(ADDICTIVE FOOD )
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
- Muhammad Rahmatullah (P07133118017)
- Nurhanida (P07133118022)
- Pritta Ade Wulandari (P07133118024)
- Putri Idayati (P07133118025)
- Sherlya Agustina (P07133118030)
- Sri Wahyuni (P07133118031)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahan Tambah Pangan
(Addictive Food)” untuk memenuhi tugas materi kuliah penyehatan makanan minuman yang
diampu oleh ibu Khairunnisa,SKM,M.Kes.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh kami, sehingga kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun untuk makalah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik
dan sempurna.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan sebagai media pembelajaran pencemaran lingkungan.Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak
sampai tersusunnya makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Diharapkan mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami apa itu bahan tambahan
pangan,fungsi dan tujuan adanya bahan tambahan pangan,penggolongan bahan tambahan
pangan,jenis-jenis bahan tambahan pangan,dan dampak dari penggunaan bahan tambahan
pangan sintetis.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan bahan tambahan
pangan,apa-apa saja fungsi dari ditambahkannya bahan tambahan pangan,penggolongan
bahan tambahan pangan dan jenis-jenis bahan tambahan pangan,dan bahaya yang
ditimbulkan dalam penggunaan bahan tambahan pangan sintesis.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri masih ada beberapa BTP yang
biasa digunakan dalam pangan, misalnya :
a. Enzim, yaitu enzim yang berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroba yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk ,
lebih larut dan lain-lain.
5
b. Penambah gizi, yaitu berupa asam amino, mineral atau vitamin baik tunggal
ataupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
c. Humektan, yaitu bahan tambahan pangan yang menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
a) Bahan Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang
mempunyai sifat mudah rusak.Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat
proses fermentasi,pengasaman,atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba.
Akan tetapi,tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan yang relative
awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki
tekstur.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan
berbagai bahan pangan adalah benzoat,yang umumnya terdapat dalam bentuk
natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut.Benzoat
sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman, seperti sari
buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap, dan
lain-lain.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan
bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan
kesehatan lainnya maupun microbial yang nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan pangan,misalnya pembusukan.Namun dari sisi lain, bahan
pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang
masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi.
6
Margarin 1 g/kg
Acar ketimun 1 g/kg
Jam dan jelli 1 g/kg
7 Kalsium Pekatan sari nanas 1 g/kg
Benzoat
8 Metil-p- Acar ketimun botol 250 mg/kg
hidroksi Ekstrak kopi cair 450 mg/kg
benzoat Pasta tomat, sari 1 g/kg
buah
9 Natrium Jam dan jelli 1 g/kg
benzoat Kecap 600 mg/kg
Minuman ringan 600 mg/kg
Saus tomat 1 g/kg
b) Bahan Pewarna
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor,seperti cita rasa,tekstur,dan nilai gizinya,juga sifat
mikrobiologisnya.Tetapi, sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan,secara
visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat
menentukan.
Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu,warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan.Baik tidaknya cara
pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang
seragam dan merata.
7
Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan, misalnya
daun pandan atau daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna
kuning.Kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah
ditemukan zat warna sintesis,karena penggunaanya lebih praktis dan harganya
lebih murah.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan pangan
bewarna,antara lain dengan penambahan zat pewarna.Secara garis besar,
berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam
golongan bahan tambahan pangan,yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis.
Tabel 2.4.1 Bahan Pewarna Alami
Kelompok Warna
Karamel cokelat
Anthosianin Jinga
Merah
Biru
Flavonoid Tanpa kuning
Leucoanthosianin Tidak bewarna
Tannin Tidak bewarna
Batalain Kuning,Merah
Quinon Kuning-Hitam
Xanthon Kuning
Karotenoid Tanpa kuning-merah
Klorofil Hijau,cokelat
Heme Merah, cokelat
c) Bahan Pemanis
Zata pemanis sintesis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
tersebut,sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula
(Winarno,1997).
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan,industri,serta minuman dan
makanan kesehatan.Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan
aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki ssifat-
sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan
jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol
program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi
dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Eriawan R, dan Imam P,2012).
Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis
alami dan pemanis buatan.Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman.
Tanaman penghasil manis yang utama adalah tebu dan bit.Bahan pemanis
yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau
sukrosa.Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah
1.Sukrosa 6.D-Fruktosa
2.laktosa 7.Sorbitol
3.Maltosa 8.Manitol
4.Galaktosa 9.Gliserol
5.D-Glukosa 10.Glisina
1.Sakarin 4.Dulsin
2.Siklamat 5.Sorbitol sintesis
3.Aspartam 6.Nitro-propoksi-anilin
e) Antikempal
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehtan RI No.772/Menkes/Per/IX/88
tentang Bahan Tambahan Pangan, yang dimaksud dengan antikempal adalah
bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa
serbuk juga mencegah mengempalnya pangan yang berupa tepung.
10
f) Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam
bahan.Penggunaan meliputi bahan, antara lain lemak hewani, minyak nabati,
produk pangan dengan kadar lemak tinggi, produk pangan berkadar lemak
rendah ,produk daging,produk ikan dan produk lain-lain.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam
bahan.Antioksidan terutama penting dalam melindungi lemak, bahan pangan
yang dapat dibuat dengan lemak sabun, produk karet, produk petroleum,
pelumas, plastic, kosmetika, dan beberapa obat-obatan.Komposisi antioksidan
alam dan antioksidan sintetik.
1.Asam Askorbat
a. Daging olahan
b. Ikan beku
c. Buah kalengan
d. Pekatan sari buah anggur
e. Jam dan jelli
11
Asam sitrat
Sodium sitrat
Amonium feri sitrat
Kalsium disodium EDTA
Sorbitol
h) Pengatur Keasaman
Pengatur keasaman merupakan senyawa kimia yang bersifat asam dan
merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan
ke dalam pangan dengan berbagai tujuan. Sifat asam senyawa ini dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Penggunaan pengatur keasaman di dalam pangan.
Dari sejumlah pengatur keasaman pada umumnya terdapat delapan
jenis asam organic yang lebih sering digunakan untuk memperoleh/
memberikan rasa asam pada bahan pangan, diantaranya adalah asam asetat,
asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, asam tartrat
dan asam fosfat.
Tabel 2.4.6 Bahan Pengatur Keasaman
Nama BTP Jenis/ bahan pangan
Asam asetat Sediaan keju olahan
Asam laktat Pasta tomat
Pangan bayi
Jam dan jelli
Es krim
Sarden
Asam sitrat Buah Zaitun
Bir
Margarin
Pasta tomat
Pangan bayi
Jam dan jelli
Es krim
Sarden
Asam fumarat Jam dan jelli;
marmalad
Asam malat Sayur dan buah
kalengan
Minuman ringan
Acar ketimun
Asam tartrat Jam dan jelli
Cokelat
Kaldu
Eskrim
13
Margarine
Dapat kita ketahui banyak jenis BTP yang dapat digunakan secara legal. Namun
pada kenyataannya masih banyak para produsen makanan yang menggunakan bahan
additive terlarang pada makanan terutama makanan kecil.
a) Formalin yang digunakan sebagai pengawet makanan jika dikonsumsi secara terus-
menerus dapat mengganggu fungsi organ pencernaan, kanker paru – paru, penyakit
jantung dan merusak sistem saraf.
b) Boraks yang digunakan juga sebagai pengawet makanan bila dikonsumsi secara teur
– menerus dapat mengakibatkan mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan
ginjal,serta gangguan pada otak dan hati.
c) Natamysin yang digunakan sebagai zat pengawet mengakibatkan mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
d) Kalium Asetat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat menyebabkan kerusakan
fungsi ginjal.
e) Nitrit dan Nitrat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengkibatkan
keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai
organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
15
f) Kalsium Benzoate yang digunakan sebagai zat pengawet dapat memicu terjadinya
serangan asma.
g) Sulfur Dioksida yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengakibatkan
perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
h) Kalsium dan Natrium propionate adalah zat pengawet yang apabila digunakan
melebihi angka batas maksimum dapat menyebabkan migren, kelelahan, dan
kesulitan tidur.
i) Natrium metasulfat zat pengawet yang dapat mengakibatkan alergi pada kulit.
j) CFC dan Tetrazine yang digunakan sebagai zat pewarna dapat merusak organ hati,
ginjal dan meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa kanak-kanak.
k) Rhodamin B adalah zat pewarna tekstil yang apabila digunakan sebagai pewarna
makanan dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru,
tenggorokan, hidung, dan usus.
l) Sunset Yellow yang dipergunakan sebagai zat pewarna dapat menyebabkan
kerusakan kromosom.
3.1 Kesimpulan
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan tetapi tidak termasuk bahan
baku pangan.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah
dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
Bahan tambahan pangan alami yang berasal dari tumbuah-tumbuhan tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Bahan tambahan
pangan yang bukan alami dikenal dengan istilah zat adiktif sintesis, yang bahan baku
pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Bahan tambahan
pangan alami umumnya tidak berbahaya, sementara BTP sintesis mempunyai risiko
terhadap kesehatan jika dikonsumsi jangka waktu lama.
3.2 Saran
Jadi, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa itu bahan tambahan pangan, setelah
itu kita harus mengetahui jenis-jenis bahan tambahan pangan agar dalam penggunaannya
kita tau mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Apabila penggunaannya
dilarang, maka kita tidak boleh menggunakannya, dan apabila diperbolehkan maka kita
harus tau batasannya, jangan sampai terlalu sering menambahkan zat tambahan makanan
kecuali yang bersifat alami. Karena dampak negatif dari bahan tambahan pangan yang
bersifat sintetis dapat mengganggu kesehatan tubuh kita, dan bahkan menyebabkan
kematian.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JPPM/article/view/1220/1236
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/download/7249/5687
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/dedikasi/article/viewFile/3141/3780
18