Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt. yang atas


rahmat– nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Drainase Air Hujan Dan Permukaan”

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua serta
dosen pembimbing, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh
karena itu, penulis meyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak- pihak yang telah membantu meyelesaikan penyusunan makalah ini

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dan


menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan di
sana-sini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat


kami butuhkan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Padang, November 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2
1.3 Manfaat.............................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................. 3


2.1 Pengertian Dan Tujuan Drainase....................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Drainase Permukaan................ 3
2.3 Sistem Jaringan Drainase Dan Perlengkapannya............................... 4
2.4 Sarana Drainase Dan Perlengkapan................................................... 5
2.5 Dampak Dari Pembuatan Drainase Yang Kurang Baik Dalam Suatu
Wilayah.............................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 10
3.1 Air Hujan.......................................................................................... 10
3.1.1 Pengertian Drainase................................................................. 10
3.1.2 Siklus Hidrologi....................................................................... 10
3.1.3 Sumber Air Di Alam................................................................ 11
3.1.4 Penakaran Air Hujan................................................................ 13
3.2 Drainase............................................................................................. 14
3.2.1 Pengertian Drainase................................................................. 14
3.2.2 Kapasitas Saluran..................................................................... 14
3.2.3 Evaluasi Kapsitas Saluran........................................................ 15
3.2.4 Fungsi Drainase........................................................................ 15
3.3 Jenis- Jenis Drainase.......................................................................... 15
3.3.1 Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya................................. 15
3.3.2 Drainase Menurut Letak Bangunan......................................... 16
3.3.3 Drainase Menurut Konstruksinya............................................. 16
3.3.4 Drainase Menurut Sistem Bangunan........................................ 17
3.3.5 Pola Jaringan Drainase.............................................................. 17

BAB IV PENUTUP........................................................................................ 19
4.1. Kesimpulan.......................................................................................... 19
4.2. Saran.................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran
air, baik air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground water)
dari suatu daerah atau kawasan.
Sistem drainase merupakan bagian penting pada suatu kawasan perumahan.
Suatu kawasan perumahan yang tertata dengan baik haruslah juga diikuti dengan
penataan sistem drainase yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menganggu aktivitas masyarakat dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek- aspek
kesehatan lingkungan permukiman.
Pada dasarnya, saluran drainase adalah salah satu prasarana yang berperan
sebagai pengering dan pengalir air hujan dari suatu wilayah, yang meliputi
pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan
olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi,
pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan
bagian dari sarana kota. Saluran drainase berfungsi mengendalikan kelebihan air
permukaan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif, seperti banjir. Dengan
demikian, saluran drainase dibangun untuk dapat memberikan manfaat bagi
kegiatan kehidupan manusia secara umum.
Karena fungsinya yang bersifat mengalirkan air pada kawasan terbuka, air
yang masuk ke dalam saluran drainase harus bersifat tidak berbahaya dan tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Air buangan yang berasal dari
rumah tangga atau sarana umum yang lain yang tidak berbahaya dan tidak
mencemari dapat langsung dibuang di saluran drainase. Tetapi air limbah yang
berasal dari kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan, sebelum
masuk ke saluran drainase, harus diolah dahulu sedmikian rupa, sehingga tidak
akan mencemari. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dapat
dimasukkan ke saluran drainase saja, sehingga tidak merusak lingkungan.

1
Pada umumnya, permasalahan saluran drainase adalah masuknya air limbah
yang berbahaya dan mencemari yang berasal dari sumber pembuangan, khususnya
dari kegiatan industri. Akibatnya, saluran drainase tersebut membawanya masuk
ke dalam kawasan publik, seperti kawasan permukiman, dan mencemari
lingkungan di kawasan tersebut. Air yang tercemar yang masuk ke dalam saluran
drainase akan semakin mudah mencemari lingkungan apabila ditunjang oleh
kondisi saluran drainase yang buruk. Kondisi fisik saluran drainase yang masih
berupa tanah akan memudahkan air merembes masuk ke dalam tanah. Akibatnya,
bahan tercemar yang terkandung di dalam air tersebut masuk ke dalam tanah dan
mencemari tanah tersebut.

1.2 Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan drainase air hujan dan permukaan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi drainase permukaan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari drainase permukaan.
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pembuatan drainase yang kurang
baik dalam suatu wilayah.

1.3 Manfaat
Pada makalah ini terdapat beberapa manfaat dari penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian dan tujuan drainase air hujan dan permukaan
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi drainase permukaan
3. Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis dari drainase permukaan.
4. Dapat mengetahui bagaimana dampak dari pembuatan drainase yang kurang
baik dalam suatu wilayah.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Dan Tujuan Drainase


a. Pengertian drainase permukaan
Adalah sistem drainase yang terletak di permukaan tanah baik yang
terbentuk secara alamiah dan buatan untuk mengalirkan air hujan dan
limpasan permukaan.
b. Tujuan drainase permukaan ialah
1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman
2. Mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat mengurangi
atau menghilangkan genangan-genangan air penyebab penyakit guna
meningkatkan kesehatan lingkungan serta memperpanjang umur
ekonomis sarana-sarana fisik.
3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang
menyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyebab penyakit
lainnya
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana fisik antara lain: jalan,
kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dan lain-lain.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi drainase permukaan
a. Aspek Hidrologi
limpasan permukaan dipengaruhi oleh unsur meterologi dan unsur
daerah pengaliran.
1. Unsur Meterologi : jenis prepitasi,intensitas curah hujan,distribusi
hujan,arah pergerakan hujan,curah hujan,kelembapan tanah,kecepatan
angin,temperatur.
2. Unsur daerah pengaliran : kondisi penggunaan tanah,luas,jenis
tanah,serta kondisi topografi daerah pengaliran,kondisi permukaan tanah.
b. Aspek Hidrolika
merupakan dasar untuk menetapkan dimensi saluran yang
digunakan terbuka atau tertutup.

3
Prinsip – prinsip aliran di saluran terbuka : kemiringan, gaya gravitasi,
gaya geseran dinding saluran

2.3 Sistem Jaringan Drainase dan Perlengkapannya


a. Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan
Prinsip dasar sistem drainase berwawasan lingkungan adalah
mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat mengalirkan air
secara terkendali dan lebih banyak mempunyai kesempatan air tersebut
untuk meresap ke dalam tanah.
b. Dasar-dasar Perencanaan Drainase
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan saluran
berwawasan lingkungan :
1. Landasan perencanaan
Perencanaan ini bertujuan untuk mengendalikan air hujan agar
meresap ke dalam tanah dan tidak mengalir sebagai aliran permukaan,
yaitu dengan membuat bangunan resapan buatan, kolam tandon.
2. Data-data yang diperlukan dan persyaratan
a. Data primer
Meliputi data permasalahan dan data kualitatif pada setiap lokasi
genangan, data daerah pengaliran sungai atau saluran, data
prasarana dan fasilitas yang direncanakan.
b. Data sekunder
Meliputi rencana umum tata ruang, geoteknik, foto udara,
pembiayaan, kependudukan, institusi atau kelembagaan, sosial
ekonomi, peran serta masyarakat, serta keadaan kesehatan
lingkungan pemukiman.
3. Sistem drainase
 Drainase utama, yaitu sistem drainase yang melayani sebagian
warga masyarakat.
 Drainase lokal, yaitu sistem drainase yang melayani sebagian kecil
masyarakat seperti kawasan perumahan, industri, perkatoran, dll.

4
Konsep sistem drainase berwawasan lingkungan:
a. Cara retensi
o Offsite retention, yaitu pembuatan dan pemeliharaan
danau, kolam atau waduk.
o Onsite retention, yaitu penyimpanan pada atap gedung,
tempat parker, lapangan terbuka, halaman rumah, dll.
b. Cara infiltrasi
Seperti pembuatan sumur resapan, parit resapan, wilayah
resapan, perkerasan yang lolos air.
4. Kriteria perencanaan
a. Aspek hidrologi, meliputi perhitungan debit rencana, penentuan
debit design dan tinggi jagaan, penetapan karakteristik daerah
aliran.
b. Aspek hidrolik, meliputi kecepatan maksimum aliran, bentuk
penampang saluran.
c. Aspek struktur, meliputi jenis dan mutu bahan, kekuatan dan
kestabilan bangunan.
d. Aspek biaya
e. Aspek pemeliharaan

2.4 Sarana Drainase dan Perlengkapan


1. Drainase rumah dan gedung
Perangkat drainase pada bangunan rumah dan gedung berupa
talang datar, talang tegak, dan seluruh persil. Akhir dari seluruh persil
adalah saluran jalan.

5
2. Drainase jalan raya
Berfungsi untuk menjaga agar badan jalan tetap kering. Drainase
jalan raya bergantung pada kemiringan jalan.

6
3. Drainase lapangan terbang
Berfungsi untuk menjaga agar landasan pacu (runaway) dan bahu
landasan pacu (shoulder) tidak digenangi air yang dapat membahayakan
penerbangan.

4. Drainase lapangan olahraga


Berfungsi untuk mengeringkan lapangan olahraga agar tidak terjadi
genangan air apabila terjadi hujan yang akan menyebabkan tergganggunya
dan membahayakan pemakai lapangan.

7
5. Drainase pertanian
Berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke seluruh drainase
dengan membuat drainase permukaan.

2.5 Dampak dari pembuatan drainase yang kurang baik dalam suatu
wilayah.
1. Dampak Pada Aspek Sosial
Pengelolaan sistem drainase yang tidak baik juga bisa berdampak
secara sosial, namun dampak ini akibat pengaruh tidak langsung seperti :
bertambahnya biaya sosial akibat bencana banjir, seperti : kesehatan dan
pendidikan
2. Dampak Pada Aspek Ekonomi
Buruknya drainase suatu tempat akan berdampak pula secara
ekonomi, ketika turun hujan, maka tempat tersebut akan tergenang air
dan bisa jadi timbul bencana banjir. Biaya ekonomi yang harus

8
ditanggung masyarakat akibat banjir, seperti : produktifitas,
perdagangan, jasa pelayanan. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa
kerugian material maupun non material.
Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat pembuatan
drainase yang kurang baik dalam suatu wilayah antara lain:
1. Merusak berbagai macam sarana dan prasarana umum
Salah satu dampak yang paling besar dan paling terlihat dari
adanya banjir adalah rusaknya berbagai macam fasilitas umum dan
juga sarana dan pra sarana yang ada di sekitar masyarakat. Beberapa
macam sarana dan pra sarana yang mungkin dapat rusak karena
terjadinya banjir karena pembuatan drainase yang kurang baik antara
lain jalan umum, jembatan, gedung, perumahan dan lain sebagainya
sehingga akan mengganggu ruang publik untuk kehidupan manusia.
2. Merusak aset pribadi
Selain merusak berbagai macam fasilitas umum ataupun sarana dan
prasarana umum, juga merusak berbagai aset pribadi yang dimiliki
oleh seseorang. Bagaimanapun juga material serta kuatnya arus yang
ditimbulkan oleh banjir dapat menghanyutkan berbagai macam barang
yang dimiliki oleh masyarakat. Tidak hanya barang saja, namun banjir
juga dapat merusak bangunan- bangunan rumah.
3. Merusak jaringan listrik
Dampak selanjutnya yang dihasilkan dari banjir adalah
terganggunya aliran listrik. Bahkan bisa saja aliran listrik menjadi
putus ataupun mati total karena adanya banjir. Aliran dari air yang
ditimbulkan oleh banjir dapat berupa arus yang kuat, sehingga akan
menyebabkan rusaknya tiang- tiang listrik ataupun kabel- kabel listrik.
Hal ini akan berakibat paad putusnya jaringan listrik. Belum lagi jika
ada pohon tumbang ataupun bangunan yang roboh.
4. Mengganggu aktivitas sehari- hari
Terjadinya banjir sudah otomatis mengganggu aktivitas sehari- hari
masyarakat, atau bahkan melumpuhkannya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Air Hujan


3.1.1 Pengertian
Hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses
pendinginan. Hujan adalah butir curahan berupa air yang garis tengahnya lebih
besar dari 0,5 mm. Sementara Tjasyono menyatakan bahwa hujan adalah
hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter 0.5
mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan sedangkan yang tidak
sampai tanah disebut Virga. Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan
dengan proses kondensasi membentuk tetes air yang lebih besar kemudian jatuh
kembali ke permukan bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi proses
transportasi. Ketika proses transportasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan
gas-gas dan senyawa lain yang ada di udara.
Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih dari air permukaan dan air
tanah. Namun air hujan dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang
terdapat di udara seperti NH3, CO2 agresif, SO2, O2, N2, juga zat-zat renik dan
debu. Adanya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air
hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain).
Ketersediaan air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan, sehingga
air tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air
hujan tidak dapat diambil secara terus menerus,karena tergantung pada musim.
Pada musim kemarau kemungkinan air akan menurun karena tidak ada
penambahan air hujan.
3.1.2 Siklus Hidrologi
Anonymous menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang
tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui
kondensasi (pengembunan), presipitasi (air hujan), evaporasi (penguapan) dan
transpirasi (penguapan oleh tumbuhan). Sedangkan menurut Asdak, selama
berlangsungnya siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke

10
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut dan tidak pernah
habis. Air tersebut akan tertahan sementara di sungai, waduk atau danau, dalam
tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk lain sebagaimana
Gambar 1.

Gambar 1. Siklus hidrologi (Anonymous)


Gangguan siklus hidrologi mengakibatkan banjir dan kekeringan, karena air
hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah menjadi “air larian”. Banjir dan
kekeringan disertai pencemaran di beberapa bagian sungai merupakan gambaran
suatu krisis air yang sedang dan akan dihadapi pada masa mendatang. Usaha
mengatasi masalah banjir dan kekeringan adalah meningkatkan besaran resapan
air ke dalam tanah yang antara lain bisa dilakukan dengan menjaga kelestarian
hutan dan menghambat laju “air larian” melalui pembuatan sumur resapan atau
penampungan. Jadi air hujan yang turun dan berada di permukaan tanah sebelum
masuk ke selokan atau saluran pembuangan dibelokkan terlebih dahulu ke sumur
resapan sehingga kesempatan air meresap ke dalam tanah menjadi lebih besar atau
dibelokkan ke dalam kolam penampungan.
3.1.3 Sumber Air di Alam
Tersedianya sumber air baku dalam suatu sistem penyediaan air bersih sangat
penting. Sumber-sumber air tersebut secara kuantitas harus cukup dan dari segi
kualitas harus memenuhi syarat untuk mempermudah proses pengolahan. Di
samping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk jaringan transmisi,
distribusi dan sebagainya.

11
Secara umum air berasal dari sumber-sumber sebagai berikut:
a. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi,
kemudian jatuh ke bumi berbentuk air. Air hujan juga merupakan
sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-
lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara menampung air hujan
yang jatuh dari atap rumah.
b. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami penurunan
kualitas selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang
kayu, daun-daun, limbah industri kota dan sebagainnya. Macam-
macam air permukaan yaitu air rawa/danau dan air sungai.
c. Air Tanah
Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap
kedalam tanah dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat
pada lapisan tanah yang biasanya disebut aquifer.
Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan
air dari permukaan tanah. Air tanah biasanya jernih tetapi lebih
banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
daripada air permukaan.
2. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang
pertama. Pengambilan air tanah dalam tidak semudah pada air
tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya (biasanya kedalaman bor antara
10-100 m) akan didapat suatu lapisan air.

12
3. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya.
3.1.4 Penakaran Air Hujan
Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan
mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan
mengukur tinggi hujan seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke
atas merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas
corong penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah
milimeter (mm).
Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah
tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari
pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut
penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar
seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari
permukaan tanah. Alat pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip
pelampung, timbangan atau jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur
otomatis ini antara lain seperti, waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas
setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak
harus dilakukan tiap hari karena periode pencatatannya lebih dari sehari, dan
beberapa keuntungan lain.
Tinggi curah hujan diasumsikan sama di sekitar tempat penakaran, luasan
yang tercakup oleh sebuah penakar hujan bergantung pada homogenitas
daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya. Penakar hujan dibagi dalam dua
golongan yaitu tipe manual dan tipe otomatis. Bila yang diinginkan hanyau
jumlah hujan harian, maka dipakai tipe manual. Informasi lebih banyak
diperoleh dari alat otomatis. Alat yang dipakai yang ada di lapangan. Makin
canggih suatu alat makin banyak ketrampilan dan kemampuannya.

13
Kepadatan minimum jaringan penakar hujan untuk kepentingan hidro –
meteorologis umum menurut Linsley direkomendasikan sebagai berikut :
1. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 –
900 km2 untuk setiap stasiun.
2. Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan
zone tropis, 100 – 250 km2 untuk setip stasiun.
3. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang
beraturan, 25 km2 untuk setiap stasiun.
4. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500 - 10.000 km2 untuk setiap
stasiun.

3.2 Drainase
3.2.1 Pengertian Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau
buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.Pembuangan ini
dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan
air. Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Drainase secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga di artikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi,
darinase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
3.2.2 Kapasitas Saluran
Kapasitas saluran drainase dihitung dengan menggunakan Rumus Manning
dan Rumus Kontinuitas:
a. Rumus Manning b. RumusKontinuitas
v = 1/n . R 2/3
.S
1/2
(6) Q = A .v (7)
catatan :
v = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran(m/dt)

14
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kapasitas Saluran
n = koefisien kekasaran manning
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah saluran (m)
Q = debit (m3/dt)

3.2.3 Evaluasi Kapasitas Saluran Drainase


Membandingkan debit rencana (Qr) dengan kapasitas saluran (Qs).
Apabila:
Qr < Qs berarti saluran mampu menampung debit yang terjadi.
Qr > Qs berarti saluran tidak mampu menampung debit yang terjadi.

3.2.4 Fungsi Drainase


Drainase memiliki banyak fungsi, diantaranya:
1) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
2) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
3) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
6) Mengelola kualitas air.

3.3 Jenis-Jenis Drainase


3.3.1 Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang, saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

15
2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-
gorong, dan pipa-pipa.

3.3.2 Drainase Menurut Letak Bangunannya


1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
mengalirkan air limpasan permukaan.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan - alasan
tertentu. Ini karena alasan tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang
tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan tanah seperti lapangan sepak
bola, lapangan terbang, dan taman.

3.3.3 Drainase Menurut Konstruksinya


1) Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang
tidak membahayakan kesehatan atau menganggu lingkungan.
2) Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang
mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.

16
3.3.4 Drainase Menurut Sistem Buangannya
Sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan fungsinya maka pemilihan
sistem buangan dibedakan menjadi :
1) Sistem Terpisah (Separate System)
Dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing
secara terpisah.
2) Sistem Tercampur (Combined system)
Dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.
3) Sistem Kombinasi (Pscudo Separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam
saluran air buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengenceran
penggelontor .kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem
perpipaaan interceptor.

3.3.5 Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain:
1. Siku, digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah
kota.
2. Paralel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid iron, digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir
kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran
pengumpul.
4. Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar.
5. Radial, digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke
segala arah.
6. Jaring-jaring, mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah
jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.

17
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis :
a. Pola perpendicular, Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang
dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak
diperlukan banyak bangunan pengolahan.
b. Pola interceptor dan pola zone, adalah pola jaringan yang digunkan untuk
sistem tercampur.
c. Pola fan, adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang
yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
d. Pola radial, adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala
arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan
banyak bangunan pengolahan.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Latar belakang penelitian, kajian teori terkait rumusan
masalah, analisis permasalahan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
perlu sinergitas antara penataan kawasan yang cenderung bersifat fisik
pembangunan dengan konservasi air, sehingga tercipta penataan ruang daratan
dengan memberikan ruang yang semestinya bagi air untuk dapat masuk secara
maksimal ke dalam tanah melalui proses infiltrasi atau peresapan, agar
pembangunan (penambahan ruang terbangun) tidak menimbulkan genangan.
Secara spasial, teknologi drainase yang diperlukan pada lokasi studi. ini
merupakan kombinasi antara pola detensi (menampung sementara) dan pola
retensi (meresapkan).
B. Saran
menurut kelompok kami makalah diatas memiliki beberapa dampak
negatif yang diakibatkan banjir,yang dapat merusak sarana dan prasarana
umum,merusak aset pribadi,merusak jaringan listrik,dan gangguan
lainnya.Sebaiknya pemerintah memperbaiki drainase yang tersumbat dan
memperbanyak drainase di daerah-daerah yang rawan terkena banjir.

19

Anda mungkin juga menyukai