaratan teknik tertentu sesuai


dengan jenis dan dimensinya, baik untuk pondasi maupun tubuh bendungannya sendiri.
Bendungan beton membutuhkan pondasi yang lebih baik atau lebih tinggi persyaratannya
dibandingkan untuk jenis urugan yang hampir bisa dibangun disegala jenis dan kondisi
batuan pondasi. Walaupun demikian, jarang sekali dijumpai pondasi bendungan yang
betul-betul ideal sesuai dengan tekto-volkano aktif, yakni selalu bergerak dan bergeser
serta diiringi dengan aktivitas vulkanik. Hal ini diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :
 Indonesia terletak di antara lempeng-lempeng tektonik (plate tectonic) yang saling
berdesakan (baca Air Tanah, Rekayasa Penyadapan dan Pemanfaatannya untuk
Irigasi, kerjasama Dit. Bintek, Departemen Pekerjaan Umum dengan JICA, Maret
1999).
 Merupakan tempat pertemuan antara 2 (dua) lajur atau sabuk pegunungan dunia,
yaitu Lingkar Pasifik (Circum Pasific) dan Mediteranian yang merupakan pusat
kegiatan vulkanisme di dunia.
 Disamping itu, Indonesia juga memiliki iklim tropika–basah, yakni bercuaca panas
namun dengan curah hujan yang relatif tinggi.
Hal-hal di atas merupakan unsur dominan yang menentukan kondisi geologi teknik di
Indonesia yang besar pengaruhnya terhadap pembangunan bendungan, antara lain
adalah kondisi geoteknik yang kompleks, frekuensi kegempaan yang tergolong tinggi,
kegiatan vulkanisme yang aktif serta tingkat pelapukan dan sedimentasi yang tinggi.

1.1 Kondisi Geologi Teknik yang Kompleks


Lempeng-lempeng tektonik yang mendesak Indonesia antara lain lempeng
Samudera Indonesia yang mendesak ke arah Utara dan lempeng Samudera Pasifik
yang mendesak dari arah Timur (Gambar 1.1). Lempeng-lempeng tektonik yang
saling berdesakan tersebut menyebabkan terjadinya gaya-gaya tekan (kompresif)
dan gaya tarik (tensile) pada kulit bumi (litosfera) yang keduanya merupakan
penyebab utama terbentuknya struktur geologi yang rumit, antara lain adalah
kombinasi antara struktur perlipatan (fold), kekar (fault) dari berbagai jenis dan
ukuran. Bahkan, akibat dari desakan lempeng-lempeng tektonik yang terus-menerus
tersebut, sesar-sesar yang terbentuk tergolong aktif yang terjadinya tergolong masih
muda (berumur kwarter) sehingga pergeseran relatif diduga masih atau akan terjadi.

1-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Di Indonesia terdapat sejumlah sesar aktif utama (active major fault) yang
kebanyakan diidentifikasikan sebagai sesar geser (transcurrent faults). Sesar-sesar
aktif tersebut antara lain adalah sesar Semangko yang membujur di sepanjang
Pulau Sumatera, Sesar Lembang (sesar normal) di Jawa Barat yang kemungkinan
berasosiasi dengan Sesar Sorong di Irian Jaya atau Papua, dan lain-lainnya
(Gambar 1.1).
Selain struktur geologinya yang tergolong rumit, akibat lain dari desakan lempeng-
lempeng tektonik di atas adalah kegiatan vulkanisme yang tegolong aktif dan besar
pengaruhnya terhadap pembentukan bermacam-macam jenis dan tipe batuan,
sehingga kondisi geoteknik di Indonesia tergolong kompleks. Kondisi ini
menyebabkan sulitnya dilakukan korelasi antara kondisi geologi teknik di suatu
wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia, walaupun dalam radius yang relatif
dekat sekalipun. Hal ini menuntut dilakukannya pekerjaan Survai dan Investigasi
secara seksama dan bertahap untuk segala lokasi dan jenis bendungan khususnya
untuk bendungan urugan, secara rinci bisa dibaca pada Panduan SID Bendungan
Tipe Urugan, Volume I Survai dan Investigasi (kerjasama Departemen Pekerjaan
Umum dengan Konsultan JICA, 1998).

1.2 Frekuensi Gempa yang Tinggi


Desakan antara lempeng-lempeng tektonik membentuk suatu bidang sodokan
(subduction zone) berupa zona remasan (shear zone) yang disebut Benioff Zone.
Pergerakan atau pergeseran yang selalu terjadi di sepanjang Benioff Zone tersebut
merupakan sumber potensial penyebab terjadinya gempa tektonik, dimana
seringkali Benioff Zone ini merupakan hypocentrum-nya. Oleh karena itu, frekuensi
gempa di Indonesia tergolong tinggi dengan intensitas yang beragam seperti
diperlihatkan pada Peta sebaran gempa di Indonesia (Gambar 1.2).
Seperti diketahui bahwa getaran akibat gempa akan mengganggu stabilitas
bendungan dan bangunan-bangunan lainnya. Besar kecilnya pengaruh atau
gangguan stabilitas tersebut akan tergantung kepada intensitas gempa yang terjadi.
Oleh karena itu, desain bendungan harus mempertimbangkan stabilitasnya terhadap
intensitas getaran gempa (baca Pedoman Teknik Penentuan Beban Gempa pada
Bangunan Pengairan; Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum,
1999/ 2000).

1-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

1.3 Vulkanisme Aktif


Sebagai tempat pertemuan antara 2 (dua) lajur atau sabuk orogenik dunia, maka
aktivitas vulkanisme di Indonesia tergolong tinggi, dimana terdapat tidak kurang 400
buah gunung yang 128 buah di antaranya tergolong gunung berapi (aktif).
Vulkanisme berpotensi memperpendek umur waduk akibat sedimentasi hasil erosi
batuan vulkanik muda yang bersifat rapuh dan tidak stabil sehingga mudah runtuh
dan mudah tererosi, disamping ancaman langsung dari bahan-bahan hasil erupsi
berupa debu vulkanik serta bahan-bahan rombakan berupa lahar dingin dan atau
panas.

1.4 Tingkat Pelapukan dan Sedimentasi Tinggi


Iklim tropika-basah menyebabkan proses pelapukan fisik maupun kimiawi
berlangsung sangat efektif dan intensif, menghasilkan zona pelapukan atau tanah
penutup yang relatif tebal. Zona pelapukan yang tebal merupakan kontribusi
terbesar penyebab sedimentasi dan pendangkalan waduk, lebih-lebih jika tidak ada
upaya konservasi lingkungan dan pelestarian hutan di sekitarnya. Disamping itu, di
dalam upaya mendapatkan batuan pondasi yang memenuhi persyaratan teknik,
zona pelapukan seringkali harus dikupas atau digali relatif dalam.

1.5 Pengujian Mekanika Tanah


Pengujian ini sangat diperlukan untuk mendapatkan nilai/ parameter tanah yang
akan dijadikan dasar dalam perencanaan struktur di atas tanah yang akan dibangun
di antaranya yang paling banyak diperlukan, meliputi :
 Soil properties (sifat-sifat tanah)
 Grand Size Distribution Hydrometer
 Atterberg Limit
 Unconfined Compressive Test
 Consolidation Test
 Triaxial Compression Test
 Permeability Test
 Compaction Test
 Direct Shear Test

1-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Gambar 1.1
Lempeng-lempeng tektonik di sekitar Indonesia dan sesar-sesar utamanya

1-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

PERIODE ULANG
DAN
PERCEPATAN GEMPA DASAR RUMUS :
FAKTOR KOREKSI JENIS TANAH/ BATUAN
Periode Ulang ac ad = Z x ac x v ZONA KOEFISIEN ZONA
T (Tahun) (g) k = ad/g Jenis Batuan Periode Predominan Faktor koreksi (v)
10 90 Z = koefisien zona gempa Dasar T1
20 120 ac = percepatan gempa dasar (g)
Batuan T1 (0,25) 0,4
50 160 Cd = percepatan gempa permukaan berkoreksi
Diluvium 0,25 < T1 < 0,50 1
100 190 v = lebar koreksi pengaruh jenis arah
k = koefisien gempa Alluvium 0,50 < T1 < 0,75 1,1
200 220
500 250 a = percepatan gravitasi(cm2/ det) Alluvium lunak T1 > 0,75 1,2
1000 280
5000 310
10000 330

Gambar 1.2
Peta zona gempa Indonesia

1-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

RANGKUMAN

Pendahuluan menjelaskan masalah :


 Lempeng-lempeng tektonik yang mendesak Indonesia antara lain lempeng lempeng
samudera yang mendesak ke arah Utara dan Lempeng Samudera Pasifik .
 Sejumlah sesar aktif utama (active major fault), sesar geser (transcurrent fault).
 Frekuensi gempa yang tinggi hubungannya dengan desain bendungan.
 Pengujian mekanika tanah

1-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

LATIHAN

1. Sebutkan penyebab dari tingkat pelapukan dan sedimentasi tinggi pada batuan !
2. Sebutkan pengujian apa saja yang paling banyak diperlukan untuk mendapatkan
parameter dalam pengujian mekanika tanah !
3. Ada berapa jenis pelapukan, dilihat dari faktor penyebabnya ? Sebutkan !

1-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

BAB 2
PENGUMPULAN DATA DAN PEMILAHAN HASIL PENYELIDIKAN

Untuk menunjang suatu kegiatan analisa hasil penyelidikan geoteknik untuk pekerjaan
SDA, maka perlu dilakukan pengumpulan data dan pemilahan hasil penyelidikan yang
sesuai dengan tujuan pengendalian, yaitu sebagai berikut :

2.1 Pengumpulan Data Lapangan


Data lapangan yang perlu dikumpulkan antara lain :

2.1.1 Data peta geologi


Data peta geologi ialah peta yang memberikan gambaran mengenai
keadaan geologi dari suatu daerah. Peta ini memberikan gambaran
mengenai penyabaran litologi (batuan) serta gejala-gejala geologi lainnya,
misalnya lipatan, jurus dan kemiringan lapisan-lapisan batuan, antiklin, siklin,
kekar. Umumnya memuat keterangan mengenai urutan-urutan lapisan
batuan berdasarkan umur kejadiannya dan dinyatakan dengan simbol-simbol
dan/ atau warna.
Peta geologi terdiri dari :
 Peta geologi permukaan
 Peta surficial
Peta ini sangat bermanfaat untuk keperluan teknik, karena secara
langsung menunjukkan dengan jelas apa yang terdapat di
permukaan, singkapan batuan dan tanah serta penyebarannya.
Tanah dalam peta ini diidentifikasikan berdasarkan pada kejadiannya,
memuat juga lokasi, misalnya tanah alluvial, pelapukan, pasir, gravel
dan lain sebagainya.
 Peta areal
Peta ini menunjukkan keadaan permukaan bumi, tetapi lapisan-
lapisan penutup tidak dicantumkan. Jadi, lapisan overburden tidak
dipetakan, tanah pelapukan ditiadakan dalam peta ini seakan-akan
dikupas. Tetapi singkapan-singkapan batuan dan gejala geologi
lainnya dengan jelas digambarkan.
Contoh :
Peta-peta geologi regional.

2-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

 Peta geologi bawah permukaan (sub surface geologgic map)


Menggambarkan penampang keadaan geologi di bawah permukaan.
Merupakan gabungan dan korelasi dari seluruh hasil-hasil penyelidikan,
meliputi pemetaan geologi permukaan, pendugaan geofisik, pemboran,
test pit, trench dan lain-lain.
Cara membuat peta penampang geologi haruslah diperhatikan
perbandingan ukuran antara skala vertikal dengan skala horizontal.
Sebaiknya ukuran vertikal jangan melebihi 2 kali skala horizontal
menyebabkan kesalahan penggambaran keadaan geologi bawah
permukaan akan tidak sesuai lagi dengan keadaan sesungguhnya di
lapangan. Sudut-sudut kemiringan dari lapisan-lapisan batuan, tebal
maupun bentuknya akan mengalami perubahan.
 Skala peta geologi
Skala peta geologi sangat tergantung kepada tujuan dan tahapan
penyelidikan. Ketepatan peta geologi sangat tergantung kepada ukuran
skala peta dasar yang dipergunakan. Makin besar skala peta dasar yang
dipergunakan makin detail tingkat pemetaan geologi.
Peta dasar yang dipergunakan dapat berupa :
 Peta topografi
 Peta foto udara
Peta geologi regional, skala 1 : 100.000
1 : 50.000
Peta geologi semi detail, skala 1 : 25.000 – 1 : 10.000
Misal :
Peta geologi reservoir, skala 1 : 5.000
Peta geologi perencanaan teknis bangunan-bangunan irigasi :
 Denah skala 1 : 2.000 – 1 : 500
 Profil geologi : Horizontal 1 : 500
Vertikal 1 : 200

2.1.2 Data pendugaan keadaan bawah permukaan


Untuk mengetahui secara garis besar gambaran keadaan geologi bawah
permukaan, yaitu satuan-satuan batuan/ tanah, batas-batas satuan batuan
baik secara horizontal maupun arah vertikal dan gejala-gejala geologi
lainnya, seperti patahan, daerah rekahan-rekahan (fractured zone),
kandungan air tanah dan lain-lain.

2-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Penggunaan penyelidikan dengan metoda ini mengandung banyak


keuntungan-keuntungannya, antara lain :
 Mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan di daerah yang luas
dalam tempo yang relatif pendek.
 Memudahkan membuat interpetasi penampang geologi.
 Memperkecil jumlah titik-titik pemboran, karena akan mempermudah
korelasi antara titik-titik pemboran.
 Membuat lebih efisien dan memperkecil biaya penyelidikan.
Prinsip :
Bahwa setiap batuan akan mempunyai sifat-sifat fisik yang berlainan.

2.1.3 Data pemboran


Untuk mendapatkan data-data yang paling baik dan meyakinkan mengenai
keadaan lapisan tanah maupun batuan di bawah permukaan. Cara untuk
mendapatkan data-data tersebut dengan jalan membuat lubang dengan
memasukkan pipa beserta tabung-tabung contoh (cara Barrel).
Beberapa cara pengeboran :
 Pemboran dengan mesin (drilling machine)
Pemboran disini mempergunakan mesin sebagai tenaga penggerak
(tenaga diesel atau bensin). Pemboran mesin pada umumnya
dipergunakan untuk pengeboran formasi batuan yang keras dan relatif
untuk pengeboran dalam.
 Pemboran tumbuk (percussion drilling)
Pemboran ini dilakukan dengan cara penumbukan, mata bor biasanya
berbentuk runcing digerakkan naik turun. Umumnya dipakai untuk
penembusan lapisan kerikil (gravel) atau pasir.
 Pemboran dengan air (wash boring)
Pemboran dengan cara mengalirkan air melalui pipa dan mata bor dan
air yang dialirkan ini akan mengangkut potongan dan hancuran tanah ke
atas, biasanya dilakukan pada bahan-bahan yang lunak dan lepas.
 Pemboran tangan
Pemboran ini dilakukan dengan cara diputar dan digerakkan dengan
tangan. Dipergunakan hanya pada bahan-bahan yang lunak. Pada
bahan yang padat tidak bisa menembus.
Cara pemboran yang disaratkan :
Pemboran yang disaratkan untuk penyelidikan geologi teknik, yaitu dengan
cara pemboran inti bermesin (rotary core drilling). Pemboran ini dilaksanakan

2-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

dengan jalan memutar stang bor beserta tabung pengambilan contoh


dengan mesin sebagai pengerak.

2.1.4 Data hasil SPT (Standar Penetrasi Test)


Percobaan penetrasi yang dilakukan pada lubang bor inti untuk mengetahui
kepadatan tanah pada kedalaman tertentu yang dikehendaki. Test ini cocok
pada kondisi tanah yang berbutir kasar (pasir).
Cara pelaksanaan :
Split spoon sampler dengan ukuran :
 luar = 2”
 dalam = 13/8”
diturunkan pada dasar lubang bor, dengan perantaraan stang bor. Kemudian
ditumbuk oleh palu seberat 140 lb = 63,56 kg dengan ketinggian jatuh 75 cm.
Dihitung banyaknya tumbukan yang diperlukan untuk memasukkan bagian
split spoon 30 cm yang terakhir.
Data yang diperoleh :
N = jumlah tumbukan
cm = panjang split spoon yang masuk
Prosedur :
ASTM, D 1586 – 67
AASHTO, T 206 – 70
BS 1377
JIS A 1219 – 1968
Jumlah percobaan :
Percobaan S.P.T. biasanya dilakukan pada interval kedalaman antara
(11/2 – 3) meteran.

2.1.5 Data percobaan permeabilitas (Permeability Test)


Percobaan permeabilitas di lapangan adalah salah satu cara yang paling
baik untuk mengetahui nilai koefisien permeabilitas (K) dari batuan, yang
lebih mencerminkan dengan kondisi aslinya di lapangan. Pada umumnya
percobaan ini dilakukan dalam lubang bor tangan, test pit, lubang bor inti.
Dari data-data yang diperoleh, kita bisa mendapatkan keterangan yang
berhubungan dengan jumlah rembesan ”seepage” pada batuan dan juga
bisa diperkirakan jumlah grouting/ tekanan grouting yang diperlukan dalam
pelaskanaan untuk mengurangi rembesan.

2-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Percobaan pengukuran permeabilitas di lapangan terdiri dari :


 Cara pressure test (packer test)
 Penjelasan
Test permeabilitas pada formasi batuan yang keras, kompak
umumnya dipakai metoda packer test. Metoda ini dengan
mempergunakan alat yang disebut packer yang fungsinya sebagai
penghalang supaya air yang dipompakan dengan tekanan, bisa
masuk ke dalam formasi batuan yang akan di test, jadi merupakan
penyekat yang tidak tembus air (seal). Percobaan ini dilakukan pada
lubang bor dengan NX size.
Penempata packer :
 Single packer : di atas bagian yang di test.
 Double packer : di atas dan di bawah bagian yang ditest.
 Prosedur
Percobaan permeabilitas bertekanan (pressure test) dapat terdiri
beberapa tahapan perobaan, yang ditentukan oleh besarnya tekanan
yang diberikan. Tekanan air disesuaikan dengan kedalaman batuan
yang ditest.
Lihat (U. S. B. R., Geology Report No. G – 97).
 Rumus/ perhitungan
Untuk mencari harga K = koefisien permeabilitas, dapat dipergunakan
rumus :
2,3 Q L
K  log cm / det
2 L H R
Untuk L  10 R
Dimana :
K = koefisien permeabilitas
Q = debit air
L = panjang bagian yang ditest
R = jari-jari lubang bor
H = perbedaan head dari air
= H (gravitasi) + H (tekanan)
 Cara percolation test
 Penjelasan
Cara ini dipakai apabila dinding lubang bor mudah runtuh, sehingga
tidak akan kuat dilakukan percobaan bertekanan.

2-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

 Cara pelaksanaan
Turunkan casing pada lubang bor sampai batas bagian atas yang
akan ditest. Masukan air pada casing dengan jalan dikocorkan,
usahakan muka air dalam casing selalu tetap.
Catat banyaknya air yang dikocorkan dan waktu yang diperlukan.
 Rumus yang digunakan
2,3 Q L
K log cm / det
2 π LH R
Dimana :
K = koefisien permeabilitas yang dicari
Q = debit air yang masuk dalam keadaan seimbang
L = panjang bagian yang ditest
H = perbedaan head air = H (gravity)
R = jari-jari lubang bor
 Tempat-tempat percobaan
 Tempat-tempat (bagian) yang ditest umumnya pada setiap
kedalaman antara (11/2 – 3) meteran.
 Pada setiap pergantian lapisan.

2.1.6 Data paritan uji (trench)


Paritan uji (trench) yaitu galian yang dibuat dengan bentuk seperti parit,
dengan tujuan untuk mengetahui lebih jelas gejala-gejala geologi di
permukaan, misalnya batas atau bidang kontak lapisan-lapisan batuan,
rekahan-rekahan (fracture), patahan, tingkat pelapukan dan tebalnya lapisan
penutup (over burden).
Lokasi : umumnya dibuat pada lereng, abutment (tumpuan), dapat
memotong garis tinggi atau sejajar garis tinggi.
Ukuran : Panjang disesuaikan dengan keadaan lereng dan tujuan
penyelidikan dapat berkisar dari puluhan sampai ratusan meter.
Lebar : Secukupnya supaya orang atau alat mudah bekerja minimal
(s1,50 – 2,00) meteran jika pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga
manusia.
Tinggi : - Jika lapukan/ tanah penutup tidak tebal sampai ke lapisan
keras.
- Jika tebal, kedalaman sampai 3 meter.

2-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

2.1.7 Data adit


Adit yaitu galian yang dibuat menembus bukit (terowongan) dengan tujuan
untuk mengetahui lebih jelas gejala-gejala geologi dan mengadakan
pengamatan-pengamatan mengenai sifat-sifat fisik batuan dalam keadaan
aslinya di lapangan.
Misalnya : Shear strength, compressive strength, dan lain-lain
Dimensi : Diusahakan seekonomis mungkin, tetapi pekerja maupun yang
bukan melakukan pengamatan dan percobaan mudah untuk
bergerak.
Umumnya : Tinggi : (1,80 – 2,00) meter
Lebar : (1,50 – 2,00) meter
Panjang : berkisar antara (50 – 100) meter.

2.1.8 Data penyondiran (Dynamic Penetration Test)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konus dari
perlapisan tanahnya dan variasi kedalaman dari pada yang cukup keras.
 Alat sondir
Yang bisa digunakan berkapasitas sedang dimana alat tersebut dapat
membaca nilai maksimum perlawanan konus hingga 200kg/ cm2. Mata
sondir yang digunakan ialah bikonus, sehingga akan diperoleh nilai
perlawanan konus dan lokal friction-nya. Penyondiran ini mampu
mencapai kedalaman 20 m atau bila perlawanan konus telah mencapai
200 kg/ cm2.
 Dynamic penetration test
Pada lapisan tanah berbutir kasar, pendugaan jenis lapisan tanah dapat
digunakan dengan alat D. C. P.T. Dimana mata konus 10 cm2, berat palu
10 kg dan tinggi jatuh 50 cm. Sehingga jenis serta gambaran kepadatan
lapisan tanah ini dapat diketahui dengan menghitung jumlah pukulan
pada batang penetrometer setiap penetrasi tersebut masuk 20 cm.
Hasil penelitian ini digambar dalam grafik :
 Hasil sondir didapat perlawanan konus dan nilai lekatannya.
 Hasil dynamic penetration test didapat grafik yang menghubungkan
jumlah pukulan (N) terhadap kedalaman lapisannya.
 Di samping itu, perlu dicantumkan juga elevasi lokasi penyelidikan.

2-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

2.1.9 Data pemboran tangan


Pemboran tangan ini dapat dilakukan hingga mencapai kedalaman
maksimum 10 m dengan diameter lubang bekisar antara 12 – 15 cm.
Gunanya untuk mengetahui lebih jelas lapisan tanahnya pada saat
pemboran tangan dilakukan, perlu dicatat elevasi muka tanah pada lokasi
tersebut, deskripsi dari masing-masing jenis perlapisannya dan muka air
tanahnya.
Pemboran tangan ini dapat dihentikan bila usaha-usaha di bawah ini telah
dilakukan :
 Pada lapisan tanah liat yang lembek dan mudah longsor dimana dinding
lubang bor tersebut selalu runtuh, diusahakan agar menggunakan casing
sehingga jenis tanah tersebut terambil.
 Pada lapisan keras yang susah ditembus alat bor, misalnya menemui
boulder, usahakan mengadakan pemboran ulang pada jarak 1 – 3 m di
sisi lokasi pemboran pertama.

2.1.10 Data sumuran uji (test pit)


Pekerjaan sumuran uji atau test pit gunanya untuk mengetahui jenis dan
ketebalan lapisan di bawah top soil dengan lebih jelas, baik lokasi tersebut
untuk pondasi bangunan maupun untuk jenis bahan timbunan pada daerah
borrow area. Dengan demikian dapat lebih positif dalam menguraikan jenis
lapisannya dari ketebalannya, juga volume dapat dihitung. Pada saat
pelaksanaan berjalan, perlu dicatat uraian-uraian jenis dan warna tanah
disertai photo-photonya. Ukuran sumuran uji tersebut 1 – 11/2 m2 dengan
maksimum kedalaman galian 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lapisan
tanahnya.
Pembuatan sumuran uji ini dihentikan bilamana :
 Telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-benar keras pada
sekililing lokasi tersebut.
 Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar, sehingga sulit untuk
diatasi.
 Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian
mengalamai kesulitan, usahakan terlebih dahulu dengan membuat
papan-papan penahan dinding galian sebelum ini dihentikan.

2-8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

2.1.11 Data pengambilan contoh tanah


Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium, pengambilan contoh
tanah ini sangat penting, baik untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya,
juga untuk perkiraan evaluasi hasil penelitian tanahnya.
 Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)
Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample) agar data-data
parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan, maka perlu
sekali perhatian pada saat-saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpanan contoh-contoh tanah ini, agar :
 Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.
 Kadar air aslinya masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan
lapangan.
 Penggunaan tube sample yang baik dengan mata tabung yang tajam
serta memenuhi persyaratan yang ada. Diameter tabung () minimal
6,8 cm dan panjang 50 cm.
 Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung
sebelah dalam diberi pelumas (olie) agar gangguan terhadap contoh
tanah dapat diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh
tanah ini. Agar kadar air asli contoh tanah tidak banyak berubah,
maka pada kedua ujung tabung ini perlu ditutup dengan parafin yang
cukup tebal dan tabung tersebut diberi simbol lokasi dan kedalaman
dari contoh tanah tersebut.
 Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai
dengan di lapangan. Pengambilan contoh-contoh pada setiap lapisan
tanah yang berbeda, atau pada kedalaman-kedalaman tertentu.
 Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran-getaran yang cukup keras dan hindarkan
penyimpanan pada suhu yang cukup panas.
 Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)
Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari pembuatan sumuran uji (test
pit)  30 kg.
Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai berikut :
 Bila lapisan-lapisan tanah masing-masing cukup tebal, maka harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal.

2-9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

 Bila lapisan-lapisannya tipis < 0,5 m, maka pengambilan contoh


tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan
vertikal.
Contoh-contoh tanah ini akan dikenakan percobaan proctor di
laboratorium. Untuk penelitian kadar air aslinya, maka perlu diadakan
pengambilan contoh tanah asli dengan menggunakan PVC yang
selanjutnya ditutup dengan parafin.

2.2 Pengumpulan Data Laboratorium


Pengumpulan data laboratorium merupakan kelanjutan dari pekerjaan lapangan.
Pekerjaan laboratorium mengadakan penelitian terhadap contoh batuan dan tanah
yang telah diambil di lapangan. Dalam uraian ini dibahas beberapa cara penelitian
laboratorium untuk tanah dan batuan untuk keperluan fondasi, bahan timbunan,
quarry dan penelitian aggregat.

2.2.1 Data penelitian petrografis


Contoh batuan disayat tipis sekali dan diletakkan dalam kepingan kaca
menyerupai preparat. Dengan alat miskroskop polarisator dapat ditentukan
komposisi mineral, tekstur, prosentage mineral, dan lain-lain sehingga dapat
ditentukan dengan pasti jenis dan nama batuan tersebut.

2.2.2 Data penelitian mekanika batuan


Penelitian ini dilakukan pada contoh batuan.
Untuk menentukan kepadatan, kekerasan, kekuatannya dengan cara :
 Supersonic waves
 Triaxial compressive strength (ASTM 19 D. 2554 – 67)
 Density, poison’s ratio, modulus of elasticity (ASTM 19 D. 2845 – 69)
 Unconfined compressive strength (Jaeger and Cook 1976, Rock
Mechanics)

2.2.3 Penelitian untuk bahan aggregat


Penelitian untuk bahan aggregat antara lain :
 Relative density dan water absorption (ASTM, C 128, AASHTO T. 84,
BS. 812)
 Petrographic analysis
 Particle size distribution BS 812 Par 1 : 1975
ASTM 14
 Sulphate soundness ASTM C. 88

2-10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

 Los Angeles abrasion ASTM C. 535


 Bulk spesific gravity ASTM C. 97

2.2.4 Data soil properties


 Unit weigth (m)
Untuk memperoleh nilai berat isi tanah, maka tanah akan dikenakan
pengujian ini adalah tanah kering keadaan asli.
 Specific gravity (Gs)
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan
suatu botol picnometer dan perlengkapannya.
Prosedur mengikuti cara ASTM – D – 854 atau AASHTO. T. 100
 Moisture content (W)
Tanah yang dikenakan pengujian ini adalah tanah dalam keadaan asli.
Prosedur mengikuti cara ASTM – D. 2216.
 Plastic limit (W p)
Batas plastis ini adalah nilai kadar air pada batas bawah daerah plastis.
Kadar air ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati
ayakan no. 40 (425  . m) pada alat kaca sehingga membentuk  3,2
mm dan memperlihatkan retak-retak.
Prosedur dapat mengikuti ASTM. D. 424
 Index plasticity (PI)
Index plasticity adalah selisih nilai kadar air dari batas cair ke batas
plastis.
 Shrinkage limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan mana
volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur dapat mengikuti ASTM. D.
427.

2.2.5 Data grain size distribution and hydrometer


Contoh tanah yang berbutir kasar hingga diameter butir 75  . m (tertahan
pada ayakan no. 200). Penentuan  butirnya dilakukan dengan sieves
analysis, sedangkan pada tanah berbutir halus ( < 75  . m) ditentukan
dengan hydrometer analisis. Hasil dari pengujian ini digambar pada sumbu
mendatar merupakan skala logarithma dari  butir dalam m . m dan sumbu
tegak adalah skala m . m merupakan prosentase kehalusan butir.
Pembagian butir tanahnya digunakan U . SSS dengan prosedur mengikuti
ASTM. D. 42.

2-11
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

2.2.6 Data atterberg limit


 Liquid limit (W L)
Batas cair (liquid limit) ini adalah kadar air yang dinyatakan dalam prosen
dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaaan cair dan keadaan plastis.
Nilai batas cair ini dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar
cair pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25
kali dijatuhkan setinggi 1 cm. Pada kecepatan ketukan 2 kali setiap
detiknya dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah 12,7 m. m.
Prosedur dapat mengikuti ASTM. D. 423.

2.2.7 Data unconfined compressive test


Percobaan ini dimaksud untuk memperoleh nilai kekuatan geser dari jenis
lempung, baik dalam kaeadaan asli maupun keadaan terganggu (remolded
speciment). Kecepatan gerakan perubahan tinggi pada arah vertikal adalah 1
per menit. Hasilnya merupakan gambar yang memberikan hubungan antara
besar tegangan dengan perbandingan perubahan tinggi contoh tanah.
Prosedur mengikuti ASTM. D – 2166.

2.2.8 Data consolidation test


Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah, sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka
perkiraan besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui.
Besarnya increcement ratio adalah 1, dengan nilai pembebanan adalah :
¼, ½, 1, 2, 4, 8 dan 16 kg/ cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan
pembebanan 2, ¼ kg/ cm2 pada setiap 12 jam. Data-data parameter seperti
nilai compression index, Cc dan koefisien dari konsolidasi Cv perlu diperoleh.
Prosedur percobaan mengikuti ASTM. D. 2435; Engineering properties of
soil and Their Measurement by Bowles.

2.2.9 Data triaxial compression test


Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geser serta
sifat-sifat tanah akibat pembebanan untuk mendapatkan hasil yang cukup
baik, pada setiap sample perlu disiapkan 3 contoh tanah dengan
pembebanan atau tekanan cell yang berlainan disesuaikan dengan rencana
bangunan yang ada. Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah agar
disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dari pada jenis tanahnya.

2-12
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Prosedur mengikuti literatur :


The measurement of soil properties in the triaxial test by Bishop and Henkel,
USBR earth manual dan engineering properties of soil and their
measurement by bowles.

2.2.10 Data permeability test


Salah satu sifat-sifat tanah, selain konsolidasi dan shear strength yang
terakhir adalah permeability dimana sifat ini ialah sifat mengalirkan air. Sifat
ini dipunyai karena adanya hubungan antara butir dengan butir yang
mempunyai pori atau ruang yang saling berhubungan sehingga dapat
mengalirkan air. Untuk keluarnya air/ cairan diperlukan gaya yang dikenal
dengan nama seepage force dari dalam tanah.
Dengan penurunan-penurunan Hukum Darcy maka didapat rumus :
V=k.i
Dimana :
V = kecepatan (cm/ det), untuk tanah sangat kecil hingga mencapai 10-4
K = koefisien permeabilitas (cm/ det)
h
I = gradient  
L
Pengukuran k :
Pengukuran k dapat dilakukan di laboratorium, maupun di lapangan.
Pengukuran di laboratorium :
Pada garis besarnya pengukuran ini tergantung pada jenis air tanahnya,
apakah sifatnya cepat atau lambat mengalirkan air.
 Untuk jenis tanah yang cepat mengalirkan air digunakan cara constant
head
Dimana air dialirkan secara konstant, kemudian setiap waktu tertentu
(misal tiap 10 menit atau 30 menit) air yang keluar melalui tanah
percobaan dicatat debitnya, setelah ditampung pada gelas ukur.,
sehingga harga k nya dapat dihitung dengan rumus :
Q . L
k  (cm / det)
hA
K = koefisien permeabilitas
Q = banyaknya air yang tertampung pada satuan waktu tertentu
(volume/ waktu)
H = tinggi total muka air terhadap dasar tabung percobaan
L = tebal contoh tanah

2-13
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

A = luas permukaan contoh tanah


 Untuk jenis tanah yang lambat mengalirkan air
Maka digunakan alat falling head permeameter. Pipa yang digunakan
kecil, dengan maksud dalam waktu relatif pendek, penurunan air dapat
dibaca. Debit air tidak langsung ukur.
Rumus yang dipakai :
aL h a L h0
K ln 0 atau K  2,3 log
At h1 At h1
Dimana :
K = koefisien permeabilitas
a = diameter pipa
L = tebal contoh tanah
A = luas permukaan contoh tanah
t = waktu pembacaan penurunan m air dari t0 ke t1
h0 = tinggi pembacaan m . a. semula
h1 = tinggi pembacaan m . a terakhir
Untuk tanah inpervious ini, lebih lama pembacaan penurunan airnya,
maka akan lebih baik, karena akan lebih teliti.

2.2.11 Data compaction test


Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah
banyak digunakan metoda Proctor (1933) di laboratorium. Dengan cara ini
maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat
dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (W opt) perkiraan kepadatan
tanah dan penentuan peralatan pemadatan di lapangan. Jumlah tanah
bahan proctor berkisar 30 kg, tanah ini dikenakan percobaan standar/
modified AASHO, sehingga nilai kadar air optimumnya dapat diketahui, juga
maksimum kepadatan kering dan basahnya.
Sehubungan dengan kapasitas peralatan pemadatan tanah yang ada di
lapangan, maka perlu dikerjakan system modified AASHO, sehingga akan
diperoleh nilai maksimum kepadatan lebih besar. Agar lengkung pemadatan
cukup baik, maka minimal 5 titik hasil pemadatan perlu diperoleh dengan
kadar air berkisar  3% pada daerah optimum. Prosedur dilakukan mengikuti
AASHO T. 180; T. 99 dan ASTM D. 698.

2-14
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

2.2.12 Data direct shear test


Salah satu percobaan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah adalah
dengan melakukan percobaan geseran langsung. Dengan merubah-rubah
tegangan axial pada beberapa contoh tanah (minimal 4 macam besaran
pembebanan dengan setiap beban pada satu contoh tanah), maka akan
diperoleh tegangan gesernya. Kecepatan perubahan gerakan contoh tanah
pada arah horisontal disesuaikan dengan keadaan jenis tanahnya.
Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan
dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan diperolehnya garis
yang memberikan hubungan antara tegangan geser dan tegangan axial,
maka nilai kohesi dan sudut gesernya dapat diketahui.
Prosedur ini mengikuti ASTM D. 3080.

2.3 Pemilahan Data Lapangan dan Laboratorium

2.3.1 Pemilahan data lapangan


Hasil penyelidikan lapangan dilakukan pemilahan berdasarkan lokasi dan
lapisan tanah.
 Berdasarkan lokasi, dipilah berdasarkan kondisi topografi dan kondisi
tanah permukaan, yaitu kondisi tanah, dalam kondisi tingkat kekeringan
atau tingkat kebasahannya. Tingkat elevasinya dan jarak titik
penyelidikan antara titik yang satu dengan titik yang lain, hasil pemilahan
diambil yang paling sesuai dengan rencana struktur bangunan yang akan
dibuat di lokasi tersebut.
 Berdasarkan lapisan tanah dipilah berdasarkan hasil penyelidikan boring
dipilah-pilah, berdasarkan jenis tanah, kedalaman jenis tanah pada
masing-masinglapisan dan berdasarkan rembesan, rekahan maupun
sesar (kalau ada).

2.3.2 Pemilahan data laboratorium


 Hasil pengujian laboratorium
Pemilahan data dilakukan berdasarkan sifat-sifat tanah, jenis tanah,
karakteristik tanah maupun batuan. Hasil dari pemilahan akan
menghasilkan parameter-parameternya.
 Hasil penyelidikan laboratorium berdasarkan parameter dipilah-pilah
untuk menentukan data-data yang paling sesuai untuk dijadikan data
paling cocok atau mendekati nilai parameter yang sesuai dengan

2-15
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

kebutuhan perencanaan struktur untuk menentukan langkah pekerjaan/


pekerjaan tindak lanjut pada saat pelaksanaan pekerjaan struktur SDA.

2-16
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

RANGKUMAN

Pengumpulan Data dan Pemilahan Hasil Penyelidikan menjelaskan masalah :


 Pengumpulan data di lapangan termasuk peta lokasi dan lapisan-lapisan tanah hasil
penyelidikan.
 Pengumpulan data hasil pengujian dan parameter desain.
 Pemilahan data lapangan dan laboratorium

2-17
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan pengumpulan data apa saja di lapangan untuk keperluan
penyelidikan geoteknik !
2. Sebutkan maksud dari peta geologi permukaan dan peta geologi bawah permukaan !
3. Sebutkan apakah kegunaan daripada data pendugaan keadaan bawah permukaan ?
4. Sebutkan maksud dan tujuan dilakukannya pekerjaan pemboran dalam penyelidikan
geologi teknik !
5. Sebutkan ada berapa macam pemboran penyelidikan geologi teknik ?

2-18
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

BAB 3
INTERPRETASI DATA

Interpretasi adalah suatu penjelasan dari data yang diperoleh dari pengumpulan data
hasil penyelidikan yang akan dituangkan dalam rencana pekerjaan struktur SDA. Untuk ini
diperlukan interpretasi data lapangan dan data laboratorium sebagai berikut :

3.1 Interpretasi Data Lapangan dan Laboratorium


Interpretasi data lapangan dan laboratorium untuk data lapangan isinya adalah lebih
memfokus pada penjelasan tentang :

3.1.1 Keadaan geologi regional yang menjelaskan tentang keadaan sebagai


berikut :
 Fisiografi : Keadaan cekungan atau jalur-jalur yang ada di
daerah tersebut sebagai dasar untuk menentukan
letak dari pada bangunan untuk SDA misalnya
bangunan bendungan
 Stratigrafi : Keadaan tentang urutan-urutan pengendalian,
sistem korelasi antara lapisan dengan lapisan
lainnya, hal ini sangat diperlukan untuk melakukan
klasifikasi lapisan tanah yang akan dijadikan dasar
dalam rencana pondasi suatu bangunan.
 Struktur geologi : Menjelaskan mengenai struktur geologi di daerah
tersebut baik dari segi sejarah terjadinya batuan
tersebut maupun sekitarnya. Jadi lebih difokuskan
pada suatu pengenalan batuannya. Hal ini
diperlukan untuk mempelajari tentang mekanika
batuannya.
 Kegempaan : Yang menjelaskan adanya jalur gempa dan skala
gempa yang diperoleh dari peta kegempaan dan
data gempa yang pernah dicatat oleh Lembaga
Meteorologi dan Geofisika. Hal ini sangat dibutuhkan
untuk perencanaan struktur bangunan terutama
dalam perhitungan tentang rekayasa mekanika
struktur.

3-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

3.1.2 Geologi daerah penyelidikan


Menjelaskan antara lain tentang :
 Geomorfologi : Berdasarkan relief topografinya daerah penyelidikan
di bedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi :
 Satuan morfologi perbukitan landai
 Satuan morfologi perbukitan curam.
Hal ini penting untuk mengetahui letak bangunan
yang akan dibangun.
 Stratigrap : Menginformasikan susunan struktur batuan dari yang
tertua sampai yang termuda di daerah penyelidikan
dengan urutan sebagai berikut :
 Satuan lanau gampingan
 Satuan pasir kwarsa
 Satuan batu gamping
 Satuan aluvium
 Struktur Geologi : Di daerah yang diselidiki akan memberikan data
tentang struktur/ susunan geologi yaitu struktur
lapisan kekar dan sesar. Ada 3 jenis struktur geologi
antara lain :
 Struktur perlapisan atau lempengan
 Struktur kekar
 Struktur sesar

3.1.3 Geologi teknik


Penyelidikan geoteknik dilakukan hanya yang berkaitan dengan
perencanaan bangunan, sebagai berikut :
 Poros bangunan / misal bendungan dijelaskan mengenai keadaan
batuan yang akan dilewati poros bangunan
Mengenai macam batuan teksturnya berbutir halus / kasar, kedalaman
dan sebagainya. Hal ini sangat diperlukan dalam suatu perencanaan
serta penanggulangannya.
 Tempat bangunan lain-lain
Pada prinsipnya sama dengan di atas hanya disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tingkat keperluannya.
Untuk data laboratorium menjelaskan mengenai :

3-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

3.1.4 Bahan bangunan


 Bahan tanah misal :
Tabel 3.1
Data Bahan Tanah

Bahan tanah Min Maks Rata-rata


- Bulk Density 1,85 2,14 2,02
- Dry density 1,45 1,86 1,66
- Spesifik gravity 2,59 2,78 2,68
- Kadar air asli (%) 10,19 39,5 26,39
- Sudut geser dalam 7,25 31,01 19,28
- Kohesi (t / m2) 0,20 0,90 0,56
- Kadar air ....... (%) 14,52 31,01 22, 52
- Maksimal density 1,378 1,581 1,489
- Diameter > 0,074 # 200 (%) 33,02 97,21 75,44
- Diameter > 0,002 (%) 12,73 63,55 38,27
- D.60 – mm 0,007 0,18 0,046
- Batas Cair 26,85 89,50 49,20
- Batas plastis (%) 14,63 32,88 24,33
- Plastisity indek (%) 12,22 61,27 31,17
- Batas Sudut (%) 13,89 32,40 18,24

Bahan ini dikelompokkan sebagai morganic clay mekanikal test pada


kepadatan (95 %)
- Harga koefisien permeabilitas (k)
Minimum 5,27 x 10 - 6
Maksimum 4,61 x 10 - 6
Rata-rata 4,61 x 10 – 6
- Triaxial Compression :
1. Kohesif 2. Sudut Geser
Min = 0,28 Min = 11,23
Maks = 0,38 Maks = 16,10
Rata - rata = 0,36 Rata-rata = 14,46
- Konsolidasi voil ratio beban konsolidasi
Min : 0,772 mm 0,60 kg / cm 2
Maksimal : 0,981 mm 1,04 kg / cm2

3-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Rata-rata 0,869 rata-rata 0,78 kg / cm2


Compresive induk koefisien konsolidasi
Minimum = 0,148 Minimum 1,95 E - 02
Maksimum = 0,263 Maksimum 3 E - 02
Rata-rata = 0,192 Rata-rata 2,55 E - 0%
Dan sebagainya
 Bahan Batuan
- Kuat tekan : 500 – 785 Kg / cm 2
- Spesific gravity : 2,47 – 2,76
- Absorption : 2–5%
Untuk pengujian gravel dari quarry dengan ukuran < 5 mm – 40 mm
- Spesific grafity 2,587 – 2,59
- ………. ( t/m3) 1,38 – 1,451
- Absorption % 3,15 - ……
……………….. 0,14 – 1,24
- Clay Lumps 0,69 - ……..
- ………………. 5,7 - 10,82
- ……….. 1,95 ……………………….
- Sedang pasir ……………unit ………………..
………………………..

3.2 Rekomendasi Parameter Desain


 Dari hasil penyelidikan lapangan letak bangunan yang dibangun dilokasi
tersebut cukup aman dengan sedikit ada perbaikan pondasi dengan cara semen
grouting.
 Dari hasil pengujian laboratorium sebagian besar dapat direkomendasikan
memenuhi syarat untuk parameter desain rencana.

3-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

RANGKUMAN

Interpretasi Data menjelaskan masalah :


 Interpretasi data dari lapangan dan dari laboratorium
 Rekomendasi dari hasil uji laboratorium dan untuk parameter desain

3-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

LATIHAN

1. Sebutkan mengenai keadaan geologi regional menjelaskan tentang apa saja ?


2. Sebutkan penyelidikan geoteknik untuk apa saja yang diperlukan untuk perencanaan
bangunan bendungan ?
3. Sebutkan maksud daripada stretigrap sehingga dianggap perlu untuk ilmu geologi !
4. Sebutkan alasan pentingnya pengetahuan geomorfologi untuk letak bangunan !
5. Bahan bangunan apa saja yang perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui
parameter bahan ?

3-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

BAB 4
PARAMETER DESAIN

Cacat batuan adalah kondisi fisik dan atau sifat mekanik batuan atau formasi batuan yang
secara geoteknik tidak memenuhi persyaratan teknik untuk pondasi bendungan. Oleh
karena itu, cacat batuan harus diperbaiki kualitasnya (treatment) atau bahkan dibuang
dalam rangka memenuhi persyaratan pondasi yang diinginkan.
Batuan atau bagian yang utuh dari suatu massa batuan yang lebih besar disebut batuan
intek (intact rock), sedangkan massa batuan dengan segala cacat batuan yang ada dan
biasanya masih merupakan massa batuan yang belum terpindahkan (insitu) disebut
batuan masip (massif rock). Termasuk dalam kategori batuan intek adalah bagian batuan
yang utuh dan paduan dari batuan masip, bagian yang utuh dan paduan dari pemboran
(core), bongkah batuan (boulder), kerakal (cobble) dan lain-lainnya (gambar 4.1).
Jenis-jenis cacat batuan yang seringkali dan umum dijumpai pada batuan atau formasi
batuan serta metode perbaikan yang lazim untuk keperluan pondasi bendungan adalah
sebagai berikut :

4.1 Zona Pelapukan


4.1.1 Genesa
Pelapukan pada formasi batuan disebabkan oleh proses geologi, baik
endogen maupun eksogen dan kombinasi di antara keduanya. Proses
pelapukan berawal dari permukaan batuan kemudian berkembang jauh ke
dalam formasi batuan lewat retakan-retakan yang ada hingga bisa mencapai
puluhan meter dalamnya. Profil pelapukan yang terjadi pada jenis-jenis
batuan, secara tipikal ditunjukkan pada gambar 4.2. Proses pelapukan
berlangsung secara bertahap dan bertingkat, berturut-turut dari lapuk ringan,
sedang, berat sampai pelapukan sempurna menjadi tanah. Termasuk dalam
kategori pelapukan adalah batuan yang mempunyai sifat slaking atau rapuh,
yakni mudah hancur pada kondisi udara terbuka atau sebaliknya bila
terendam air setelah terlebih dulu terkena panas. Batuan sedimen yang
mengandung konsentrasi mineral lempung yang tinggi seperti batuan serpih,
batuan lempung dan lanau seringkali menunjukkan sifat slaking seperti di
atas.

4-1
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Batuan Intek

Batuan Masif

Batuan Intek

Gambar 4.1
Batuan intek yang merupakan bagian dari batuan masip

4-2
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

Lapuk Sempurna
(CW)

Lapuk Berat
(HW)

Lapuk Sedang
(MW)

Lapuk Ringan
(SW)

Segar
(Fr)

(CW)

(HW – MW )

(SW)

(Fr)

(C) (D)

Gambar 4.2
Profil tipikal pelapukan pada :
A. Batuan Beku C. Batuan Karbonat
B. Batuan Metamorf D. Batuan Sedimen

4-3
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

4.1.2 Dampak dan solusi perbaikan


Walaupun tergantung kepada sifat-sifat mekaniknya, namun batuan yang
sangat lapuk dan lapuk sempurna, biasanya bersifat lunak dan mudah
mampat (compressible) sehingga daya dukungnya rendah dan tidak stabil.
Demikian pula halnya untuk endapan sungai (alluvial). Penurunan yang
berlebihan mungkin dapat terjadi akibat beban bendungan di atasnya. Oleh
karena itu, segala material yang tergolong lunak dan kompresibel tersebut
harus dikupas (stripping), baik secara manual maupun dengan
menggunakan alat-alat mekanik. Kedalaman pengupasan bisa diketahui dari
hasil pemboran, paritan uji atau sumuran uji dan lain-lainnya yang secara
rinci diuraikan pada Bab 5.
Namun penggalian batuan lapuk yang relatif tebal seringkali dapat
menimbulkan problema tersendiri, antara lain adalah :
 Bahaya longsoran yang perlu biaya tersendiri untuk perbaikan atau
penanggulangannya.
 Pada lokasi bendungan, penggalian zona pelapukan yang relatif dalam
seringkali tidak efektif dan efisien. Disamping bahaya longsoran seperti di
atas, seringkali terpaksa harus dibuat dinding sekat kedap air
(impermeable cut off wall), baik dalam bentuk paritan (cut off trench) atau
dengan tabir beton sampai mencapai batuan dasar yang relatif kedap air
atau mencapai batas terdalam garis aliran. Kecuali itu, kombinasi antara
drainase vertikal dan horisontal merupakan solusi yang lazim digunakan
dalam rangka mempercepat proses konsolidasi batuan pondasi. Hal ini
sudah barang tentu membutuhkan tambahan yang mahal.
 Penggalian pondasi yang relatif dalam seringkali dapat mengakibatkan
terjadinya fenomena yang biasa disebut dengan mendatan elastik (elastic
rebound), yakni peristiwa muainya formasi batuan akibat kehilangan
beban di atasnya yang relatif besar dan mendadak. Peristiwa ini dapat
menyebabkan semakin terbukanya retakan-retakan yang telah ada,
bahkan dapat menimbulkan terbentuknya kekar lembar (sheet joints)
pada batuan dasar. Rembesan air lewat retakan-retakan tersebut akan
menyebabkan tingginya tekanan air pori (pore water pressure) dan
sekaligus menurunkan ketahanan geser (shearing resistance) formasi
batuan yang pada gilirannya bisa mengakibatkan terjadinya longsoran.
Struktur batuan yang peka terhadap fenomena ini antara lain adalah
bidang-bidang perlapisan pada batuan sedimen, bidang-bidang sekisan

4-4
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

pada batuan metamorf atau malihan, retak-retak akibat pelapukan-


membawang (sphaeroidal weathering) dan atau kekar-kekar tiang
(columnar joints) pada batuan beku. Fenomena demikian pernah terjadi
saat penggalian batuan lapuk setebal 25 meter pada batuan Pondasi
Bukit Tumpuan Kiri Bendungan Batu Tegi di Propinsi Lampung, yang
terdiri atas batuan sekis dan mengakibatkan terjadinya longsoran.

4.2 Bidang Perlapisan

4.2.1 Genesa
Bidang-bidang perlapisan terbentuk pada saat yang bersamaan dengan
proses pengendapan batuan sedimen sehingga dikategorikan sebagai
struktur primer. Bidang-bidang perlapisan ini merupakan bidang-bidang yang
relatif sejajar dan memisahkan lapisan-lapisan batuan dengan sifat fisik dan
mekanik yang berbeda satu dengan yang lain.

4.2.2 Dampak dan solusi perbaikan


Seringkali bidang-bidang perlapisan ini merupakan bidang-bidang lemah
yang selain bisa menurunkan kekuatan geser (shearing resistance) batuan
pondasi, sekaligus sangat potensial sebagai tempat terjadinya kebocoran
waduk. Disamping mengganggu stabilitas hidrolik batuan pondasi, bocoran
yang terus menerus bisa mengakibatkan terjadinya piping, yaitu bocoran air
waduk yang diikuti dengan erosi internal, baik pada batuan pondasi maupun
pada tubuh bendungannya. Bocoran yang tidak tersalurkan atau tersumbat
dapat menimbulkan tekanan air pori yang berlebihan sehingga mengganggu
stabilitas mekanik bendungan.
Solusi yang umum digunakan dalam rangka memperbaiki atau
menanggulangi problema di atas antara lain adalah sebagai berikut :
 Dengan menutup permukaan pondasi bagian hulu dengan selimut kedap
air (blanket) dikombinasikan dengan pembuatan lubang-lubang drainase
(relief wells) di bagian hilirnya.
 Membuang lapisan-lapisan yang bersifat lulus air (permeable).
 Dengan metode grouting tirai (curtain grouting)
 Dengan membuat dinding sekat (cut off wall) di bawah garis pusat
bendungan atau dikombinasikan dengan grouting tirai.
 Menutup lubang-lubang atau alur-alur dengan menggunakan dental
concret

4-5
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

4.3 Retakan, Sesar dan Kekar

4.3.1 Genesa
Kekar (joint) dan sesar (fault) adalah jenis retakan yang dihasilkan oleh gaya
desak (komprehensif) yang bekerja pada formasi batuan akibat gaya
endogen yang di dalam geologi teknik disebut gaya tektonik. Gaya desak
ini selain mengakibatkan terjadinya peristiwa perlipatan pada batuan
sedimen, sekaligus juga menghasilkan tegangan tarik akibat momen
lengkung yang terjadi pada proses perlipatan. Kekar juga bisa terjadi
sebagai akibat peristiwa pendinginan pada batuan beku seperti cooling joint
atau collumnar joint (kekar kolom) pada batuan basalt. Oleh karena itu kekar
dan sesar mempunyai pola tertentu, relatif panjang dan dalamnya bisa
mencapai puluhan meter sehingga dampaknya terhadap kualitas formasi
batuan relatif besar. Sedangkan retakan disebabkan oleh gaya non tektonik
yang dihasilkan oleh gaya eksogen sebagai bagian dari proses pelapukan
fisik sehingga tidak berpola dan biasanya dangkal saja.
Bila gaya kompresif berlangsung berkesinambungan, maka struktur kekar
bisa berkembang menjadi struktur sesar, dimana kedua blok formasi batuan
yang dipisahkannya bergerak dan bergeser satu dengan lainnya searah
dengan arah tekanan. Akibat dari geseran ini, bidang kekar yang semula
kasar menjadi halus dan licin yang disebut cermin sesar (slickenside).
Sekelompok sesar yang hampir sejajar biasanya membentuk zona remasan
(shear zone) yang lebarnya bisa mencapai ratusan meter.

4.3.2 Dampak dan solusi perbaikan


Seringkali pondasi bendungan mengandung lebih dari satu pola kekar yang
terbuka, seperti halnya Pondasi Bendungan Batu Tegi di Lampung yang
sedikitnya mengandung 7 (tujuh) pola kekar. Akibat beban atau berat tubuh
bendungan, kekar-kekar tersebut bisa saling bergeser antara satu dengan
yang lain.
Selain menyebabkan ketidak stabilan batuan pondasi akibat menurunnya
kekuatan geser (shearing resistance), struktur kekar dan sesar sekaligus
bisa merupakan tempat yang potensial terjadinya bocoran waduk.
Solusi perbaikan pondasi bendungan akibat kandungan kekar dan sesar
tergantung maksud tujuannya, antara lain sebagai berikut :

4-6
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

 Dental Concrete
Dental concrete biasa digunakan untuk mengisi/ menutup lubang-lubang
dan alur lekukan yang terbentuk oleh bidang-bidang perlapisan, kekar
dan sesar, zona remasan yang telah dibersihkan, dan lain-lainnya. Selain
untuk menambah daya dukung, dental concrete sekaligus untuk
mengurangi/ mencegah terjadinya beda penurunan (differential
settlement), bocoran dan erosi buluh (piping).
Bila zona sesar (zona remasan) relatif lebar (≥ 50 cm), biasanya digali
dan dibersihkan sedalam 1,5 – 2 kali lebarnya, kemudian diisi dengan
dental concrete (gambar 8).

Concrete
d =  (1 – 2) b

zona remasan zona remukan


(shear zone) (fractured zone)

Gambar 4.3
Pengisian zona remasan dengan dental concrete

 Slush Grout
Slush grout digunakan untuk menutup retakan-retakan dengan bukaan
yang relatif sempit, terdiri atas campuran semen dengan air, atau semen,
air dan pasir yang ukuran maksimum butirannya tidak melebihi sepertiga
lebar atau bukaan retakan yang akan ditutup.

 Grouting konsolidasi atau grouting selimut


Adalah injeksi semen grout ke dalam batuan pondasi dalam rangka
meningkatkan daya dukung dan kuat geser (bearing capacity dan
shearing resistance) pondasi batuan yang mengandung banyak retakan,

4-7
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

terutama jenis kekar terbuka yang lokasinya terletak di bawah inti


bendungan urugan.
Kedalaman grouting selimut (konsolidasi) bervariasi antara 7–20 m
tergantung pada ketinggian bendungan dengan kerapatan lubang injeksi
berkisar antara 1–5 m tergantung kepada intensitas kekar-kekar yang
akan ditutup.
Pada bendungan beton, grouting konsolidasi ini harus mencakup
keseluruhan permukaan pondasi.

 Grouting tirai (curtain grouting)


Grouting tirai terutama dimaksudkan untuk membangun tabir kedap air di
bawah inti bendungan (core) guna mengurangi rembesan lewat batuan
pondasi serta memperpanjang jalur aliran (path flow) sehingga
memperkecil gaya angkat terhadap tubuh bendungan.
Kedalaman grouting selimut tergantung kepada zona permeabilitas yang
diijinkan, namun pada umumnya berkisar antara 20% - 80% dari
ketinggian bendungan.
Berdasarkan pengalaman, kedalaman grouting selimut biasanya sesuai
dengan kriteria sebagai berikut :
 Sampai mencapai basement (formasi kedap air), apabila relatif
dangkal.
 Biasanya tidak melebihi tinggi tekanan air (head) dalam keadaan
muka air waduk maksimum.
 Dari beberapa kasus menunjukkan bahwa hasil yang baik dan efektif
tercapai bila kedalaman grouting sampai dengan kedalaman yang
sama dengan tinggi tekanan air (head) atau 2/3 head.
 Di Jepang, kedalaman grouting yang efektif adalah sama dengan 1/3
H + C, dimana H adalah Head dan C adalah Constanta atau
ketetapan yang besarnya berkisar antara 8–25 m tergantung kepada
kondisi batuan pondasi.
 Berdasarkan atas hasil analisis Flow Net.
Arah lubang-lubang injeksi dipilih sedemikian sehingga memotong
sebanyak mungkin bidang-bidang ketidak seimbangan yang ada.
Demikian pula mengenai jumlah jalur atau baris, tergantung pada
frekuensi retakan yang ada, namun pada umumnya berkisar antara
1 – 4 jalur.

4-8
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

RANGKUMAN

Parameter Desain menjelaskan masalah :


 Cacat batuan dan perbaikannya.
 Adanya zona pelapukan yaitu antara lain mengenai proses pelapukan.
 Dampak dan solusi perbaikan.

4-9
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

LATIHAN

1. Sebutkan pengaruh tingkat pelapukan dan sedimentasi terhadap waduk dan usaha
apa saja untuk mencegahnya ?
2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan zona pelapukan dan apa dampak dan solusi
perbaikannya ?
3. Sebutkan tentang genesa dan solusi perbaikannya terhadap adanya bidang
perlapisan !
4. Sebutkan yang dimaksud dengan retakan, sesar dan kekar !
5. Sebutkan apa yang anda ketahui tentang dental concrete ?

4-10
Pelatihan Ahli Pelaksana Geoteknik Analisa Hasil Penyelidikan Geoteknik untuk SDA

DAFTAR PUSTAKA

1. Bieniawski T., DSc. (Eng), “Exploration For Rock Engineering”, Johannesburg, 1976
2. Beel F. G., “Engineering Geology and Geotechnics”, London-Boston, 1980
3. Bintek Dit. Dep. PU dengan JICA, ”Air Tanah, Rekayasa Penyadapan dan
Pemanfaatannya untuk Irigasi”, Maret 1999

4. Dep. PU dengan JICA, “Panduan SID Bendungan Tipe Urugan, Vol. I, Survai dan
investigai”, 1998

5. Dep. PU dengan NIPPON KOEI Co. Ltd. Dan Associates, Balai irigasi Bekasi, “Dam
Design Training“, 1998

6. Fell R., Mac Gregor P. Etal, A. A. Balkenm, “Seatechnical Engineering of Embankment


Dams“, Rotterdam 1992

7. Soedaryanto, MSc., “Engineering Geological Mapping and Geotechnical Classification of


the dam Site and Reservoir Area of the Kedung Ombo Dam Site“, Thesi, ITC, The
Netherlands

Anda mungkin juga menyukai