Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia saat ini tidak pernah berhenti melakukan

pembangunan di segala bidang, pembangunan tersebut pada dasarnya

bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk memacu jalannya

pembangunan tersebut diperlukan peran serta dari pelaku ekonomi, yaitu

pemerintah, swasta dan koperasi.

Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian di Indonesia,

sangat perlu diperluas perannya di berbagai sektor usaha seperti pertanian,

perindustrian, perdagangan dan lain-lain. Dewasa ini koperasi mendapatkan

perhatian khusus dari pemerintah dengan berbagai kebijakannya berupaya

untuk memacu perkembangan koperasi. Berbagai macam dan jenis

pembinaan maupun fasilitas penunjang yang disediakan oleh pemerintah

dalam upaya mendorong koperasi tumbuh dan berkembang serta

meningkatkan peran koperasi dalam pertumbuhan ekonomi bangsa

Indonesia.

Definisi Koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum koperasi, dengan melandaskan kegiataannya berdasarkan prinsip


2

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas

kekeluargaan.

Berikut ini adalah lima (5) unsur Koperasi Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian:

1. Koperasi adalah Badan Usaha (Business Enterprise).

2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan hukum

koperasi.

3. Koperasi Indonesia koperasi yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip

koperasi.

4. Koperasi Indonesia adalah Gerakan Ekonomi Rakyat.

5. Koperasi Indonesia berazaskan kekeluargaan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3

bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan fungsi-fungsi koperasi tertuang pada pasal 4 Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan


ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi
sebagai soko gurunya.
3

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan


perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dalam menjalankan usahanya koperasi perlu memperhatikan kinerja

keuangannya agar koperasi dapat tumbuh dan berkembang. Kinerja

keuangan merupakan hasil-hasil keuangan yang telah dicapai yang

diperlihatkan selama beberapa periode. Hal ini dapat dilihat dari laporan

keuangan yang telah dianalisis. Laporan keuangan merupakan media

informasi yang merangkum semua aktifitas perusahaan. Kinerja keuangan

koperasi dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangannya antara

lain laporan neraca dan laporan sisa hasil usaha.

Mengadakan interpretasi atau mengadakan analisis terhadap laporan

keuangan suatu koperasi akan sangat bermanfaat bagi para analis, ini

dilakukan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari

koperasi bersangkutan. Dengan mengadakan analisis data keuangan dari

tahun-tahun yang lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari koperasi

serta hasil-hasil yang telah dianggap cukup baik. Hasil analisis historis

sangat penting artinya bagi perbaikan penyusunan rencana atau kebijakan

yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

Dalam menganalisis laporan keuangan diperlukan data keuangan

yang mendukung. Data keuangan ini diambil dari neraca dan laporan

laba/rugi. Untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan

diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah


4

rasio yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Analisis rasio

keuangan menyangkut dua jenis perbandingan.

Pertama, analisis dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio-

rasio masa lalu dan yang diharapkan di masa yang akan datang untuk

perusahaan yang sama. Jadi, apabila rasio-rasio keuangan dijajarkan selama

beberapa tahun, dapat dipelajari komposisi perusahaan dan menentukan

apakah ada kemajuan atau kemunduran prestasi dan kondisi keuangan

perusahaan. Kedua, membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan

lain yang sejenis dan sama ukurannya. Pembandingan semacam ini sulit

dilakukan oleh pihak-pihak di luar lembaga-lembaga keuangan.

Pada umumnya rasio yang dihitung dapat dikelompokkan dalam 4

(empat) tipe dasar (Husnan,1993) yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio

aktivitas dan rasio profitabilitas. Berdasarkan keempat tipe rasio yang

digunakan tersebut, maka bagi manajemen ataupun pemilik koperasi yang

terpenting adalah rasio profitabilitas, karena rasio ini merupakan jaminan

yang utama bagi mereka. Betapapun besarnya likuiditas atau solvabilitas

suatu koperasi, jika tidak mampu menggunakan modalnya secara efisien,

maka koperasi tersebut akhirnya akan mengalami kesulitan keuangan dalam

mengembalikan utang-utangnya.

Dengan menggunakan rasio finansial akan memungkinkan kita untuk

membandingkan rasio suatu koperasi dengan rasio koperasi sejenis lainnya

maupun rasio yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yang digunakan

sebagai standar. Sehingga akan dapat diketahui seberapa baik atau buruk
5

operasi yang dilakukan oleh koperasi dibandingkan dengan koperasi sejenis

ataupun dengan rasio yang sudah ditetapkan sebagai standar.

Berkaitan dengan kinerja keuangan koperasi maka pemerintah

melalui Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melalui Peraturan

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengeluarkan

Pedoman Pemeringkatan Koperasi yang dijadikan acuan dalam menilai

kinerja keuangan koperasi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah Nomor: 06/Per/M.KUKM/III/2008.

Berdasarkan peraturan tersebut, kinerja keuangan koperasi ditinjau

dari aspek Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitasnya. Dengan

membandingkan kinerja keuangan koperasi dari satu periode ke periode

berikutnya akan memungkinkan kita untuk melihat perkembangan koperasi

selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang,

baik kecenderungan naik, turun, maupun tetap. Sehingga dengan melihat

perkembangan ini koperasi dapat membuat rencana-rencana untuk masa

depannya.

Begitu juga halnya dengan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”,

koperasi ini berdiri pada tanggal 12 Juni tahun 2002 dengan Badan Hukum

384/BH/KDK.12.06/2002. Koperasi ini beranggotakan sebanyak 230 orang

anggota yang sebagian besar terdiri dari wanita yang berdomisili di wilayah

Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Kegiatan utama Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” hanya meliputi kegiatan usaha simpan pinjam.


6

Hal ini sesuai dengan Pasal 44 Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa

koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan

simpan pinjam. Ketentuan tersebut menjadi dasar yang kuat bagi koperasi

untuk melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam baik sebagai salah satu

ataupun satu-satunya kegiatan usaha koperasi.

Koperasi tersebut telah dikembangkan dengan strategi seperti

mengadakan pelatihan bagi pengurus dan karyawannya yang tepat dan

sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi sehingga memberikan kontribusi

yang tepat dan sesuai bagi kemandirian ekonomi masyarakat. Koperasi

Wanita “Wahana Maharani” memiliki anggota dan pengurus pada tahun

2011 tercatat pada perwakilan komisariat dan jumlah anggota yang

berjumlah 230 anggota dan jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan

jumlah anggota pada Tahun 2010. Seharusnya jumlah anggota tersebut

masih bisa dipertahankan jumlahnya sehingga tidak terlalu jauh jumlah

penurunan anggotanya.

Permasalahan lain yang ada di Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

yaitu adanya target untuk terus menjadikan koperasi ini sebagai koperasi

terbaik sehingga dituntut kepada pengurusnya agar terus berupaya berfikir

untuk menciptakan suatu langkah kerja yang baru dalam rangka

pengembangan koperasi. Selain itu dalam permasalahan internal yaitu masih

adanya anggota yang bersikap apatis terhadap keberadaa aktivitas Koperasi


7

Wanita “Wahana Maharani” yang menghambat upaya pengembangan social

capital yang mensyaratkan peran serta anggota dalam aktivitas koperasi.

Permasalahan lain juga tidak lepas dari permasalahan eksternal

seperti belum memiliki acuan bagi penetapan kebijakan kerjasama dengan

pihak luar dan pengawasan kegiatan usaha akibat dari perkembangan situasi

ekonomi seperti kenaikan harga, nilai tukar, dan kebijakan pemerintah

dalam bidang ekonomi yang menjadi persoalan penting untuk diantisipasi.

Koperasi ini merupakan salah satu wadah dalam bidang usaha untuk

menunjang kesejahteraan para wanita di lingkungan Kecamatan Kediri,

Lombok Barat.

Di dalam menjalankan usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan

para anggotanya, Koperasi Wanita “Wahana Maharani” menggunakan

modal yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal

sumbangan, sumbangan gedung, cadangan SHU, serta SHU tahun berjalan.

Berikut ini dilampirkan data keuangan Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” Kediri Lombok Barat pada Tahun 2007-2011.


8

Tabel 1.1.: Jumlah Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat
Periode Tahun 2007-2011

Tahun

KETERANGAN 2007 2008 2009 2010 2011


Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan
(Rp) (%) (Rp) ( %) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)

Aktiva Lancar 42.158.000 - 61.403.300 31,34 62.360.700 1,54 71.256.200 12,48 106.097.300 32,84

Penyertaan 1.216.800 - 1.386.500 12,24 1.744.900 20,54 2.040.000 14,47 2.296.300 11,16

Aktiva Tetap 2.154.700 - 2.569.800 16,15 2.677.800 4,03 2.122.900 -26,14 2.117.100 -0,27

Aktiva Lain Lain 3.377.200 - 3.377.200 0,00 3.377.200 0,00 0 0,00 0 0,00

Total Aktiva 48.906.700 - 68.736.800 28,85 70.160.600 2,03 75.419.100 6,97 110.510.700 31,75

Hutang Jangka pendek 28.672.100 - 46.581.500 38,45 49.920.200 6,69 58.802.800 15,11 89.625.700 34,39

Hutang Jangka Panjang 3.547.100 - 6.547.100 45,82 4.605.800 -42,15 3.411.800 -35,00 2.728.000 -25,07

Ekuitas 10.361.000 - 11.634.700 10,95 13.034.900 10,74 10.110.600 -28,92 10.170.200 0,59
SHU Tahun Berjalan 6.326.500 - 3.973.500 -59,22 2.599.700 -52,84 3.093.900 15,97 7.986.800 61,26
Total Hutang dan
48.906.700 - 68.736.800 28,85 70.160.600 2,03 75.419.100 6,97 110.510.700 31,75
Ekuitas

Sumber: Koperasi Wanita “Wahana Maharani”, data sekunder.


9

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa, Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat mengalami peningkatan total

aktiva terus-menerus dari tahun 2007 sampai 2011, tetapi bila dilihat dari

persentase perubahan total aktiva Koperasi Wanita “Wahana Maharani” ini

mengalami fluktuasi dengan total aktiva tertinggi terdapat pada tahun 2011

sebesar Rp35.091.600 atau 31,75 persen hal ini disebabkan oleh

bertambahnya nilai piutang dagang. Dengan kondisi keuangan di atas maka

akan mempengaruhi kinerja keuangan Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” Kediri Lombok Barat, terutama tingkat efisiensi aktivanya.

Sedangkan untuk perkembangan SHU Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” Kediri Lombok Barat akan dilampirkan dalam Tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2. : Perkembangan Pendapatan/Penjualan, Total Biaya dan Sisa


Hasil Usaha Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri
Lombok Barat Selama Tahun 2007-2011

Jumlah Perubahan
Keterangan Tahun
(Rp) (%)
2007 9.705.400 -
2008 8.163.000 -15,89
Pendapatan/Penjualan 2009 6.169.500 -24,42
2010 7.707.500 24,92
2011 25.511.900 231,00
2007 3.378.900 -
2008 4.189.400 23,98
Total Biaya 2009 3.569.700 -14,79
2010 4.613.500 29,23
2011 17.525.000 279,85
2007 6.326.500 -
2008 3.973.600 -37,19
Sisa Hasil Usaha 2009 2.599.800 -34,57
setelah Pajak 2010 3.094.000 19,00
2011 7.986.900 158,14
Sumber: Koperasi Wanita “Wahana Maharani”, data sekunder.
10

Berdasarkan Tabel 1.2. di atas dapat dilihat perkembangan SHU,

nampak bahwa pendapatan Koperasi Wanita “Wahana maharani” Kediri

Lombok Barat mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2008

pendapatan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat

mengalami penurunan sebesar Rp1.542.300 atau turun 15,89 persen

dibandingkan dengan tahun 2007, pada tahun 2007 pendapatan terus

menurun, penurunannya sebesar Rp1.993.400 atau menurun sebesar 24,42

persen dibandingkan tahun 2008. Sementara pada tahun 2010 sampai tahun

2011 pendapatan mengalami peningkatan yang cukup Tinggi di mana

kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2011, dengan kenaikan sebesar

Rp17.804.400 atau meningkat sebesar 231,00 persen. Hal ini menyebabkan

SHU Koperasi Wanita “Wahana Maharani”, dari tahun 2007 sampai 2011

mengalami fluktuasi. Peningkatan pendapatan hanya terjadi pada tahun

2010 dan 2011, sedangkan dari sisa total biaya dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2011 terus mengalami kenaikan , sementara penurunan biaya

hanya terjadi pada tahun 2009 sebesar 14,79 persen, hal ini yang

menyebabkan SHU cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya.

Kenaikan SHU hanya terjadi pada tahun 2007 dan 2011, di mana kenaikan

pada tahun 2010 sebesar 19,00 persen bila dibandingkan dengan tahun

2009, serta kenaikan tertinggi adalah sebesar 158,14 persen pada tahun

2011.

Usaha simpan pinjam Koperasi Wanita “Wahana Maharani” masih

menjadi primadona usaha koperasi. Usaha ini sangat membantu anggota


11

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dalam mengatasi kebutuhan anggota.

Koperasi juga memiliki tantangan berupa persaingan secara tidak langsung

dengan perusahaan dan pembuktian bahwa koperasi pun dapat berkembang

dan memiliki keuntungan besar bagi para anggotanya. Dengan adanya

tantangan tersebut, Koperasi Wanita “Wahana Maharani” berusaha keras

agar berhasil dan membuktikan kepada siapapun koperasi tidak hanya

sampai di situ saja, melainkan memiliki peluang yang hampir sama dengan

suatu perusahaan untuk mensejahterakan pengurus dan anggotanya.

Keberhasilan dari Koperasi Wanita “Wahana Maharani” karena

memiliki faktor penentu yaitu pola manajemen yang sangat baik karena

adanya orang-orang yang berpikir secara teknis sehingga koperasi ini sedikit

menyinggung kepada bisnis. Hal itu dilihat karena koperasi ini memiliki

bisnis simpan pinjam yang mencakup kegiatan simpan pinjam dan

penyertaan modal. Usaha yang dilakukan Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” adalah sebagai salah satu sumberdaya strategis untuk

menjalankan usaha yang dapat menghasilkan SHU pada setiap hasil

usahanya dan diberikan kepada anggota yang memiliki peran dalam setiap

kegiatan usaha. Oleh karena itu setiap pengelolaan organisasi dan keuangan

dalam bidang usaha sangat penting bagi kelangsungan hidup koperasi.

Masalah yang sering dihadapi dalam kaitannya dengan pengelolaan

organisasi dan keuangan ini adalah masalah menentukan berbagai

kemungkinan mengenai sumber dana yang akan diperoleh dan bagaimana

cara penggunaanya untuk membiayai kegiatan yang akan diselenggarakan


12

sesuai dengan prioritasnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dari itu

ingin diketahui pola manajemen pada koperasi ini yang dilihat dari kinerja

pengurus Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat

dilihat dari sisi laporan keuangannya selama periode tahun 2007-2011.

Kinerja keuangan koperasi ini akan ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas

dan profitabilitas berdasarkan pedoman pemeringkatan koperasi yang

ditetapkan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasikan pokok permasalahan yaitu:

1. SHU pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat

dari tahun 2007-2011 berfluktuasi, kenaikan hanya terjadi pada tahun

2010 dan 2011.

2. Total Aktiva pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok

Barat dari tahun 2007-2011 terus meningkat setiap tahunnya.

3. Tingginya hutang jika dibandingkan dengan modal mengindikasikan

pendanaan aktivitas Koperasi Wanita “Wahana Maharani” sebagian

besar dibiayai oleh hutang yang berarti bahwa pendanaan koperasi

berasal dari hutang.


13

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka

dapat dirumuskan permasalahan yaitu: “Apakah kinerja keuangan ditinjau

dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berada dalam kategori

baik pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat

selama periode tahun 2007-2011?”.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

keuangan ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas

berada dalam kategori baik pada Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” Kediri Lombok Barat selama periode tahun 2007-2011.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Aspek Akademis

Digunakan sebagai bahan dalam menyusun skripsi guna

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi

program Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas

Mataram.

2. Aspek Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

ilmu ekonomi khususnya dalam manajemen keuangan.


14

3. Aspek Praktis

Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan masukan dalam perencanaan keuangan koperasi

untuk periode selanjutnya.


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, selain menggunakan dasar-dasar teori sebagai

konsep atau dasar berfikir dalam memecahkan permasalahan yang akan

dikaji, penelitian ini juga menggunakan hasil penelitian terdahulu. Berikut

ini akan disajikan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan

pertimbangan bagi penulis.

Penelitian yang dilakukan Rahayu (2003) dalam skripsinya yang

berjudul “Analisis Kinerja Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Model

Mataram”. Masalah pada peneltian ini adalah apakah kinerja keuangan

Kopersi Simpan Pinjam Model Mataram periode 1997-2002 tergolong baik

ditinjau dari segi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas berdasarkan standar

penilaian yang ditetapkan oleh Departemen Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan koperasi

simpan pinjam Model Mataram jika ditinjau dari segi likuiditas, solvabilitas

dan rentabilitas pada periode 1997 sampai dengan 2002. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kinerja keuangan koperasi simpan pinjam Model

Mataram priode Tahun 1997 sampai Tahun 2002 tergolong kurang baik, hal

ini disebabkan terutama oleh tingkat solvabilitas yang rendah.


16

Penelitian oleh Wijayanto (2004) dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Du Pont System Untuk Mengukur Kinerja Keuangan

Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Tenun Pelangi Malang)”. Dari

hasil penelitian tersebut, bahwa kinerja keuangan tenun Pelangi berdasarkan

tabel data cross section menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan

tenun Pelangi baik, karena nilai ROI yang dicapai perusahaan tenun Pelangi

selalu lebih tinggi dari nilai ROI rasio industri pada tahun yang

bersangkutan. Untuk kinerja perusahaan tenun Pelangi berdasarkan tabel

Time Series menunjukkan pada tahun 2001 sampai tahun 2002

perkembangannya membaik karena hasil ROI meningkat dari tahun

sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi oleh hasil margin laba yang

meningkat dipengaruhi oleh HPP yang relatif rendah, namun pada tahun

2003 kinerja perusahaan mengalami penurunan hal ini dipengaruhi oleh

tingginya rasio aktiva lancar untuk Bank dan piutang, sehingga

mempengaruhi perputaran total aktiva yang menurun, karena hasil ROI dari

tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa besarnya

keuntungan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari investasi yang

digunakan mengalami penurunan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2005) dengan

judul penelitian “Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Segi Rentabilitas,

Likuiditas dan Solvabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia

(KPRI) Gatep Abadi Sukamulia Lombok Timur”. Dengan jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif dengan metode pengumpulan data yang


17

digunakan adalah studi kasus. Sedangkan teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh

dari analisis tersebut adalah bahwa kinerja keuangan ditinjau dari segi

Rentabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas pada Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI) Gatep Abadi Sukamulia Lombok Timur periode tahun

2002-2003 secara umum berada pada klasifikasi koperasi dengan kinerja

keuangan yang kurang baik. Khusus untuk tahun 2000 kinerja keuangan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Gatep Abadi Sukamulia

Lombok Timur periode tahun 2002-2003 berada pada tingkat yang cukup

baik yaitu karena adanya peningkatan Sisa Hasil Usaha.

Adapun kesamaan dari penelitian yang terdahulu dan penelitian ini

adalah sama-sama menganalisis kinerja keuangan pada koperasi dengan

menggunakan rasio profitabilitas, sedangkan perbedan antara penelitian

terdahulu dengan penelitian ini adalah objek penelitian yaitu dan periode

data.

2.2. Tinjauan Teoretis

2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Husnan (1997:44), pengertian kinerja keuangan

adalah hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat

secara terus-menerus pada suatu lembaga atau institusi.

Menurut Higgins (1996:42), kinerja keuangan adalah

kemampuan untuk menghasilkan laba, kemampuan dalam


18

menghasilkan modal usaha serta kemampuan hutangnya untuk

membiayai aktiva.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

kinerja keuangan merupakan gambaran keberhasilan perusahaan

dalam mengefektifkan penggunaan dananya untuk menciptakan

prestasi keuangan dalam priode tertentu yang dapat dilihat dari

dalam lampiran keuangan perusahaan yang tersusun pada setiap

periodenya.

Aktivitas-aktivitas keuangan yang dilakukan perusahaan

tercermin dalam laporan keuangannya. Dengan mengadakan analisis

terhadap laporan keuangan dapat diperoleh gambaran tentang

kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Untuk

mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, seluruh

aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur dan pengukuran

tersebut tidak semata-mata kepada input (masukan), tetapi lebih

ditekankan kepada keluaran atau manfaat program tersebut.

2.2.2. Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui

perkembangan kondisi keuangan yang dicapai perusahaan dari tahun

ke tahun. Menuurut Agnes Sawir (2002 :5) “dengan diketahuinya

kondisi keuangan perusahaan, keputusan yang rasional yang dibuat

dengan bantuan alat analisis tertentu. Selanjutnya dengan

menganalisis laporan keuangannya dapat diperoleh gambaran


19

tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang

bersangkutan”.

Analisis keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal

perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Bagi pihak internal

perusahaan hasil dari analisis keuangan tersebut dapat digunakan

oleh pimpinan perusahaan untuk mengetahui posisi keuangan priode

tahun lalu, sekarang maupun yang akan datang sebagai pendukung

pembuatan perencanaan, kebijakan dan keputusan yang lebih baik di

masa yang akan datang. Bagi pihak eksternal perusahaan seperti

pihak kreditor dan investor, analisis terhadap laporan keuangan

menggambarkan kemampuan perusahaan menjalin hubungan timbal

balik yang saling menguntungkan. Bagi pihak kreditur, hasil dari

analisis tersebut dapat memberikan gambaran kemampuan

perusahaan untuk membayar kembali utang-utangnya dan beban

bunganya. Sedangkan bagi para investor hasil dari analisis tersebut

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

kebijakan penanaman modalnya.

2.2.3. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Copeland dan Weston (1992:17) laporan keuangan

adalah informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau atau

dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang

akan datang dan merupakan dokumen yang memberikan informasi

kepada pemegang saham dan disusun menurut aturan-aturan tertentu.


20

Menurut Sartono (2000:14) laporan keuangan merupakan

hasil akhir dari suatu pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan

dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku

yang bersangkutan.

Riyanto (1997:327) mengemukakan laporan keuangan

(Financial Statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan

Financial suatu perusahaan di mana neraca (Balance Sheet)

mencerminkan nilai aktiva hutang dan modal sendiri pada suatu saat

tertentu dan laporan laba dan rugi (Income Statement) mencerminkan

hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu.

Menurut Munawir (1995:2), laporan keuangan pada dasarnya

adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat

untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu

perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau

aktifitas suatu perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan akan dapat

menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya

dan kesuksesan seorang manajer biasanya dinilai dengan laba yang

diperoleh perusahaan. Bagi manajemen laporan keuangan tersebut

merupakan alat untuk mempertanggung jawabkan kepada pemilik

perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.


21

2.2.4. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Kretarto (2001:45) adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang dapat dipercaya


mengenai aktiva dan kewajiban serta modal
perusahaan.
2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva
dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul
dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Memberikan informasi keuangan untuk membantu
para pemakainya untuk menaksir potensi perusahaan
adalah menghasilkan laba.
4. Memberikan informasi penting mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban perusahaan seperti
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain
yang berhubungan dengan laporan keuangan yang
relevan untuk kebutuhan pemakai laporan.

Menurut Kasmir (2008:18) bahwa pelaporan keuangan harus

memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor dan

pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang), untuk

membuat keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam

lainnya.

2.2.5. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Kretarto (2001:46) meliputi,

neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus

kas dan catatan antar laporan keuangan. Penjelasan masing-masing

laporan di atas adalah sebagai berikut:

1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan
posisi keuangan, yang menunjukkan aktiva,
22

kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada


tanggal tertentu. Dalam neraca aktiva lancar
disajikan terpisah dari aktiva tidak lancar dan
kewajiban lancar terpisah dari kewajiban tidak
lancar. Aktiva lancar disajikan menurut urutan
likuiditasnya, sedangkan kewajiban disajikan
menurut urutan jatuh temponya.
2. Laporan Rugi Laba (Sisa Hasil Usaha)
Laporan rugi laba merupakan ringkasan aktivitas
usaha perusahaan untuk periode tertentu yang
menggambarkan hasil usaha bersih atau kerugian
yang timbul dari kegiatan usaha dan aktifitas
perusahaan. Laporan rugi laba merupakan bagian
yang terpenting bagi pihak eksternal untuk
menunjukkan kinerja perusahaan serta mempunyai
nilai prediktif untuk mengukur arus kas yang terjadi.
Mengukur efisiensi manajemen serta sebagai
indikasi dalam pencapaian tujuan perusahaan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang
menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang
menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih atau kekayaan selama periode pelaporan.
Laporan ini harus menyajikan:
a. Laba (rugi) bersih periode pelaporan.
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan
dan kerugian yang diakui secara langsung dalam
ekuitas.
c. Transaksi modal dan pemilik dan distribusi
kepada pemilik, antara lain berupa penyetoran
modal saham dan pembagian dividen.
d. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan
akhir periode serta perubahannya.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan
informasi yang relevan guna menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas
dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut untuk aktivitas
operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan
dalam suatu periode tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengungkap:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
23

penting.
b. Informasi tambahan tidak disajikan dalam neraca
laporan rugi laba laporan perubahan ekuitas dan
perubahan arus kas, tetapi dalam rangka
penyajian secara wajar.

2.2.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan (Harahap,

2002:74) adalah:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan


laporan atas kejadian yang lewat. Karenanya laporan
keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya
sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk
pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu saja. Misalnya untuk Pajak dan
Bank.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput
dari penggunaan taksiran dan berbagai
pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi material.
Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap
suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak
dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material
atau tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam
menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa
kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai
penilaian beberapa suatu pos, maka lazimnya dipilih
alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva paling kecil.
6. Laporan keuangan menekankan pada makna
ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada
bentuk hukumnya (formalitas), (substance over
form).
7. Laporan keuangan dengan menggunakan istilah-
istilah teknis dan pemakai laporan keuangan
diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan
sifat dari informasi yang diharapkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang
digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran
24

sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan


antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang
tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.2.7. Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Rahardjo (2001:46) ada beberapa pengguna (baik

internal maupun eksternal) yang berkepentingan dengan data-data

akuntansi maupun sajian laporan keuangan perusahaan. Pengguna

data akuntansi antara lain:

1. Manajer atau Pimpinan Perusahaan


Pengguna utama dari data akuntansi adalah manajer
perusahaan itu sendiri. Manajer dituntut untuk
mengambil keputusan tanpa tahu masalah yang
mungkin akan muncul. Untuk mengurangi tingkat
ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan,
informasi akuntansi sangat berguna. Dengan melihat
cacatan keuangan perusahaan tahun yang lampau
dan saat ini, manajer akan mendapatkan gambaran
kecenderungan yang akan terjadi dan indikasi
kemungkinan di masa depan.
2. Pemegang Saham atau Pemilik Perusahaan
Pemakai utama data akuntansi adalah pemegang
saham atau pemilik perusahaan. Pemilik yang
menanamkan uangnya ke dalam perusahaan
berkepentingan langsung atas maju mundurnya
perusahaan. Mereka biasanya mendapatkan laporan
tahunan perusahaan yang di dalamnya mencakup
neraca, perhitungan laba rugi dan laporan keuangan
lainnya.
3. Pemerintah
Pemerintah juga merupakan pengguna atas data
akutansi perusahaan, khususnya kantor pelayanan
pajak. Kantor pajak perlu tahu laba yang diperoleh
suatu perusahaan setiap tahun, untuk perhitungan
pajaknya.
4. Kreditor
Kreditor baik Bank maupun lembaga keuangan
lainnya juga berkepentingan dengan data akutansi
perusahaan, untuk mengetahui kemampuan
perusahaan mengembalikan kredit yang akan atau
25

telah diambil. Biasanya kreditor mengharapkan


laporan keuangan secara periodik, untuk mengetahui
perubahan posisi keuangan perusahaan.
5. Karyawan Perusahaan
Karyawan perusahaan (di luar negeri, biasa
tergabung dalam organisasi perburuhan) biasanya
juga ingin mengetahui laporan keuangan
perusahaan. Bagi organisasi buruh ini, laporan
keuangan diperlukan guna melakukan tawar-
menawar kontrak kerja berikutnya.

2.2.8. Pengertian dan Tujuan Analisis laporan Keuangan

Seperti diketahui bahwa menghubungkan elemen-elemen

dari berbagai aktiva yang satu dengan yang lainnya, elemen-elemen

dari berbagai pasiva serta elemen dari aktiva dan pasiva akan dapat

diperoleh banyak gambaran mengenai posisi/keadaan keuangan

suatu perusahaan. Guna memperoleh gambaran mengenai

perkembangan financialnya, suatu perusahaan memerlukan

analisis/interpretasi terhadap data keuangan pada perusahaan yang

bersangkutan.

Analisa keuangan perusahaan merupakan kajian secara kritis,

sistematis dan metodologis terhadap laporan keuangan untuk

mengetahui kondisi keuangan baik pada waktu yang telah lalu,

kondisi tahun berjalan maupun prediksi waktu yang akan datang.

Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Rahardjo

(2001:85) adalah untuk membantu pemakai dalam memperkirakan

masa depan dengan cara membandingkan, mengevaluasi dan

menganalisis kecenderungan.
26

2.2.9. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Rahardjo (2001:88) ada tiga teknik analisis yang

sering digunakan, yaitu:

1. Analisis Horisontal yaitu perbandingan data


keuangan untuk periode dua tahun atau lebih.
Analisis horisontal sangat membantu karena
menyajikan perubahan antar tahun baik dalam
bentuk nilai rupiah maupun prosentase.
2. Analisis Vertikal yaitu laporan umum (Commonzise
Statement), dalam analisis ini komponen-komponen
dalam laporan laba rugi dan neraca dinyatakan
dalam prosentase. Pada laporan laba rugi
dipersentasekan ke penjualan, sedangkan pada
neraca dipersentasekan ke aktiva atau pasiva.
Besarnya persentase pada tahun yang dievaluasikan
kemudian dibandingkan dengan tahun yang
sebelumnya.
3. Analisis Keuangan atau lebih dikenal sebagai
analisis rasio, rasio (perbandingan) dapat dilakukan
untuk dan antar sepasang pos baik dalam neraca
maupun perhitungan laba rugi.

2.2.10. Pengertian Likuiditas

Menurut Riyanto (1995:18), likuiditas adalah kemampuan

suatu perusahaan untuk dapat mengadakan alat-alat pembayaran

sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kewajiban saat ditagih.

Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan

kewajiban untuk menyelenggarakan proses-proses produksi, maka

dinamakan Likuiditas Perusahaan.

Sedangkan menurut Munawir (2001:31), Likuiditas adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan pada saat ditagih.


27

Selanjutnya menurut Alwi (1994:110) menyatakan bahwa

rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang berupa

hutang-hutang jangka pendek.

Yang terakhir menurut Kasmir (2008:129) menyatakan

bahwa analisis rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang

berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang

atau kewajiban jangka pendeknya.

Beberara rasio likuiditas adalah sebagai berikut (Kasmir,

2008:134-142):

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


Current ratio merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus untuk
mencari rasio lancar, yaitu sebagai berikut:
Aktiva lancar
CR =
Hutang lancar

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau
membayar kewajiban atau hutang lancar dengan
aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
persediaan (inventory). Rumus untuk mencari rasio
cepat, yaitu sebagai berikut:
Aktiva lancar  persediaan
Quick ratio =
hutang lancar

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa uang kas yang tersedia untuk
membayar hutang. Rumus untuk mencari rasio kas,
yaitu sebagai berikut:
28

Cash
Cash Ratio=
Hutang lancar

4. Rasio Perputaran Kas


Menurut Gill (Kasmir, 2008:140) menyatakan rasio
perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Rumus untuk mencari rasio perputaran kas, yaitu
sebagai berikut:
Penjualan bersih
Rasio perputaran kas =
modal kerja bersih

5. Inventory To Net Working Capital


Inventory to net working capital merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur atau
membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. Rumus untuk
mencari inventory to net working capital, yaitu
sebagai berikut:
inventory
Inventory To Net Working Capital =
aktiva lancar  hutang lancar

Menurut Munawir (1993), suatu Perusahaan atau Badan

Usaha mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu:

1. Memenuhi Kewajiban-kewajiban tepat pada


waktunya, yaitu pada waktu ditagih.
2. Memelihara modal kerja cukup untuk operasi yang
normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).
3. Membayar bunga dari deviden yang dibutuhkan.
4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

2.2.11. Pengertian Solvabilitas

Menurut Munawir (2001:32), solvabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.


29

Menurut Kasmir (2008:151), rasio solvabilitas merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dengan hutang.

Jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas yaitu

sebagai berikut (Kasmir, 2008:156-162):

1. Debt to asset ratio (debt ratio).


2. Debt to equity ratio.
3. Long term debt to equity ratio.
4. Tangible assets debt coverage.
5. Current liabilities to net worth.
6. Times interest earned.
7. Fixed charge coverage.

2.2.12. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan


untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara
untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah
bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva
yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.
Apakah yang akan diperbandingkan itu laba berasal
dari operasi atau laba bersih setelah pajak dengan
jumlah modal sendiri. Dengan bermacam cara dalam
penelitian rentabilitas, maka tidak mengherankan jika
ada beberapa koperasi yang berbeda-beda dalam
menghitung rentabilitasnya dan yang terpenting adalah
rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat
pengukur efisiensi penggunaan modal dalam koperasi
yang bersangkutan (Munawir, 2001:33).

Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan

rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah

penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.


30

Dalam prakteknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat

digunakan yaitu sebagai berikut (Kasmir, 2008:199-207):

1. Profit Margin On Sales

Pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih

setelah pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk

mencari profit margin, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk margin laba kotor dengan rumus:

Penjualan bersih - Harga pokok penjualan


Profit margin =
Sales

Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok

penjualan.

b. Untuk margin laba bersih dengan rumus:

laba setelah bunga dan pajak (EAIT)


Net profit margin =
Sales

Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas

penjualan.

2. Return On Investment (ROI)

Hasil pengembalian investasi atau Return On investment (ROI)

atau Return On Total Assets merupakan rasio yang menunjukkan

hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI

juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen

dalam mengelola investasinya. Rumus untuk mencari ROI yaitu

sebagai berikut:
31

Laba setelah bunga dan pajak


ROI =
Total aktiva

3. Return On Equity (ROE)

ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio

ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin

tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan

semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari

return on equity(ROE) yaitu sebagai berikut:

Laba setelah bunga dan pajak


ROE =
Modal sendiri

Rentabilitas suatu koperasi diukur dengan kesuksesan koperasi

dan kemampuan menggunakan aktiva yang produktif, dengan

demikian rentabilitas suatu koperasi dapat diketahui dengan

membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode

dengan jumlah aktiva atau jumlah modal koperasi tersebut.

Menurut Riyanto (1991:30), bahwa modal perusahaan pada

dasarnya berasal dari modal sendiri dan dari modal asing. Kedua

sumber modal tersebut bertujuan untuk menilai atau mengukur

rentabilitas. Sumber modal juga dapat digunakan rasio sebagai

berikut:

a. Rentabilitas Modal Sendiri adalah perbandingan antara jumlah

laba yang tersedia bagi anggota yang menghasilkan laba

tersebut di lain pihak.


32

b. Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha

dengan modal sendiri dan modal yang dipergunakan untuk

menghasilkan laba dan dinyatakan dalam prosentase.

2.2.13. Pengertian Koperasi

Koperasi berarti kerja sama. Kata koperasi berasal dari

bahasa latin “coopere” dalam bahasa inggris disebut cooperation.

Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi cooperation

berarti bekerja sama. Beberapa definisi koperasi yang dikutip dalam

buku Sitio dan Tamba (2001:17-18) antara lain:

1. Menurut Chaniago Koperasi adalah suatu


perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada
anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja
sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya.
2. Menurut Moh. Hatta koperasi adalah usaha bersama
untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-
menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi
jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua
dan semua buat seorang.
3. Menurut Munkner koperasi sebagai organisasi
tolong-menolong yang menjalankan “urusniaga”
secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-
menolong. Aktivitas dalam urusniaga semata-mata
bertujuan ekonomi, bukan sosial yang terkandung
dalam gotong-royong.
4. Menurut UU No.25/1992 koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan seorang atau badan
hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatanya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas azas
kekeluargaan.
33

Adapun tugas pokok koperasi adalah menunjang kepentingan

para anggotanya dalam rangka kesejahteraan anggota. Sebagai

penggerak ekonomi rakyat dan soko guru perekonomian nasional,

pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi.

Oleh karena itu, Pemerintah berperan dalam memberikan

pembinaan, perlindungan dan peluang pada Koperasi.

Pelaksanaannya perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan pemerintah.

2.2.14. Fungsi dan Peran Koperasi

Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang

Perkoperasian Pasal 4, adalah sebagai berikut:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan


kemakmuran ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3. Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

2.2.15. Pedoman Klasifikasi Koperasi Departemen Koperasi dan Usaha


Kecil Menengah

Untuk meningkatkan kemampuan koperasi agar tergolong

sebagai koperasi mandiri, diperlukan kebijakan dan langkah-langkah


34

operasional pemberdayaan yang lebih intensif dan terpadu melalui

sistem yang menyuluruh dan transparan. Oleh karena itu,

Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengeluarkan

suatu kebijakan yang berupa peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah Nomor: 06/Per/M.KUKM/III/2008 tentang

pedoman pemeringkatan koperasi. Dalam peraturan menteri ini

disebutkan bahwa pemeringkatan koperasi adalah kegiatan untuk

menilai kondisi atas kinerja keuangan suatu koperasi dalam periode

tertentu, dengan menggunakan kriteria atau standar yang ditetapkan

oleh Kementrian koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Pemeringkatan koperasi ini mempunyai tujuan yaitu untuk

mengetahui kinerja keuangan koperasi dalam satu periode,

menetapkan peringkat dan klasifikasi, dan mendorong koperasi agar

menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisnis yang sehat.

Berikut ini kriteria penilaian kinerja keuangan koperasi

berdasarkan standar penilaian yang telah ditetapkan oleh

Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Dalam menilai

kinerja keuangan koperasi digunakan 4 (empat) rasio yang telah

ditetapkan oleh pedoman pemeringkatan koperasi yaitu:

1. Rasio Likuiditas

Aktiva Lancar
Current Ratio  x100%
Hutang Lancar
35

2. Rasio Solvabilitas

Total Aktiva
Debt To Asset Ratio = x100%
Total Hutang

3. Rasio Profitabilitas

SHU setelah pajak


Return On Equity = x100%
Modal Sendiri

Laba Setelah Pajak


Return On Asset = x100%
Total Aktiva

Setelah hasil dari 4 (empat) rasio tersebut diperoleh

kemudian nilai realisasinya dicari sesuai dengan persentase yang

dicapai. Untuk memperoleh nilai akhir atau nilai skor, nilai realisasi

tersebut diberi bobot sesuai dengan pedoman Pemeringkatan

Koperasi 2008 sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1. di bawah ini:

Tabel 2.1. Cara Perhitungan dan Nilai Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan
Profitabilitas Berdasarkan Pedoman Pemeringkatan Koperasi
Tahun 2008
Kriteria
No Faktor Cara perhitungan dan nilai
Penilaian
Aktiva Lancar
Current Ratio = x100%
Hutang Lancar

a. 175% - 200% nilai = 100 Baik Sekali


1. Likuiditas Baik
b. 150% -< 175%, nilai = 75
c. 125% -< 150%, nilai = 50 Cukup Baik
d. 100% -< 125%, nilai = 25 Kurang Baik
e. < 100% atau > 200%, nilai = 0 Tidak Baik
Total Aktiva
Debt To Asset Ratio = x100%
Total Hutang

a. 135% - 150%, nilai = 100 Baik Sekali


2. Solvabilitas Baik
b. 120% -< 135%, nilai = 75
c. 105% -< 120%, nilai = 50 Cukup Baik
d. 90% -< 105%, nilai = 25 Kurang Baik
e. <90% atau >150%, nilai = 0 Tidak Baik
36

Kriteria
No Faktor Cara perhitungan dan nilai
Penilaian
Laba Setelah Pajak
Return On Equity = x100%
Modal Sendiri

a. ≥ 21%, nilai = 100 Baik Sekali


b. 15% -< 21%, nilai = 75 Baik
c. 9% -< 15%, nilai = 50 Cukup Baik
d. 3% -< 9%, nilai = 25 Kurang Baik
e. <3%, nilai = 0 Tidak Baik
3. Profitabilitas
Laba Setelah Pajak
Return On Asset = x100%
Total Aktiva

a. ≥ 10%, nilai = 100 Baik Sekali


b. 7% -< 10%, nilai = 75 Baik
c. 3% -< 7%, nilai = 50 Cukup Baik
d. 1% -< 3%, nilai = 25 Kurang Baik
e. < 1%, nilai = 0 Tidak Baik
Jumlah
Sumber: Pedoman Pemeringkatan Koperasi, 2008.
37

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Adapun kerangka konseptual penelitian yang akan digambarkan

sebagai berikut:

Koperasi Wanita
“Wahana Maharani”

Laporan Keuangan Koperasi Wanita


“Wahana Maharani”

Rasio Likuiditas (Current Ratio)


Rasio Solvabilitas (Debt Ratio)
Rasio Profitabilitas (Return On Asset dan Return On Equity)

Pedoman Pemeringkatan
Koperasi 2008

Kategori Kinerja Keuangan


Koperasi Wanita
“Wahana Maharani”

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Analisis Rasio digunakan untuk mengetahui seberapa baik kinerja

keuangan suatu koperasi, dengan mengetahui kinerja keuangan suatu

koperasi maka koperasi dapat mengukur kekuatan dan kelemahan yang

dihadapi koperasi di bidang finansialnya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan

koperasi tercermin dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui kinerja

keuangan pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” digunakan laporan

neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan alat analisis yaitu
38

analisis rasio dengan berpedoman pada pedoman pemeringkatan koperasi

tahun 2008 dan rata-rata kinerja keuangan koperasi sejenis sehingga

nantinya akan diketahui seberapa baik kualitas kinerja keuangan Koperasi

Wanita “Wahana Maharani”.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas

dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian yaitu: Diduga bahwa kinerja

keuangan ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas pada

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat selama periode

tahun 2007-2011 berada dalam kategori cukup baik.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Nazir

(1998:63) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang meliputi suatu

kelompok manusia, suatu objek, suatu riset kondisi, suatu system pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk

membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

yang beralamat di Geresiq, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat.

Adapun pertimbangan penulis dalam memilih Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” sebagai objek penelitian adalah:

1. Adanya fluktuasi perkembangan kinerja keuangan Koperasi Wanita

”Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat.

2. Adanya kesediaan dari pimpinan dan semua pengurus untuk bekerjasama

dalam hal memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.
40

3. Pertimbangan lokasi yang memungkinkan peneliti untuk menghemat

biaya, waktu dan tenaga.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus. Merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang

berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang

diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan (Indriantono, 1999:26). Dalam

penelitian ini merupakan studi kasus pada Koperasi Wanita ”Wahana

Maharani” Kediri Lombok Barat.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dalam metode survei

yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu mencari data dengan cara memilah dan mencatat data

yang telah dipublikasikan oleh suatu instansi atau perusahaan yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Jenis Dan Sumber Data

3.5.1. Jenis Data

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka di antaranya


41

laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba.

2. Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka melainkan

uraian atau penjelasan yang berhubungan dengan penelitian,

misalnya penjelasan dari bagian keuangan Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” Kediri Lombok Barat mengenai data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3.5.2. Sumber Data

1. Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).

Penelitian dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai

yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan tujuan

penelitian dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi

(Indriantono, 1999:147).

2. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara, data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan (Indriantono, 1999:148).

3.6. Identifikasi Variabel

1. Likuiditas

a. Aktiva Lancar

b. Hutang Lancar
42

2. Solvabilitas

a. Total Hutang

b. Total Aktiva

3. Profitabilitas

a. Sisa Hasil Usaha

b. Modal Sendiri

c. Total Aktiva

3.7. Definisi Operasional Variabel

1. Likuiditas adalah kemampuan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

untuk membayar seluruh kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.

Rasio likuiditas merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar

dengan hutang lancar yang dinyatakan dalam persen.

a. Aktiva lancar adalah berupa uang kas, piutang simpan pinjam,

penyisihan piutang tak tertagih yang ada pada Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

b. Hutang Lancar adalah seluruh kewajiban jangka pendek Koperasi

Wanita “Wahana Maharani” berupa simpanan sukarela, pinjaman

yang diterima, hutang pajak, dan hutang dana bagian SHU Koperasi

yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Solvabilitas adalah kemampuan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

dalam memenuhi seluruh kewajibannya apabila sekiranya Koperasi

dilikuidasi.
43

a. Total Hutang adalah seluruh kewajiban Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” pada pihak lain yang belum terpenuhi yang dinyatakan

dalam rupiah.

b. Total aktiva adalah jumlah keseluruhan harta atau kekayaan yang

dimiliki Koperasi Wanita “Wahana Maharani”, berupa aktiva lancar

dan aktiva tetap yang digunakan Koperasi untuk kegiatan operasional

koperasi dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Profitabilitas adalah kemampuan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

untuk menghasilkan laba bersih atau SHU.

a. SHU merupakan pendapatan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,

penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk bunga dan pajak dalam

satu tahun buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

b. Modal sendiri adalah modal Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, modal sumbangan,

sumbangan gedung, SHU tak terbagi serta sisa hasil usaha tahun

berjalan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

c. Total Aktiva yaitu harta Koperasi Wanita “Wahana Maharani” berupa

aktiva lancar dan aktiva tetap yang digunakan koperasi untuk operasi

usahanya dalam memperoleh SHU yang dinyatakan dalam satuan

rupiah.
44

3.8. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab dan memecahkan masalah yang diajukan melalui

identifikasi masalah dan rumusan masalah pada penelitian ini dilakukan

dengan mencari dan mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan

dengan penelitian ini. Informasi ini dapat berupa neraca dan laporan Laba

Rugi Koperasi Wanita “Wahana Maharani” di Kediri. Setelah neraca dan

laporan Laba Rugi koperasi tersebut diperoleh secara lengkap kemudian

dilakukan pengolahan data agar mudah dianalisis. Menganalisis suatu data

diperlukan alat analisis yang dalam penelitian ini menggunakan rasio

keuangan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

profitabilitas. Rasio tersebut digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” di Kecamatan Kediri berdasarkan

pedoman pemeringkatan koperasi yang dikeluarkan oleh Departemen

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor: 06/Per/M.KUKM/III/2008.

Maksud analisis dari pedoman pemeringkatan koperasi ini untuk

mengetahui peringkat dari kinerja keuangan Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” apakah berada pada peringkat sangat berkualitas, berkualitas,

cukup berkualitas, kurang berkualitas dan tidak berkualitas.

Untuk menjawab dan menganalisis perumusan masalah yang telah

disusun, digunakan pedoman pemeringkatan koperasi. Adapun alat analisis

dan tahapan perhitungan penelitiannya akan diuraikan di bawah ini.


45

1. Perhitungan Nilai Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas dinyatakan

dalam persentase dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Kasmir, 2008:135-204):

a. Likuiditas

Aktiva Lancar
Current Ratio  x100%
Hutang Lancar

b. Solvabilitas

Total Aktiva
Debt To Asset Ratio = x100%
Total Hutang

c. Profitabilitas

Sisa Hasil Usaha


ROE  x100%
Modal Sendiri

Sisa Hasil Usaha


ROA  x100%
Total Aktiva

2. Memberikan nilai realisasi terhadap tingkat likuiditas, solvabilitas dan

profitabilitas yang dicapai koperasi sesuai dengan pedoman

pemeringkatan koperasi sebagai berikut:

a. Apabila koperasi memiliki Current Ratio (CR) berada pada kisaran

175 persen sampai dengan 200 persen maka koperasi dalam kategori

baik sekali, 150 persen sampai dengan 175 persen maka koperasi

dalam kategori baik, 125 persen sampai dengan 150 persen maka

koperasi dalam kategori cukup baik, 100 persen sampai dengan 125

persen maka koperasi dalam kategori kurang baik, dan lebih kecil dari

175 persen atau lebih besar dari 200 persen maka koperasi dalam

kategori tidak baik.


46

b. Untuk Debt To Asset Ratio, berada pada kisaran 135 persen sampai

dengan 150 persen maka koperasi dalam kategori baik sekali, 120

persen sampai dengan 135 persen maka koperasi dalam kategori baik,

105 persen sampai dengan 120 persen maka koperasi dalam kategori

cukup baik, 90 persen sampai dengan 105 persen maka koperasi

dalam kategori kurang baik, dan lebih kecil dari 90 persen atau lebih

besar dari 150 persen maka koperasi dalam kategori tidak baik.

c. Untuk Return On Equity (ROE), berada pada kisaran lebih besar dari

21 persen maka koperasi dalam kategori baik sekali, 15 persen sampai

dengan 21 persen maka koperasi dalam kategori baik, 9 persen sampai

dengan 15 persen maka koperasi dalam kategori cukup baik, 3 persen

sampai dengan 9 persen maka koperasi dalam kategori kurang baik,

dan lebih kecil dari 3 persen maka koperasi dalam kategori tidak baik.

d. Untuk Return On Asset (ROA), berada pada kisaran lebih besar dari

10 persen maka koperasi dalam kategori baik sekali, 7 persen sampai

dengan 10 persen maka koperasi dalam kategori baik, 3 persen sampai

dengan 7 persen maka koperasi dalam kategori cukup baik, 1 persen

sampai dengan 3 persen maka koperasi dalam kategori kurang baik,

dan lebih kecil dari 1 persen maka koperasi dalam kategori tidak baik.
47

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada tanggal 12 Juni tahun 2002 di Kecamatan Kediri Kabupaten

Lombok Barat telah berdiri Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dengan

status badan koperasi primer. Ruang lingkup anggota koperasi yang ada di

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” adalah mayoritas ibu-ibu rumah

tangga yang berdomisili di Kecamatan Kediri. Akte pendirian Koperasi

adalah Badan Hukum Nomor 384/BH/KDK.12.6/2002 Tanggal 12 Juni

2002.

Dalam kegiatan sehari-hari Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

dipimpin oleh anggota yang ditunjuk sebagai pengelola dalam rapat

anggota. Masa jabatan pengurus atau pimpinan Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” tiga tahun sekali.

Tujuan daripada koperasi didirikan adalah untuk mengembangkan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan ibu-ibu rumah tangga di

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat pada umumnya, serta ikut

membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur.

Bidang Usaha pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” meliputi

Unit Usaha Simpan Pinjam. Unit usaha simpan pinjam telah berusaha

memberikan pelayanan yang baik kepada anggota dengan cara merealisasi


48

sesuai dengan permintaan. Untuk pengembangan selanjutnya kami berusaha

memberikan layanan kredit sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,

sehingga semua anggota mempunyai hak yang sama di dalam

memanfaatkan kredit koperasi. Dan mewajibkan semua anggota untuk

menambah simpanan wajib dan jika keuangan memungkinkan juga

menyimpan uangnya melalui simpanan sukarela.

4.2. Analisis Data

Analisis data pada laporan keuangan merupakan pengaplikasian dari

berbagai alat atau teknik pada laporan keuangan dan data keuangannya

dalam rangka untuk memperoleh ukuran dan berguna untuk melakukan

evaluasi kondisi keuangan perusahaan atau koperasi, serta dapat

memberikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan atau koperasi itu sendiri.

Pada dasarnya analisis rasio merupakan suatu perhitungan yang

menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam

suatu laporan keuangan yang dinyatakan dalam bentuk matematis. Untuk

kepentingan analisis rasio ini dilakukan secara time series sebagaimana

yang dilakukan rasio-rasio finansial perusahaan dari suatu periode ke

periode lainnya (Lukman, 2000:39). Sehingga dalam hal ini diharapkan

selain kondisi posisi keuangan koperasi pada tahun yang bersangkutan dapat

diketahui, maka tingkat perkembangan dalam beberapa periode khususnya

pada periode 2007 sampai dengan periode 2011 akan dapat diketahui pula
49

manfaatnya. Analisis ini cenderung diarahkan bagi kepentingan pihak yang

saat ini terkait erat dengan keberadaan koperasi. Namun demikian dapat

pula dijadikan sebagai sumber informal bagi pihak yang berkepentingan

lainnya.

Untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi keuangan Koperasi

Wanita “Wahana Maharani” serta untuk mengukur tingkat keberhasilan

manajemen dalam mengelola koperasi, dalam hal ini digunakan analisis

rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas.

4.2.1. Analisis Rasio Likuiditas

Berdasarkan atas hasil perhitungan rasio-rasio keuangan pada

Koperasi Wanita “Wahana Maharani”, maka berikut ini akan

dikemukakan analisis rasio likuiditas keuangan dari tahun 2007

sampai 2011. Secara ringkas hasil perhitungan rasio tersebut

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Perkembangan Current Ratio pada Koperasi Wanita “Wahana
Maharani” Periode 2007 sampai 2011
Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Ratio Perkembangan
Tahun
(Rp) (Rp) (%) (%)
2007 42.158.000 28.672.100 147,03 n/a
2008 61.403.300 46.581.500 131,82 -10,35
2009 62.360.700 49.920.200 124,92 -5,23
2010 71.256.200 58.802.800 121,18 -3,00
2011 106.097.300 89.625.700 118,38 -2,31
Jumlah 343.275.500 273.602.300 643,33 -20,89
Rata-rata 68.655.100 54.720.460 128,67 -5,22
Sumber: Lampiran 1 diolah.
50

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai likuiditas

keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dari tahun ke tahun

selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 nilai likuiditas

sebesar 147,03 persen, kemudian pada tahun 2008 mengalami

penurunan sebesar 10,35 persen menjadi 131,82 persen. Pada tahun

2009 nilai likuiditas mengalami penurunan sebesar 5,23 persen

menjadi 124,92 persen. Pada tahun 2010 nilai likuiditas kembali

mengalami penurunan sebesar 3,00 persen dari tahun sebelumnya

menjadi 121,18 persen. Pada tahun 2011 nilai likuiditas juga

mengalami penurunan sebesar 2,31 persen menjadi 118,38 persen.

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh nilai rata-rata rasio

likuiditas keuangan pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dari

tahun 2007 sampai tahun 2011 yaitu sebesar 128,67 persen. Rasio

likuiditas ini mengalami penurunan sebesar 5,22 persen setiap

tahunnya.

Hal ini disebabkan karena nilai aktiva lancar dan nilai hutang

lancar sama-sama meningkat, namun peningkatan hutang lancar

tidak sebanding dengan peningkatan pada aktiva lancar. Peningkatan

pada aktiva lancar sangat besar, sedangkan peningkatan hutang

lancar kurang dari setengah peningkatan yang terjadi pada aktiva

lancar. Hal inilah yang mengakibatkan nilai Current Ratio

mengalami penurunan setiap tahunnya.


51

4.2.2. Analisis Rasio Solvabilitas

Berdasarkan atas hasil perhitungan rasio solvabilitas

keuangan dari tahun 2007 sampai 2011 pada Koperasi Wanita

“Wahana Maharani”, secara ringkas hasil perhitungan rasio tersebut

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2. Data Perkembangan Debt To Asset Ratio pada Koperasi Wanita
“Wahana Maharani” Periode 2007 sampai 2011
Debt To Asset
Total Aktiva Total Hutang Perkembangan
Tahun Ratio
(Rp) (Rp) (%)
(%)
2007 48.906.700 32.219.200 151,79 n/a
2008 68.736.800 53.128.600 129,38 -14,77
2009 70.160.600 54.526.000 128,67 -0,54
2010 75.419.100 62.214.600 121,22 -5,79
2011 110.510.700 92.353.700 119,66 -1,29
Jumlah 373.733.900 294.442.100 650,73 -22,39
Rata-rata 74.746.780 58.888.420 130,15 -5,60
Sumber: Lampiran 1 diolah.

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai solvabilitas

keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dari tahun ke tahun

selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 nilai solvabilitas

sebesar 151,79 persen, kemudian pada tahun 2008 mengalami

penurunan sebesar 14,77 persen menjadi 129,38 persen. Pada tahun

2009 nilai solvabilitas mengalami penurunan sebesar 0,54 persen

menjadi 128,67 persen. Pada tahun 2010 nilai solvabilitas kembali

mengalami penurunan sebesar 5,79 persen dari tahun sebelumnya


52

menjadi 121,22 persen. Pada tahun 2011 nilai solvabilitas juga

mengalami penurunan sebesar 1,29 persen menjadi 119,66 persen.

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh nilai rata-rata rasio

solvabilitas keuangan pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yaitu sebesar 130,15 persen.

Rasio solvabilitas ini mengalami penurunan sebesar 5,60 persen

setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan karena nilai total aktiva dan nilai total

hutang yang sama-sama meningkat, namun peningkatan total hutang

tidak sebanding dengan peningkatan pada total aktiva. Peningkatan

pada total aktiva sangat besar, sedangkan peningkatan total hutang

yaitu sangat sedikit jika dibandingkan dengan peningkatan pada total

aktiva. Hal inilah yang mengakibatkan nilai Asset To Debt Ratio

mengalami penurunan setiap tahunnya.

4.2.3. Analisis Rasio Profitabilitas

Berdasarkan atas hasil perhitungan rasio profitabilitas

keuangan dari tahun 2007 sampai 2011 pada Koperasi Wanita

“Wahana Maharani”, dimana terdapat dua rasio yang digunakan

yaitu ROE dan ROA. Secara ringkas hasil perhitungan rasio tersebut

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


53

Tabel 4.3. Data Perkembangan ROE (Return On Equity) pada Koperasi


Wanita “Wahana Maharani” Periode 2007 sampai 2011
Sisa Hasil Return On
Ekuitas Perkembangan
Tahun Usaha Equity
(Rp) (%)
(Rp) (%)
2007 6.326.500 10.361.000 61,06 n/a
2008 3.973.500 11.634.700 34,15 -44,07
2009 2.599.700 13.034.900 19,94 -41,60
2010 3.093.900 10.110.600 30,60 53,43
2011 7.986.800 10.170.200 78,53 156,63
Jumlah 23.980.400 55.311.400 224,29 124,39
Rata-rata 4.796.080 11.062.280 44,86 31,10
Sumber: Lampiran 1 diolah.

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ROE Koperasi

Wanita “Wahana Maharani” dari tahun ke tahun mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2007 nilai ROE sebesar 61,06 persen,

kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 44,07

persen menjadi 34,15 persen. Pada tahun 2009 nilai ROE kembali

mengalami penurunan sebesar 41,60 persen menjadi 19,94 persen.

Pada tahun 2010 nilai ROE mengalami peningkatan sebesar 53,43

persen dari tahun sebelumnya menjadi 30,60 persen. Pada tahun

2011 nilai ROE juga mengalami peningkatan sebesar 156,63 persen

menjadi 78,53 persen.

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh nilai rata-rata rasio

ROE pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dari tahun 2007

sampai tahun 2011 yaitu sebesar 44,86 persen. Rasio ROE ini

mengalami peningkatan sebesar 31,10 persen setiap tahunnya.


54

Hal ini disebabkan karena nilai SHU yang mengalami

peningkatan setiap tahunnya, namun pada ekuitas tidak terjadi

peningkatan. Peningkatan pada SHU sangat besar, sedangkan

peningkatan pada ekuitas tidak ada, dimana nilai ekuitas pada setiap

tahunnya mengalami penurunan. Hal inilah yang mengakibatkan

nilai ROE mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 4.4. Data Perkembangan ROA (Return On Asset) pada Koperasi Wanita
“Wahana Maharani” Periode 2007 sampai 2011
Sisa Hasil
Total Aktiva Return On Asset Perkembangan
Tahun Usaha
(Rp) (%) (%)
(Rp)
2007 6.326.500 48.906.700 12,94 n/a
2008 3.973.500 68.736.800 5,78 -55,31
2009 2.599.700 70.160.600 3,71 -35,90
2010 3.093.900 75.419.100 4,10 10,71
2011 7.986.800 110.510.700 7,23 76,17
Jumlah 23.980.400 373.733.900 33,75 -4,33
Rata-rata 4.796.080 74.746.780 6,75 -1,08
Sumber: Lampiran 1 diolah.

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ROA Koperasi

Wanita “Wahana Maharani” dari tahun ke tahun mengalami

fluktuasi. Pada tahun 2007 nilai ROA sebesar 12,94 persen,

kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 55,31

persen menjadi 5,78 persen. Pada tahun 2009 nilai ROA kembali

mengalami penurunan sebesar 35,90 persen menjadi 3,71 persen.

Pada tahun 2010 nilai ROA mengalami peningkatan sebesar 10,71

persen dari tahun sebelumnya menjadi 4,10 persen. Pada tahun 2011
55

nilai ROA juga mengalami peningkatan sebesar 76,17 persen

menjadi 7,23 persen.

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh nilai rata-rata rasio

ROA pada Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dari tahun 2007

sampai tahun 2011 yaitu sebesar 6,75 persen. Rasio ROA ini

mengalami penurunan sebesar 1,08 persen setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan karena nilai SHU dan Total Aktiva yang

sama-sama mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan

pada total aktiva sangat besar, sedangkan peningkatan pada SHU

tidak sebesar yang terjadi pada total aktiva, atau dengan kata lain

peningkatan SHU sangat kecil jika dibandingkan dengan

peningkatan total aktiva. Hal inilah yang mengakibatkan nilai ROA

mengalami penurunan setiap tahunnya.

4.2.4. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Pedoman


Pemeringkatan Koperasi Tahun 2008

Dari hasil perhitungan rasio keuangan koperasi, maka

berdasarkan Pedoman Pemeringkatan Koperasi Tahun 2008 dapat

diketahui kinerja keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai

tahun 2011 tersebut masuk dalam kriteria sebagai berikut:


56

Tabel 4.5. Kategori Kinerja Keuangan Koperasi Wanita “Wahana


Maharani” Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat Periode
Tahun 2007 sampai 2011 Berdasarkan Pedoman Pemeringkatan
Koperasi Tahun 2008
Persentase Kriteria
No Rasio Tahun Skor
Rasio Penilaian
2007 147,03 50 Cukup Baik
2008 131,82 50 Cukup Baik
2009 124,92 25 Kurang Baik
Likuiditas
1. 2010 121,18 25 Kurang Baik
(Current Ratio)
2011 118,38 25 Kurang Baik
Jumlah 643,33
50 Cukup Baik
Rata-rata 128,67
2007 151,79 0 Tidak Baik
2008 129,38 75 Baik
Solvabilitas 2009 128,67 75 Baik
2. (Debt To Asset 2010 121,22 75 Baik
Ratio) 2011 119,66 50 Cukup Baik
Jumlah 650,73
75 Baik
Rata-rata 130,15
2007 61,06 100 Baik Sekali
2008 34,15 100 Baik Sekali
Profitabilitas 2009 19,94 75 Baik
(Return On 2010 30,60 100 Baik Sekali
Equity) 2011 78,53 100 Baik Sekali
Jumlah 224,29
100 Baik Sekali
Rata-rata 44,86
3.
2007 12,94 100 Baik Sekali
2008 5,78 50 Cukup Baik
Profitabilitas 2009 3,71 50 Cukup Baik
(Return On 2010 4,10 50 Cukup Baik
Asset) 2011 7,23 75 Baik
Jumlah 33,75
50 Cukup Baik
Rata-rata 6,75
Total Skor 275
Cukup Baik
Rata-rata Skor 68,75
Sumber: Tabel 4.1.; 4.2.; 4.3.; dan 4.4.

Berdasarkan perhitungan Pedoman Pemeringkatan Koperasi

Tahun 2008 pada Tabel 4.5. di atas, maka dapat diketahui kinerja

keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” Kecamatan Kediri


57

Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yang

akan dijelaskan sebagai berikut.

Pada rasio likuiditas Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai

tahun 2011 termasuk dalam kategori Cukup Baik. Hal ini dibuktikan

oleh perolehan skor dari rata-rata rasio likuiditas selama lima tahun

terakhir, dimana koperasi memperoleh skor 50 yang berarti bahwa

likuiditas keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” adalah

Cukup Baik. Diperoleh nilai Current Ratio rata-rata selama lima

tahun terakhir sebesar 128,67 persen yang berarti bahwa kemampuan

aktiva lancar koperasi di dalam membiayai hutang lancarnya adalah

sebesar 128,67 persen. Nilai ini masih di atas 100 persen yang

menandakan bahwa koperasi memiliki aktiva yang lebih besar untuk

menjamin hutang lancar yang dimilikinya.

Pada rasio solvabilitas Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai

tahun 2011 termasuk dalam kategori Baik. Hal ini dibuktikan oleh

perolehan skor dari rata-rata rasio solvabilitas selama lima tahun

terakhir, dimana koperasi memperoleh skor 75 yang berarti bahwa

solvabilitas keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” adalah

Baik. Diperoleh nilai Debt to Asset Ratio rata-rata selama lima tahun

terakhir sebesar 130,15 persen yang berarti bahwa kemampuan total

aktiva koperasi di dalam membiayai total hutangnya adalah sebesar


58

130,15 persen. Nilai ini masih di atas 100 persen yang menandakan

bahwa koperasi memiliki total aktiva yang lebih besar untuk

menjamin total hutangnya.

Pada rasio profitabilitas Koperasi Wanita “Wahana

Maharani” Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat dari tahun

2007 sampai tahun 2011 termasuk dalam kategori Baik Sekali untuk

rasio ROE. Hal ini dibuktikan oleh perolehan skor dari rata-rata rasio

ROE selama lima tahun terakhir, dimana koperasi memperoleh skor

100 yang berarti bahwa profitabilitas keuangan Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” adalah Baik Sekali. Diperoleh nilai ROE rata-

rata selama lima tahun terakhir sebesar 44,86 persen yang berarti

bahwa kemampuan ekuitas pada koperasi di dalam menghasilkan

SHU adalah sebesar 44,86 persen.

Sedangkan pada rasio ROA termasuk dalam kategori Cukup

Baik. Hal ini dibuktikan oleh perolehan skor dari rata-rata rasio

ROA selama lima tahun terakhir, dimana koperasi memperoleh skor

50 yang berarti bahwa profitabilitas keuangan Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” adalah Cukup Baik. Diperoleh nilai ROA rata-

rata selama lima tahun terakhir sebesar 6,75 persen yang berarti

bahwa kemampuan total aktiva koperasi di dalam menghasilkan

SHU adalah sebesar 6,75 persen.

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Koperasi Wanita

“Wahana Maharani” Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat


59

dari tahun 2007 sampai tahun 2011 memiliki kinerja yang Cukup

Baik. Ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh koperasi,

dimana didapatkan skor 50 yang berarti bahwa kinerja keuangan

koperasi adalah Cukup Baik.

4.3. Interpretasi Data

Untuk menguji Hipotesis, digunakan tiga rasio yakni rasio likuiditas,

solvabilitas, dan profitabilitas. Kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan

dalam persentase untuk memudahkan dalam memberikan nilai realisasi

berdasarkan pedoman pemeringkatan koperasi tahun 2008. Hasil realisasi

ini nantinya akan menentukan peringkat kinerja keuangan Koperasi Wanita

Wahana Maharani periode 2007-2011. Nilai likuiditas, solvabilitas, dan

profitabilitas Kopwan Wahana Maharani berfluktuasi selama kurun waktu

2007-2011. Nilai likuiditas tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar

147,03 persen. Untuk solvabilitas tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni

sebesar 151,79 persen, sedangkan untuk profitabilitas yakni return on asset

tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 12,94 persen dan return on

equity yang tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 61,06 persen.

Berdasarkan perhitungan ketiga rasio tersebut yang berpedoman pada

pedoman pemeringkatan koperasi tahun 2008 diperoleh hasil bahwa kinerja

keuangan Koperasi Wanita Wahana Maharani berada pada peringkat Cukup

Baik.
60

Koperasi Wanita Wahana Maharani dalam keadaan likuid, yang

berarti bahwa koperasi tersebut mampu menjamin semua hutang lancarnya

dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Nilai likuiditas yakni current ratio

mengalami penurunan selama kurun waktu 2007-2011. Likuiditas yang

tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 147,03 persen. Hal ini di

sebabkan masih tingginya penyisihan piutang tak tertagih pada Koprasi

Wahana Maharani. Tingginya penyisihan piutang tak tertagih ini berdampak

pada menurunnya nilai aktiva lancar.

Dari hasil analisis solvabilitas yakni debt to asset ratio terlihat

bahwa keadaan solvabilitas koperasi mengalami penurunan selama kurun

waktu 2007-2011. Di mana nilai solvabilitas tertinggi terjadi pada tahun

2007 yakni sebesar 151,79 persen. Hampir semua nilai solvabilitas koperasi

Wahana Maharani berada di atas 50 persen, hal ini berarti bahwa pendanaan

operasional Koperasi lebih besar berasal dari hutang.

Dari hasil perhitungan return on asset terlihat bahwa keadaan return

on asset Kopwan Wahana Maharani berfluktuasi dari tahun 2007-2011.

Pengembalian atas asset yang digunakan Kopwan Wahana Maharani yang

tertinggi terjadi pada tahun 2007 yakni sebesar 12,94 persen. Hal ini berarti

peningkatan Sisa Hasil Usaha lebih besar daripada peningkatan yang terjadi

pada total aktiva. Peningkatan ROA selama kurun waktu 2007-2011

mengindikasikan bahwa manajemen koperasi dalam mengelola aktiva cukup

baik dalam usahanya memperoleh rate of return Kopwan Wahana Maharani

atas aktiva yang digunakan.


61

Nilai ROE koperasi dari tahun 2007-2011 berfluktuasi dengan

kecenderungan mengalami peningkatan. Untuk Kopwan Wahana Maharani

dari tahun 2007-2011 ROE yang dicapai mengalami peningkatan yakni

masing-masing 31,10 persen setiap tahunnya. Fenomena ini

mengindikasikan bahwa manajemen Kopwan Wahana Maharani dalam

mengelola ekuitas tergolong baik karena nilai ROE terus mengalami

peningkatan.
62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis data dan pembahasan terhadap laporan

keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani” yaitu dari neraca dan

perhitungan hasil usaha pada tahun 2007 sampai 2011, maka penulis

menyimpulkan keadaan koperasi sesuai dengan hasil analisis, sebagai

berikut:

1. Kemampuan likuiditas keuangan Koperasi Wanita “Wahana Maharani”

selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 sampai tahun 2011

termasuk pada kategori Cukup Baik, ini disebabkan karena manajemen

dalam pengelolaan dananya terlalu berani mengambil risiko (spekulatif)

yang nantinya berdampak pada pengurangan terhadap modal yang

dimiliki koperasi dan risiko tidak terbayarnya kewajiban jangka

panjangnya.

2. Kemampuan solvabilitas atau keseluruhan dana yang dialokasikan

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” selama lima tahun terakhir yaitu

pada tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk menjamin keseluruhan hutang

berada pada kategori Baik, terlihat dari semakin menurunnya rasio

hutang dan kemampuan koperasi dalam membayar hutang jangka

panjang dapat terpenuhi karena total aktiva yang dimiliki besarnya

melebihi dari total hutangnya.


63

3. Dari hasil aspek profitabilitas yaitu kemampuan koperasi dalam

menghasilkan keuntungan dengan modal yang dioperasikannya,

menunjukkan perkembangan yang baik. Ini terlihat pada nilai ROE yang

termasuk pada kategori Baik Sekali dan ROA yang termasuk pada

kategori Cukup Baik. Hal ini berarti bahwa kemampuan dalam

perputaran modal Koperasi Wanita “Wahana Maharani” selama lima

tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah sangat

tinggi.

5.2. Saran

Berikut beberapa saran yang perlu diperhatikan oleh pengurus

Koperasi Wanita “Wahana Maharani” dalam pengelolaan usahanya agar

lebih baik lagi di masa yang akan datang, yaitu:

1. Untuk dapat memperbaiki tingkat keberhasilannya sesuai dengan

Pedoman Pemeringkatan Koperasi Tahun 2008, maka koperasi dapat

memperbaiki likuiditas, solvabilitas dan profitabilitasnya, perlu

dipertahankan dan ditingkatkan lagi dalam penggunaan aktiva yang

dimiliki untuk membiayai kegiatan koperasi agar dapat menghasilkan

volume usaha yang lebih tinggi.

2. Kemampuan manajerial dari pengelola koperasi perlu diperhatikan dan

ditingkatkan dalam pengelolaan dana koperasi agar dana lebih produktif

lagi dalam penggunaannya.


64

3. Hendaknya dilakukan analisis terhadap laporan keuangan baik itu

analisis likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitasnya untuk mengetahui

semakin efektif tidaknya atau berhasil tidaknya manajemen koperasi

yang ada untuk prestasi yang lebih baik di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai