Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita
oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi
disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat jinak. Penyakit ini
dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
Indonesia.
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita.
Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air
kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih
tinggi daripada laki-laki.( Kimata, 2012). Batu saluran kemih banyak dijumpai
pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur 42,20 tahun
(pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun). Umur terbanyak penderita
batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60 tahun.
Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial
ekonomi, budaya dan diet.
Jenis batu saluran kemih terbanyak adalah jenis kalsium oksalat seperti di
Semarang 53,3%, Jakarta 72%. Herring di Amerika Serikat melaporkan batu
kalsium oksalat 72%, Kalsium fosfat 8%, Struvit 9%, Urat 7,6% dan sisanya
batu campuran. Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-
17%, 4-5 tahun 50%, 10-20 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun.
Apabila batu saluran kemih kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas
dan peningkatan biaya pengobatan. Manifestasi batu saluran kemih dapat
berbentuk rasa sakit yang ringan sampai berat dan komplikasi seperti urosepsis
dan gagal ginjal. Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila
batu turun dalam sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai
kolektivus ginjal atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut
menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan

1
reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang
disertai edema dan penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun
spontan sering disertai dengan serangan kolik ulangan.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah asam urat,
kalsium, oksalat, magnesium, ammonium, fosfat, sistin, dan xantin. Unsur-
unsur tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi bergabung membentuk susunan
kimia batu campuran. Senyawa kimia tersebut dapat sebagai asam urat,
kalsium oksalat, kalsium fosfat, magnesium ammonium fosfat dan sistin.
Insiden batu urat dan oksalat akan tinggi pada orang-orang dengan kebiasaan
makan sayuran, rempahrempah dan saos. Sedang batu kalsium akan tinggi pada
kebiasaan minum susu , es krim, keju, dan makan beberapa jenis buah polongan
yang mempunyai kandungan kalsium tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batu Saluran Kemih ?
2. Etiologi apa saja yang berhubungan dengan Batu Saluran Kemih ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Batu Saluran Kemih?
4. Tanda-tanda dan gejala apa saja yang ditimbulkan ketika terjadi Batu
Saluran Kemih?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Batu Saluran Kemih ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Batu Saluran Kemih ?
7. Bagaimana komplikasi dari Batu Saluran Kemih ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep medis dan konsep keperawatan penyakit
Batu Saluran Kemih
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi Batu Saluran Kemih
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi Batu Saluran Kemih

2
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi Batu Saluran
Kemih
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Batu
Saluran Kemih
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang Batu
Saluran Kemih
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan Batu Saluran
Kemih
g. Agar mahasiswa mampu mengetahui komplikasi Batu Saluran
Kemih
h. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengkajian, diagnosa
keperawatan dan rencana keperawatan pada penderita Batu Saluran
Kemih.

3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. (Kindo, 2011)
Urolitiasis adalah batu ginjal (kalkulus) bentuk deposit mineral, paling
umum adalah oskalat kalsium, kalsium posfat, namun asam urat dan kristal lain
juga membentuk batu, meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja
dari saluran perkemihan, batu ini paling sering ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal.

Gambar 2.1 Urolitiasis

2.2 Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik,

4
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.
1. Faktor Intrinsik
a. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50
tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia,
proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Hampir semua
kepustakaan yang membahas batu saluran kemih menunjukkan bahwa
penderita BSK paling banyak diderita oleh pria dibandingkan dengan
wanita dengan perbandingan 3 sampai 4 : 1, dan komposisi batu
terbanyak adalah batu kalsium oksalat, pada usia rata-rata 40 sampai
60 tahun. (G. Ratu, 2012)
b. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan
oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki
kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki
hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat
endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang
mampu mencegah agregasi garam kalsium.
Dalam penelitian yang dilakukan Fan, yang meneliti peranan
hormon sex kaitannya dengan jenis kelamin dan peningkatan batu
kalsium oksalat. Mereka menjelaskan bahwa androgen akan
meningkatkan dan estrogen menurunkan ekskresi oksalat, konsentrasi
oksalat plasma, dan endapan kristal kalsium plasma. Hal tersebut

5
akhirnya dapat menyimpulkan mengapa BSK cenderung meningkat di
pria yang mempunyai batu kalsium oksalat. (G. Ratu, 2012)
c. Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor
keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang
dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak
mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium, dan
sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di
suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah
satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan
makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi
predoposisi kejadian BSK.
b. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun
kejadiannya banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi.
Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih Konsentrasi air kemih yang
meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
menderita penyakit BSK.
c. Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum
tersebut. Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan

6
meningkatkan konsentrasi air kemih, sehingga mempermudah
pembentukan BSK.
d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh
normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan
meningkatkan risiko terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan,
protein yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan kadar
sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik,
konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.
e. Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi
melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya
butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu. (G. Ratu,
2012)
f. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK).
ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan
terbentuknya jenis batu struvit.
2.3 Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau bulibuli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia
prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas
kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan

7
metastable (tetap larut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
yang menyebabkan inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan
belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. (Kindo, 2011)

8
Pathway faktor intrinsik & ekstrinsik

Nyeri akut hipositraturhia


hiperkalsiuria hiperurikosuria kolestrol

Pembentukan inti
Sebagai batu (nukleasi)
sensasi nyeri Ketidakseimbangan
nutrisi < kebutuhan
Mengadakan agregasi,
Dipersepsikan tubuh menarik bahan-bahan lain hipertermi
medula SP
Sensasi mual-
Kristal menjadi Gangguan
muntah  suhu
lebih besar eliminasi urin
Mediator tubuh
Refleks
renointestinal Agregrat kristal Output urin
menempel pada sedikit Pelepasan
Peregangan Resiko infeksi
epitel saluran kemih zat pirogen
terminal saraf Proximity
anatomi Retensi
Bahan-bahan lain
Tekanan Respon imun
Distensi daerah diendapkan pada agregrat Kuman mudah
intraluminal 
abdomen Aliran Urin menginfeksi jaringan
Terbentuk batu abnormal peradangan yang rusak
Aktifitas otot Terasa masa pada yang lebih besar
polos  daerah abdomen
Obstruksi saluran Trauma/Pengikisan Lesi hematuria
Urolithiasis kemih jaringan sekitar jaringan

Kerusakan
integritas jaringan
9
2.4 Manifestasi Klinis

1. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang
berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
2. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini
disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh
darah di kulit.
3. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
4. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya
penyakit BSK.
5. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
2.5 Penatalaksanaan
a. Farmakologi

10
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan,
tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran
urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap
pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin
sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti
ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan
batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK
dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat
diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi

11
keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan
lama rawat inap di rumah sakit.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra
atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia .
5. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan
bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal

12
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra (Kindo, 2011)
b. Non-farmakologi
a. Banyak mengonsumsi air putih
b. Mengatur pola makan yang sehat
Pada penderita Batu Saluran Kemih sangat dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi makanan yang tinggi kalsium, tinggi purin, dan posfor,
kerena ini akan meningkatkan pembentukan batu sluran kemih.
c. Olahraga secara rutin
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya leukosituria, hematuria
dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine akan
menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
2. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu
jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak (radiolusen).
3. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain tiu PIV dapat mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun
batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
4. Ultrasonografi

13
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis,
atau pengkerutan ginjal. (Kindo, 2011)
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari batu saluran kemih yang bisa terjadi ialah :
1. Gagal Ginjal
Urolithiasis yang menyebabkan tekanan intra renal disertai infeksi
saluran kemih berulang atau urosepsis merupakan faktor dominan sebagai
penyebab destruksi parenkim ginjal dan penurunan jumlah populasi nefron
yang utuh.
Terjadinya kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai
oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal. (Wardani, 2014)
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan bakteri. Sehingga dapat menyebabkan infeksi pada
peritoneal. (Kindo, 2011)
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk di ginjal. Dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin.
4. Avaskuler Iakemia
Terjadi karena aliran darah ke jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

14
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien ( nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis).
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada Batu saluran kemih ialah nyeri pada
bagian pinggang yang bersifat kolik.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit: nutrisi tercukupi
 Saat sakit: nutrisi kurang tercukupi
- Makan: anoreksia
- Minum: biasanya klien mengonsumsi air dalam jumlah sedikit
c. Pola eliminasi
 BAK: penurunan haluan urin, kandung kemih penuh, dorongan
berkemih, hematuria.
 BAB: biasanya normal
d. Pola aktivitas dan latihan
 Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan dan minum

15
Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

Keterangan : 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:


dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
 Latihan
- Sebelum sakit: biasanya baik
- Saat sakit: klien tidak bisa beraktivitas dengan baik,
karena adanya nyeri.
e. Pola Tidur dan Istirahat:
 Sebelum sakit: baik
 Saat sakit: gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya
nyeri dan dorongan untuk berkemih.
f. Pola Toleransi stress-koping: biasanya klien merasa cemas
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : adanya distensi abdomen atau pada daerah saluran kemih
b. Palpasi : didapatkan nyeri tekan pada daerah ginjal, dan nyeri yang biasa
dirasakan klien adalah nyeri kolik, tergantung lokasi batu. Misalnya
pada panggul dilokasi sudut kostovetrebra dapat menyebar ke panggul,
ke abdomen, dan turun kelipatan paha/genitalia. sistem urinari: terdapat
gangguan pada saluran kemih.
c. Perkusi : didapatkan distensi saluran kemih.
d. Sistem urinari : obstruksi pada saluran kemih, hematuria
e. Sistem vaskular : aliran darah pada organ saluran kemih terhambat
f. Sistem pencernaan : mual-muntah
g. Sistem imun : terjadi infeksi
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos abdomen

16
Pada foto polos abdomen menunjukan batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen).
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan
fungsi ginjal.
c. USG
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli,
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya : leukosituria,
hematuria dan dijumpai kristalkristal pembentuk batu.
2) Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea. (Kindo, 2011)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin (domain 3 : eliminaasi dan pertukaran, kelas 1:
urinarius) (00016)
2. Nyeri akut (Domain 12 : Kenyamanan, Kelas 1 : Kenyamanan Fisik)
(00132)
3. Kerusakan integritas jaringan (domain 11 : kemanan/perlindungan, kelas 2
: cedera fisik ) (00044)
4. Hipertermi (domain 11: keamanan perlindungan, kelas 6 : termoregulasi )
(00007)
5. Resiko infeksi ( domain 11: keamanan perlindungan, kelas 1:infeksi)
(00004)
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (domain 2: nutrisi,
kelas 1: makan) (00002)
(Judith M. Wilkinsom PhD, Nancy R. Ahren PhD., 2011)

17
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERWATAN HASIL

1. Nyeri Akut (00132) NOC Observasi Observasi


- Pain Level
Domain : 12. Kenyamanan 1) Lakukan pengkajian nyeri 1) Nyeri selalu ada beberapa
- Pain Control
sacara komprehensif termasuk derajat beratnya keterlibatan
Kelas : 1. Kenyamanan fisik. - Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi, jaringan / kerusakan.
Tujuan
Definisi : ferkuensi, kualitas dan faktor Perubahan lokasi / karakter /
Setelah dilakukan tindakan ...x presifitasi intensitas nyeri dapat
Pengalaman sensori dan
24 gangguan eliminasi urine 2) Kaji tipe dan sumber nyeri mengindikasikan terjadinya
emosional yang tidak
dapat teratasi. untuk menentukan intervensi komplikasi
menyenangkan yang muncul
Mandiri 2) Untuk menentukan
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil :
tindakan selanjutnya
aktual atau potensial atau 3) Kontrol lingkungan yang dapat
1) Mampu mengontrol nyeri Mandiri
digambarkan dalam hal mempengaruhi nyeri seperti
(tahu penyebab nyeri,
kerusakan sedemikian rupa suhu ruangan, pencahayaan dan 3) Dapat menurunkan stimulasi
mampu menggunakan
(International Association for kebisingan yang berlebihan dapat
tehnik nonfarmakologi
the study of Pain): awitan yang mengurangi nyeri. Beberapa

18
tiba-tiba atau lambat dari untuk mengurangi nyeri, 4) lakukan penangan nyeri orang mungkin sensitif
intensitas ringan hingga berat mencari bantuan) (farmakologi, nonfarmakolofi terhadap cahaya yang dapat
dengan akhir yang dapat 2) Melaporkan bahwa nyeri dan interpersonal) meningkatkan nyeri
diantisipasi atau diprediksi dan berkurang dengan HE 4) Untuk Mengurangi nyeri
berlangsung kurang dari 6 menggunakan manajemen HE
5) Ajarkan tentang tehnik
bulan. nyeri
nonfarmakologi seperti teknik 5) Mengurangi ketegangan
3) Mampu mengenali nyeri
distraksi dan relaksasi otot-otot, menciptakan
(skala, intensitas,
Kolaborasi perasaan rileks
Batasan karakteristik : frekuensi dan tanda nyeri)
6) Berikan analgetik untuk Kolaborasi
4) Menyatakan rasa nyaman
1) Perubahan selera makan mengurangi nyeri 6) Menurunkan / mengontrol
setelah nyeri berkurang
2) Mengekspresikan perilaku 7) Kolaborasikan dengan dokter nyeri dan menurunkan
(misalnya gelisah, jika ada keluhan dan tindakan rangsangan sistim saraf
merengek, menangis) nyeri tidak berhasil 7) Meningkatkan rasa kerja
3) Masker wajah (misalnya sama antara perawat dan
mata kurang bercahaya, dokter
tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap
pada satu fokus meringis)

19
4) Sikap melindungi area
nyeri
5) Indikasi nyeri yang dapat
diamati
6) Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
7) Melaporkan nyeri secara
verbal
8) Gangguan tidur

Faktor nyang berhubungan :

1) Agen cedera (misalnya


biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
2 Gangguan eliminasi urine NOC Observasi Observasi
Domain 3 eliminasi dan  Urinary elimination 1) Memantau asupan dan 1) Untuk meningkatkan nutrisi
pertukaran  Urinary contiunence keluaran dan kemampuan eliminasi
Kelas 1 fungsi urinasrius

20
(00016) Tujuan : 2) Memantau tingkat distensi 2) Untuk mengetahui keparhan
Definisi : disfungsi eliminasi kandung kemih dengan penumpukan urin dikandung
Setelah dilakukan tindakan ...x
urine. palpasi dan perkusi kemih.
24 gangguan eliminasi urine
Batasan karakteristik : Mandiri Mandiri
dapat teratasi.
 Anyang-anyangan 1) Lakukan penilaian kemih yang 1) Untuk mengetahui fungsi
 Disuria Kriteria hasil : komprehensif (misal, output perkemihan
 Dorongan berkemih urine, pola berkemih, fungsi 2) Agar klien merasakan
1) Kandung kemih kosong
 Retensi urine secara penuh
kognitif dan masalah kencing) sensasi untuk berkemih dan

 Sering berkemih 2) Merangsang refleks kandung urin yang dikeluarkan


2) Tidak ada residu urine >
Factor yang berhubungan : kemih dengan menerapkan lumayan banyak.
100-200cc
dingin untuk perut. 3) untuk mengosongkan
 Obstruksi anatomik 3) Output cairan dalam
3) Gunakan double-void teknik kandung kemih.
rentang normal
4) Masukan kateter kemih yang 4) Untuk mempermudah klien
4) Bebas dari ISK
sesuai BAK
5) Balance cairan seimbang
5) Gunakan spirit winter green di 5) Mempermudah klien untuk
pispot atau urinal BAK
HE HE
1) Dorong pemasukan cairan 3000 1) Untuk mempermudah
ml sesuai toleransi, batasi keluarnya batu

21
cairan pada malam hari setelah Kolaborasi
kateter dilepas 1) Untuk penanganan bila
Kolaborsi terdapat tanda infeksi pada
slauran keih
1) Rujuk ke spesialis
konentinensia kemih

3. Kerusakan Integritas NOC NIC


Jaringan (00044)
1. Tissue integrity : skin and Pressure ulcer prevention wound
Domain 11 : mucous care
Observasi :
Keamanan/Perlindungan 2. Wound healing : primary
Observasi :
and secondary intention Rasional : perawat mengetahui
Kelas 2 : Cedera Fisik
Kriteria hasil : 1. Monitor aktivitas dan mobilisasi dan menjelaskan lokasi dan
Definisi : kerusakan jaringan 1. Perfusi jaringan normal pasien jaringan yang rusak pada klien
membrane mukosa, kornea, 2. Tidak ada tanda-tanda 2. Monitor status nutrisi pasien dengan benar .
integument, atau subkutan infeksi 3. Observasi luka : lokasi, dimensi,
3. Menunjukan terjadinya kedalaman luka, jaringan
Batasan karakteristik :
proses penyembuhan luka
Mandiri :

22
1. Kerusakan jaringan (mis., nekrotik, tanda-tanda infeksi
kornea, membrane mukosa, local, formasi traktus
kornea, integument, atau Mandiri : 4. Agar pakaian tidak
subkutan) menyentuh daerah yang nyeri
4. Anjurkan pasien untuk
Faktor yang berhubungan : sehingga tidak memberatkan
menggunakan pakaian yang
nyeri yang dirasakan.
1. Factor mekanik (mis., longgar
5. Agar klien merasa nyaman
tekanan koyakan/robekan,
dan mencegah agar tidak
friksal) 5. Mobilisasi pasien (ubah posisi
terjadi hal yang tidak
2. Factor nutrisi (mis., pasien) setiap 2 jam sekali
diinginkan pada sistem
kekurangan atau kelebihan
muskuloskeletal klien.
nutrisi)
6. Rasional : mencegah
3. Gangguan sirkulasi
timbulnya nyeri yang
6. Berikan posisi yang mengurangi dirasakan akibat luka, dan
tekanan pada luka membuat pasien merasa
Health education : nyaman.

7. Ajarkan keluarga tentang luka Rasional : keluarga dapat

dan perawatan luka melakukan perawatan luka

23
dirumah dengan benar,
sehingga tidak terjadi infeksi.

4. Hipertermi (00007) NOC : NIC : Rasional


1. Thermoregulation
Domain 4 : aktivitas/istirahat Observasi : Observasi :
Kriteria Hasil :
Kelas 4 : respon
1. Suhu tubuh dalam rentan Monitor suhu sesering mungkin 1. Rasional : untuk menegtahui
kardiovaskuler/pumonal
normal Mandiri : perubahan skala suhu.
Definisi : peningkatan suhu
2. Tidak ada perubahan warna
tubuh diatas kisaran normal 1. Berikan pengobatan untuk Mandiri :
kulit dan tidak pusing
Batasan karateristik : mengatasi penyabab demam
Rasional : suhu kembali pada
1. Peningkaan suhu tubuh 2. Berikan pengobatan untuk
1.kisaran normal
diatas batas normal mencegah terjadinya menggigil
2. Kulit terasa hangat Health education : Health education :
3. Takikardi
Ajarkan pada pasien cara Rasional : agar pasien tetap dapat
Fktor yang berhubungan :
mencegah keletihan akibat panas beraktivitas , walaupun kurang
1. Dehidrasi maksimal
2. Penyakit
3. trauma

24
5. Risiko Infeksi (00004) NOC NIC Observasi
(Domain 11: Keamanan /
 Keparahan infeksi Observasi 1) Untuk mengetahui TTV pada
Perlindungan, Kelas 1: Infeksi)
 Penyembuhan luka : pasien
Definisi: 1) Pantau TTV
- Primer 2) Untuk mengetahui tanda-
2) Pantau tanda dan gejala infeksi
Rentan mengalami invasi dan - sekunder tanda infeksi yang terjadi
(misalnya, suhu tubuh, denyut
multipikasi organisme Tujuan : tidak ada infeksi pada pasien
jantung, drainase, penampilan
patogenik yang dapat Mandiri
Kriteria hasil : luka, sekresi, penampilan urin,
mengganggu kesehatan.
suhu kulit, lesi kulit, 3) Mencegah pemasukan
1) tidak ada tanda-tanda
Faktor resiko : keletihan,dan malaise) bakteri dan infeksi/ sepsis
infeksi seperti pus
Mandiri lanjut
 Gangguan integritas kulit 2) luka bersih tidak lembab
HE
 Stasis cairan tubuh dan kotor 3) Pertahankan sistem kateter
 Malnutrisi 3) tanda-tanda vital normal steril: berikan kateter regule 4) Untuk membuat pasien
dengan sabun dan air, beriakan terhindar dari infeksi
salep antibiotik disekitar 5) Agar kuman dari mulut anus
kateter. tidak terbawa masuk keorgan
HE kelamin
Kolaborasi

25
4) Ajarkan pasien untuk mencuci 6) Untuk membuat pasien dapat
tangan setelah buang air. terhindar dari infeksi.
5) Ajarkan pasien untuk mencuci
organ kelamin dari depan ke
belakang
Kolaborasi

6) Kolaborasikan dengan dokter


untuk memberikan terapi anti
biotic bila di perlukan.
6. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : Observasi Rasional
kurang dari kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya penurunan berat 1. rasionam : agar dapat
tubuh(00002)
keperawatan ..24x/jam berat badan badan mengetahui apakah terjadi
Domain 2 : Nutrisi nutrisi teratasi 2. Monitor jumlah nutrisi kalori penurunan berat badan pasien
Kelas 1 : Makan Kriteria hasil : 3. Monitor kadar kalsium , protein
2. Rasional : untuk mengetahui
,purin, dan hb
Definisi : asupan nutrisi tidak DS : jumlah nutrisi dan kalori yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan masuk dalam tubuh pasien
- Klien tidak mengalami
metabolic
gangguan nafsu makan

26
Batasan Karakteristik : DO : 3. Rasional : untuk mengetahui
kadar albumin dan total hb
- Kadar kalsium kembali
Mandiri apakah normal atau tidak.
normal
Berikan informasi tentang Mandiri
- Kadar albumin kembali
kebutuhan nutrisi 1. Rasional : agar klien dapat
normal
mengethui kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan tubuh
HE pasien.
1. Anjurkan pasien untuk tidak HE
banyak mengonsumsi makanan 1. Rasional : untuk mencegah
yang tinggi kalsium dan purin. tingkat keparahan penyakit klien
2. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan 2. Rasional :agar klien dapat
harian mengontrol jumlah makanan
yang masuk didalam tubuh
Kolaborasi
Kolaborasi
Kaloborasi dengan ahli gizi yang
menentukan jumlah kalori dan
nutriisi yang dibutuhkan

27
Rasional : membantu dan
membuat rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan pasien

3.3 Rencana Keperawatan

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih
dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Adapun faktor
yang mempengaruhi seseorang untuk beresiko mengalami penyakit batu
saluran kemih ialah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Batu saluran
kemih biasanya disebabkan oleh hipositraturhia, hiperurikosuria,
hiperkalsiuria, dan jumlah intake cairan yang masuk dalam tubuh.
Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada penderita urolitiasis adalah
nyeri pada pinggul, nyeri pada bagian abdomen dimana terdapat lokasi
saluran kemih, demam, mual-muntah, hematuria, retensi urin, dan dorongan
berkemi namun hanya sedikit urin yang dikeluarkan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah
pengetahuan para pembaca mengenai penyakit Batu Saluran Kemih
(Urolitiasis). Kami selaku penulis pula mengharapkan kritik dan saran bagi
para pembaca untuk kebaikan makalah kami.

29
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.

G. Ratu, A. B. (2012). PROFIL ANALISIS BATU SALURAN KEMIH DI


LABORATORIUM. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory , 114-117.

Judith M. Wilkinsom PhD, Nancy R. Ahren PhD. ( 2011). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan . Jakarta: EGC.

Kindo, I. (2011). Urolithiasis (Batu saluran Kemih). Medicafarma, 1-4.

Wardani, M. A. (2014). HUBUNGAN BATU SALURAN KEMIH DENGAN


PENYAKIT GINJAL. FK UMS (hal. 5). Surakarta: Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai