Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa Indonesia saat ini tidak pernah berhenti melakukan

pembangunan di segala bidang, pembangunan tersebut pada dasarnya

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk memacu jalannya

pembangunan tersebut diperlukan peran serta dari pelaku ekonomi, yaitu

pemerintah, swasta dan koperasi (Wahyudi, 2011:1).


Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 (satu) menyatakan bahwa

perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha berdasarkan atas azas

kekeluargaan. Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian di

Indonesia, sangat perlu diperluas perannya di berbagai sektor usaha seperti

pertanian, perindustrian, perdagangan dan lain-lain. Dewasa ini koperasi

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dengan berbagai

kebijakannya berupaya untuk memacu perkembangan koperasi baik melalui

pembinaan maupun fasilitas penunjang yang mendorong koperasi tumbuh

dan berkembang serta meningkatkan peran koperasi dalam pertumbuhan

ekonomi bangsa Indonesia (Wahyudi, 2011:1).


Menurut Pasal 1 UU Nomor 17 Tahun 2012, yang dimaksud

dengan Koperasi di Indonesia adalah badan hukum yang didirikan oleh

perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para

anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi

aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang sosial, ekonomi dan budaya sesuai
2

dengan nilai dan prinsip koperasi. Jadi pada dasarnya pendirian koperasi

berorientasi pada kemampuan untuk dapat memberikan kesejahteraan bagi

anggota-anggotanya dan masyarakat yang berada di lingkungan sekitarnya.


Dalam menjalankan usahanya koperasi perlu memperhatikan

kinerja keuangannya agar koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Kinerja

keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang

dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2002:24), ada beberapa tekhnik

yang digunakan dalam melihat Kinerja Keuangan suatu perusahaan, yaitu:

analisis perbandingan, analisis dan common size, analisis trend/time series,

analisis arus kas/modal kerja, analisis rasio, analisis laba kotor, metode Du

Pont. Metode Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi

prosesnya yang disebut pengendalian terhadap tingkat pengembalian

investasi/Return On Investment (ROI). Jika ROI untuk divisi tertentu di

bawah angka yang ditargetkan melalui metode Du Pont dapat ditelusuri

terjadinya penurunan ROI dengan menelurusi unsur-unsur pembentuk ROI.


Tujuan analisis Du Pont untuk mengetahui sejauh mana efektifitas

koperasi dalam memutar modalnya, sehingga analisis ini mencakup berbagai

rasio. Metode Du Pont ini di dalamnya menggabungkan rasio aktifitas/

perputaran aktiva dengan rasio laba/Net Profit Margin (NPM) atas penjualan

dan menunjukkan bagaimana keduanya berinteraksi dalam menentukan ROI,

yaitu profitabilitas atas aktiva yang dimiliki koperasi. Rasio laba atas

penjualan (NPM) dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan Sisa Hasil Usaha

(SHU) yang dihasilkan. Berarti NPM ini mencakup pula seluruh biaya yang

digunakan dalam operasional koperasi. Rasio aktifitas sendiri dipengaruhi


3

oleh penjualan dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak

hanya memfokuskan pada laba yang dicapai, tetapi juga pada investasi yang

digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.


Menurut Sudjaja dan Berlian (2003:148), metode Du Pont

menghubungkan mata rantai marjin laba bersih (yang mengukur

profitabilitas terhadap pendapatan) dengan perputaran total aktiva (yang

mengidentifikasi efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam menggunakan

asetnya untuk menghasilkan pendapatan).


Demikian pula halnya yang terjadi pada Koperasi Serba Usaha

(KSU) Puspa Sari Sedana Mataram. Semakin besar ROI semakin baik pula

perkembangan koperasi tersebut dalam mengelola aset yang dimilikinya

dalam menghasilkan laba. Hal ini disebabkan karena ROI tersebut terdiri

dari beberapa unsur yaitu pendapatan, aktiva yang digunakan, dan laba atas

pendapatan yang diperoleh. Angka ROI ini memberikan informasi penting

yang dapat dipergunakan sebagai indikator kinerja keuangan dengan

membandingkan periode ke periode. Perbandingan ROI selama beberapa

periode berturut-turut akan lebih akurat.


Berdasar dari kecenderungan ROI ini dapat dinilai perkembangan

efektifitas operasional usaha koperasi, apakah menunjukkan kenaikan atau

penurunan. Sehingga metode Du Pont merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menilai efektifitas operasional KSU Puspa Sari Sedana

Mataram. Karena dalam analisis ini mencakup unsur pendapatan, aktiva

yang digunakan serta laba yang dihasilkan.


KSU Puspa Sari Sedana Mataram merupakan koperasi yang

berfokus pada usaha simpan pinjam, sementara unit usaha lainnya seperti
4

pengadaan barang dan jasa masih bersifat insidentil/sesuai kebutuhan

anggota. Di bidang organisasi dan manajemen jumlah anggota KSU Puspa

Sari Sedana tahun 2011 berjumlah 227 orang setelah adanya mutasi

pindah/berhenti dan penambahan anggota baru.


Dalam bidang hukum Akta Pendirian KSU Puspa Sari Sedana

Mataram, disahkan oleh Kepala Dinas Koperasi Propinsi NTB dan UMKM,

dengan SK Nomor 518/38/BH/PAD/Diskop&UMKM/IV/2004, tanggal 20

Oktober 2004. Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang merupakan salah satu

perangkat penting dalam koperasi dan sekaligus kekuasaan tertinggi dalam

berkehidupan berkoperasi wajib dan mutlak dilaksanakan sesuai UU

Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992. Pengurus KSU Puspa Sari Sedana

Mataram telah berusaha melaksanakan RAT tahun buku tertentu pada bulan

Januari tahun tersebut, sehingga RAT yang diselenggarakan tepat waktu ini

menjadi indikator yang baik bagi sehatnya perkembangan usaha koperasi.

Sementara pembayaran hutang anggota berjalan lancar dan kemampuan

koperasi memperoleh keuntungan yang cukup.


Dalam penelitian ini KSU Puspa Sari Sedana Mataram sebagai

suatu organisasi tentulah ingin memaksimalkan laba perusahaannya dan

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, serta mengingat

pentingnya laba bagi suatu perusahaan untuk membiayai kelangsungan

hidup perusahaan sebagai cermin untuk mengukur efektifnya pimpinan

dalam mengelola perusahaannya yang biasanya tercermin dalam laba yang

diperoleh dari pendapatan dan investasinya (Setiawan, 2010:5).


5

Untuk menggambarkan keadaan perusahaan berikut disajikan

laporan perkembangan aktiva dan SHU KSU Puspa Sari Sedana Mataram

dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011.

Tabel 1. Laporan Perkembangan Aktiva KSU Puspa Sari Sedana Mataram


Periode 2007-2011

Aktiva Lancar Aktiva Tetap


No. Tahun Perkembangan Perkembangan
(Rp) (Rp)
(%) (%)
1 2007 282.513.956 - 6.380.000 -
2 2008 333.257.184 17,96 21.171.100 231,83
3 2009 383.562.808 15,09 29.127.100 37,57
4 2010 399.031.653 4,03 28.427.100 -2,40
5 2011 444.267.867 11,33 19.912.100 -29,95
Jumlah 1.842.633.468 48,43 105.017.400 237,06
Rata-rata 368.526.694 12,11 21.003.480 59,26
Sumber: KSU Puspa Sari Sedana Mataram, Tahun 2012.

Berdasarkan pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa KSU

Puspa Sari Sedana Mataram memiliki aktiva lancar maupun aktiva tetap

yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selama tahun 2007

sampai dengan tahun 2011 aktiva lancar mengalami peningkatan dengan

rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar 12,11 persen. Untuk aktiva tetap

juga demikian, dimana terjadi rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar

59,26 persen selama lima tahun terakhir. Peningkatan aktiva tertinggi terjadi

pada tahun 2008, hal ini diakibatkan oleh penambahan investasi berupa

aktiva tetap seperti bangunan dan peralatan yang dimiliki oleh KSU Puspa

Sari Sedana Mataram.


6

Selain perkembangan aktiva, akan disajikan juga data

perkembangan SHU yang terjadi pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram

selama tahun 2007 sampai dengan 2011 sebagai berikut:

Tabel 2. Laporan Perkembangan Total Pendapatan, Total Biaya dan SHU


KSU Puspa Sari Sedana Mataram Periode 2007-2011

Jumlah Perkembangan
Keterangan Tahun
(Rp) (%)
2007 27.637.824 -
2008 102.999.593 272,68
Total Pendapatan 2009 92.982.600 -9,73
2010 98.910.469 6,38
2011 88.254.942 -10,77
2007 15.195.868 -
2008 78.554.765 416,95
Total Biaya 2009 68.240.726 -13,13
2010 69.948.342 2,50
2011 56.864.000 -18,71
2007 12.441.956 -
2008 22.000.345 76,82
SHU Setelah Pajak 2009 22.267.687 1,21
2010 26.332.127 18,25
2011 28.540.942 8,39
Sumber: KSU Puspa Sari Sedana Mataram, Tahun 2012.

Berdasarkan pada Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa total

pendapatan dan total biaya pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram selama

tahun 2007 sampai dengan 2011 berfluktuasi setiap tahunnya. Peningkatan

tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana total pendapatan mencapai 272,68

persen dan total biaya mencapai 416,95 persen. Dengan peningkatan

penjualan dan biaya ini mampu menghasilkan SHU setelah pajak pada

meningkat menjadi sebesar 76,82 persen. Sedangkan untuk peningkatan

terendah terjadi pada tahun 2011 dimana terjadi penurunan pada total
7

pendapatan sebesar 10,77 persen dan total biaya sebesar 18,71 persen.

Dengan pendapatan dan biaya yang menurun tersebut KSU Puspa Sari

Sedana Mataram mampu menghasilkan SHU setelah pajak menjadi sebesar

8,39 persen. Namun bukan berarti bahwa SHU yang dihasilkan pada saat

total pendapatan dan total biaya mengalami penurunan tertinggi juga

berdampak pada SHU yang mengalami penurunan cukup ekstrim, sebab

SHU terendah dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,21 persen. Ini

merupakan suatu prestasi pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram yang

cukup berhasil di dalam mengefektifkan kegiatan usaha koperasi.

Akan tetapi pernyataan di atas masih merupakan hipotesis yang

perlu diketahui kebenarannya. Dengan demikian melalui penerapan Du Pont

Sistem pada KSU Puspa Sari Sedana pada akhirnya dapat dinilai kinerja

keuangan dan tingkat keuntungan perusahaannya. Sebab dengan analisis ini

akan diketahui secara detail bagaimana kinerja keuangan pada KSU Puspa

Sari Sedana Mataram selama tahun 2007 sampai dengan 2011.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 aktiva tetap KSU Puspa Sari Sedana Mataram

mengalami penurunan sebesar 29,95 persen, dimana nilai aktiva tetap


8

yang dimiliki pada tahun 2011 sebesar Rp19.912.100 merupakan nilai

terendah selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011.


b. Total pendapatan pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram pada tahun

2011 mengalami penurunan sebesar 10,77 persen dimana total

pendapatan sebesar Rp88.254.942 tersebut merupakan pendapatan

terendah selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Bagaimanakah Kinerja Keuangan

pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram periode 2007 sampai dengan 2011

berdasarkan Analisis Du Pont dan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6

Tahun 2006?”

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui perkembangan Kinerja Keuangan KSU Puspa Sari

Sedana Mataram selama periode 2007-2011.


9

b. Untuk mengetahui Kinerja Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram

selama periode 2007-2011 dapat dikatakan sehat atau tidak sehat

berdasarkan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Secara Akademis digunakan sebagai bahan dalam menyusun skripsi

guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi

Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.


b. Secara Teoretis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan

yang telah diperolehnya di bangku kuliah, khususnya di bidang

manajemen keuangan.
c. Secara Praktis diharapkan hasil penelitian ini apat digunakan sebagai

bahan masukan dalam perencanaan keuangan koperasi untuk periode

selanjutnya. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

untuk penyusunan penelitian selanjutnya pada waktu yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu


1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) berjudul “Analisis

Kinerja Keuangan Menggunakan Metode Du Pont pada Primer Koperasi

Angkatan Darat (PRIMKOPAD) YONIF 742/SWY Mataram”. Tujuan


10

penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan

PRIMKOPAD YONIF 742/SWY Mataram selama periode tahun 2005-

2009 dan untuk mengetahui kinerja keuangan PRIMKOPAD YONIF

742/SWY Mataram selama periode tahun 2005-2009 dapat dikatakan

sehat atau tidak sehat berdasarkan Kepmen Koperasi dan UMKM

Nomor 6 Tahun 2006, dengan menggunakan Analisis Du Pont. Variabel

yang digunakan adalah ROI, NPM, TATO (Total Asset Turnover). Hasil

penelitian dapat diketahui bahwa TATO yang dicapai PRIMKOPAD

YONIF 742/SWY Mataram dari tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi

dimana pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,23 persen

dan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,08 persen, untuk NPM

tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 65,18 persen dan terendah

terjadi pada tahun 2009 sebesar 31,30 persen. Sedangkan ROI juga

mengalami fluktuasi dimana yang tertinggi terjadi pada tahun 2005

sebesar 12,90 persen dan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 3,37

persen. Nilai ROI yang dicapai PRIMKOPAD YONIF 742/SWY

Mataram dari tahun 2005-2009 secara keseluruhan dikategorikan

profitable berdasarkan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun

2006 karena tingkat ROI yang dihasilkan masih berada di atas standar

yang ditetapkan, yaitu sebesar 6,66 persen atau jika dirata-ratakan terjadi

perkembangan sebesar 0,30 persen selama priode tahun 2005-2009.


2. Setiawan (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Perkembangan Profitabilitas UD. Empat Lola Mutiara Mataram Tahun

2005 sampai dengan 2009 (Studi dengan Du Pont analisis)”. Tujuan


11

penelitian ini adalah untuk mengtahui perkembangan profitabilitas UD.

Empat Lola Mutiara Mataram Tahun 2005-2009 dengan menggunakan

Du Pont analisis. Variabel yang digunakan adalah ROI, NPM, dan

TATO. Dari analisis dengan menggunakan Du Pont sistem menunjukkan

bahwa UD. Empat Lola Mutiara mengalami peningkatan profitabilitas

yang dapat dilihat dari ROI yang dihasilkan dari tahun 2005-2009

sebesar 58,80 persen, 63,30 persen, 62,00 persen, 63,00 persen dan 70,80

persen.
3. Idayani (1997) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan

Profitabilitas pada Pengusaha Kecil dan Koperasi Binaan Mitra PT.

Garuda Indonesia di Wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat Pasca

Penelitian dan Pembinaan PPPUM Universitas Mataram”. Bertujuan

untuk mengetahui profitabilitas pengusaha kecil dan binaan, secara

signifikan lebih besar dari pada profitabilitas sebelum pembinaan.

Variabel yang digunakan adalah variabel profitabilitas yang terdiri dari

NPM, ROI dan EP (Earning Power). Analisis data dilakukan dengan

analisis profitabilitas dan dilakukan pengujian dengan uji t observasi

berpasangan. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa

profitabilitas pengusaha kecil dan koperasi binaan secara signifikan lebih

besar dari pada profitabilitas sebelum pembinaan, ini berarti pembinaan

yang diberikan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan profitabilitas

binaan.

Tabel 3. Ikhtisar Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Sistem


Du Pont
No. Judul Penelitian, Nama Variabel Teknik Hasil
12

Peneliti (Tahun) Penelitian Analisis


1 Analisis Kinerja  ROI Du Pont ROI yang dihasilkan masih
Keuangan Menggunakan  NPM berada di atas standar yang
Metode Du Pont pada  TATO ditetapkan, yaitu sebesar 6,66
Primer Koperasi persen atau jika dirata-ratakan
Angkatan Darat terjadi perkembangan sebesar
(PRIMKOPAD) YONIF 0,30 persen selama priode
742/SWY Mataram. tahun 2005-2009.
Wahyudi (2011).
2 Analisis Perkembangan  ROI Du Pont UD. Empat Lola Mutiara
Profitabilitas UD. Empat  NPM mengalami peningkatan
Lola Mutiara Mataram  TATO profitabilitas dapat dilihat dari
Tahun 2005 sampai ROI yang dihasilkan dari
dengan 2009 (Studi tahun 2005-2009 sebesar 58,8
dengan Du Pont persen, 63,30 persen, 62,00
Analisis). persen, 63,00 persen dan
Setiawan (2010). 70,80 persen.
3 Analisis Perubahan  ROI Uji t Profitabilitas pengusaha kecil
Profitabilitas pada  NPM observasi dan koperasi binaan secara
Pengusaha Kecil dan  EP berpasangan signifikan lebih besar dari
Koperasi Binaan Mitra pada profitabilitas sebelum
PT. Garuda Indonesia di pembinaan, ini berarti
Wilayah Kota Mataram pembinaan yang diberikan
dan Lombok Barat Pasca mempunyai pengaruh
Penelitian dan terhadap peningkatan
Pembinaan PPPUM profitabilitas binaan.
Universitas Mataram.
Idayani (1997).
Sumber: Berbagai Skripsi.

Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian


Sekarang
Nama
No. Peneliti Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Wahyudi Meneliti perkembangan Objek penelitian dan periode
(2011) profitabilitas dengan pengamatan yaitu 2005-2009.
metode Du Pont.
2 Setiawan Meneliti perkembangan Objek penelitian dan periode
(2010) profitabilitas dengan pengamatan yaitu 2005-2009.
metode Du Pont.
3 Idayani Meneliti perkembangan Objek penelitian, periode
(1997) profitabilitas dengan pengamatan, alat analisis
metode Du Pont. menggunakan uji t observasi
berpasangan, dan menggunakan
13

variabel EP yang pada penelitian


sekarang tidak digunakan.
Sumber: Berbagai Skripsi.

Berdasarkan pada tiga penelitian terdahulu di atas, maka diketahui

bahwa terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang jika

dilihat dari variabel yang digunakan yaitu ROI, NPM, dan TATO. Selain itu

juga digunakan alat analisis Du Pont dan juga Kepmen Koperasi dan

UMKM Nomor 6 Tahun 2006 di dalam menganalisis kinerja keuangan

koperasi.

Hasil dari penelitian terdahulu tersebut menyimpulkan bahwa

koperasi memiliki kinerja keuangan yang sehat jika dianalisis menggunakan

Du Pont dan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006. Hal

inilah yang akan dibuktikan di dalam penelitian ini, dimana KSU Puspa Sari

Sedana Mataram memiliki penurunan kinerja keuangan jika dilihat dari

Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006 selam lima tahun

terakhir.

2.2. Tinjauan Teoritis


2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Husnan (1997:44), pengertian kinerja keuangan adalah

hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara terus-

menerus pada suatu lembaga atau institusi.

Menurut Higgins (1996: 42), kinerja keuangan adalah kemampuan

untuk menghasilkan laba, kemampuan dalam menghasilkan modal usaha

serta kemampuan hutangnya untuk membiayai aktiva.


14

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

keuangan merupakan gambaran keberhasilan perusahaan dalam

mengefektifkan penggunaan dananya untuk menciptakan prestasi keuangan

dalam periode tertentu yang dapat dilihat dari dalam lampiran keuangan

perusahaan yang tersusun pada setiap periodenya.

Aktifitas-aktifitas keuangan yang dilakukan perusahaan tercermin

dalam laporan keuangannya. Dengan mengadakan analisis terhadap laporan

keuangan dapat diperoleh gambaran tentang kondisi dan kinerja keuangan

perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui keberhasilan atau

kegagalan suatu organisasi, seluruh aktifitas organisasi tersebut harus dapat

diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input (masukan),

tetapi lebih ditekankan kepada output (keluaran) atau manfaat program

tersebut.

2.2.2. Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui

perkembangan kondisi keuangan yang dicapai perusahaan dari tahun ke

tahun. Menurut Sawir (2002:5) dengan diketahuinya kondisi keuangan

perusahaan, keputusan yang rasional yang dibuat dengan bantuan alat

analisis tertentu. Selanjutnya diterangkan dengan menganalisis laporan

keuangannya dapat diperoleh gambaran tentang kondisi dan kinerja

keuangan perusahaan yang bersangkutan.


15

Analisis keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal

perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Bagi pihak internal

perusahaan hasil dari analisis keuangan tersebut dapat digunakan oleh

pimpinan perusahaan untuk mengetahui posisi keuangan periode tahun lalu,

sekarang maupun yang akan datang sebagai pendukung pembuatan

perencanaan, kebijakan dan keputusan yang lebih baik di masa yang akan

datang. Bagi pihak eksternal perusahaan seperti pihak kreditor dan investor,

analisis terhadap laporan keuangan menggambarkan kemampuan perusahaan

menjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Bagi pihak

kreditor, hasil dari analisis tersebut dapat memberikan gambaran

kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang-hutangnya dan

beban bunganya. Sedangkan bagi para investor hasil dari analisis tersebut

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

penanaman modalnya.

2.2.3. Laporan Keuangan


2.2.3.1. Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Nomor 1 (Anugrahani,

2007:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan. Menurut Rahardjo (Anugrahani, 2007:45) Laporan


16

Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan

perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya

kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang

saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga

keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan.

2.2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut IAI dalam PSAK Nomor 1 (Anugrahani, 2007:4)

dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)

manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Mamduh (Anugrahani, 2007:30) bahwa pelaporan

keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor,

kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang),

untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan investasi semacam lainnya.

2.2.3.3. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Rahardjo (2001:49) komponen laporan keuangan terdiri dari:

a. Neraca (Balance Sheet)

Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan

perusahaan, atau keadaan posisi keuangan perusahaan pada saat


17

(tanggal) tertentu. Neraca memberitahukan kita mengenai seberapa kuat

posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian yang

dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu

jangka waktu tertentu. Komponen neraca sendiri dapat dikelompokkan

menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Aktiva atau Harta adalah sumber daya ekonomi atau harta yang

dimiliki atau dikendalikan oleh suatu perusahaan, seperti kas,

bangunan, kendaraan, dan lain-lain yang diharapkan mempunyai

manfaat di masa depan. Atau investasi yang dilakukan perusahaan

dalam aktifitasnya mengejar laba. Aktiva atau Harta yang terdapat

pada kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan struktur

kekayaan perusahaan, yang menunjukkan dana perusahaan

ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa saja. Aktiva biasanya

terdiri dari:

i. Aktiva lancar, secara umum aktiva lancar meliputi kas dan

semua aktiva dalam jangka waktu singkat atau jangka pendek

akan kembali lagi dalam bentuk kas. Jangka waktu biasanya

tidak lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca. Yang

termasuk komponen dari aktiva lancar adalah:

 Kas dan Bank, adalah semua tagihan dan uang di brankas dan

uang yang tersimpan di bank. Uang yang tersimpan di bank

bisa dalam bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun

deposito.
18

 Piutang dagang, adalah suatu nilai yang belum kita terima

dari langganan atau konsumen meskipun barang sudah kita

serahkan sebelum dibayar.


 Persediaan, untuk perusahaan pabrikasi (perusahaan yang

menghasilkan atau memproduksi barang) terdiri dari tiga

kelompok yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses

produksi, barang setengah jadi yang masih perlu proses lebih

lanjut, dan barang jadi yang siap untuk dipasarkan.


 Biaya dibayar di muka, pembayaran di muka bisa muncul

pada situasi sebagai berikut. Pada tahun ini perusahaan

membayar asuransi kebakaran untuk jangka waktu tiga tahun.

ii. Aktiva tetap, adalah berhubungan dengan hak milik, bangunan

dan peralatan. Aktiva ini bukan untuk dijual akan tetapi

digunakan untuk kegiatan perusahaan, berproduksi, menyimpan

barang, mengirim dan memamerkan produknya. Komponen

aktiva tetap adalah tanah, hak atas tanah, bangunan, mesin,

peralatan, perabotan kantor, mobil, truk, dan sebagainya.

iii. Aktiva Tidak Berwujud, adalah aktiva yang secara fisik tidak

ada tetapi mempunyai nilai nyata bagi perusahaan. Contoh dari

aktiva ini adalah goodwill.

2) Kewajiban/Hutang (Liabilities) merupakan pengorbanan ekonomis

yang wajib dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang

dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang


19

disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya.

Komponen kewajiban ada tiga kelompok di antaranya adalah:


i. Kewajiban/hutang lancar (current liabilities), merupakan

kewajiban atau hutang yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam

waktu satu tahun buku (terhitung sejak tanggal neraca) atau

kurang, atau dalam siklus operasi normal jika lebih dari satu

tahun. Yang termasuk kewajiban lancar adalah:


 Hutang dagang, menunjukkan suatu jumlah dimana

perusahaan meminjam dari rekan usaha atau kreditor,

darimana telah dibeli barang secara kredit.


 Hutang pajak, merupakan hutang kepada instansi pajak yang

belum dibayar.
ii. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan

kewajiban yang tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama

siklus operasi, atau tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu

tahun atau lebih (terhitung sejak tanggal neraca).


3) Modal atau Ekuitas adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan

digunakan, dan sesuatu yang bernilai yang digunakan tapi tidak

dimiliki. Komponen dari modal sendiri di antaranya adalah:


i. Simpanan Pokok.
ii. Simpanan Wajib.
iii. Hibah/Donasi.
iv. Cadangan.
v. SHU ditahan.
b. Laporan Laba Rugi (Profit and Loss Statement)
Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya

laporan laba rugi memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini,

apakah laba atau rugi dan berapa banyak laba/keuntungan atau

kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha suatu


20

perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku.

Komponen dari perhitungan laba rugi pada koperasi adalah:


1) Pendapatan.
2) Beban Usaha.
3) Beban lain-lain.
4) Pajak Penghasilan.
5) SHU.

2.2.4. Analisis Laporan Keuangan


2.2.4.1. Pengertian dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Seperti diketahui bahwa menghubungkan elemen-elemen dari

berbagai aktiva yang satu dengan yang lainnya, elemen-elemen dari berbagai

pasiva serta elemen dari aktiva dan pasiva akan dapat diperoleh banyak

gambaran mengenai posisi/keadaan keuangan suatu perusahaan. Guna

memperoleh gambaran mengenai perkembangan finansialnya, suatu

perusahaan memerlukan analisis/interpretasi terhadap data keuangan pada

perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Abdullah (2001:33) analisis keuangan perusahaan

merupakan kajian secara kritis, sistematis dan metodologis terhadap laporan

keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan baik pada waktu yang telah

lalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang.

Menurut Ridwan dan Inge (2003:128) analisis laporan keuangan

merupakan suatu informasi yang ditujukan untuk masyarakat, pemerintah,

pemasok, dan kreditor, pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen

perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap

untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisis dari


21

laporan keuangan ini bersifat relatif karena didasarkan pada pengetahuan

dan menggunakan rasio atau nilai relatif.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (Harahap,

2007:197) sebagai berikut:

a. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan

dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.


b. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di

masa yang akan datang.


c. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-

masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau

masalah lain.
d. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,

efesiensi dan lain-lain.

2.2.4.2. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2007:216) teknik dalam menganalisis laporan

keuangan sebagai berikut:

a. Metode Komparatif
Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya yang

relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun

hubungannya.

b. Analisis Trend-Horizontal
1) Indeks.
22

2) Numbers.
c. Membuat laporan keuangan dengan dalam bentuk Comon Size Financial

Statement atau bentuk sederhana (awam).


d. Metode Indeks Time Series
e. Analisis Rasio
1) Likuiditas.
2) Profitabilitas.
3) Solvabilitas.
4) Leverage.
5) Aktifitas.
f. Teknik analisis lain seperti:
1) Analisis sumber dan penggunaan dana.
2) Analisis Break Even.
3) Analisis Gross Profit.
4) Analisis Du Pont.
g. Analitical Review/Transactional Analysis
Dari ketujuh teknik dalam menganalisis laporan keuangan di atas,

maka dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis sistem Du Pont.

2.2.4.3. Macam-macam Rasio Keuangan

Macam atau jumlah angka-angka itu banyak sekali karena rasio

dapat dibuat menurut kebutuhan analisis, namun demikian angka-angka

rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang

merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan

yang kedua adalah berdasarkan tujuan dari analisis.

Menurut Harahap (2007:301) dalam bukunya Analisa Kritis Atas

Laporan Keuangan, rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi

lima kelompok, di antaranya adalah:

a. Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio-rasio yang termasuk dalam

kategori ini adalah:


23

1) Rasio Lancar.
2) Rasio Kas.
3) Rasio Cepat.
b. Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mmenuhi seluruh kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-

kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio yang termasuk

dalam kategori ini adalah:


1) Rasio hutang atas modal.
2) Rasio pelunasan hutang.
3) Rasio hutang atas aktiva.
c. Rasio Aktifitas menggambarkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva

atau kekayaan perusahaan. Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori ini

adalah:
1) Inventory Turn Over.
2) Receivable Turn Over.
3) Fixed Asset Turn Over.
4) Total Asset Turn Over.
d. Rasio Profitabilitas dan Rentabilitas menggambarkan tingkat imbalan

atau perolehan (keuntungan) dibanding pendapatan dan aktiva. Rasio-

rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah:


1) Margin Laba (Profit Margin).
2) Return on Asset (ROA).
3) Return on Investment (ROI).
4) Return on Total Asset.
5) Basic Earning Power.
6) Earning Per Share.
7) Contribution Margin.
e. Rasio Leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan

terhadap modal maupun aset.

Penelitian ini menggunakan beberapa rasio keuangan khususnya

rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memperoleh keuntungan, dengan menghubungkan antara keuntungan atau


24

laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau

aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

2.2.4.4. Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktifitas

Analisis Du Pont System menghubungkan rasio profitabilitas dan

rasio aktifitas, sehingga penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai

rasio profitabilitas dan rasio aktifitas sebagai dasar dalam pembahasan

selanjutnya.

a. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dari pendapatan barang atau jasa yang

diproduksinya. Rasio profitabilitas menurut Riyanto (2001:335)

meliputi:

1) ROI/Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva.


ROI merupakan perbandingan antara SHU dengan total aktiva. Rasio

ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam

menghasilkan laba/keuntungan.

SHU
ROI 
Total Aktiva

ROI (Du Pont) = Margin laba x Perputaran Aktiva


SHU Penjualan
 x
Penjualan Total Aktiva

2) NPM/Marjin Laba Bersih terhadap Pendapatan.


25

NPM merupakan persentase SHU dibandingkan dengan penjualan.

SHU
Margin Laba Bersih  x 100%
Penjualan
Laba bersih setelah pajak dalam penelitian ini diartikan sebagai SHU

karena objek dalam penelitian ini adalah koperasi.

b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ini dapat menunjukkan tingkat efektifitas

penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio aktifitas menurut

Rianto (2001:334) meliputi:


a. Receivable Turnover/Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang adalah perbandingan antara jumlah

penjualan kredit selama satu tahun dengan jumlah piutang (bila

pendapatan kredit tidak tersedia, biasanya digunakan nilai jumlah

pendapatan).

Penjualan
Perputaran Piutang 
Jumlah Piutang

b. Inventory Turnover/Perputaran Persediaan


Perputaran persediaan adalah perbandingan antara jumlah penjualan

dengan rata-rata jumlah persediaan dalam satu tahun.

Penjualan
Perputaran Persediaan 
Rata - Rata Persediaan
Persediaan Awal  Persediaan Akhir
Rata - Rata Persediaan 
2

c. Fixed Assets Turnover/Perputaran Aktiva Tetap


Perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara jumlah penjualan

dengan jumlah aktiva tetap yang ada pada suatu perusahaan.

Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap 
Total Aktiva Tetap
26

d. Total Assets turnover/Perputaran Total Aktiva


Perputaran total aktiva adalah perbandingan antara jumlah penjualan

perusahaan dengan seluruh harta/aktiva perusahaan.

Penjualan
Perputaran Total Aktiva 
Total Aktiva

2.2.5. Analisis Du Pont System

2.2.5.1. Pengertian Analisis Du Pont System

Menurut Syamsudin (2001:64) analisis Du Pont System adalah ROI

yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-

komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam menghasilkan

keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu

analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktifitas

dan NPM serta seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI. Menurut

Syafarudin (Setiawan, 2010:30) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk

mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara NPM dan

TATO terhadap ROI. Di samping itu dengan menggunakan analisis ini,

pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi perputaran aktiva sebagai

akibat turun naiknya pendapatan dapat diukur.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont

System merupakan analisis yang mencakup rasio aktifitas dan margin

keuntungan atas pendapatan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki

perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan

aktiva perusahaan. Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du


27

Pont adalah ROI yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba

yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan

(Setiawan, 2010:30).

2.2.5.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System

Adapun keunggulan analisis Du Pont System menurut Harahap

(Anugrahani, 2007:336) antara lain:

a. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh

dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.


b. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk

yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang

potensial.
c. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang

lebih integratif dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen

analisisnya.

Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System menurut

Harahap (Anugrahani, 2007:336) yaitu:

a. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain

yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang

digunakan.
b. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk

mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan

mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

2.2.5. ROI (Return On Investment)

2.2.5.1. Pengertian ROI


28

Menurut Munawir (1995:89) ROI adalah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan

perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang

digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor:

a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi.


b. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan

dalam persentase dan jumlah pendapatan bersih. Profit Margin ini

mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan

dihubungkan dengan pendapatannya.


Menurut Faisal (Setiawan, 2010:30) ROI ini sering disebut Return

On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan keseluruhan aktiva

yang dimilikinya.

2.2.5.2. Kelebihan dan Kelemahan ROI

Menurut Abdullah (Anugrahani, 2007) kelebihan ROI antara lain:

a. Selain ROI berguna sebagai alat kontrol juga berguna untuk keperluan

perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.


b. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing

produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem

biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke
29

dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung

masing-masing.
c. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi

penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi pendapatan. Hal ini

dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akuntansi

secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akuntansi

yang ada.
Menurut Abdullah (Anugrahani, 2007) kelemahan ROI antara lain:
a. Mengingat praktek akuntansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka

kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam

membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.


b. Dengan menggunakan analisis rate of return atau ROI saja tidak dapat

dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan

memperoleh hasil yang memuaskan.


Sistem Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam

perusahaan besar. Oleh karena itu kebijakan leverage financial dan pajak

dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara divisional.

Menurut Sartono (2001:344) jika Du Pont system digunakan untuk

pengendalian divisional maka disebut dengan pengendalian ROI yang terdiri

dari:
a. Setiap divisi didefinisikan sebagai profit center, dengan investasi sendiri

dan diharapkan menghasilkan return yang cukup.


b. Jika ROI divisi yang bersangkutan turun di bawah target, maka staf

perusahaan pusat akan meneliti kembali dengan Du Pont System untuk

mencari penyebabnya.
c. Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya

dan dimotivasi untuk berusaha menccapai tingkat ROI yang ditargetkan.


30

d. ROI juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan manajerial, seperti

kebijakan depresiasi (penyusutan), nilai buku, dan lain-lain.

2.2.6. Teori Tentang Analisis Keuangan Sistem Du Pont

Untuk menganalisis laporan keuangan berdasarkan sistem Du Pont

menurut Harahap (2007: 333) digambarkan berikut:

Unit Toko
Pendapatan
Unit simpan
Pinjam
SHU dikurangi
Biaya Operasional
dibagi Total Biaya
NPM Pajak

Bunga
Pendapatan
ROI dikali Kas
Pendapatan Bank
Aktiva Lancar
TATO dibagi Piutang
ditambah
Total Aktiva Penyertaan Aktiva lancar
lainnya
Aktiva Tetap

Gambar 1. Bagan Sistem Du Pont


31

Bagan Du Pont adalah bagan yang dirancang untuk

memperlihatkan hubungan antara pengembalian atas investasi, perputaran

aktiva dan margin laba (Bringham dan Houston, 2006:307). Du Pont

tersebut merupakan uraian dari skema ROI, yang merupakan rasio antara

laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya perputaran aktiva

perusahaan. Perputaran total aktiva/TATO didefinisikan sebagai hasil bagi

antara pendapatan dengan total aktiva, sedangkan margin laba/NPM

didefinisikan sebagai rasio antara laba bersih dengan hasil pendapatan.

Selanjutnya total aktiva didefinisikan sebagai penjumlahan antara aktiva

lancar dan aktiva tetap perusahaan dan laba bersih didapatkan dari

pengurangan antara pendapatan dan total biaya (Irawati, 2006:149).

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

KSU Puspa Sari Sedana


Mataram

Laporan Keuangan:
 Neraca
 Laporan Laba Rugi

Total Asset Profitabilitas Net Profit Margin


Turnover (ROI) (NPM)
(TATO)
32

Kepmen Koperasi
dan UMKM Nomor
26 Tahun 2006

Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian

Neraca dan laporan laba/rugi digunakan untuk membantu

mengetahui kondisi KSU Puspa Sari Sedana Mataram, dari neraca dapat

dilihat keadaan keuangan dari perusahaan tersebut sedangkan laporan

laba/rugi menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Untuk menganalisis tingkat perubahan profitabilitas KSU Puspa

Sari Sedana Mataram digunakan Sistem Du Pont diana sistem ini

menggabungkan rasio aktifitas yang diproxykan dengan perputaran aktiva

(TATO) dan rasio profitabilitas yang diproxykan dengan NPM dimana kedua

rasio ini berinteraksi dalam menentukan ROI yaitu profitabilitas atas aktiva

yang dimiliki perusahaan. Rasio laba bersih atas pendapatan NPM

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan laba bersih yang dihasilkan. Berarti

NPM ini mencakup pula seluruh biaya yang dipergunakan dalam

operasional perusahaan. Rasio aktifitas sendiri dipengaruhi oleh pendapatan

dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya

memfokuskan pada laba bersih yang dicapai, tetapi juga pada investasi yang

digunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut.


33

Setelah mengetahui nilai ROI, NPM dan TATO, langkah

selanjutnya adalah mengklasifikasikan yang dihasilkan sesuai Kepmen

Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006 tentang pedoman klasifikasi

koperasi yang di dalamnya terdapat kriteria Sangat Profitabel, Profitabel,

Cukup Profitabel dan Kurang Profitabel. Kemudian dapat diketahui apakah

nilai tersebut sudah berada pada klasifikasi yang diinginkan. Yaitu sangat

profitabel, profitabel, cukup profitabel dan kurang profitabel.

2.4. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Diduga bahwa perkembangan Kinerja Keuangan KSU Puspa Sari

Sedana Mataram selama periode 2007-2011 adalah negatif, namun masih

di batas kewajaran ketentuan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6

Tahun 2006.
b. Diduga bahwa KSU Puspa Sari Sedana Mataram selama periode 2007-

2011 memiliki Kinerja Keuangan yang sehat jika ditinjau berdasarkan

Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006.


34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian yang Digunakan

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Menurut Nazir

(1998:63) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang meliputi suatu

kelompok manusia, suatu objek, suatu riset kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk

membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

Dalam penelitian deskriptif, penggambaran suatu peristiwa

dilakukan atas dasar fakta-fakta dan dilakukan secara sistematis. Adapun


35

dalam penelitian ini akan digambarkan mengenai analisis laporan keuangan

dengan menggunakan Du Pont sistem untuk mengukur kinerja keuangan

Koperasi Serba Usaha (KSU) Puspa Sari Sedana Mataram. Adapun yang

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data keuangan dari laporan

keuangan yaitu meliputi laporan laba/rugi dan laporan neraca.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram

yang berlokasi Jalan Tuan Guru Bangkol Nomor 7 Mataram. Adapun

pertimbangan penulis dalam memilih perusahaan ini sebagai objek

penelitian adalah:

a. KSU Puspa Sari Sedana Mataram memiliki jumlah anggota yang cukup

banyak yakni mencapai 227 orang anggota dimana dalam pembayaran

hutang oleh anggota tersebut berjalan dengan lancar. Sehingga koperasi

ini menarik untuk diteliti kinerja keuangannya, apakah kelancaran

pembayaran hutang oleh anggota tersebut dapat berdampak positif

terhadap keuntungan yang diperoleh. Untuk menunjukkan hal tersebut

diperlukan alat ukur yang tepat dengan menggunakan sistem Du Pont.


b. Manajemen perusahaan ini bersedia untuk diteliti dengan harapan hasil

penelitian ini dapat bermanfaat untuk perbaikan kinerja perusahaan

selanjutnya.

3.3. Metode Pengumpulan Data


36

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus. Menurut Indriantono (1999:26) studi kasus merupakan

penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar

belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya

dengan lingkungan.
Metode studi kasus dilakukan dalam penelitian ini karena meneliti

atau menelaah tentang kasus atau kejadian pada KSU Puspa Sari Sedana

mengenai Kinerja Keuangannya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mencatat data yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan

keperluan dalam pembahasan ini.


b. Wawancara (interview), merupakan teknik pengumpulan data dengan

cara tanya jawab secara langsung dengan pemimpin atau karyawan KSU

Puspa Sari Sedana Mataram tentang hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian.

3.5. Jenis dan Sumber Data

3.5.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dan kualitatif.


37

a. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam keterangan-

keterangan atau uraian yang diperlukan dalam penelitian yang

mendukung dalam analisis data misalnya mengenai gambaran umum

perusahaan.
b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan dihitung

secara pasti jumlah dan satuan tertentu untuk analisis ini meliputi data

laporan neraca dan laporan laba/rugi perusahaan.

3.5.2. Sumber Data

a. Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Penelitian

dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai yang diinginkan,

karena data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian dapat

dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Indriantono, 1999:147).


b. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain), data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan (Indriantono, 1999:148).

3.6. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:

a. Profitabilitas/ROI.
b. Margin laba/NPM.
c. Perputaran Total Aktiva/TATO.
d. SHU.
38

e. Pendapatan.
f. Total Biaya.
g. Total Asset.
h. Aktiva Lancar.
i. Aktiva Tetap.
j. Kas.
k. Bank.
l. Piutang.
m. Bunga dan Pajak.
n. Biaya Operasional

3.7. Definisi Operasional Variabel

a. ROI (Retun On Investment) adalah hasil kali dari NPM dengan TATO

KSU Puspa Sari Sedana Mataram periode 2007 sampai 2011. Nilai ROI

dinyatakan dalam persentase (%).


b. NPM (Net Profit Margin) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar SHU yang dihasilkan dari total pendapatan yang dihasilkan oleh

KSU Puspa Sari Sedana Mataram. Pendapatan dan SHU dalam

penelitian ini diperoleh dari laporan SHU KSU Puspa Sari Sedana

periode 2007 sampai 2011 dinyatakan dalam satuan persentase (%).


c. TATO (Total Asset Turnover) merupakan rasio yang menunjukkan

seberapa besar total aktiva yang dikelola oleh KSU Puspa Sari Sedana

Mataram dalam periode tertentu mampu menghasilkan total pendapatan.

Total Aktiva diperoleh dari laporan neraca KSU Puspa Sari Sedana

periode 2007 sampai 2011. Satuan ukur TATO dinyatakan dalam satuan

kali (x).
d. SHU (Sisa Hasil Usaha) adalah laba yang diperoleh KSU Puspa Sari

Sedana setelah dikurangi dengan pajak selama periode 2007 sampai

2011 dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


39

e. Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu

equity atau penyelesaian kewajiban dari equity atau gabungan keduanya

selama periode 2007 sampai 2011 yang berasal dari penyerahan/produksi

barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan

kegiatan utama KSU Puspa Sari Sedana yang sedang berjalan dan

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


f. Total Biaya merupakan keseluruhan biaya yang digunakan oleh KSU

Puspa Sari Sedana dalam melakukan kegiatan usahanya selama periode

2007 sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


g. Total Aset adalah total harta yang dimiliki oleh KSU Puspa Sari Sedana

yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan,

aktiva tetap dan lain-lain selama periode 2007 sampai 2011 dan

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


h. Aktiva Lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, bank, persediaan dan

aktiva lancar lainnya yang dimiliki oleh KSU Puspa Sari Sedana selama

periode 2007 sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
i. Aktiva Tetap merupakan aktiva yang dibeli atau dimiliki untuk kegiatan

operasional KSU Puspa Sari Sedana Mataram selama periode 2007

sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Yang termasuk

dalam komponen aktiva tetap adalah bangunan, peralatan, tanah dan

lain-lain.
j. Kas adalah uang dalam bentuk tunai yang dimiliki oleh KSU Puspa Sari

Sedana Mataram selama periode 2007 sampai 2011 dan dinyatakan

dalam satuan rupiah (Rp).


40

k. Bank dalam hal ini adalah kas yang dimiliki KSU Puspa Sari Sedana

Mataram dalam bentuk rekening bank selama periode 2007 sampai 2011

dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


l. Piutang merupakan suatu nilai yang ada di KSU Puspa Sari Sedana

Mataram yang belum perusahaan terima dari seseorang atau perusahaan

pada pihak debitornya dimana jumlah tagihan tersebut diterima pada

waktu yang telah ditentukan selama periode 2007 sampai 2011 dan

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).


m. Bunga dan Pajak dalam laporan keuangan KSU Puspa Sari Sedana

Mataram terdapat pada laporan laba rugi yang dimana untuk

mendapatkan laba bersih maka komponen inilah yang akan

mempengaruhi sehingga menghasilkan laba bersih setelah bunga dan

pajak selama periode 2007 sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp).
n. Biaya Operasional merupakan suatu pengorbanan ekonomis yang harus

dilakukan KSU Puspa Sari Sedana Mataram untuk memperoleh barang

atau jasa selama periode 2007 sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp). Hal ini dapat diartikan bahwa betapa pentingnya biaya yang

dikeluarkan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik.

3.8. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode

kuantitatif, yaitu dengan melakukan perhitungan yang relevan terhadap

masalah yang diteliti. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Du

Pont System dengan langkah-langkah sebagai berikut:


41

a. Menentukan Perputaran Total Aktiva/TATO


Perputaran Total Aktiva adalah suatu rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan

mengukur berapa total pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva

(Kasmir, 2008:185).

1) Perputaran Aktiva

Total Pendapatan
TATO  x 1 kali
Total Aktiva

2) Aktiva Lancar

Aktiva Lancar = Kas + Bank + Piutang

3) Aktiva Tetap

Aktiva Tetap = Tanah + Gedung + Peralatan + Aktiva Tetap Lainnya

4) Total Aktiva

Total Aktiva = Aktiva Lancar + Aktiva Tetap

b. Menentukan Rasio Laba Bersih/NPM


Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari

sejumlah pendapatan tertentu (Kasmir, 2008:185).


1) NPM

SHU
Net Profit Margin  x 100%
Total Pendapatan

2) Total Biaya

Total Biaya = Beban Usaha + Bunga +Pajak

3) SHU
SHU = Total Pendapatan – Total Biaya
42

c. Menentukan ROI
ROI dapat mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi

total perusahaan (Kasmir, 2008:185).

ROI = Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

d. Membandingkan nilai yang dihasilkan dengan Kepmen Koperasi dan

UMKM Nomor 26 tahun 2006 tentang pedoman klasifikasi koperasi.


1) ROI
i. Kriteria ROI Sangat Profitabel
ROI (Metode Du Pont) berada di atas atau sama dengan 10

persen sesuai standar Kementrian Koperasi dan UMKM,

menunjukkan bahwa ROI tersebut sangat profitabel.

ii. Kriteria ROI Profitabel


ROI (Metode Du Pont) berada pada kisaran 6 persen - 9 persen

sesuai standar Kementrian Koperasi dan UMK, menunjukkan

bahwa ROI tersebut profitabel.


iii. Kriteria ROI Cukup Profitabel
ROI (Metode Du Pont) berada pada kisaran 1 persen - 5 persen

sesuai standar Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan

bahwa ROI tersebut cukup profitabel.


iv. Kriteria ROI Kurang Profitabel
ROI (Metode Du Pont) berada di bawah 1 persen sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa ROI

tersebut kurang profitabel.


2) NPM
i. Kriteria NPM Sangat Profitabel
NPM berada di atas atau sama dengan 15 persen sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa NPM

tersebut sangat profitabel.


ii. Kriteria NPM Profitabel
43

NPM berada pada kisaran 10 persen - 15 persen sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa NPM

tersebut profitabel.

iii. Kriteria NPM Cukup Profitabel


NPM berada pada kisaran 5 persen - 10 persen sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa NPM

tersebut cukup profitabel.


iv. Kriteria NPM Kurang Profitabel
NPM berada di bawah 5 persen sesuai standar Kementrian

Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa NPM tersebut

kurang profitabel.
3) TATO
i. Kriteria TATO Sangat Profitabel
TATO berada di atas atau sama dengan 3,5 kali sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa TATO

tersebut sangat profitabel.


ii. Kriteria TATO Profitabel
TATO berada pada kisaran 2,5 kali - 3,5 kali sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa TATO

tersebut profitabel.
iii. Kriteria TATO Cukup Profitabel
TATO berada pada kisaran 1 kali - 2,5 kali sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa TATO

tersebut cukup profitabel.

iv. Kriteria TATO Kurang Profitabel


TATO berada di bawah 1 kali sesuai standar Kementrian

Koperasi dan UMKM, menunjukkan bahwa TATO tersebut

kurang profitabel.
44

Dari penjelasan di atas, untuk lebih ringkasnya kriteria penilaian

ROI, NPM, dan TATO berdasarkan Kepmen Koperasi dan UMKM dapat

disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Kriteria Penilaian ROI, NPM, dan TATO Berdasarkan Kepmen


Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006

No Kriteria Klasifikasi
ROI (Return On Investment)
1 > 10% Sangat Profitabel
2 6% - 9% Profitabel
3 1% - 5% Cukup Profitabel
4 < 1% Kurang Profitabel
NPM (Net Profit Margin)
1 >15% Sangat Profitabel
2 10% - 15% Profitabel
3 5% - 10% Cukup Profitabel
4 < 1% Kurang Profitabel
TATO (Total Asset Turnover)
1 >3,5 Kali Sangat Profitabel
2 2,5 – 3,5 kali Profitabel
3 1 – 2,5 kali Cukup Profitabel
4 < 1% Kurang Profitabel
Sumber: Kep.Men Neg KUKM No. 06 Tahun 2006.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Pada bab terdahulu telah dikemukakan dan didefinisikan

permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Kinerja


45

Keuangan pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram untuk periode 2007 sampai

2011 jika dilihat dengan sistem Du Pont.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa data pokok yang

diperlukan dalam analisis ini adalah data keuangan (laporan neraca dan laporan

SHU) tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.

Berikut ini akan disajikan komponen-komponen yang diperlukan

dalam analisis sistem Du Pont guna mengetahui perkembangan Kinerja

Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram. Komponen tersebut berupa aktiva

lancar, total aktiva, pendapatan, SHU dan total biaya.

Tabel 5. Perkembangan Aktiva Lancar dan Total Aktiva KSU Puspa Sari
Sedana Mataram Periode 2007-2011
Perkembangan Perkembangan
Tahun Aktiva Lancar Total Aktiva
Rp % Rp %
2007 282.513.956 - - 283.151.956 - -
2008 333.257.184 50.743.228 17,96 354.428.284 71.276.328 25,17
2009 383.562.808 50.305.624 15,09 412.689.908 58.261.624 16,44
2010 399.031.653 15.468.845 4,03 427.458.753 14.768.845 3,58
2011 444.267.867 45.236.214 11,33 464.179.967 36.721.214 8,59
Jumlah 1.842.633.468 161.753.911 48,43 1.941.908.868 181.028.011 53,78
Rata-rata 368.526.694 40.438.478 12,11 388.381.774 45.257.003 13,44
Sumber: Laporan Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram Tahun 2007-2011.

Dari Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah

aktiva lancar KSU Puspa Sari Sedana Mataram mengalami fluktuasi dengan

kecenderungan meningkat dimana perkembangan tertinggi terjadi pada tahun

2008 yaitu sebesar Rp50.743.228 atau 17,96 persen. Sedangkan perkembangan

terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp15.468.845 atau 4,03 persen.

Sedangkan pada total aktiva KSU Puspa Sari Sedana Mataram juga

mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat dimana perkembangan

tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp71.276.328 atau 25,17
46

persen. Ini disebabkan karena aktiva lancar dan aktiva tetapnya mengalami

peningkatan pada tahun tersebut. Pada perkembangan terendah terjadi pada

tahun 2010 yang mengalami penurunan yaitu sebesar Rp14.768.845 atau

3,58 persen.

Tabel 6. Perkembangan Aktiva Tetap KSU Puspa Sari Sedana Mataram


Periode 2007-2011
Perkembangan
Tahun Aktiva Tetap
Rp (%)
2007 6.380.000 - -
2008 21.171.100 14.791.100 231,83
2009 29.127.100 7.956.000 37,57
2010 28.427.100 (700.000) -2,40
2011 19.912.100 (8.515.000) -29,95
Jumlah 105.017.400 13.532.100 237,06
Rata-Rata 21.003.480 3.383.025 59,26
Sumber: Laporan Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram Tahun 2007-2011.

Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa aktiva tetap KSU Puspa

Sari Sedana Mataram mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat.

Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp14.791.100

atau 231,83 persen. Ini disebabkan karena kenaikan penggunaan aktiva tetap

dari tahun sebelumnya. Sedangkan perkembangan terendah terjadi pada

tahun 2011 yang mengalami penurunan yaitu sebesar Rp8.515.000 atau

29,95 persen.

Tabel 7. Perkembangan Pendapatan dan Total Biaya KSU Puspa Sari Sedana
Mataram Periode 2007-2011
Perkembangan Perkembangan
Tahun Pendapatan Total Biaya
Rp % Rp %
2007 27.637.824 - - 15.195.868 - -
2008 102.999.593 75.361.769 272,68 78.554.765 63.358.897 416,95
2009 92.982.600 (10.016.993) -9,73 68.240.726 (10.314.039) -13,13
2010 98.910.469 5.927.869 6,38 69.948.342 1.707.616 2,50
47

2011 88.254.942 (10.655.527) -10,77 56.864.000 (13.084.342) -18,71


Jumlah 410.785.428 60.617.118 258,55 288.803.701 41.668.132 387,62
Rata-Rata 82.157.086 15.154.280 64,64 57.760.740 10.417.033 96,90
Sumber: Laporan Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram Tahun 2007-2011.

Dari Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa pendapatan KSU Puspa

Sari Sedana Mataram mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perkembangan

tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp75.361.769 atau 272,68

persen. Sedangkan pekembangan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu

sebesar Rp10.655.527 atau 10,77 persen. Pada perkembangan total biaya

terjadi fluktuasi dimana perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2008

yaitu sebesar Rp63.358.897 atau 416,95 persen. Sedangkan perkembangan

terendah terjadi pada tahun 2011 yang mengalami penurunan yaitu sebesar

Rp13.084.342 atau 18,71 persen.

Tabel 8. Perkembangan SHU KSU Puspa Sari Sedana Mataram Periode 2007-
2011
Perkembangan
Tahun SHU
Rp (%)
2007 12.441.956 - -
2008 22.000.345 9.558.389 76,82
2009 22.267.687 267.342 1,21
2010 26.332.127 4.064.440 18,25
2011 28.540.942 2.208.815 8,39
Jumlah 111.583.057 16.098.986 104,68
Rata-Rata 22.316.611 4.024.747 26,17
Sumber: Laporan Keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram Tahun 2007-2011.

Dari Tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan KSU

Puspa Sari Sedana Mataram dalam menciptakan laba selama kurun waktu

tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi. Dari tabel tersebut pada
48

tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar Rp9.558.389 atau dengan

persentase sebesar 76,82 persen dan tahun 2010 mengalami kenaikan

sebesar Rp4.064.440 atau dengan persentase sebesar 18,25 persen.

4.2. Analisis Data

Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Sistem Du Pont

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan TATO
Adapun hasil perhitungan TATO dapat disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 9. Hasil Perhitungan TATO KSU Puspa Sari Sedana Mataram Periode
2007-2011
TATO
Tahun
(Kali)
2007 0,10
2008 0,29
2009 0,23
2010 0,23
2011 0,19
Sumber: Lampiran.

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa perputaran aktiva pada

tahun 2007 sebesar 0,10 kali. Ini berarti bahwa pada tahun 2007 terjadi
49

perputaran aktiva/TATO dari KSU Puspa Sari Sedana Mataram sebanyak

0,10 kali. Tahun 2008 terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun

2007 perputaran aktiva pada tahun 2008 sebesar 0,29 kali atau terjadi

peningkatan sebesar 0,19 kali dari tahun 2007. Hal ini disebabkan karena

terjadi peningkatan nilai pendapatan dan meningkatnya nilai total aktiva

dari tahun 2008. Penurunan terjadi pada tahun 2009 yaitu menjadi 0,23 kali,

ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan di tahun 2009. Pada tahun

2010 tidak mengalami peningkatan atau sama dengan TATO pada tahun

2009, ini disebabkan karena total aktiva dan pendapatan pada tahun 2010

hanya mengalami peningkatan yang sedikit. Sedangkan pada tahun 2011

tingkat TATO mengalami penurunan dari tahun 2010 menjadi sebesar 0,19

kali, ini disebabkan karena adanya penurunan pendapatan di tahun 2011.

b. Menentukan NPM
Adapun hasil perhitungan NPM dapat disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 10. Hasil Perhitungan NPM KSU Puspa Sari Sedana Mataram Periode
2007-2011
NPM
Tahun
(%)
2007 45,02
2008 21,36
2009 23,95
2010 26,62
2011 32,34
Sumber: Lampiran.

Dari segi laba bersih/NPM pada tahun 2007 sebesar 45,02 persen,
50

ini dikarenakan adanya pengaruh SHU dan juga pendapatan koperasi. Hal

ini disebabkan oleh tingkat penjualan yang tinggi dan biaya operasional

yang rendah, menyebabkan persentase laba setelah pajak tergolong baik, hal

ini mempengaruhi NPM KSU Puspa Sari Sedana Mataram. Sedangkan

pada tahun 2008 nilai NPM mengalami Penurunan menjadi 21,36 persen,

ini disebabkan oleh meningkatnya nilai SHU dan juga total pendapatan dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 nilai NPM meningkat menjadi 23,95

persen ini dikarenakan adanya kenaikan SHU dan penurunan total

pendapatan. Pada tahun 2010 dan 2011 posisi NPM juga terus mengalami

peningkatan menjadi sebesar 26,62 persen dan 32,34 persen yang

dikarenakan adanya peningkatan SHU dan juga penurunan pendapatan dari

tahun sebelumnya.

c. Menentukan ROI
Adapun hasil perhitungan ROI dapat disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 11. ROI KSU Puspa Sari Sedana Mataram Periode 2007-2011
ROI Perkembangan
Tahun
(%) (%)
2007 4,50 -
2008 6,19 37,56
2009 5,51 -10,99
2010 6,12 11,07
2011 6,14 0,33
Jumlah 28,46 37,97
Rata-rata 5,692 9,49
Sumber: Lampiran.
51

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui ROI tahun

2007 sebesar 4,50 persen yang berarti bahwa tingkat pengembalian

investasi yang diperoleh sebesar 4,50 persen. Untuk tahun 2008 terjadi

peningkatan bila dibandingkan dengan ROI tahun 2007 yaitu sebesar 6,19

persen atau terjadi peningkatan sebesar 37,56 persen. Hal ini disebabkan

karena SHU yang dihasilkan pada tahun tersebut mengalami peningkatan.

Sedangkan pada tahun 2009 ROI mengalami penurunan yaitu menjadi

sebesar 5,51 persen atau menurun sebanyak 10,99 persen. Hal ini

disebabkan karena total pendapatan dan SHU pada tahun tersebut

mengalami penurunan. Untuk tahun 2010 ROI mengalami peningkatan

yaitu sebesar 6,12 persen. Hal ini disebabkan karena total pendapatan, SHU

dan total aktiva mengalami peningkatan pada tahun tersebut. Dan pada

tahun 2011 ROI mengalami peningkatan menjadi 6,14 persen. Ini

disebabkan karena SHU pada tahun tersebut mengalami peningkatan.

d. Membandingkan ROI yang dihasilkan dengan Kepmen Koperasi dan

UMKM Nomor 6 Tahun 2006.

Tabel 12. Hasil Pengklasifikasian ROI KSU Puspa Sari Sedana Mataram
Periode 2007-2011 dengan KEPMEN Koperasi dan UMKM
Nomor 6 Tahun 2006
Standar Kepmen Koperasi dan
ROI
Tahun Klasifikasi UMKM Nomor 6 Tahun 2006
(%)
ROI Klasifikasi
2007 4,50 Cukup Profitable ≥10 % Sangat Profitable
2008 6,19 Profitable
2009 5,51 Profitable 6%-9% Profitable
2010 6,12 Profitable
6,14 Profitable 1%-5% Cukup profitable
2011
<1% Kurang Profitable
52

Sumber: Lampiran.

Berdasarkan perhitungan ROI maka dapat diketahui bahwa pada

tahun 2007 sebesar 4,50 persen, dengan kata lain pada tahun 2007

pengembalian investasi sebesar 4,50 persen dari total aktiva yang dimiliki

koperasi. Hasil ini tergolong cukup profitable berdasarkan Kepmen Koperasi

dan UMKM Nomor 6 tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008 ROI yang

dihasilkan sebesar 6,19 persen yang tergolong profitable. Kemudian untuk

tahun 2009, 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 5,51 persen, 6,12 persen

dan 6,14 persen yang tergolong profitable.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan

yang berfluktuasi dalam pengembalian investasi (ROI) pada KSU Puspa Sari

Sedana Mataram selama periode 2007 sampai 2011, dimana nilai ROI yang

dihasilkan selama lima tahun terakhir tergolong dalam klasifikasi profitable

berdasarkan pada Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006.

Tabel 13. Hasil Pengklasifikasian TATO KSU Puspa Sari Sedana Mataram
Periode 2007-2011 dengan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor
06 Tahun 2006
Standar Kepmen Koperasi dan
TATO
Tahun Klasifikasi UMKM Nomor 6 Tahun 2006
(Kali)
TATO Klasifikasi
2007 0,10 Kurang Profitable ≥ 3,5 kali Sangat Profitable
2008 0,29 Kurang Profitable
2009 0,23 Kurang Profitable 2,5 – 3,5 kali Profitable
2010 0,23 Kurang Profitable
0,19 Kurang Profitable 1 – 2,5 kali Cukup profitable
2011
< 1 kali Kurang Profitable
53

Sumber: Lampiran.

Berdasarkan perhitungan TATO maka dapat diketahui bahwa pada

tahun 2007 sebesar 0,10 kali, dengan kata lain pada tahun 2007 tingkat

perputaran total aktiva sebesar 0,10 kali pada KSU Puspa Sari Sedana

Mataram. Hasil ini tergolong kurang profitable berdasarkan Kepmen

Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008

TATO yang dihasilkan sebesar 0,29 kali yang tergolong kurang profitable.

Kemudian untuk tahun 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 0,23 kali

yang tergolong kurang profitable. Sedangkan pada tahun 2011 TATO

mengalami penurunan sebesar 0,19 kali, hal ini diakibatkan oleh menurunya

total aktiva yang dimiliki pada tahun tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasio TATO pada KSU

Puspa Sari Sedana Mataram selama periode 2007 sampai 2011, dimana nilai

TATO yang dihasilkan selama lima tahun terakhir dengan rata-rata sebesar

0,21 kali yang tergolong dalam klasifikasi kurang profitable berdasarkan

pada Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006 karena nilainya

yang lebih kecil dari 1.


54

Tabel 14. Hasil Pengklasifikasian NPM KSU Puspa Sari Sedana Mataram
Periode 2007-2011 dengan Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor
6 Tahun 2006
Standar Kepmen Koperasi dan
NPM
Tahun Klasifikasi UMKM Nomor 6 Tahun 2006
(%)
NPM Klasifikasi
2007 45,25 Sangat Profitable > 15 % Sangat Profitable
2008 21,36 Sangat Profitable
2009 23,95 Sangat Profitable 10 % – 15 % Profitable
2010 26,62 Sangat Profitable
32,34 Sangat Profitable 5 % – 10 % Cukup profitable
2011
< 1% Kurang Profitable
Sumber: Lampiran.

Berdasarkan perhitungan NPM maka dapat diketahui bahwa pada

tahun 2007 sebesar 45,25 persen, dengan kata lain pada tahun 2007 laba

bersih yang dihasilkan sebesar 45,25 persen dari total aktiva yang dimiliki

koperasi. Hasil ini tergolong sangat profitable berdasarkan Kepmen

Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2008

NPM yang dihasilkan sebesar 21,36 persen yang juga tergolong sangat

profitable. Kemudian untuk tahun 2009, 2010 dan 2011 masing-masing

sebesar 23,95 persen, 26,62 persen dan 32,34 persen yang tergolong sangat

profitable.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan

dalam pencapaian laba bersih (NPM) pada KSU Puspa Sari Sedana Mataram

selama periode 2007 sampai 2011, dimana nilai NPM yang dihasilkan
55

selama lima tahun terakhir dengan rata-rata sebesar 29,86 persen yang

tergolong dalam klasifikasi sangat profitable berdasarkan pada Kepmen

Koperasi dan UMKM Nomor 6 tahun 2006, karena nilai rasio yang dimiliki

lebih besar dari 15,00 persen yang merupakan standar dari penilaian

kesehatan kinerja keuangan koperasi di Indonesia.

4.3. Interpretasi

Berdasarkan hasil analisis Du Pont pada KSU Puspa Sari Sedana

Mataram selama tahun 2007 sampai dengan 2011, maka dapat diinterpretasikan

nilai ROI, TATO dan NPM sebagai berikut:

a. ROI pada tahun 2007 sebesar 4,50 persen yang berarti bahwa setiap Rp100

total aktiva yang dikelola mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp4,50

dan termasuk dalam kategori cukup profitabel. Kemudian pada tahun 2008

nilai ROI sebesar 6,19 persen yang berarti bahwa setiap Rp100 total aktiva

yang dikelola mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp6,19 dan

termasuk dalam kategori profitabel. Selanjutnya ROI pada tahun 2009

sebesar 5,51 persen yang berarti bahwa setiap Rp100 total aktiva yang

dikelola mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp5,51 dan termasuk

dalam kategori profitabel. ROI pada tahun 2010 sebesar 6,12 persen yang

berarti bahwa setiap Rp100 total aktiva yang dikelola mampu menghasilkan

laba bersih sebesar Rp6,12 dan termasuk dalam kategori profitabel. Untuk

ROI pada tahun 2011 sebesar 6,14 persen yang berarti bahwa setiap Rp100

total aktiva yang dikelola mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp6,14
56

dan termasuk dalam kategori profitabel. Dengan demikian rata-rata ROI

pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sebesar 5,69 persen yang

berarti bahwa setiap Rp100 total aktiva yang dikelola oleh KSU Puspa Sari

Sedana Mataram selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih

sebesar Rp5,69 dan termasuk dalam kategori profitabel berdasarkan

Kepmen Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006.


b. TATO pada tahun 2007 sebesar 0,10 kali yang berarti bahwa tingkat

perputaran total aktiva yang terjadi hanya sebanyak 0,10 kali dan termasuk

dalam kategori kurang profitabel. Kemudian pada tahun 2008 nilai TATO

sebesar 0,29 kali yang berarti bahwa tingkat perputaran total aktiva yang

terjadi hanya sebanyak 0,29 kali dan termasuk dalam kategori kurang

profitabel. Selanjutnya TATO pada tahun 2009 dan 2010 sama-sama

bernilai sebesar 0,23 kali yang berarti bahwa tingkat perputaran total aktiva

yang terjadi hanya sebanyak 0,23 kali dan termasuk dalam kategori kurang

profitabel. Untuk TATO pada tahun 2011 sebesar 0,19 kali yang berarti

bahwa tingkat perputaran total aktiva yang terjadi hanya sebanyak 0,19 kali

dan termasuk dalam kategori kurang profitabel. Dengan demikian rata-rata

TATO pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sebesar 0,21 kali yang

berarti bahwa total aktiva yang dikelola oleh KSU Puspa Sari Sedana

Mataram selama tahun tersebut hanya mampu berputar sebanyak 0,21 kali

dan termasuk dalam kategori kurang profitabel berdasarkan Kepmen

Koperasi dan UMKM Nomor 6 Tahun 2006.


c. NPM pada tahun 2007 sebesar 45,25 persen yang berarti bahwa setiap

Rp100 pendapatan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp45,25 dan


57

termasuk dalam kategori sangat profitabel. Kemudian pada tahun 2008

nilai NPM sebesar 21,36 persen yang berarti bahwa setiap Rp100

pendapatan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp21,36 dan

termasuk dalam kategori sangat profitabel. Selanjutnya NPM pada tahun

2009 sebesar 23,95 persen yang berarti bahwa setiap Rp100 pendapatan

mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp23,95 dan termasuk dalam

kategori sangat profitabel. NPM pada tahun 2010 sebesar 26,62 persen

yang berarti bahwa setiap Rp100 pendapatan mampu menghasilkan laba

bersih sebesar Rp26,62 dan termasuk dalam kategori sangat profitabel.

Untuk NPM pada tahun 2011 sebesar 32,34 persen yang berarti bahwa

setiap Rp100 pendapatan mampu menghasilkan laba bersih sebesar

Rp32,34 dan termasuk dalam kategori sangat profitabel. Dengan demikian

rata-rata NPM pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sebesar 29,86

persen yang berarti bahwa setiap Rp100 pendapatan KSU Puspa Sari

Sedana Mataram mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp29,86 dan

termasuk kategori sangat profitabel berdasarkan Kepmen Koperasi dan

UMKM Nomor 6 Tahun 2006.


58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a. Perkembangan kinerja keuangan KSU Puspa Sari Sedana Mataram

selama periode 2007 sampai 2011 berdasarkan nilai dari rasio ROI,

TATO dan NPM yang dihasilkan tergolong baik. Hal ini dibuktikan oleh

nilai ketiga rasio tersebut yang terus meningkat setiap tahunnya.


b. Nilai ROI yang dicapai KSU Puspa Sari Sedana Mataram dari tahun

2007-2011 secara keseluruhan dikategorikan profitable dengan nilai rata-

rata sebesar 5,59 persen yang berarti bahwa setiap Rp100 total aktiva yang

dikelola mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp5,69. Selanjutnya

untuk efektivitas perputaran aktiva dapat dilihat dari nilai TATO selama

5 tahun dengan nilai rata-rata sebesar 0,21 kali yang berarti bahwa

kemampuan koperasi untuk melakukan penjualan dengan menggunakan

aktivanya belum efektif terbukti dari nilai TATO yang termasuk dalam

kategori kurang profitable. Sedangkan untuk NPM yang dicapai dengan

nilai rata-rata sebesar 29,86 persen yang menunjukkan bahwa persentase

laba usaha yang dihasilkan bersumber dari unsur SHU-nya dan dapat

dikategorikan sangat profitable berdasarkan Kepmen Koperasi dan

UMKM Nomor 6 tahun 2006.

5.2. Saran
59

Berdasarkan kesimpulan dari hasil yang diteliti, penulis mencoba

memberikan beberapa saran untuk KSU Puspa Sari Sedana Mataram:

a. Diharapkan bagi pihak manajemen KSU Puspa Sari Sedana Mataram

untuk ke depannya harus berusaha dalam meningkatkan pendapatan dan

mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan serta meningkatkan

jumlah aktiva lancar yang dimilikinya.


b. Rasio TATO yang tergolong kurang profitable selama lima tahun terakhir

merupakan masalah yang harus segera dicarikan solusinya oleh pihak

manajemen KSU Puspa Sari Sedana Mataram. Sebab rasio ini

menunjukkan bahwa koperasi belum efektif di dalam melakukan

penjualan dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimilikinya.


c. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dalam meneliti maupun

mengkaji lebih dalam mengenai masalah perkembangan Kinerja

Keuangan dengan sistem Du Pont agar menggunakan periode

pengamatan yang lebih lama lagi dari penelitian yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai