Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia saat ini tidak pernah berhenti melakukan

pembangunan di segala bidang, pembangunan tersebut pada dasarnya

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk memacu jalannya

pembangunan tersebut diperlukan peran serta dari pelaku ekonomi, yaitu

pemerintah, swasta dan koperasi (Wahyudi, 2011).

Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian di Indonesia,

sangat perlu diperluas perannya di berbagai sektor usaha seperti pertanian,

perindustrian, perdagangan dan lain-lain. Dewasa ini koperasi mendapatkan

perhatian khusus dari pemerintah dengan berbagai kebijakannya berupaya

untuk memacu perkembangan koperasi baik melalui pembinaan maupun

fasilitas penunjang yang mendorong koperasi tumbuh dan berkembang serta

meningkatkan peran koperasi dalam pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia

(Wahyudi, 2011).

Dalam menjalankan usahanya koperasi perlu memperhatikan kinerja

keuangannya agar koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Kinerja keuangan

merupakan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai yang diperlihatkan selama

beberapa periode. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah

dianalisis. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum


2

semua aktifitas perusahaan. Kinerja keuangan koperasi dapat diketahui dengan

menganalisis laporan keuangannya antara lain laporan neraca dan laporan

laba-rugi yang dalam koperasi dinamakan laporan sisa hasil usaha (Wahyudi,

2011).

Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan data keuangan yang

mendukung. Data keuangan ini diambil dari neraca dan laporan laba/rugi.

Untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan diperlukan

ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio yang

menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Analisis rasio keuangan

menyangkut dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat membandingkan

rasio saat ini dengan rasio-rasio masa lalu dan yang diharapkan di masa yang

akan datang untuk perusahaan yang sama. Jadi, apabila rasio-rasio keuangan

dijajarkan selama beberapa tahun, dapat dipelajari komposisi perusahaan dan

menentukan apakah ada kemajuan atau kemunduran prestasi dan kondisi

keuangan perusahaan. Kedua, membandingkan rasio perusahaan dengan

perusahaan lain yang sejenis dan sama ukurannya. Pembandingan semacam

ini sulit dilakukan oleh pihak-pihak di luar lembaga-lembaga keuangan. Pada

umumnya rasio yang dihitung dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe

dasar (Husnan,1993) yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan

rasio profitabilitas.

Dari keempat tipe rasio tersebut, maka bagi manajemen ataupun

pemilik perusahaan yang terpenting adalah rasio profitabilitas, karena rasio

ini merupakan jaminan yang utama bagi mereka. Betapapun besarnya


3

likuiditas atau solvabilitas suatu perusahaan, kalau perusahaan itu tidak

mampu menggunakan modalnya secara efisien, maka perusahaan tersebut

akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan utang-

utangnya. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Investment

(ROI). Secara sederhana ROI dapat dicari dengan menggunakan rumus laba

bersih dibagi dengan total aktiva. Akan tetapi dalam menggunakan rumus ini,

kendalanya adalah tidak dapat diketahui secara komprehensif atau

menyeluruh penyebab dari naik turunnya nilai ROI. Atas dasar inilah, maka

perlu adanya analisis keuangan dengan sistem Du Pont sebagai pengukur

profitabilitas pada perusahaan. Sistem Du Pont ini bersifat menyeluruh

karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya

dan dapat mengukur tingkat keuntungan atas pendapatan produk yang

dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Du Pont System ini di dalamnya menggabungkan rasio

aktivitas/perputaran aktiva dengan rasio laba/net profit margin atas

pendapatan dan menunjukkan bagaimana keduanya berinteraksi dalam

menentukan Return On Investment (ROI), yaitu profitabilitas atas aktiva yang

dimiliki perusahaan. Rasio laba atas pendapatan (net profit margin)

dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan laba bersih yang dihasilkan. Berarti

profit margin ini mencakup pula seluruh biaya yang digunakan dalam

operasional perusahaan. Rasio aktivitas sendiri dipengaruhi oleh pendapatan

dan total aktiva, total aktiva di sini mencakup aktiva lancar dan aktiva tetap.

Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya menfokuskan pada laba yang
4

dicapai, tetapi juga pada investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut (Setiawan, 2010).

Semakin besar ROI semakin baik pula perkembangan perusahaan

tersebut dalam mengelola asset yang dimilikinya dalam menghasilkan laba.

Hal ini disebabkan karena ROI tersebut terdiri dari beberapa unsur yaitu

pendapatan, aktiva yang digunakan, dan laba atas pendapatan yang diperoleh

perusahaan. Angka ROI ini akan memberikan informasi yang penting jika

dibandingkan dengan pembanding yang digunakan sebagai standar. Berdasar

dari kecenderungan ROI ini dapat dinilai perkembangan efektivitas

operasional usaha perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan

(Setiawan, 2010).

Sudjaja dan Berlian (2003:148) mengatakan bahwa sistem Du Pont

menghubungkan mata rantai marjin laba bersih (yang mengukur profitabilitas

terhadap pendapatan) dengan perputaran total aktiva (yang mengidentifikasi

efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menggunakan assetnya untuk

menghasilkan pendapatan).

KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram hanya fokus pada usaha simpan

pinjam, sementara unit usaha lainnya seperti pengadaan barang dan jasa masih

besifat insidentil/sesuai kebutuhan anggota. Di bidang organisasi dan

manajemen jumlah anggota KPRI Angkasa tahun 2010 berjumlah 120 orang

setelah adanya mutasi pindah/berhenti dan penambahan anggota baru.

Dalam bidang hukum akte pendirian Koperasi Pegawai Republik

Indonesia Angkasa RRI Mataram, disahkan oleh Kanwil Koperasi Propinsi


5

NTB, dengan SK. No.BH/XXII/72, tanggal 25 Agustus 1972. Rapat Anggota

Tahunan (RAT) yang merupakan salah satu perangkat penting dalam koperasi

dan sekaligus kekuasaan tertinggi dalam berkehidupan berkoperasi wajib dan

mutlak dilaksanakan sesuai Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun

1992. Pengurus KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram telah berusaha

melaksanakan RAT tahun buku tertentu pada bulan Januari tahun tersebut,

sehingga RAT yang diselenggarakan tepat waktu ini menjadi indikator yang

baik bagi sehatnya perkembangan usaha koperasi. Sementara pembayaran

hutang anggota berjalan lancar dan kemampuan koperasi memperoleh

keuntungan cukup.

Dalam penelitian ini KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram sebagai

suatu organisasi tentulah ingin memaksimalkan laba perusahaannya dan

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, serta mengingat

pentingnya laba bagi suatu perusahaan untuk membiayai kelangsungan hidup

perusahaan sebagai cermin untuk mengukur efektifnya pimpinan dalam

mengelola perusahaannya yang biasanya tercermin dalam laba yang diperoleh

dari pendapatan dan investasinya (Setiawan, 2010).

Untuk menggambarkan keadaan perusahaan berikut disajikan laporan

dan perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) serta laporan dan perkembangan

neraca perusahaan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010.


6

Tabel 1.1. Laporan Sisa Hasil Usaha KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram Periode 2006-2010 (Dalam Rupiah)
Tahun
Keterangan
2006 2007 2008 2009 2010
Unit
Simpan
Pinjam 117.575.700 157.671.900 190.199.350 227.048.950 306.295.500
Unit Toko 639.000 3.967.210 2.913.500 5.367.000 4.848.000
Pendapatan
Lain-lain 2.458.500 21.553.918 8.674.604,37 8.400.500 31.135.000
Total
Pendapatan 120.673.200 183.193.028 201.787.454 240.816.450 342.278.500
Biaya
Operasional 29.927.260 36.585.400 40.242.200 56.086.000 74.195.400
Bunga 11.869.122 79.877.835 66.000.681 27.361.458 138.290.480
Pajak - - - 1.962.000 3.385.400
Total Biaya
Usaha 41.796.382 116.463.235 106.242.881 85.409.458 215.901.280
SHU 78.876.818 66.729.793 95.544.573 155.406.992 126.377.220
Sumber : KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa KPRI ANGKASA

LPP RRI Mataram mengalami peningkatan pendapatan terus menerus dari

tahun 2006-2010. Tetapi, SHU KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

mengalami fluktuasi. Untuk jelasnya kami sajikan persentase perkembangan

pendapatan dan sisa hasil usaha koperasi tersebut sebagai berikut:


7

Tabel 1.2. Perkembangan Laporan Sisa Hasil Usaha KPRI ANGKASA


LPP RRI Mataram Periode 2006-2010 (Dalam Rupiah)
Perubahan
Keterangan Tahun Jumlah Absolut Relatif
(Rp) (%)
2006 117.575.700 - -
2007 157.671.900 40.096.200 34,1
Unit Simpan 2008 190.199.350 32.527.450 20,6
Pinjam 2009 227.048.950 36.849.600 19,3
2010 306.295.500 79.246.550 34,9
2006 639.000 - -
2007 3.967.210 3.328.210 520,8
2008 2.913.500 (1.053.710) -26,5
Unit Toko
2009 5.367.000 2.453.500 84,2
2010 4.848.000 (519.000) -9,6
2006 2.458.500 - -
2007 21.553.918 19.095.418 776,7
Pendapatan
2008 8.674.604,37 (12.879.313,63) -59,7
Lain-Lain
2009 8.400.500 (274.104,37) -3,1
2010 31.135.000 22.734.500 270,6
2006 120.673.200 - -
2007 183.193.028 62.519.828 51,8
Total
2008 201.787.454 18.594.426 10,1
Pendapatan
2009 240.816.450 39.028.996 19,3
2010 342.278.500 101.462.050 42,1
2006 29.927.260 - -
2007 36.585.400 6.658.140 22,2
Biaya 2008 40.242.200 436.800 1,09
Operasional 2009 56.086.000 15.843.800 39,3
2010 74.195.400 18.109.400 32,2
2006 11.869.122 - -
2007 79.877.835 68.008.713 572,9
Biaya Bunga 2008 66.000.681 (13.877.154) -17,3
2009 27.361.458 (38.639.223) -58,5
2010 138.290.480 110.929.022 405,4
2006 - - -
2007 - 0 -
Pajak 2008 - 0 -
2009 1.962.000 1.962.000 -
2010 3.385.400 1.423.400 72,5
2006 41.796.382 - -
2007 116.463.235 74.666.853 178,6
Total Biaya 2008 106.242.881 (10.220.354) -8,7
Usaha 2009 85.409.458 (20.833.423) -19,6
2010 215.901.280 130.491.822 152,7
2006 78.876.818 - -
2007 66.729.793 (12.147.025) -15,4
2008 95.544.573 28.814.780 43,1
SHU
2009 155.406.992 59.862.419 62,6
2010 126.377.220 (29.029.772) -18,6
Sumber : KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram
8

Dari tabel 1.2. di atas dapat dilihat terjadi peningkatan total

pendapatan dari tahun 2006-2010. Perkembangan total pendapatan tertinggi

terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp62.519.828,- atau 51,8%. Sedangkan

total pendapatan terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar

Rp18.594.426,- atau 10,1%. Pada unit simpan pinjam terjadi peningkatan.

Perkembangan unit simpan pinjam tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu

sebesar Rp306.295.500,- atau 34,9%. Sedangkan unit simpan pinjam terendah

terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp227.048.950,- atau 19,3%.

Pada unit toko terlihat mengalami fluktuasi dengan perkembangan

tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp3.328.210,- atau 520,8%.

Sedangkan perkembangan terendah terjadi pada tahun 2008 yang mengalami

penurunan sebesar Rp1.053.710,- atau 26,5%. Begitupula pada pendapatan

lain-lain mengalami fluktuasi dengan perkembangan tertinggi terjadi pada

tahun 2007 yaitu sebesar Rp21.553.918,- atau 776,7%. Sedangkan

perkembangan terendah terjadi pada tahun 2008 yang mengalami penurunan

yaitu sebesar Rp8.674.604,37 atau 59,7%.

Dapat juga dilihat pada sisi total biaya usaha mengalami fluktuasi dari

tahun 2006-2010 dengan perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007

yaitu sebesar Rp.74.666.853,- atau 178,6%. Sedangkan perkembangan

terendah terjadi pada tahun 2009 yang mengalami penurunan sebesar

Rp20.833.423,- atau 19,6%. Pada sisi biaya operasional dapat dilihat terjadi

peningkatan. Perkembangan biaya operasional tertinggi terjadi pada tahun

2009 yaitu sebesar Rp15.843.800,- atau 39,3%. Sedangkan perkembangan


9

biaya operasional terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 436.800

atau 1,09%. Namun pada sisi bunga terjadi fluktuasi dengan perkembangan

tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp68.008.713,- atau 572,9%.

Sedangkan perkembangan terendah yang mengalami penurunan terjadi pada

tahun 2009 yaitu sebesar Rp38.639.223,- atau 58,5%.

SHU mengalami fluktuasi di mana perkembangan tertingginya terjadi

pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp59.862.419,- atau 62,2%. Ini disebabkan

karena total pendapatan meningkat serta total biaya usaha dan biaya bunga

menurun pada tahun tersebut. Sedangkan perkembangan terendah terjadi pada

tahun 2010 yang mengalami penurunan sebesar Rp29.029.772,- atau 18,6%.

Ini disebabkan karena total biaya usaha, biaya operasional, biaya bunga dan

pajak mengalami peningkatan pada tahun tersebut.

Tabel 1.3. Laporan Neraca KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram


Periode 2006-2010 (Dalam Rupiah)
Tahun
Keterangan
2006 2007 2008 2009 2010
Aktiva
Lancar 348.322.889,8 787.014.990,9 722.077.904,75 722.889.197,39 1.610.205.204,59
Kas 19.579.528,80 337.869,90 1.171.570,75 3.675.553,39 4.036.904,59
Bank 29.000.000 73.000.000 80.660.000 118.490.000 121.230.000
Piutang 295.143.361 707.177.121 630.446.334 600.723.644 1.484.438.300
Aktiva
Lancar
Lainnya 4.600.000 6.500.000 9.800.000 - 500.000
Penyertaan 7.079.715,71 7.630.715,71 9.923.820,08 10.603.820,08 11.323.820,08
Aktiva
Tetap 2.678.790,00 678.500,00 1.491.500,00 1.226.500,00 971.500,00
TOTAL
AKTIVA 358.081.395,51 795.333.206,61 733.493.224,83 734.719.517,47 1.622.500.524,67
Hutang
jangka
pendek 32.378.620,72 429.312.929,62 254.674.250,28 89.857.584,94 880.702.067,34
Modal
(equity) 325.707.774,79 366.020.276,99 478.818.974,55 644.861.932,53 741.798.457,33
TOTAL
PASIVA 358.081.395,51 795.333.206,61 733.493.224,83 734.719.517,47 1.622.500.524,67
Sumber : KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram
10

Dari tabel 1.3. di atas dapat dilihat bahwa total aktiva maupun total

pasiva KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram dari tahun 2006-2010

mengalami fluktuasi. Untuk lebih jelasnya kami sajikan persentase

perkembangan total aktiva maupun total pasiva sebagai berikut:


11

Tabel 1.4. Perkembangan Pos-Pos Neraca KPRI ANGKASA LPP RRI


Mataram Periode 2006-2010 (Dalam Rupiah)
Perubahan
Keterangan Tahun Jumlah Absolut
Relatif (%)
(Rp)
2006 348.322.889,8 - -
2007 787.014.990,9 438.692.101,10 125,94
Aktiva Lancar 2008 722.077.904,75 (64.937.086,15) -8,25
2009 722.889.197,39 811.292,64 0,11
2010 1.610.205.204,59 887.316.007,20 122,74
2006 19.579.528,80 - -
2007 337.869,90 (19.241.658,90) -98,27
2008 1.171.570,75 833.700,85 246,75
Kas
2009 3.675.553,39 2.503.982,64 213,72
2010 4.036.904,59 361.351,20 9,83
2006 29.000.000 - V
2007 73.000.000 44.000.000,00 151,72
2008 80.660.000 7.660.000,00 10,49
Bank
2009 118.490.000 37.830.000,00 46,90
2010 121.230.000 2.740.000,00 2,31
2006 295.143.361 - -
2007 707.177.121 412.033.760,00 139,60
2008 630.446.334 (76.730.787,00) -10,85
Piutang
2009 600.723.644 (29.722.690,00) -4,71
2010 1.484.438.300 883.714.656,00 147,10
2006 4.600.000 - -
2007 6.500.000 1.900.000 41,30
Aktiva Lancar Lainnya 2008 9.800.000 3.300.000 50,76
2009 - (9.800.000) -100
2010 500.000 500.000
2006 7.079.715,71
2007 7.630.715,71 551.000,00 7,78
Penyertaan 2008 9.923.820,08 2.293.104,37 30,05
2009 10.603.820,08 680.000,00 6,852
2010 11.323.820,08 720.000,00 6,79
2006 2.678.790,00 - -
2007 678.500,00 (2.000.290,00) -74,67
2008 1.491.500,00 813.000,00 119,82
Aktiva Tetap
2009 1.226.500,00 (265.000,00) -17,76
2010 971.500,00 (255.000,00) -20,79
2006 358.081.395,51 - -
2007 795.333.206,61 437.251.811,10 122,10
Total Aktiva 2008 733.493.224,83 (61.839.981,78) -7,77
2009 734.719.517,47 1.226.292,64 0,16
2010 1.622.500.524,67 887.781.007,20 120,83
2006 32.378.620,72 - -
2007 429.312.929,62 396.934.308,90 1225,91
Hutang Jangka Pendek 2008 254.674.250,28 (174.638.679,34) -40,67
2009 89.857.584,94 (164.816.665,34) -64,71
2010 880.702.067,34 790.844.482,40 880,10
2006 325.707.774,79 - -
2007 366.020.276,99 40.312.502,20 12,37
Modal (Equity)
2008 478.818.974,55 112.798.697,56 30,81
2009 644.861.932,53 166.042.957,98 34,67
2010 741.798.457,33 96.936.524,80 15,03
2006 358.081.395,51 - -
2007 795.333.206,61 437.251.811,10 122,10
2008 733.493.224,83 (61.839.981,78) -7,77
Total Pasiva
2009 734.719.517,47 1.226.292,64 0,16
2010 1.622.500.524,67 887.781.007,20 120,83
Sumber : KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram
12

Dari tabel 1.4. di atas dapat terlihat bahwa total aktiva dan pasiva

mengalami fluktuasi. Perkembangan total aktiva dan pasiva tertinggi terjadi

pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 437.251.811,10 atau 122,10%. Sedangkan

perkembangan terendah terjadi pada tahun 2006 yang mengalami penurunan

sebesar Rp. 38.682.939,70 atau 9,74%.

Berdasarkan uraian sebelumnya pada tabel 1, 2, 3 dan 4 terdapat gap

analysis, seharusnya peningkatan total pendapatan harus diikuti dengan

peningkatan SHU. Namun yang terlihat, peningkatan total pendapatan tidak

diikuti dengan peningkatan SHU, justru SHU mengalami fluktuasi.

Fluktuasinya SHU tentunya akan berpengaruh terhadap ROI. Namun ROI

sebenarnya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh SHU, ada faktor lain juga

yang mempengaruhi naik turunnya ROI seperti total aktiva, karena seperti

penjelasan sebelumnya secara sederhana ROI dapat diperoleh dari SHU

dibagi dengan total aktiva, namun yang perlu ditelusuri adalah penyebab

secara komprehensif, hal ini dapat diketahui apabila ada suatu alat analisis

yang dapat menjelaskan pengaruh dari ROI secara menyeluruh yakni dengan

menggunakan sistem Du Pont. Maka dari itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PERKEMBANGAN

PROFITABILITAS DENGAN SISTEM DU PONT (STUDI KASUS PADA

KPRI ANGKASA LPP RRI MATARAM).


13

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat diidentifikasikan masalah yaitu selama tahun 2006 sampai 2010 total

pendapatan terus mengalami peningkatan, sedangkan Sisa Hasil Usaha dan

total aktiva mengalami fluktuasi.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu bagaimanakah perkembangan profitabilitas ditinjau dari

Return On Investment (ROI) dengan Sistem Du Pont pada KPRI ANGKASA

LPP RRI Mataram periode 2006 sampai 2010?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui Perkembangan Profitabilitas KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram Menggunakan Sistem Du Pont periode 2006

sampai 2010.
14

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan

studi strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.

2. Secara teoritis ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis

untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan

yang telah diperolehnya di bangku kuliah, khususnya di bidang

manajemen keuangan.

3. Secara praktis, perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai

bahan pertimbangan atau sumbangan pemikiran dalam menentukan

kebijaksanaannya guna kemajuan perusahaan


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) berjudul “Analisis

Kinerja Keuangan Menggunakan Metode Du Pont Pada Primer Koperasi

Angkatan Darat (PRIMKOPAD) YONIF 742/SWY Mataram”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja

keuangan Primer Koperasi TNI Angkatan Darat (PRIMKOPAD) Yonif

742/SWY Mataram selama priode tahun 2005-2009 dan untuk

mengetahui kinerja keuangan Primer Koperasi TNI Angkatan Darat

(PRIMKOPAD) Yonif 742/SWY Mataram selama priode tahun 2005-

2009 dapat dikatakan sehat Atau tidak sehat berdasarkan KEPMEN

Koperasi dan UMKM No.06 Tahun 2006, dengan menggunakan Analisis

Du Pont. Variabel yang digunakan adalah ROI (Return On Investment),

NPM (Net Profit Margin), TATO (Total Asset Turnover).

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa Total Asset Turnover yang

dicapai Primer Koperasi TNI Angkatan Darat (PRIMKOPAD) Yonif

742/SWY Mataram dari tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi dimana

pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,23 persen dan

terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,08 persen, untuk Net Profit

Margin tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 65,18 persen dan
16

terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 31,30 persen. Sedangkan Return

On Investment tertinggi juga mengalami fluktuasi tertinggi terjadi pada

tahun 2005 sebesar 12,90 persen dan terendah terjadi pada tahun 2007

sebesar 3,37 persen. Nilai Return On Investment yang dicapai primer

koperasi TNI Angkatan Darat (PRIMKOPAD) Yonif 742/SWY Mataram

dari tahun 2005-2009 secara keseluruhan dikategorikan profitable

berdasarkan KEPMEN Koperasi Dan UMKM No. 06 tahun 2006 karena

tingkat Return On Investment yang dihasilkan masih berada di atas

standar yang ditetapkan, yaitu sebesar 6,66 persen atau jika dirata-ratakan

terjadi perkembangan sebesar 0,3 persen selama priode ttahun 2005 –

2009.

2. Setiawan (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Perkembangan Profitabilitas UD. Empat Lola Mutiara Mataram Tahun

2005 sampai dengan 2009 (Studi dengan Du Pont analisis)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengtahui bagaimana perkembangan

profitabilitas UD. Empat Lola Mutiara Mataram Tahun 2005 s.d 2009

dengan menggunakan du pont analisis. Variabel yang digunakan adalah

profitabilitas, ROI, net profit margin, Total Asset Turnover dan Du Pont

Analisis. Dari analisis yang digunakan dengan menggunakan Du Pont

system menunjukkan bahwa UD. Empat Lola Mutiara mengalami

peningkatan profitabilitas dapat dilihat dari ROI yang dihasilkan dari

tahun 2005-2009 sebesar 58,8%, 63,3%, 62,0%, 63,0% dan 70,8%.


17

3. Idayani (1997) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perubahan

Profitabilitas Pada Pengusaha Kecil dan Koperasi Binaan Mitra PT.

Garuda Indonesia Di wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat Pasca

Penelitian dan Pembinaan PPPUM Universitas Mataram”. Bertujuan

untuk mengetahui apakah profitabilitas pengusaha kecil dan binaan,

secara signifikan lebih besar dari pada profitabilitas sebelum pembinaan.

Variabel yang digunakan adalah variabel profitabilitas yang terdiri dari

Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI) dan Earning

Power. Analisis data dilakukan dengan analisis profitabilitas dan

dilakukan dengan pengujian dengan uji t observasi berpasangan, hasil

analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa profitabilitas pengusaha

kecil dan koperasi binaan secara signifikan lebih besar dari pada

profitabilitas sebelum pembinaan, ini berarti pembinaan yang diberikan

mempunyai pengaruh terhadap peningkatan profitabilitas binaan.


18

Tabel 2.1. Ikhtisar Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan Dengan


Sistem Du Pont
No Judul penelitian, Variabel Teknik Hasil
Nama Peneliti Peneliti Analisis
(Tahun)
1 Analisis Kinerja -ROI Sistem Du Return On Investment
Keuangan (Return On Pont yang di hasilkan masih
Menggunakan Investment) berada di atas standar
Metode Du Pont -NPM (Net yang ditetapkan, yaitu
Pada Primer Profit sebesar 6,66 persen
Koprasi Angkatan Margin) atau jika dirata-ratakan
Darat -TATO terjadi perkembangan
(PRIMKOPAD) (Total Asset sebesar 0,3 persen
YONIF 742/SWY Turnover) selama priode tahun
Mataram, 2005 – 2009
Wahyudi (2011)
2 Analisis - Sistem Du UD. Empat Lola
Perkembangan Profitabilitas Pont Mutiara mengalami
Profitabilitas UD. -ROI peningkatan
Empat Lola -Net Profit profitabilitas dapat
Mutiara Mataram Margin dilihat dari ROI yang
Tahun 2005 -Total Asset dihasilkan dari tahun
sampai dengan Turnover 2005-2009 sebesar
2009 (Studi -Du Pont 58,8%, 63,3%, 62,0%,
dengan Du Pont Analisis 63,0% dan 70,8%
analisis),
Setiawan (2010)
3 Analisis -Net Profit Uji t Profitabilitas pengusaha
Perubahan Margin observasi kecil dan koperasi
Profitabilitas Pada (NPM) berpasangan binaan secara signifikan
Pengusaha Kecil -Return On lebih besar dari pada
dan Koperasi Investment profitabilitas sebelum
Binaan Mitra PT. (ROI) pembinaan, ini berarti
Garuda Indonesia -Earning pembinaan yang
Diwilayah Kota Power diberikan mempunyai
Mataram dan pengaruh terhadap
Lombok Barat peningkatan
Pasca Penelitian profitabilitas binaan
dan Pembinaan
PPPUM
Universitas
Mataram, Idayani
(1997)
Sumber : Berbagai Skripsi
19

Tabel 2.2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan


Penelitian Sekarang
Nama
No. Peneliti Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Wahyudi Sama-sama meneliti Objek penelitiannya dan periode
(2011) tentang perkembangan pengamatan yaitu 2005 sampai
profitabilitas dengan 2009
metode Du Pont System
2 Setiawan Sama-sama meneliti Objek penelitiannya dan periode
(2010) tentang perkembangan pengamatan yaitu 2005 sampai
profitabilitas dengan 2009
metode Du Pont System
3 Idayani Sama-sama meneliti Objek penelitian dan periode
(1997) tentang perkembangan pengamatan serta menggunakan
profitabilitas dengan variabel Earning Power yang pada
metode Du Pont System penelitian sekarang tidak
digunakan.
Sumber : Berbagai Skripsi

2.2. Tinjauan Teoritis

2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia No.1 dalam Anugrahani (2007)

dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai

cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Menurut Rahardjo dalam Anugrahani (2007) Laporan Keuangan

adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas


20

pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak

luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah

(instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya

yang berkepentingan.

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 dalam

Anugrahani (2007) dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka

membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban

(stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka.

Menurut Mamduh dalam Anugrahani (2007) bahwa pelaporan

keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor,

kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang),

untuk membuat keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam lainnya.


21

2.2.1.3. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Rahardjo (2001:49) komponen laporan keuangan terdiri dari:

2.2.1.3.1. Neraca (Balance Sheet)

Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan,

atau keadaan posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Neraca

memberitahu kita mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan

dengan memperlihatkan bagian yang dimiliki perusahaan dan bagian yang

dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka waktu tertentu. Komponen neraca

sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Aktiva atau Harta

Adalah sumber daya ekonomi atau harta yang dimiliki atau

dikendalikan oleh suatu perusahaan, seperti kas, bangunan, kendaraan,dan

lain-lain yang diharapkan mempunyai manfaat dimasa depan. Atau investasi

yang dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya mengejar laba. Aktiva atau

Harta yang terdapat pada kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan

struktur kekayaan perusahaan, yang menunjukkan dana perusahaan

ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa saja. Aktiva biasanya terdiri

dari:

a. Aktiva lancar, secara umum aktiva lancar meliputi kas dan semua aktiva

dalam jangka waktu singkat atau jangka pendek akan kembali lagi dalam

bentuk kas. Jangka waktu biasanya tidak lebih dari satu tahun terhitung

dari tanggal neraca. Yang termasuk komponen dari aktiva lancar adalah:
22

 Kas dan Bank, adalah semua tagihan dan uang di brankas dan uang

yang tersimpan di bank. Uang yang tersimpan di bank bisa dalam

bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun deposito.

 Piutang dagang, adalah suatu nilai yang belum kita terima dari

langganan atau konsumen meskipun barang sudah kita serahkan

sebelum dibayar.

 Persediaan, Persediaan untuk perusahaan pabrikasi (perusahaan yang

menghasilkan atau memproduksi barang) terdiri dari tiga kelompok

yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses produksi, barang

setengah jadi yang masih perlu proses lebih lanjut, dan barang jadi

yang siap untuk dipasarkan.

 Biaya Dibayar di Muka, pembayaran di muka bisa muncul pada

situasi sebagai berikut. Pada tahun ini perusahaan membayar

asuransi kebakaran untuk jangka waktu tiga tahun.

b. Aktiva tetap, adalah berhubungan dengan hak milik, bangunan dan

peralatan. Aktiva ini bukan untuk dijual akan tetapi digunakan untuk

kegiatan perusahaan, berproduksi, menyimpan barang, mengirim dan

memamerkan produknya. Komponen aktiva tetap adalah tanah, hak atas

tanah, bangunan, mesin, peralatan, perabotan kantor, mobil, truk, dan

sebagainya.
23

c. Aktiva Tidak Berwujud, adalah aktiva yang secara fisik tidak ada tetapi

mempunyai nilai nyata bagi perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah

goodwill

2. Kewajiban / Hutang (Liabilities)

Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh

perusahaan di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau

pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa

sebelumnya. Komponen kewajiban ada tiga kelompok diantaranya adalah :

a. Kewajiban/hutang lancar (current liabilities) , merupakan kewajiban atau

hutang yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu satu tahun buku

(terhitung sejak tanggal neraca) atau kurang, atau dalam siklus operasi

normal jika lebih dari satu tahun. Yang termasuk kewajiban lancar adalah:

 Hutang dagang, menunjukkan suatu jumlah dimana perusahaan

meminjam dari rekan usaha atau kreditor, darimana telah dibeli barang

secara kredit.

 Hutang pajak, merupakan hutang kepada instansi pajak yang belum

dibayar

b. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan kewajiban

yang tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama siklus operasi, atau

tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau lebih (terhitung sejak

tanggal neraca).
24

3. Modal atau Ekuitas

Adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan digunakan, dan sesuatu

yang bernilai yang digunakan tapi tidak dimiliki. Komponen dari modal

sendiri diantaranya adalah :

a. Simpanan Pokok.

b. Simpanan Wajib.

c. Hibah/Donasi

d. Cadangan

e. SHU ditahan

2.2.1.3.2. Laporan Laba Rugi (Profit and Loss Statement)

Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya

laporan laba rugi memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini,

apakah laba atau rugi dan berapa banyak laba/keuntungan atau kerugiannya.

Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha suatu perusahaan selama satu

periode tertentu atau selama satu tahun buku. Komponen dari perhitungan

laba rugi pada koperasi adalah:

 Pendapatan

 Beban Usaha

 Beban lain-lain
25

 Pajak penghasilan

 Sisa Hasil Usaha (SHU)

2.2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.2.1. Pengertian dan Tujuan Analisis laporan Keuangan

Seperti diketahui bahwa menghubungkan elemen-elemen dari berbagai

aktiva yang satu dengan yang lainnya, elemen-elemen dari berbagai pasiva

serta elemen dari aktiva dan pasiva akan dapat diperoleh banyak gambaran

mengenai posisi / keadaan keuangan suatu perusahaan. Guna memperoleh

gambaran mengenai perkembangan financialya, suatu perusahaan

memerlukan analisis / interpretasi terhadap data keuangan pada perusahaan

yang bersangkutan.

Menurut Abdullah dalam Anugrahani (2007) analisa keuangan

perusahaan merupakan kajian secara kritis, sistematis dan metodologis

terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan baik pada

waktu yang telah lalu, kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang

akan datang.

Menurut Ridwan dan Inge (2003:128) analisa laporan keuangan

merupakan suatu informasi yang ditujukan untuk masyarakat, pemerintah,

pemasok, dan kreditur, pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen

perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap

untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari


26

laporan keuangan ini bersifat relatif karena didasarkan pada pengetahuan dan

menggunakan rasio atau nilai relatif.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap

(2007:197) sebagai berikut:

1. Screening

Analisa dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan

tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger

2. Forcasting

Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di

masa yang akan datang.

3. Diagnosis

Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-

masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau

masalah lain.

4. Evaluation

Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,

efesiensi dan lain-lain.


27

2.2.3. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2007:216) teknik dalam menganalisis laporan

keuangan sebagai berikut:

1. Metode Komparatif

Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya yang

relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun

hubungannya.

2. Trend Analisis-Horizontal

a. Indeks

b. Numbers

3. Membuat laporan keuangan dengan dalam bentuk Comon Size Financial

Statement atau bentuk sederhana (awam).

4. Metode Indeks Time Series

5. Analisa Rasio

a. Likuiditas

b. Profitabilitas

c. Solvabilitas

d. Leverage

e. Aktivitas

6. Teknik analisa lain seperti:

a. Analisa sumber dan penggunaan dana

b. Analisa Break Even


28

c. Analisa Gross Profit

d. Du Pont analysis

7. Analitical review/Transactional Analysis

Dari ketujuh teknik dalam menganalisis laporan keuangan di atas,

maka dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis sistem Du Pont.

2.2.4. Pembanding Analisa Rasio Keuangan

Menurut Mamduh dan Halim dalam Setiawan (2010) pada dasarnya

ada dua cara yang dapat dilakukan dalam perbandingan rasio financial

perusahaan. Kedua cara tersebut adalah:

1. Time Series Analysis

Perbandingan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan di masa yang

akan datang untuk perusahaan yang sama. Apabila rasio keuangan dilakukan

dalam beberapa tahun, maka bisa dipelajari komposisi perubahan dan

menentukan apakah ada kemajuan atau kemunduran prestasi dan kondisi

keuangan perusahaan selama beberapa tahun tersebut.

Semakin banyak observasi yang dipunyai oleh analis, akan semakin

baik. Analisis Time Series ini bisa dilihat pengaruh variabel-variabel seperti

variabel makro ekonomi (resesi, inflasi), variabel industri (perubahan industri,

peraturan), variabel mikro ekonomi (perubahan strategi, manajemen baru)

terhadap data keuangan sekaligus melihat pola-pola tertentu dari keuangan

yang dimiliki.
29

Masalah yang timbul dalam perbandingan dengan periode lalu adalah

data periode lalu barangkali berada pada posisi yang tidak memuaskan,

sehingga data perode saat ini mungkin lebih besar belum tentu merupakan

berita baik. Selain itu analis harus memperhatikan faktor-faktor yang akan

berpengaruh besar terhadap perilaku data dan bisa menjadi dasar interpretasi

keuangan perusahaan, misalnya: perubahan lini produk yang signifikan dan

perubahan prinsip / metode akuntansi. Guna mengurangi masalah seperti ini,

perbandingan dengan perusahaan lain / rata-rata industri bisa dilakukan.

2. Cross-Sectional Approach

Perbandingan rasio-rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain

yang sejenis dan sebanding dengan rata-rata rasio industri. Idealnya

perusahaan yang dipilih sebagai perbandingan adalah perusahaan yang

mempunyai produk serupa (memenuhi kebutuhan yang sama, atau merupakan

sustitusi saru sama lain), mempunyai strategi, ukuran dan umur yang sama.

Barangkali perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa bisa

dilakukan, baik atas dasar kesamaan dari sisi permintaan, kesamaan dari

atribut keuangan ataupun kesamaan dari jenis bahan baku, andai data industri

tidak ada.
30

2.2.5. Macam-Macam Rasio Keuangan

Macam atau jumlah angka-angka itu banyak sekali karena rasio dapat

dibuat menurut kebutuhan analisis, namun demikian angka-angka rasio yang

ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Golongan

pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur

atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah

berdasarkan tujuan dari analisis.

Menurut Harahap (2007:301) dalam bukunya Analisa Kritis Atas

Laporan Keuangan, rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi lima

kelompok, di antaranya adalah:

1. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio-rasio yang termasuk dalam

kategori ini adalah:

a. Rasio Lancar

b. Rasio Kas

c. Rasio Cepat

2. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mmenuhi seluruh kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-

kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio yang

termasuk dalam kategori ini adalah:


31

a. Rasio hutang atas modal

b. Rasio pelunasan hutang

c. Rasio hutang atas aktiva

3. Rasio aktivitas menggambarkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva

atau kekayaan perusahaan. Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori

ini adalah:

a. Inventory Turn Over

b. Receivable Turn Over

c. Fixed Asset Turn Over

d. Total Asset Turn Over

4. Rasio profitabilitas dan rentabilitas menggambarkan tingkat imbalan

atau perolehan (keuntungan) dibanding pendapatan dan aktiva.

Rasio-rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah:

a. Margin Laba (Profit Margin)

b. Return on Asset (ROA)

c. Return on Investment (ROI)

d. Return on Total Asset

e. Basic Earning Power

f. Earning Per Share

g. Contribution Margin
32

5. Rasio Leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan

terhadap modal maupun asset.

Penelitian ini menggunakan beberapa rasio keuangan khususnya rasio

profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan, dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang

diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang

digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.

2.2.6. Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas

Analisis Du Pont System menghubungkan rasio profitabilitas dan rasio

aktivitas, sehingga penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai rasio

profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai dasar dalam pembahasan selanjutnya.

2.2.6.1. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dari pendapatan barang atau jasa yang diproduksinya. Rasio

profitabilitas menurut Riyanto (2001:335) meliputi:

1. Return On Investment (ROI)/ Laba Operasi Bersih Terhadap Total Aktiva.

ROI merupakan perbandingan antara SHU dengan total aktiva. Rasio

ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan

laba/keuntungan.
33

SHU
ROI 
Total Aktiva

ROI (Du Pont) = Margin laba x Perputaran Aktiva


SHU Penjualan
 x
Penjualan Total Aktiva

2. Net Profit Margin/ Marjin Laba Bersih Terhadap Pendapatan

Net profit margin merupakan persentase SHU dibandingkan dengan

penjualan.

SHU
Margin Laba Bersih  x 100%
Penjualan
Laba bersih setelah pajak dalam penelitian ini diartikan sebagai Sisa Hasil

Usaha (SHU) karena objek dalam penelitian ini adalah koperasi.

2.2.6.2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas ini dapat menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan

aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio aktivitas menurut Rianto (2001:334)

meliputi:

1. Receivable Turnover / Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang adalah perbandingan antara jumlah penjualan

kredit selama satu tahun dengan jumlah piutang (bila pendapatan kredit

tidak tersedia, biasanya digunakannilai jumlah pendapatan)


34

Penjualan
Perputaran Piutang 
Jumlah Piutang
2. Inventory Turnover / Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan adalah perbandingan antara jumlah penjualan

dengan rata-rata jumlah persediaan dalam satu tahun

Penjualan
Perputaran Persediaan 
Rata - Rata Persediaan
Persediaan Awal  Persediaan Akhir
Rata - Rata Persediaan 
2
3. Fixed Assets Turnover / Perputaran Aktiva Tetap

Perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara jumlah penjualan

dengan jumlah aktiva tetap yang ada pada suatu perusahaan.

Penjualan
Perputaran Aktiva Tetap 
Total Aktiva Tetap
4. Total Assets turnover / Perputaran Total Aktiva

Perputaran total aktiva adalah perbandingan antara jumlah penjualan

perusahaan dengan seluruh harta/ aktiva perusahaan.

Penjualan
Perputaran Total Aktiva 
Total Aktiva
35

2.2.7. Analisis Du Pont System

2.2.7.1. Pengertian Analisis Du Pont System

Menurut Syamsudin (2001:64) analisis Du Pont System adalah ROI

yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-

komponen sales serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan

keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu

analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas

dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI. Menurut

Syafarudin dalam setiawan (2010) analisis Du Pont penting bagi manajer

untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit

margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan

menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi

perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya pendapatan dapat diukur.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont

System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin

keuntungan atas pendapatan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki

perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan

aktiva perusahaan. Yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du

Pont adalah ROI (Rate Of Return On Investment) yang merupakan angka

pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya

total aktiva perusahaan (Soedoyono dalam Setiawan, 2010).


36

2.2.7.2. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Du Pont System

Adapun keunggulan analisis Du Pont System menurut Harahap dalam

Anugrahani (2007) antara lain:

1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan

manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.

2. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk

yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang

potensial.

3. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang

lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen

analisisnya.

Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System menurut Harahap

dalam Anugrahani (2007) yaitu:

1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain

yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang digunakan.

2. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk

mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan

mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.


37

2.2.8. Return On Investment

2.2.8.1. Pengertian Return On Investment

Menurut Munawir (1995:89) ROI (Return On Investment) adalah satu

bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur

kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam

aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :

1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi

2. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam

prosentase dan jumlah pendapatan bersih. Profit Margin ini mengukur

tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan

dengan pendapatannya.

Menurut Faisal dalam Setiawan (2010) ROI ini sering disebut Return

On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan keseluruhan aktiva

yang dimilikinya.
38

2.2.9. Kelebihan dan Kelemahan ROI

Menurut Abdullah dalam Anugrahani (2007) kelebihan ROI antara

lain:

1. Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan

perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.

2. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing

produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem

biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke

dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung

masing-masing.

3. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi

penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi pendapatan. Hal ini

dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akuntansi

secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akuntansi

yang ada.

Menurut Abdullah dalam Anugrahani (2007) kelemahan ROI antara

lain:

1. Mengingat praktek akuntansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka

kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan

rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.


39

2. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja

tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih

dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Sistem Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam

perusahaan besar. Oleh karena itu kebijakan leverage financial dan pajak

dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara divisional. Jika

Du Pont system digunakan untuk pengendalian divisional maka disebut

dengan pengendalian ROI, menurut Sartono (2001:344)

a. Setiap divisi didefinisikan sebagai profit center, dengan investasi

sendiri dan diharapkan menghasilkan return yang cukup.

b. Jika ROI divisi yang bersangkutan turun di bawah target, maka staff

perusahaan pusat akan meneliti kembali dengan Du Pont System untuk

mencari penyebabnya.

c. Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya

dan dimotivasi untuk berusaha menccapai tingkat ROI yang

ditargetkan.

d. Return On Investment juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan

manajerial, seperti: kebijakan depresiasi (penyusutan), nilai buku, dan

lain-lain.
40

2.2.10. Teori Tentang Analisis Keuangan Sistem Du Pont

Untuk menganalisis laporan keuangan berdasarkan sistem Du Pont

menurut Weston dan Copeland (1999: 116) digambarkan berikut:

Unit Toko
Pendapatan
Unit simpan
Pinjam
SHU Dikurangi
Biaya Operasional
Dibagi Total Biaya
NPM Pajak

Bunga
Pendapatan
ROI Dikali Kas
Pendapatan Bank
Aktiva Lancar
TATO Dibagi Piutang
Ditambah
Total Aktiva Penyertaan Aktiva lancar
lainnya
Aktiva Tetap
Gambar 2.1. Bagan Sistem Du Pont

Dari bagan di atas maka diperoleh elemen-elemen penyusun dari

analisis Du Pont ini yang akan dijelaskan menurut Bimawati (2010) berikut:

1. ROI (Return On Investment)

Penentuan ROI berfungsi untuk mengukur efektifitas penggunaan asset

terhadap SHU. Hal ini mengidentifikasikan seberapa besar total aktiva

dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan.


41

2. Net Profit Margin

Perbandingan ini menunjukkan seberapa total pendapatan yang dilakukan

merupakan laba bersih yang dapat diperoleh oleh perusahaan.

3. Total Asset Turnover

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktifa diukur dari volume

pendapatan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva

menciptakan pendapatan.

4. SHU

SHU adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan setelah dikurangi dengan

pajak.

5. Pendapatan

Merupakan arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu equity atau

penyelesaian kewajiban dari equity atau gabungan keduanya selama

periode tertentu yang berasal dari penyerahan/produksi barang, pemberian

jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama

perusahaan yang sedang berjalan.

6. Total Biaya

Total biaya merupakan arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau

munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang

disebabkan oleh pengiriman barang, pembebanan jasa atau pelaksanaan

kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.


42

7. Total Asset

Total asset adalah total harta yang dimiliki oleh perusahaan yang berperan

dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap dan lain-

lain.

8. Aktiva Lancar

Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan dan

aktiva lancar lainnya.

9. Aktiva Tetap

Aktiva yang dibeli atau dimiliki untuk kegiatan operasional perusahaan.

Contohnya adalah bangunan, peralatan, tanah dan lain-lain.

10. Kas

Kas adalah uang dalam bentuk tunai yang dimiliki perusahaan.

11. Bank

Dalam hal ini adalah kas yang dimiliki perusaan dalam bentuk rekening

Bank.

12. Piutang

Suatu tagihan atas sejumlah uang tertentu dari seseorang atau perusahaan

pada pihak debiturnya di mana jumlah tagihan tersebut diterima pada

waktu yang telah ditentukan.

13. Pajak

Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)

yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang


43

langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

14. Biaya Operasional

Biaya merupakan suatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan

untuk memperoleh barang atau jasa. Hal ini dapat diartikan bahwa betapa

pentingnya biaya yang dikeluarkan agar operasi perusahaan dapat berjalan

dengan baik.

15. Bunga

Beban bunga adalah beban yang timbul akibat utang perusahaan di Bank.

Du Pont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia

memiliki cara tersendiri dalam menganalisis laporan keuangannya. Caranya

hampir sama dengan dengan analisis laporan keuangan biasa, namun

pendekatannya lebih integratif dan menggunakan komposisisi laporan

keuangan sebagai elemen analisisnya. Analisis Du Pont mengurai hubungan

pos-pos laporan keuangan sampai mendetail.

Analisis Du Pont menganggap penting angka Return On Investment

(ROI) sehingga ia memulai analisisnya dari ROI. Persentase laba bersih

diambil dari laporan laba/rugi sedangkan Total Asset Turnover diambil dari

neraca. Di sini Du Pont ingin menganalisis laporan keuangan secara integratif

(terpadu). Penguraian pos-pos ini akan dapat lebih memahami sumber dari

rasio-rasio yang dihitung.


44

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

KPRI ANGKASA LPP


RRI Mataram

Laporan Keuangan :
 Neraca
 Laporan Laba Rugi

Analisis Sistem Du Pont

Total Asset Net Profit Margin


Turnover (NPM)
(TATO)

Profitabilitas
(ROI)

KEPMEN Koperasi
dan UMKM No. 26
Tahun 2006

Sangat Profitabel Cukup Kurang


Profitabel Profitabel Profitabel

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian


45

Neraca dan laporan laba/rugi digunakan untuk membantu mengetahui

kondisi KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram, dari neraca dapat dilihat

keadaan keuangan dari perusahaan tersebut sedangkan laporan laba/rugi

menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

Untuk menganalisis tingkat perubahan profitabilitas KPRI ANGKASA

LPP RRI Mataram digunakan Sistem Du Pont di mana sistem ini

menggabungkan rasio aktivitas yang diproxykan dengan perputaran aktiva

(TATO) dan rasio profitabilitas yang diproxykan dengan Net Profit Margin

(NPM) di mana kedua rasio ini berinteraksi dalam menentukan ROI yaitu

profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio laba bersih atas

pendapatan (Net Profit Margin) dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan laba

bersih yang dihasilkan. Berarti Net Profit Margin ini mencakup pula seluruh

biaya yang dipergunakan dalam operasional perusahaan. Rasio aktivitas

sendiri dipengaruhi oleh pendapatan dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa

analisis ini tidak hanya memfokuskan pada laba bersih yang dicapai, tetapi

juga pada investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba bersih tersebut.

Setelah mengetahui nilai ROI, langkah selanjutnya adalah

mengklasifikasikan ROI yang dihasilkan sesuai KEPMEN Koperasi dan

UMKM No. 26 tahun 2006 tentang pedoman klasifikasi koperasi yang di

dalamnya terdapat kriteria Sangat Profitabel, Profitabel, Cukup Profitabel dan

Kurang Profitabel. Kemudian dapat diketahui apakah nilai ROI tersebut

sudah berada pada klasikasi yang diinginkan. Yaitu sangat profitabel,

profitabel, cukup profitabel dan kurang profitabel.


46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian yang Digunakan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut

Nazir (1998:63) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang meliputi

suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu riset kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan

untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

Dalam penelitian deskriptif, penggambaran suatu peristiwa

dilakukan atas dasar fakta-fakta dan dilakukan secara sistematis. Adapun

dalam penelitian ini akan digambarkan mengenai analisis laporan keuangan

dengan menggunakan Du Pont sistem untuk mengetahui perkembangan

profitabilitas KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram. Adapun yang

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data keuangan dari laporan

keuangan yaitu meliputi laporan laba/rugi dan laporan neraca.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

yang berlokasi Jl. Langko No. 83 Mataram. Adapun pertimbangan penulis

dalam memilih perusahaan ini sebagai objek penelitian adalah:


47

1. KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram memiliki jumlah anggota yang

cukup banyak yakni mencapai 120 orang anggota di mana dalam

pembayaran hutang oleh anggota tersebut berjalan dengan lancar.

Sehingga koperasi ini menarik untuk diteliti kinerja keuangannya, apakah

kelancaran pembayaran hutang oleh anggota tersebut dapat berdampak

positif terhadap keuntungan yang diperoleh. Untuk menunjukkan hal

tersebut diperlukan alat ukur yang tepat dengan menggunakan sistem Du

Pont.

2. Manajemen perusahaan ini bersedia untuk diteliti dengan harapan hasil

penelitian ini dapat bermanfaat untuk perbaikan kinerja perusahaan

selanjutnya.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus. Menurut Indriantono (1999:26) studi kasus merupakan

merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan

latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya

dengan lingkungan.
48

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mencatat data yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan

keperluan dalam pembahasan ini.

2. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara turun

langsung ke lokasi penelitian. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh

masukan dan melihat secara langsung kegiatan perusahaan.

3. Wawancara (interview), merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

tanya jawab secara langsung dengan pemimpin atau karyawan KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram tentang hal-hal yang berkaitan tentang

penelitian.

3.5. Jenis dan Sumber Data

3.5.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif dan kualitatif.

a. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam keterangan-keterangan

atau uraian yang diperlukan dalam penelitian yang mendukung dalam

analisis data misalnya mengenai gambaran umum perusahaan.


49

b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan dihitung secara

pasti jumlah dan satuan tertentu untuk analisis ini meliputi data laporan

neraca dan laporan laba/rugi perusahaan.

3.5.2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), data skunder umumnya

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang di publikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantono,

1999: 148).

3.6. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah

a. ROI (Return On Investment)

b. NPM (Net Profit Margin)

c. TATO (Total Asset Turnover)


50

3.7. Definisi Operasional Variabel

a. ROI (Retun On Investment)

ROI adalah hasil kali dari Net Profit Margin dengan Total Assets Turnover

KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram periode 2006 sampai 2010 dan

dinyatakan dalam persentase (%).

b. NPM (Net Profit Margin)

NPM merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar SHU yang

dihasilkan dari total pendapatan yang dihasilkan oleh KPRI ANGKASA

LPP RRI Mataram. Pendapatan dan SHU dalam penelitian ini diperoleh

dari laporan Sisa Hasil Usaha KPRI LPP RRI periode 2006 sampai 2010.

NPM dinyatakan dalam satuan persentase (%).

c. TATO (Total Asset Turnover)

TATO merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar total aktiva

yang dikelola oleh KPRI LPP RRI Mataram dalam periode tertentu

mampu menghasilkan total pendapatan. Total Aktiva diperoleh dari

laporan neraca KPRI ANGKASA LPP RRI periode 2006 sampai 2010.

Satuan ukur TATO dinyatakan dalam satuan kali (x).


51

3.8. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode kuantitatif,

yaitu dengan melakukan perhitungan yang relevan terhadap masalah yang

diteliti. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Du Pont System

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Perputaran Total Aktiva / Total Asset Turnover (TATO)

Perputaran Total Aktiva adalah suatu rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan

mengukur berapa total pendapatan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Kasmir (2008: 185)

- Perputaran Aktiva

Total Pendapatan
TATO  x 1 kali
Total Aktiva

- Aktiva Lancar

Aktiva Lancar = Kas + Bank + Piutang

- Aktiva Tetap

Aktiva Tetap = Tanah + Gedung + Peralatan + Aktiva Tetap Lainnya

- Total Aktiva

Total Aktiva = Aktiva Lancar + Aktiva Tetap


52

2. Menentukan Rasio Laba Bersih / Net Profit Margin

Rasio laba bersih mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari sejumlah

pendapatan tertentu (Kasmir, 2008:185).

- Net Profit Margin

SHU
Net Profit Margin  x 100%
Total Pendapatan

- Total Biaya

Total Biaya = Beban Usaha + Bunga +Pajak

- SHU
SHU = Total Pendapatan – Total Biaya

3. Menentukan Return On Investment (ROI) Du Pont

ROI dapat mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi

total perusahaan Kasmir (2008: 185).

Return On Investment

ROI = Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

4. Membandingkan ROI yang dihasilkan dengan KEPMEN Koperasi dan

UMKM No. 26 tahun 2006 tentang pedoman klasifikasi koperasi

- Kriteria ROI Sangat Profitabel

ROI (Metode Du Pont ) berada di atas atau sama dengan 10% sesuai

standar Kementrian Koperasi dan UMKM , menunjukkan bahwa ROI

tersebut sangat profitabel.


53

- Kriteria ROI Profitabel

ROI (Metode Du Pont ) berada pada kisaran 6%-9% sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM , menunjukkan bahwa ROI tersebut

profitabel.

- Kriteria ROI Cukup Profitabel

ROI (Metode Du Pont ) berada pada kisaran 1%-5% sesuai standar

Kementrian Koperasi dan UMKM , menunjukkan bahwa ROI tersebut

cukup profitabel.

- Kriteria ROI Kurang Profitabel

ROI (Metode Du Pont ) berada di bawah 1% sesuai standar Kementrian

Koperasi dan UMKM , menunjukkan bahwa ROI tersebut kurang

profitabel.

Dari penjelasan di atas, untuk lebih ringkasnya kriteria penilaian

ROI berdasarkan Kepmen Koperasi dan UMKM dapat disajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 3.1. : Kriteria Penilaian ROI (Return On Investment) Berdasarkan


KEPMEN Koperasi dan UMKM No.06 tahun 2006
No Kriteria Klasifikasi
1 ≤ 10% Sangat Profitabel
2 6% - 9% Profitabel
3 1% - 5% Cukup Profitabel
4 < 1% Kurang Profitabel
Sumber : Kep.Men Neg KUKM No. 06 Tahun 2006
54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Pada bab terdahulu telah dikemukakan dan didefinisikan permasalahan pokok

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perkembangan profitabilitas pada KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram untuk periode 2006 sampai 2010 jika dilihat dengan

sistem Du Pont

Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa data pokok yang diperlukan

dalam analisis ini adalah data keuangan (laporan neraca dan laporan sisa hasil usaha)

tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Berikut ini disajikan komponen-komponen yang diperlukan dalam analisis

sistem Du Pont guna mengetahui perkembangan profitabilitas KPRI ANGKASA

LPP RRI Mataram. Komponen tersebut berupa aktiva lancar, total aktiva,

pendapatan, sisa hasil usaha dan total biaya.

Tabel 4.1. Perkembangan Aktiva Lancar dan Total Aktiva KPRI ANGKASA
LPP RRI Mataram Periode 2006-2010
Perkembangan Perkembangan
Tahun Aktiva Lancar Total Aktiva
Rp % Rp %
2006 348.322.889,8 - - 358.081.395,51 - -
2007 787.014.990,9 438.692.101,10 125,94 795.333.206,61 437.251.811,10 122,10
2008 722.077.904,75 (64.937.086,15) -8,25 733.493.224,83 (61.839.981,78) -7,77
2009 722.889.197,39 811.292,64 0,11 734.719.517,47 1.226.292,64 0,16
2010 1.610.205.204,59 887.316.007,20 122,74 1.622.500.524,67 887.781.007,20 120,83
Jumlah 4.190.510.187,43 1.261.882.314,79 240,54 4.244.127.869,09 1.264.419.129,16 235,32
Rata-rata 838.102.037 252.376.463 48,108 848.825.573,8 252.883.825,8 47,064
55

Dari Table 4.1. tersebut dapat diketahui bahwa Jumlah aktiva lancar KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram mengalami fluktuasi di mana perkembangan tertinggi

terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp438.692.101,10 atau 125,94%. Ini

disebabkan karena kas yang dimiliki perusahaan dalam bentuk rekening bank,

piutang dan aktiva lancar lainnya meningkat pada tahun tersebut. Sedangkan

perkembangan terendah terjadi pada tahun 2008 yang mengalami penurunan yaitu

sebesar Rp64.937.086,15 atau 8,25%. Ini disebabkan karena piutang pada tahun

tersebut mengalami penurunan.

Sedangkan pada total aktiva KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram juga

mengalami fluktuasi di mana perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu

sebesar Rp437.251.811,10 atau 122,10%. Ini disebabkan karena aktiva lancar dan

tetapnya mengalami peningkatan pada tahun tersebut. Pada perkembangan

terendah terjadi pada tahun 2007 yang mengalami penurunan yaitu sebesar

Rp61.839.981,78 atau 7,77%.

Tabel 4.2. Perkembangan Aktiva Tetap KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram
Periode 2006-2010
Perkembangan
Tahun Aktiva tetap
Rp (%)
2006 2.678.790,00 - -
2007 678.500,00 (2.000.290,00) -74,67
2008 1.491.500,00 813.000,00 119,82
2009 1.226.500,00 (265.000,00) -17,76
2010 971.500,00 (255.000,00) -20,79
Jumlah 7.046.790,00 (1.707.290,00) 6,6
Rata-Rata 1.409.358 (341.458) 1,32
56

Dari tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa aktiva tetap KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi

terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp813.000,- atau 119,82%. Ini disebabkan

karena akumulasi inventaris yang menurun pada tahun tersebut. Sedangkan

perkembangan terendah terjadi pada tahun 2007 yang mengalami penurunan yaitu

sebesar Rp2.000.290,- atau 74,67%. Ini disebabkan karena penurunan nilai

inventaris pada tahun tersebut.

Tabel 4.3. Perkembangan Pendapatan dan Total Biaya KPRI ANGKASA LPP
RRI Mataram Periode 2006-2010
Perkembangan Perkembangan
Tahun Pendapatan Total Biaya
Rp % Rp %
2006 120.673.200 - - 41.796.382 - -
2007 183.193.028 62.519.828 51,8 116.463.235 74.666.853 178,6
2008 201.787.454 18.594.426 10,1 106.242.881 (10.220.354) -8,7
2009 240.816.450 39.028.996 19,3 85.409.458 (20.833.423) -19,6
2010 342.278.500 83.462.050 34,6 215.901.280 130.491.822 152,7
Jumlah 1.088.748.632 203.605.300 115,8 565.813.236 174.104.898 303
Rata-Rata 217.749.726,4 40.721.060 23,16 113.162.647,2 34.820.979,6 60,6

Dari tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwa pendapatan KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp62.519.828 atau

51,8%. Sedangkan pekembangan terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar

Rp18.594.426,- atau 10,1%. Pada perkembangan total biaya terjadi fluktuasi di

mana perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar

Rp74.666.853,- atau 178,6%. Ini dikarenakan terjadi penambahan biaya

operasional dan bunga pada tahun tersebut. Sedangkan perkembangan terendah

terjadi pada tahun 2009 yang mengalami penurunan yaitu sebesar Rp20.833.423,-

atau 19,6%. Ini dikarenakan terjadi penurunan biaya bunga pada tahun tersebut.
57

4.2. Analisis Data

Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Sistem Du Pont dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Total Asset Turnover (TATO)

Adapun hasil perhitungan TATO dapat disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Total Asset Turnover (TATO) KPRI ANGKASA
LPP RRI Mataram Periode 2006-2010

Total Asset Turnover


Tahun
(Kali)
2006 0,34
2007 0,23
2008 0,28
2009 0,33
2010 0,21

Sumber: lampiran 3

Dari table di atas dapat dilihat bahwa perputaran aktiva pada tahun 2006

sebesar 0,34 kali. Ini berarti bahwa pada tahun 2006 terjadi perputaran

aktiva/Total Asset Turnover dari KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram sebanyak

0,34 kali. Tahun 2007 terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006

perputaran aktiva pada tahun 2006 sebesar 0,23 kali atau terjadi penurunan sebesar

0,11 kali. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan nilai pendapatan dan

meningkatnya nilai total aktiva pada tahun 2007. Tahun 2008 mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 hal ini disebabkan terjadi

peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya. Kenaikan terjadi pada tahun 2009

yaitu sebesar 0,33 kali, ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan pada tahun

2009. Namun pada tahun 2010 terjadi penurunan yaitu sebesar 0,21 kali, ini
58

disebabkan karena meningkatnya total aktiva pada tahun 2010.

2. Menentukan Net Profit Margin (NPM)

Adapun hasil perhitungan NPM dapat disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan NPM (Net Profit Margin) KPRI ANGKASA LPP
RRI Mataram Periode 2006-2010

(Net Profit Margin)


Tahun
(%)
2006 65,36
2007 36,42
2008 47,34
2009 64,53
2010 31,67

Sumber: lampiran 3

Dari segi laba bersih (Net Profit Margin) NPM tertinggi terjadi pada tahun

2006 sebesar 65,36%. Hal ini disebabkan oleh tingkat penjualan yang tinggi dan

biaya operasional yang rendah, menyebabkan persentase laba setelah pajak

tergolong baik, hal ini mempengaruhi Net Profit Margin KPRI ANGKASA LPP

RRI Mataram. Sedangkan Net Profit Margin terendah terjadi pada tahun 2010 di

mana Net Profit Margin yang dihasilkan sebesar 31,67%. Penurunan ini

disebabkan oleh meningkatnya biaya operasional. Hal ini mempengaruhi Net

Profit margin KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram.


59

3. Menentukan Return On Investment (ROI) Du Pont

Adapun hasil perhitungan ROI dapat disajikan pada tabel berikut ini

Table 4.6. Return On Investment (ROI) KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram
Periode 2006-2010

ROI Perkembangan ROI


Tahun
(%) (%)
2006 22,22 -
2007 8,37 -62,33
2008 13,25 58,30
2009 21,29 60,67
2010 6,65 -68,76
Jumlah 71,78 -12,12
Rata-rata 14,356 -2,42
Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui Return On

Investement (ROI) tahun 2006 sebesar 22,22% berarti bahwa tingkat

pengembalian investasi yang diperoleh sebesar 22,22% dan Return On Investment

(ROI) pada tahun 2006 merupakan ROI Tertinggi yang dicapai oleh KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram. Untuk Tahun 2007 terjadi penurunan bila

dibandingkan dengan ROI tahun 2006 yaitu sebesar 8,37% atau terjadi penurunan

sebesar 62,33%. Hal ini disebabkan SHU yang dihasilkan pada tahun tersebut

mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2008 ROI mengalami peningkatan

yaitu sebesar 13,25%. Hal ini disebabkan karena total pendapatan dan SHU pada

tahun tersebut mengalami peningkatan. Untuk tahun 2009 ROI juga mengalami

peningkatan yaitu sebesar 21,29%. Hal ini disebabkan karena total pendapatan,

SHU dan total aktiva mengalami peningkatan pada tahun tersebut. Namun pada

tahun 2010 ROI mengalami penurunan menjadi 6,65%. Ini disebabkan karena
60

SHU pada tahun tersebut mengalami penurunan.

Dari hasil perhitungan perkembangan Return On Investment KPRI

ANGKASA LPP RRI Mataram terjadi penurunan selama priode tahun 2006

sampai tahun 2010 dengan rata-rata penurunan sebesar 2,42%.

Untuk mengetahui penyebab fluktuasinya ROI perlu adanya sistem Du

Pont untuk menganalisisnya. Berikut analisis Du Pont KPRI ANGKASA LPP

RRI Mataram Periode 2006-2010.

Gambar 4.1. Analisis Du Pont Tahun 2006 KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram

Biaya Operasional
Pendapatan Rp29.927.260
Rp120.673.200
Biaya pajak
SHU Dikurangi Rp -
Rp78.876.818
Total Biaya Biaya Bunga
NPM Dibagi Rp41.796.382 Rp11.869.122
65,36%
Pendapatan
Rp120.673.200
ROI
Dikali Kas
22,22%
Total Rp19.579.528,8
Pendapatan 0
TATO Rp120.673.200 Bank
Aktiva Lancar
0,34 kali Rp29.000.000
Rp348.322.889,8
Dibagi
Piutang
Total Aktiva Ditambah Rp295.143.361
Rp358.081.395,51
Penyertaan
Rp7.079.715,71 Aktiva Lancar
Lainnya
Rp4.600.000
Aktiva Tetap
Rp2.678.790,00
61

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa total biaya pada tahun 2006

adalah sebesar Rp41.796.382,- yang terdiri dari biaya operasional sebesar

Rp29.927.260,-biaya pajak Rp - dan biaya bunga sebesar Rp11.869.122,-.

Sementara total pendapatan sebesar Rp120.673.200,- sehingga SHU yang

dihasilkan pada tahun 2006 sebesar Rp78.876.818,-

Net Profit Margin yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar 65,36%

dimana kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba sangat profitable jika

diukur berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No.06 tahun 2006.

Aktiva Lancar pada tahun 2006 sebesar Rp348.322.889,8 di mana

terdiri dari Kas sebesar Rp19.579.528,8 Bank Rp29.000.000,- Piutang sebesar

Rp295.143.361,- dan Aktiva Lancar Lainnya sebesar Rp4.600.000,-. Pada sisi

aktiva tetap dan penyertaan sebesar Rp9.758.505,71,-. Sehingga total aktiva

pada tahun 2006 sebesar Rp358.081.395,51,- dari total aktiva dan penjualan

pada tahun 2006, menghasilkan Total Asset Turnover sebesar 0,34 kali. Ini

berarti bahwa pada tahun 2006 terjadi penjualan sebanyak 0,34 kali dari total

aktiva yang dimiliki.

Dari sisi Return On Investment (ROI) yang dihasilkan pada tahun 2006

sebesar 22,22%, pencapaian ini tergolong sangat Profitable. Hasil ini

dipengaruhi oleh Net Profit Margin yang sangat baik.


62

Gambar 4.2. Analisis Du Pont Tahun 2007 KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram

Biaya Operasional
Pendapatan Rp39.805.400
Rp183.193.028
Biaya pajak
SHU Dikurangi Rp -
Rp66.729.793
Total Biaya Biaya Bunga
NPM Dibagi Rp116.463.235 Rp79.877.835
36,42%
Pendapatan
Rp183.193.028
ROI
Dikali Kas
8,37%
Pendapatan Rp337.869,90
Rp183.193.028
TATO Bank
Aktiva Lancar
0,23 kali Rp73.000.000
Rp787.014.990,9
Dibagi
Piutang
Total Aktiva Ditambah Rp707.177.121
Rp795.333.206,6
1 Penyertaan
Rp7.630.715,71 Aktiva Lancar
Lainnya
Rp6.500.000
Aktiva Tetap
Rp678.500,00

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa total biaya pada tahun 2007

adalah sebesar Rp116.463.235,- atau terjadi peningkatan sebesar

Rp74.666.853,- dibandingkan dengan tahun 2006 yang terdiri dari biaya

operasional sebesar Rp39.805.400,- biaya pajak sebesar Rp - dan biaya bunga

sebesar Rp79.877.835,- Peningkatan total biaya ini disebabkan karenaterjadi

kenaikan pada nilai biaya operasional dan bunga pada tahun 2007. Sementara
63

pendapatan pada tahun 2007 sebesar Rp183.193.028,- atau terjadi peningkatan

sebesar Rp62.519.828,- dibandingkan tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan

karena terjadi kenaikan pada nilai unit simpan pinjam dan toko serta

pendapatan lain-lain. sehingga mempengaruhi SHU sebesar Rp66.729.793,-

atau terjadi penurunan sebesar Rp12.147.025,- bila dibandingkan dengan laba

bersih tahun 2006.

Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan pada tahun 2007 sebesar

36,42% atau terjadi penurunan sebesar 28,94% bila dibandingkan dengan tahun

2006. Hal ini disebakan oleh menurunnya nilai SHU pada tahun 2007.

Penurunan nilai SHU disebabkan karena terjadi peningkatan pada total biaya

pada tahun 2007.

Dari sisi Aktiva Lancar pada tahun 2007 sebesar Rp787.014.990,9 atau

terjadi peningkatan sebesar Rp438.692.101,10 dibandingkan dengan tahun

2006. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai bank dan piutang di

mana nilai masing-masing, Bank sebesar Rp44.000.000,- dan Piutang

Rp412.033.760,-. Pada sisi Aktiva tetap dan penyertaan sebesar

Rp8.309.215,71 atau terjadi penurunan sebesar Rp1.449.290,- penurunan ini

disebabkan oleh menurunnya nilai inventaris. Total aktiva pada tahun 2007

sebesar Rp795.333.206,6,- di mana dari total aktiva dan pendapatan pada tahun

2007 menghasilkan Total Asset Turnover sebesar 0,23 kali atau terjadi

penurunan sebesar 0,11 kali bila dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya nilai total aktiva yang lebih besar daripada
64

pendapatan. Ini berarti bahwa pada tahun 2007 terjadi penjualan sebanyak

0,23 kali dari total aktiva yang dimiliki.

Dari sisi Return On Investment (ROI) yang dihasilkan pada tahun 2007

sebesar 8,37% atau mengalami penurunan sebesar 13,85% bila dibandingkan

dengan tahun 2006. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya Net Profit

Margin dan Total Asset Turnover pada tahun 2007.

Gambar 4.3. Analisis Du Pont Tahun 2008 KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram

Biaya Operasional
Pendapatan Rp40.242.200
Rp201.787.454
Biaya pajak
SHU Dikurangi Rp -
Rp95.544.573
Total Biaya Biaya Bunga
NPM Dibagi Rp106.242.881 Rp66.000.681
47,34%
Pendapatan
Rp201.787.454
ROI
Dikali Kas
13,25%
Pendapatan Rp1.171.570,75
Rp201.787.454
TATO Bank
Aktiva Lancar
0,28 kali Rp80.660.000
Rp722.077.904,75
Dibagi
Piutang
Total Aktiva Ditambah Rp630.446.334
Rp733.493.224,83
1 Penyertaan
Rp9.923.820,08 Aktiva Lancar
Lainnya
Rp9.800.000
Aktiva Tetap
Rp1.491.500,00
65

Untuk Tahun 2008 dengan menggunakan analisis Du Pont dapat

diungkapkan bahwa total biaya pada tahun 2008 adalah sebesar Rp106.242.881,-

pada tahun 2008 total biaya terjadi penurunan sebesar Rp10.220.354,-

dibandingkan tahun 2007. Terdiri dari biaya operasional sebesar

Rp40.242.200,- biaya pajak Rp - dan biaya bunga sebesar Rp66.000.681,-.

Sementara pendapatan pada tahun 2008 terus mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya di mana pendapatan pada tahun 2008 sebesar

Rp201.787.454,-. Hal ini juga terjadi pada SHU yang mengalami peningkatan

sebesar Rp95.544.573,-. Ini disebabkan karena pendapatan meningkat dan total

biaya mengalami penurunan pada tahun 2008.

Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan pada tahun 2008 sebesar

47,34% atau terjadi peningkatan sebesar 10,92% bila dibandingkan dengan

tahun 2007. Hal ini disebakan oleh meningkatnya SHU pada tahun 2008.

Peningkatan SHU disebabkan karena pendapatan yang meningkat dan total

biaya yang menurun pada tahun 2008.

Dari sisi Aktiva Lancar pada tahun 2008 sebesar Rp722.077.904,75

atau terjadi penurunan yang dipengaruhi oleh menurunannya nilai Piutang

yaitu sebesar Rp630.446.334,- Pada sisi aktiva tetap dan penyertaan sebesar

Rp11.415.320,08 atau terjadi peningkatan sebesar Rp3.106.104,37.

Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan nilai inventaris dan simpanan

anggota. Total aktiva pada tahun 2008 sebesar Rp733.493.224,83.

Berdasarkan pada total aktiva dan pendapatan pada tahun 2008 akan

menghasilkan Total Asset Turnover sebesar 0,28 kali atau terjadi peningkatan
66

sebesar 0,05 kali bila dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini disebabkan

oleh meningkatnya nilai pendapatan dan menurunnya nilai total aktiva. Ini

berarti bahwa pada tahun 2008 terjadi pendapatan sebanyak 0,28 kali dari total

aktiva yang dimiliki.

Dari sisi Return On Investment (ROI) yang dihasilkan pada tahun 2008

sebesar 13,25% atau mengalami peningkatan sebesar 4,88% bila dibandingkan

dengan tahun 2007. Ini berarti bahwa pada tahun 2008 pengembalian investasi

pada KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram sebesar 13,25% dari total aktiva

yang dimiliki. Peningkatan ROI ini disebabkan oleh meningkatnya Net Profit

Margin dan Total Asset Turnover pada tahun 2008.


67

Gambar 4.4. Analisis Du Pont Tahun 2009 KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram
Biaya Operasional
Pendapatan Rp56.086.000
Rp240.816.450
Biaya pajak
SHU Dikurangi Rp1.962.000
Rp155.406.992
Total Biaya Biaya Bunga
NPM Dibagi Rp85.409.458 Rp27.361.458
64,53%
Pendapatan
Rp240.816.450
ROI
Dikali Kas
21,29%
Pendapatan Rp3.675.553,39
Rp240.816.450
TATO Bank
Aktiva Lancar
0,33 kali Rp118.490.000
Rp722.889.197,39
Dibagi
Piutang
Total Aktiva Ditambah Rp600.723.644
Rp734.719.517,47
1 Penyertaan
Rp10.603.820,08 Aktiva Lancar
Lainnya
Rp -
Aktiva Tetap
Rp1.226.500,00

Untuk Tahun 2009 dengan menggunakan analisis Du Pont dapat

diungkapkan bahwa total biaya pada tahun 2009 adalah sebesar Rp85.409.458,-

Total Biaya terjadi penurunan sebesar Rp20.833.423,- bila dibandingkan

dengan tahun 2008. Biaya operasional sebesar Rp56.086.000,- biaya pajak

Rp1.962.000,- dan biaya bunga sebesar Rp27.361.458,-. Penurunan biaya ini

disebabkan oleh adanya penurunan pembayaran bunga pada pihak ke tiga bila

dibandingkan dengan tahun 2008. Pendapatan tahun 2009 mengalami


68

peningkatan dari tahun sebelumnya di mana pendapatan pada tahun 2009

sebesar Rp240.816.450,- atau terjadi peningkatan sebesar Rp39.028.996,-

dibandingkan tahun 2008. Peningkatan pendapatan disebabkan karena terjadi

kenaikan pendapatan dari unit simpan pinjam dan toko. Kondisi tersebut

mempengaruhi SHU tahun 2009 sebesar Rp155.406.992,- atau mengalami

peningkatan sebesar Rp59.862.491,- bila dibandingkan dengan laba bersih

tahun 2008. Peningkatan SHU ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai

pendapatan dan menurunnya nilai total biaya.

Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan pada tahun 2009 sebesar

64,53% atau terjadi peningkatan sebesar 17,19% bila dibandingkan dengan Net

Profit Margin tahun 2008. Hal ini disebakan oleh peningkatan nilai pendapatan

pada tahun 2009 diimbangi dengan peningkatan SHU nya.

Dari sisi Aktiva Lancar pada tahun 2009 sebesar Rp722.889.197,39,-

atau terjadi peningkatan sebesar Rp811.292,64 dibandingkan tahun 2008.

Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai Kas dan Bank di mana

peningkatan masing-masing Kas sebesar Rp2.503.982,64 dan Bank sebesar

Rp37.830.000,- dibandingkan tahun 2008. Pada sisi aktiva tetap dan

penyertaan sebesar Rp11.830.320,08 atau terjadi peningkatan sebesar

Rp415.000,-. Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan nilai simpanan

anggota. Total aktiva pada tahun 2009 sebesar Rp734.719.517,47.

Berdasarkan pada total aktiva dan penjualan pada tahun 2009 maka dapat

diketahui nilai Total Asset Turnover sebesar 0,33 kali atau terjadi peningkatan

sebesar 0,05 kali bila dibandingkan dengan tahun 2008. Hal ini disebabkan
69

oleh meningkatnya nilai pendapatan dan total aktiva yang tidak terlalu besar.

Ini berarti bahwa pada tahun 2009 terjadi penjualan sebanyak 0,33 kali dari

total aktiva yang dimiliki.

Dari sisi Return On Investment (ROI) yang dihasilkan pada tahun 2009

sebesar 21,29%, atau mengalami peningkatan sebesar 8,04% bila dibandingkan

dengan tahun 2008. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 pengembalian investasi

pada KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram sebesar 21,29% dari total aktiva

yang dimiliki. Peningkatan pencapaian ROI ini disebabkan oleh meningkatnya

Net Profit Margin dan Total Asset Turnover pada tahun 2009.
70

Gambar 4.5. Analisis Du Pont Tahun 2010 KPRI ANGKASA LPP RRI
Mataram

Biaya Operasional
Pendapatan Rp74.195.400
Rp342.278.500
Biaya pajak
SHU Dikurangi Rp3.385.400
Rp126.377.220
Total Biaya Biaya Bunga
NPM Dibagi Rp215.901.280 Rp138.290.480
31,67%
Pendapatan
Rp342.278.500
ROI
Dikali Kas
6,65%
Pendapatan Rp4.036.904,59
Rp342.278.500
TATO Bank
Aktiva Lancar
0,21 kali Rp121.230.000
Rp1.610.205.204,59
Dibagi
Piutang
Total Aktiva Ditambah Rp1.484.438.300
Rp1.622.500.524,67
1 Penyertaan
Rp11.323.820,08 Aktiva Lancar
Lainnya
Rp500.000
Aktiva Tetap
Rp971.500,00

Sedangkan tahun 2010 dengan menggunakan analisis Du Pont dapat

diungkapkan bahwa total biaya pada tahun 2010 adalah sebesar Rp215.901.280,-

Total Biaya terjadi peningkatan sebesar Rp130.491.822,- bila dibandingkan

dengan tahun 2009. Peningkatan biaya ini disebabkan oleh kenaikan dari nilai

biaya operasional, bunga dan pajak. Sedangkan untuk pendapatan pada tahun

2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya di


71

mana pendapatan pada tahun 2010 sebesar Rp342.278.500,- atau terjadi

peningkatan sebesar Rp101.462.050,- dibandingkan dengan tahun 2009.

Peningkatan pendapatan disebabkan karena terjadi kenaikan nilai unit simpan

pinjam dan pendapatan lainnya. Kondisi tersebut mempengaruhi SHU tahun

2010 sebesar Rp126.377.220,- atau mengalami penurunan sebesar

Rp29.029.772,- bila dibandingkan dengan SHU tahun 2009. Penurunan SHU

ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai total biaya.

Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan pada tahun 2010 sebesar

31,67% atau terjadi penurunan sebesar 32,86% bila dibandingkan dengan Net

Profit Margin tahun 2009. Hal ini disebakan oleh penurunan nilai SHU dan

meningkatnya nilai pendapatan.

Dari sisi Aktiva Lancar pada tahun 2010 sebesar Rp1.610.205.204,59

atau terjadi peningkatan sebesar Rp887.316.007,20 dibandingkan dengan tahun

2009. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya nilai kas, bank dan

piutang di mana peningkatan masing-masing, kas sebesar Rp4.036.904,59,

bank sebesar Rp121.230.000,- serta piutang sebesar Rp1.484.438.300,-. Pada

sisi aktiva tetap dan penyertaan sebesar Rp12.295.320,08 atau terjadi

peningkatan sebesar Rp465.00,-. Peningkatan ini disebabkan oleh penambahan

nilai simpanan anggota. Dengan demikian total aktiva pada tahun 2010 sebesar

Rp1.622.500.524,67. Berdasarkan pada total aktiva dan pendapatan pada tahun

2010 maka dapat diketahui nilai Total Asset Turnover sebesar 0,21 kali atau

terjadi penurunan sebesar 0,12 kali bila dibandingkan dengan tahun 2009. Hal

ini disebabkan oleh meningkatnya nilai total aktiva yang terlalu besar. Ini
72

berarti bahwa pada tahun 2010 terjadi pendapatan sebanyak 0,21 kali dari total

aktiva yang dimiliki.

Dari sisi Return On Investment (ROI) yang dihasilkan pada tahun 2010

sebesar 6,65% atau mengalami penurunan sebesar 14,64% bila dibandingkan

dengan tahun 2009. Ini berarti bahwa pada tahun 2010 pengembalian investasi

pada KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram sebesar 6,65% dari total aktiva

yang dimiliki. Penurunan ROI ini disebabkan oleh menurunnya Net Profit

Margin dan Total Asset Turnover pada tahun 2010.

4. Membandingkan ROI yang dihasilkan dengan KEPMEN Koperasi dan UMKM


No. 6 Tahun 2006

Table 4.7. Hasil Pengklasifikasian Return On Investment (ROI) KPRI


ANGKASA LPP RRI Mataram Periode 2006-2010 Dengan
KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006

Standar KEPMEN Koperasi dan


ROI
Tahun Klasifikasi UMKM No. 06 Tahun 2006
(%)
ROI Klasifikasi
2006 22,22 Sangat Profitable ≥10 % Sangat Profitable
2007 8,37 Profitable 6% - 9 % Profitable
2008 13,25 Sangat Profitable 1%-5% Cukup profitable
2009 21,29 Sangat Profitable <1% Kurang Profitable
2010 6,65 Profitable

Berdasarkan perhitungan ROI maka dapat diketahui bahwa ROI pada

tahun 2006 sebesar 22,22% dengan kata lain pada tahun 2006 pengembalian

investasi sebesar 22,22 dari total aktiva yang dimiliki koperasi. Hasil ini

tergolong sangat profitable berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM

No.06 tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2007 ROI yang dihasilkan sebesar

8,37% yang tergolong profitable. Kemudian untuk tahun 2008 dan 2009
73

masing-masing sebesar 13,25% dan 21,29% yang tergolong sangat profitable.

Untuk tahun 2010 ROI yang dihasilkan sebesar 6,65% yang tergolong

profitable.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan yang

berfluktuasi dalam pengembalian investasi (ROI) pada KPRI ANGKASA LPP

RRI Mataram selama priode 2006 sampai 2010.

4.3. Interpretasi

Berdasarkan perhitungan ROI pada tabel 4.6 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. ROI pada tahun 2006 sebesar 22,22%. Angka ini mempunyai arti bahwa setiap

Rp100,- total aktiva yang dikelola oleh KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp22,22.

Berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006, ROI sebesar

22,22% ini dapat dikatakan sangat profitabel.

2. ROI pada tahun 2007 sebesar 8,37%. Angka ini mempunyai arti bahwa setiap

Rp100,- total aktiva yang dikelola oleh KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp8,37.

Berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006, ROI sebesar

8,37% ini dapat dikatakan profitabel.

3. ROI pada tahun 2008 sebesar 13,25%. Angka ini mempunyai arti bahwa setiap

Rp100,- total aktiva yang dikelola oleh KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp13,25.


74

Berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006, ROI sebesar

13,25% ini dapat dikatakan sangat profitabel.

4. ROI pada tahun 2009 sebesar 21,29%. Angka ini mempunyai arti bahwa setiap

Rp100,- total aktiva yang dikelola oleh KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp21,29.

Berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006, ROI sebesar

21,29% ini dapat dikatakan sangat profitabel.

5. ROI pada tahun 2010 sebesar 6,65%. Angka ini mempunyai arti bahwa setiap

Rp100,- total aktiva yang dikelola oleh KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

selama tahun tersebut mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp6,65.

Berdasarkan KEPMEN Koperasi dan UMKM No. 06 Tahun 2006, ROI sebesar

6,65% ini dapat dikatakan sangat profitabel.


75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan sistem Du Pont

terjadi fluktuasi terhadap perkembangan profitabilitas KPRI ANGKASA LPP

RRI Mataram periode 2006 sampai 2010. Ini terlihat dari Return On Investment

(ROI) mengalami fluktuasi di mana pencapaian tertinggi terjadi pada tahun

2006 sebesar 22,22% dan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 6,65%.

Nilai Return On Investment yang dicapai KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram

dari tahun 2006-2010 secara keseluruhan dikategorikan sangat profitable

berdasarkan KEPMEN Koperasi Dan UMKM No. 06 tahun 2006 karena

tingkat Return On Investment yang dihasilkan masih berada di atas standar

yang ditetapkan yaitu sebesar 14,35% atau jika dirata-ratakan terjadi

perkembangan sebesar 2,42% selama priode tahun 2006–2010.

2. Net Profit Margin yang dicapai KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram selama 5

tahun dari 2006-2010 sebesar 65,36%, 36,42%, 47,34%, 64,53% dan 31,67%.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa persentase laba usaha yang

dihasilkan mengalami fluktuasi dari unsur SHU nya.


76

3. Efektivitas perputaran aktiva KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram periode

2006 sampai 2010 berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai Total Asset

Tturnover selama 5 tahun dari tahun 2006 sampai 2010 sebesar 0,34 kali, 0,23

kali, 0,28 kali, 0,33 kali dan 0,21 kali. Di mana hal tersebut dapat menunjukkan

ukuran kinerja koperasi karena dengan aktivitas yang tinggi memperlihatkan

kemampuan koperasi untuk melakukan penjualan dengan menggunakan

aktivanya secara efektif.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil yang diteliti, penulis mencoba

memberikan beberapa saran untuk KPRI ANGKASA LPP RRI Mataram :

1 Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan sistem Du Pont

menunjukkan bahwa Return On Investment KPRI ANGKASA LPP RRI

Mataram mengalami fluktuasi dari tahun 2006-2010. Keadaan tersebut

haruslah diperhatikan untuk perbaikan profitabilitas KPRI ANGKASA LPP

RRI Mataram ke depannya. Menurut hasil analisis dapat diketahui bahwa

berfluktuasinya ROI disebabkan oleh berfluktuasinya SHU dan total aktiva.

Untuk ke depannya pihak koperasi harus berusaha untuk meningkatkan

pendapatan dan mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan serta

meningkatkan aktiva lancarnya.

2 Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti maupun mengkaji

lebih dalam mengenai masalah perkembangan profitabilitas dengan sistem Du

Pont dapat menggunakan objek yang lebih luas.


77

DAFTAR PUSTAKA

Anugrahani, Evinda. 2007. Analisis Du Pont System Dalam Mengukur Kinerja


Keuangan Perusahaan (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT.
Mayora Indah Tbk, PT. Ultra Jaya Milk Tbk). Skiripsi FE Universitas
Muhammadiah Malang, Malang: Diambil dari
http://www.scribd.com/doc/49635564/contoh-laporan-analisis-keuangan-
dupont
Bimawaty, Sri. 2010. Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Sistem
Du Pont Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Buana Gemilang
Hamparan Mutiara Mataram-Lombok. Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram (Skripsi tidak dipublikasikan).
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Husnan, S. 1993. Manajemen Keuangan. Liberty, Yogyakarta.
Idayani. 1997. Analisis Perubahan Profitabilitas Pada Pengusaha Kecil dan
Koperasi Binaan Mitra PT. Garuda Indonesia di Wilayah Kota Mataram
dan Lombok Barat Pasca Penelitian dan Pembinaan PPPUM Universitas
Mataram. Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Skripsi tidak
dipublikasikan).
Indriantono, Nur. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Kep. Men. Neg. KUKM RI No. 06/KEP/KUKM/V/2006. 2006. Tentang Pedoman
Klasifikasi Koperasi.
Munawir, S. 1995. Analisis Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Raharjo, Budi. 2001. Laporaan Keuangan Perusahaan. Gadjah Mada University
press, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE,
Yogyakarta.
78

Setiawan, Ahmad Rummy. 2010. Analisis Perkembangan Profitabilitas UD.


Empat Lola Mutiara di Mataram Tahun 2005 sampai dengan 2009 (Studi
Dengan Du Pont Analisis). Fakultas Ekonomi Universitas Mataram
(Skripsi tidak dipublikasikan).
Sudjaja, Ridwan dan Inge, Berlien. 2003. Manajemen Keuangan I. Erlangga,
Jakarta.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan. Ekonosia, Yogyakarta.
Syamsuddin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
BPFE, Yogyakarta.
Wahyudi, Ari. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Du Pont Pada
Primer Koperasi TNI Angkatan Darat (PRIMKOPAD) YONIF 742 SWY
Mataram (Skripsi tidak dipublikasikan).
Weston, Fred dan Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga,
Yogyakarta.
, Copeland, Thomas. 1992. Manajemen Keuangan. Edisi 8.
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai