Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS TERHADAP KUALITAS

TIDUR LANSIA DI PUSKESMAS AMBARAWA

EMILIA FITRI ANNISA, ROSA RIRIS SUCININGTYAS, MOHAMAD REZA


HENDRATMOKO, RICKY ZAFIRIANTO *,NURTAKDIR KURNIA SETIAWAN**
* Dokter Internship RSUD Ambarawa
**Spesialis Saraf RSUD Ambarawa

ABSTRAK

Latar Belakang : Stroke merupakan sepuluh besar penyakit yang mengisi rawat inap RSUD
Ambarawa dengan jumlah 312 pasien rawat inap di tahun 2014. Pasien dengan stroke akut rentan
terhadap perkembangan komplikasi dan kecacatan yang disebabkannya. Statin secara signifikan
mengurangi kejadian vaskular dan mengurangi resiko kematian melalui efek pleiotropik, memiliki
efek antioksidan, antiinflamasi dan antitrombotik, memperbaiki disfungsi endotel dan mengurangi
pembentukan plak aterosklerotik.
Tujuan : Mengetahui hubungan hipertensi, diabetes melitus dan gabungan keduanya terhadap
kualitas tidur lansia di Puskesmas Ambarawa
Metode : Penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional ini dilakukan di Poli Lansia
Puskemas Ambarawa pada bulan Mei-Juni 2019. Total sampel sejumlah 30 orang dibagi menjadi
3 kelompok yaitu kelompok dengan hipertensi, diabetes melitus dan gabungan keduanya yang
dianalisis kualitas tidurnya menggunakan PSQI. Hasil data dilakukan uji beda menggunakan One
Way Anova.
Hasil penelitian : Dari 30 pasien lansia
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi, diabetes mellitus dan
gabungan antara hipertensi dan diabetes melitus terhadap kualitas tidur
Kata Kunci : diabetes melitus, hipertensi, kualitas tidur, lansia, PSQI

PENDAHULUAN

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penduduk lansia yang meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data
Riskesdas tahun 2013, penyakit yang banyak diderita lansia adalah hipertensi dan DM.
Permasalahan yang mendasar pada lansia adalah proses degeneratif, salah satunya adalah
gangguan kualitas tidur. Bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, akan meningkatkan
resiko penyakit yang dideritanya.

Hipertensi sebagai salah satu penyakit paling umum di dunia memiliki dampak signifikan
pada morbiditas dan mortalitas.1,2 Pada tahun 2010, prevalensi global hipertensi adalah 1,39 miliar
(31% dari semua orang dewasa), menunjukkan peningkatan 5,2 % hingga tahun 2017.2 Data
terbaru dari the Global Burden of Disease Study pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hipertensi
menjadi kontributor terbesar yang menyebabkan 211.8 juta orang mengalami disabilitas global.3
Berdasarkan data Riskesdas 2018, hipertensi di Jawa Tengah menempati urutan keempat di antara
seluruh provinsi di Indonesia yaitu sebesar 37.57%, dengan usia terbanyak pada 75 tahun ke atas.4
Pada Kabupaten Semarang, terdapat peningkatan kasus baru hipertensi dari tahun 2016 yaitu
sebesar 29.151 orang menjadi 41.005 orang pada tahun 2017.11,12

Selain hipertensi, Diabetes mellitus (DM) juga dikenal Sebagai masalah kesehatan dengan
prevalensi yang terus meningkat .6 Berdasarkan data tahun 2015 yang diterbitkan oleh the
International Federation of Diabetes (IDF), sekitar 415 juta orang dewasa menderita diabetes di
seluruh dunia.5 Diperkirakan pada tahun 2035, sebanyak 592 juta orang menderita DM.7 Menurut
data Riskesdas 2018 sebanyak 10.9% populasi Indonesia mengalami DM, rentang usia terbanyak
pada rentang usia 55 hingga 64 tahun. Pada tahun 2016, insidensi kasus diabetes melitus pada
Kabupaten semarang mencapai 10.377 orang, meningkat pada tahun berikutnya menjadi 12.114
kasus.11,12

Beberapa penelitian telah melaporkan kondisi kronis, termasuk hipertensi, diabetes tipe 2,
terhadap durasi tidur.8 Terlepas dari durasi tidur, kualitas tidur adalah aspek penting lain dari tidur,
tetapi masih sedikit mendapat perhatian karena konseptualisasi yang rumit.9 Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) adalah instrumen pilihan yang populer dan diterima secara klinis karena
valid dan reliabel dalam menilai pasien dengan gangguan kualitas tidur.9

Terdapat studi yang menyatakan bahwa penderita diabetes mengalami masalah tidur.5
Studi lain menunjukkan bahwa gangguan kualitas tidur pada orang dengan DM dikaitkan dengan
lamanya menderita diabetes, kontrol glikemik yang buruk (hbA1c> 7%), dan hipertensi.10
Hubungan antara durasi tidur dan hipertensi masih menjadi perdebatan. Salah satu penelitian di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa periode singkat tidur menyebabkan hipertensi, tetapi studi
yang dilakukan di Inggris menunjukkan pengaruh ini hanya nyata pada wanita dan tidak signifikan
pada laki-laki.8 Penelitian oleh Robillard menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan
hipertensi pada lansia, tetapi terdapat pula penelitian lain yang menunjukkan tidak ada hubungan
antara durasi tidur dan hipertensi pada lansia. Belum terdapat titik temu mengenai hubungan antara
hipertensi dan diabetes melitus dengan kualitas tidur menggunakan studi yang ada karena
penelitian tersebut dilakukan pada individu dari berbagai ras dan menggunakan ukuran sampel
yang berbeda.8

Banyaknya kontroversi pada studi kualitas tidur dengan penyakit hipertensi dan DM serta
minimnya studi tentang kualitas tidur antara gabungan hipertensi dan DM mendorong peneliti
untuk lebih lanjut mengetahui hubungan antara kejadian hipertensi, diabetes mellitus, maupun
gabungan antara kejadian hipertensi dan diabetes melitus dengan kualitas tidur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hipertensi, diabetes melitus dan
gabungan keduanya terhadap kualitas tidur lansia di Puskesmas Ambarawa. Secara klinis,
penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa hipertensi dan diabetes melitus dapat
mempengaruhi kualitas tidur pada lansia dimana bila kualitas tidur buruk maka akan
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut yang membahas mengenai kualitas hidup lansia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan design penelitian cross sectional.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang sejak bulan Mei hingga Juni
2019. Dari Total sampel sejumlah 30 orang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan
hipertensi, diabetes melitus dan hipertensi dengan diabetes melitus. Jumlah sampel di tiap
kelompok adalah sepuluh orang. Sampel diambil menggunakan consecutive sampling yang
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di poli lansia Puskesmas
Ambarawa dengan ketentuan usia lebih dari 60 tahun, menderita penyakit hipertensi atau diabetes
melitus atau gabungan keduanya dan bersedia menjadi subyek penelitian. Adapun kriteria
eksklusinya adalah pasien hipertensi dan diabetes mellitus yang sudah terkontrol dan sedang
menggunakan obat sedatif.
Responden yang berobat di poli lansia Puskesmas Ambarawa diperiksa tekanan darah dan
gula darah sewaktu. Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi diminta untuk menandatangani
informed consent. Setelah itu dinilai kualitas gangguan tidur nya menggunakan kuesioner PSQI
(Pittsburgh Sleep Quality Index).
Data sampel penelitian diolah menggunakan SPSS. Diuji homogenisitas menggunakan
levene test dan normalitas data menggunakan Saphiro Wilk. Setelah itu data dianalisa statistiknya
menggunakan one way anova dan dilanjutkan dengan uji Multiple Comparison Post Hoc. Hasil
p<0,05 dinyatakan signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Karakteristik Subyek Penelitian


Karakteristik n %
Usia
60 – 64 tahun 12 40%
65 – 69 tahun 16 53,33%
> 70 tahun 2 6,67%
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 33,33%
Perempuan 20 66,67%
Tekanan Darah
Pre Hipertensi 10 33,33%
Hipertensi derajat I 7 23,33%
Hipertensi derajat II 11 36,67%
Hipertensi derajat III 2 6,67%
Gula Darah Sewaktu
<200 10 33,33%
200-249 8 26,67%
250-299 9 30%
>300 3 10%
Kualitas Tidur
Baik 1 3,33%
Buruk 29 96,67%

Berdasarkan tabel di atas, total jumlah sampel penelitian adalah 30 orang. Kelompok usia
paling banyak pada usia 65-69 tahun dan yang paling sedikit pada kelompok >70 tahun. Jenis
kelamin terbanyak adalah perempuan. Subyek penelitian terbanyak memiliki tekanan darah
dengan diagnosa hipertensi grade II dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu terbanyak pada
kelompok <200. Subyek penelitian lebih banyak memiliki kualitas tidur yang buruk.

2. Uji Homogenitas dan Normalitas Data


Hasil uji homogenitas menggunakan levene test dan normalitas menggunakan saphiro wilk
menunjukan homogenitas dan sebaran data yang normal dengan p>0,05
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Saphiro-Wilk
Skor Faktor Resiko Statistic df Sig.
Kualitas Hipertensi .969 10 .879
Tidur Diabetes Melitus .907 10 .258
Hipertensi dan Diabetes Melitus .951 10 .683

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas


Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.710 2 27 .200

3. Uji Statistik Keluaran Klinis


Setelah itu dilakukan uji statistic menggunakan One Way Anova dan didapatkan nilai p
0,000 (p<0,05) yang menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata antara
kelompok hipertensi, diabetes mellitus dan campuran hipertensi dan diabetes mellitus
terhadap kualitas tidur. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparison
LSD dan didapatkan data bahwa tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok
hipertensi dan diabetes melitus terhadap kualitas tidur namun terdapat perbedaan rerata
yang signifikan antara kelompok hipertensi terhadap kelompok gabungan dan kelompok
diabetes melitus terhadap kelompok gabungan.

Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova


Skor Kualitas Sum of Squares df Mean F Sig.
Tidur Square
Between groups 119.267 2 59.633 17.388 .000
Within groups 92.600 27 3.430
Total 211.867 29

Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc LSD


Kelompok p
Kelompok I dan II 0,477
Kelompok I dan III 0,000*
Kelompok II dan III 0,001*

Anda mungkin juga menyukai