Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 1

1. Jenny Sisqa Andriyani


2. Nadia Nopita Sari
3. Nia Kurniawati

MATEMATIKA HINDU (INDIA) DAN MATEMATIKA ARAB

1. MATEMATIKA HINDU (INDIA)


A. Sejarah Matematika Hindu (India)
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-
26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah
matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad
pertengahan. Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak
di daerah aliran Sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus.

B. Sistem Bilangan India


Penomoran India berdasarkan basis 10. Ada beberapa macam angka di India yaitu angka
Brahmi, angka Gupta dan angka Nagari.
1. Angka Brahmi
Kebanyakan sistem angka kedudukan yang menggunakan 10 sebagai asas
yang digunakan di seluruh dunia adalah berasal dari India. Sistem angka India
lazimnya dikenali di Barat sebagai sistem angka Hindu-Arab atau angka Arab, karena
ia diperkenalkan di Eropa melalui orang Arab.
Digit 1 hingga 9 dalam sistem angka Hindu-Arab berevolusi dari angka
Brahmi. Angka Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah dekat
Poona, Bombay dan Uttar Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda pula bentuk
simbolnya. Angka Brahmi sudah digunakan lebih lama sampai abad 4M.

2. Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha di
Timur laut India pada awal abad 4M sampai akhir abad 6M. Angka Gupta dibangun
dari angka Brahmi dan tersebar luas oleh kerajaan Gupta. Angka Gupta lalu
berkembang menjadi angka Nagari kadang-kadang juga disebut angka Devahagari.
3. Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut oleh Al-Biruni sebagai “kebanyakan bilangan”
karena banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering disebut angka
Devanagari. Angka India menyebar ke bagian dunia antara abad 7 sampai 16 M dan
sudah menyebar sampai di Eropa diakhir abad 5 M.
Angka Hindu-Arab Perkataan Sanskrit untuk angka
Devanagari ordinal
० 0 śūnya (शून्य)

१ 1 1 éka (एक)

२ 2 2 dvi (द्वि)

३ 3 3 trí (द्वि)

४ 4 4 chatúr (चतुर्)

५ 5 5 pañch (पञ्च)

६ 6 6 ṣáṣ (षष् )

७ 7 7 saptá (सप्त)

८ 8 8 aṣṭá (अष्ट)

९ 9 9 náva (नव)

Berdasarkan angka-angka yang ditemukan di India kita dapat mengetahui


perkembangan sistem angka India yaitu dari angka Brahmi menuju angka Gupta
kemudian kedalam angka Nagari dan selanjutnya angka-angka India tersebut
dikembangkan di bangsa Arab dan beerkembang menjadi angka modern yang kita
gunakan sekarang ini.

4. Sejarah Nol
Sekitar 650M penggunaan nol sebagai angka sudah masuk pada matematika
India. Bangsa India juga menggunakan sistem tempat nilai dan nol untuk
menandakan tempat yang kosong. Bahkan ada buktinya penyangga tempat yang
kosong pada posisi angka dari awal 200M di India tetapi beberapa sejarawan
menyangkal hal tersebut karena dianggap tidak asli.
Sekitar tahun 500M Aryabhata merancang sistem angka yang belum terdapat
angka nol. Ia menggunakan kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya digunakan
untuk menandakan tempat yang kosong pada sistem penulisan. Cukup menarik
ketika dokumen yang sama kadang-kadang menggunakan titik untuk menandakan
hal yang tidak diketahui yang biasanya kita menggunakan x. Belakangan
matematika India mensahkan nol pada posisi angka namun belum ada simbol yang
mewakilinya.
Brahmagupta mencoba memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan
angka nol dan negatif pada abad ke-7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka dan
jika kamu mensubtrasikannya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan
peraturan tambahan yang berhubungan dengan nol. Sebagai berikut :
Jumlah angka nol dan negatif adalah negatif, jumlah angka nol dan positif
adalah positif, jumlah nol dan nol adalah nol. Subtraksi terlihat lebih keras:
Sebenarnya Brahma gupta berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan
bahwa n dibagi nol adalah n/0. Ia salah ketika ia mengklaim bahwa nol dibagi nol
adalah nol. Akan tetapi, suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita
tahu mencoba untuk mengembangkan aritmatika pada angka negatif dan nol.
Pada 830 Mahavira menulis Ganita Sara Samgraha yang dibuat untuk
memperbaharui buku Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa : “a number multiplied by
zero is zero, and a number remain the same when zero is substracted from it”. Angka
yang dikalikan nol hasilnya nol, dan angka akan tetap sama apabila nol
disubtraksikan dengan angka tersebut. Bagaimanapun juga ia mencoba untuk
memperbaiki pernyataan Brahmagupta tentang pembagian nol yang terlihat banyak
membuat kesalahan. Ia menulis: “A number remains unchanged when divided by
zero” Angka akan tetap sama jika dibagi dengan nol.
Bhaskara menulis lebih dari 500 tahun setelah Brahmagupta. Ia menulis:
Banyaknya pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah nol. Bilangan
pecahan ini mempunyai batas yang tidak terbatas. Dalam jumlah ini terdiri dari nol
sebagai penyebut tidak ada perubahan, walaupun banyak yang dimasukkan atau
dikeluarkan tidak ada perubahan Tuhan yang tidak terbatas dan tidak dapat
digantikan ketika dunia diciptakan atau dihancurkan, walau banyak sekali pesanan
yang diserap maupun dikeluarkan.
Maka Bhaskara mencoba untuk memecahkan masalah dengan menulis n/0 = ∞
di lihat pertama kali mungkin kita terbujuk untuk percaya Bhaskara benar, tetapi
tentu saja dia tidak benar. Apabila benar bahwa waktu nol adalah harus sejajar
dengan semua angka n, maka semua angka adalah sejajar. Matematika India tidak
menyimpulkan pada hal pembenaran bahwa sesuatu tidak dapat dibagi dengan nol.
Akan tetapi, Bhaskara juga mempunyai pernyataan yang benar seperti 0 x 2 = 0 dan
0 = 0.
Bangsa Maya yang hidup di Amerika Tengah, yang sekarang dikenal Meksiko
Selatan, Guetemala, dan Utara Belize. Pada tahun 665 mereka menggunakan sistem
angka nilai-tempat dengan nilai dasar 20 dengan menggunakan simbol 0.

C. Tokoh Matematika India


1. Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM)
Pāṇini yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta. Notasi yang dia
gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan
meta, transformasi, dan rekursi.

2. Surya Siddhanta (kira-kira abad ke-400 SM)


Surya Siddhanta memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan
balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-
benda langit, yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit.

3. Aryabhata (abad ke-499)


Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun
475 M dan meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk
mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya
orang yang menemukan rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli
matematika pada masa modern kini.
Pada tahun 499 M, saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat
sebuah karya besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip
dengan namanya yakni Aryabhatiya. Kitab ini begitu populer karena didalamnya ia
memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel trigonometri India pertama
tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik algoritma aljabar dan persamaan
diferensial, serta memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh
sebuah metode yang setara dengan metode modern. Tak hanya matematika, di dalam
kitab ini ia juga menuliskan perhitungan astronomi yang akurat berdasarkan sistem
heliosentrisgravitasi
Penemuannya yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia
memberikan nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga
membuat rumus untuk menemukan luas segitiga, lingkaran, dan lain-lain. Dalam
rumus lingkaran, ia membuat peraturan yang menyatakan komponen utama
pemecahan keliling sebuah lingkaran ada pada diameternya.

4. Brahma Gupta
Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari
tahun 598 sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang
terdiri dari dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah
buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya.
Dalam buku barunya ini ia menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18
yang didalamnya terdapat teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang
benar. Namun ada pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema Brahma
Gupta tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-teorema Brahma Gupta yang
eksak yaitu dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk
menentukan jari-jari lingkaran luar suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah saat
Brahma Gupta membuat rumus yang ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita
pakai sekarang yakni:
a/sin A = b/sin B = c/sinC
Yang merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami. Hasil yang paling
menarik dari Brahma Gupta adalah menggeneralisasikan dari rumus heron untuk
menentukan luas segi empat yakni :
K = √(s-a) (s-b) (s-c) (s-d)

5. Mādhava
Mādhava dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhava
Namboodiri) (c. 1350 – c. 1425) adalah matematikawan dan astronom India dari kota
Irinjalakkuda (dekat Cochin, Kerala, India).Mādhava dianggap sebagai salah satu
matematikawan-astronom terbesar pada abad pertengahan, dan telah
menyumbangkan kontribusi dalam deret takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri
dan aljabar.
D. Penemuan yang Berhubungan dengan Matematika di India
1. The Sulba Sutra
Catatan tertua matematikawan India yang berisi lampiran teks-teks agama
yang memberikan aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk,
seperti kotak, persegi panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga memberi metode
untuk membuat lingkaran dengan memberikan persegi yang luasnya sama. Serta
berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras.
2. The Siddhanta Surya
Catatan yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus
invers, dan meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi
benda-benda langit.
3. Naskah Bakhshali
Naskah Bakhshali merupakan naskah awal yang ditemukan ratusan tahun yang
lalu. Gupta menulis : Naskah Bakhshali adalah naskah yang diberikan pada
pekerjaan matematika yang ditulis pada pelapah pohon ditemukan pada musim
panas tahun 1881 di dekat kampong Bakhshali Yusufzai Peshawar (sekarang
Pakistan). Kampong tersebut berada di Mardhan Tsanil 50 mil dari kota Peshawar.
Naskah Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh
ilustrasi dan pemecahannya. Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta
beberapa Geometri dan pengukuran. Naskah tersebut memberikan banyak
pernyataan aturan kemudian diikuti contoh dan tanda matematika serta
pembuktiannya. Hanya sebagian besar disimpan, maka kita tidak dapat memastikan
ukuran atau keseimbangan antara topik yang berbeda. Sebagian besar naskah telah
rusak dan hanya sekitar 70 daun pelepah pohon yang tersisa yang masih bertahan
hingga naskah ini ditemukan. Naskah tersebut diperkirakan disusun sekitar 400M.
4. Nilai π
Pemahaman π oleh Aryabhata. Aryabhata bekerja pada pendekatan untuk π
dan memungkinkan telah sampai pada kesimpulan bahwa π adalah tidak rasional.
Pada bagian kedua dari Aryabhata (ganitapada 10), ia menulis dalam bahasa
sansekerta, yang artinya :
“tambahkan 4 dan 100, kalikan dengan 8, dan kemudian menambahkan
62.000. dengan aturan ini keliling lingkaran dengan diameter 20.000 dapat ditemui
menjadi”
∏ = 3.1416
5. Geometri
Basis dan inspirasi dari keseluruhan matematika India adalah geometri. Bekas-
bekas peninggalan awal pengetahuan geometri dari peradaban Lembah Indus dapat
ditemukan pada penggalian kota Harappa dan Mohenjo-daro, dimana terdapat bukti
berupa alat penggambar lingkaran yang berasal dari 2500 SM. Ilmu geometri yang
berasal dari India dapat diketahui melalui sebuah catatan konstruksi geometri para
pendeta Weda yang disebut Sulbasutra. Sulbasutra adalah panduan untuk
pembangunan altar-altar tersebut untuk pemujaan dan menjelaskan sejarah geometri
bangsa India. Altar-altar ini memiliki bentuk berbeda-beda tetapi berdiri di wilayah
yang sama. Sulbasutra berisi penjelasan verbal awal mengenai teorema Pythagoras
meskipun juga telah diketahui oleh bangsa Babilonia. Dalil-dalil Sutrasulba
berhubungan dengan pembagian gambar-gambar seperti garis lurus, persegi
panjang, lingkaran dan segitiga. Geometri Hindu terutama untuk keperluan praktek.
Geometri yang pertama mengenai pendirian altar agama Hindu. Pendirian altar itu
terkait dengan teorema Pythagoras.
6. Trigonometri
Penelitian trigonometri oleh Aryabhata
Dalam kitab Ganitapada 6, Aryabhata mengemukakan luas segitiga, yang artinya :
“untuk segitiga, hasil yang tegak lurus dengan sisi setengah merupakan daerah”
7. Aljabar
Penelitian Aljabar oleh Aryabhata. Didalam kitab Aryabhata, Aryabhata
memberikan hasil elegan untuk penjumlahan dari serangkaian bilangan kuadrat dan
bilangan pangka 3 :
12 + 22 +...+ n2 =
Dan
13 + 23 +...+ n3 = (1 + 2 +...+ n)
Jika x, y, dan r merupakan sisi segitiga dan memenuhi persamaan x 2 + y2 = r2
maka segitiga tersebut pastilah siku-siku, dan dikatakan x, y, dan r adalah tripel
pythagoras.
Untuk mencari tripel pythagoras kita bisa menggunakan rumus-rumus
berikut :
x = a2-b2
y = 2ab
r = x2+y2
dengan ketentuan a>b. Kita bisa memakai rumus tersebut sebagai berikut:
A B a2 - b2 2ab a2 + b 2

2 1 3 4 5

3 1 8 6 10

3 2 5 12 13

4 1 15 8 17

2. MATEMATIKA ISLAM (ARAB)


A. Sejarah Matematika dalam Peradaban Islam
Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India
memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Ide-ide brilian dari matematikawan India
selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Kontribusi Muslim bagi
perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas penerjemahan naskah Yunani
kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika yang tidak menampilkan
tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan matematika, baik karena
sengaja atau ketidaktahuannya.
Status ahli matematika zaman dahulu adalah tinggi dan selalu menjadi panutan
masyarakat. Ahli matematika mempunyai keahlian di berbagai bidang dan mudah untuk
menangani dan melaksanakan tugas yang diberikan. Karena itu matematika dapat
dikatakan sebagai tolak ukur kegemilangan intelektual suatu bangsa, yang artinya suatu
bangsa yang memasyarakatnya menguasai matematika dengan baik akan dapat bersaing
dengan bunga lain atau jatuh bangunnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh penguasaan
bangsa tersebut akan matematika.
Menurut Brifits dan Hawsen (1974) mengatakan bahwa “Perkembangan
matematika dalam kehidupan sosial, sejak dikenalnya sejarah kehidupan peradaban
manusia dibagi dalam 4 tahap yaitu Mesir kuno, peradaban Yunani kuno, zaman Arab,
Cina, India pada tahun 1000 M dan zaman reinaisme”
Arab, Cina dan India pada tahun 1000 telah mengembangkan ilmu hitung dalam
aljabar bahkan kata aljabar dari bahasa Arab algebria. Pada saat itu telah didapatkan cara
perhitungan dengan angka 0 dan cara menggunakan decimal untuk kepraktisan cara
aljabar. Zaman renaisme matematikalah modern telah diterapkan antara lain kalkulus dan
defensial. Pada abad 18 terjadi revolusi industri, berkembang ilmu ukur non Emelid oleh
Ganes (1777-1855) dan oleh Einstein dikembangkan lebih lanjut dari teori relativitani.

B. TOKOH ILMUWAN MATEMATIKA ISLAM


Beberapa tokoh ilmuwan matematika Islam diantaranya adalah:
1. Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850
M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama
lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia
lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-
Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang
dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol,
para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling
tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan
seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan
mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab,
termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol
baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-
Khawarizmi.

2. Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke
dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di
samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan
sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di
istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim Ahmad. Ia adalah filosof
berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama. Memang, secara
etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah
satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah
menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu
mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang
pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika.
Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa
saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu
menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.

3. Al-Karaji
Di era keemasan Islam, para ilmuwan Muslim memang telah menguasai bidang
hidrologi. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air
bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi.
Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan, mengadaptasi dan
memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air warisan dari keahlian lokal atau
peradaban kuno.
Pada awal abad ke-8 M, peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-
Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy,
pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam telah melahirkan sebuah revolusi
pertanian yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi. Sejarawan sains
modern memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya
yang kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai
kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan
bentuk).
Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai
orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan
produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan
inti dari aljabar pada saat ini. Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan
aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya
pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du
Fakhri, traite d’Algabre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi,
Paris, 1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang
memperkenalkan teori aljabar kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga
yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk
membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral
kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.

4. Al-Battani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri.
Mereka antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar
Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal
sebagai bapak trigonometri. Ia lahir di Battan, Mesopotamia, dan meninggal di
Damaskus pada tahun 929.
Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan
astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan
trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel
cotangen.

5. Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf,
ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun sebelum
Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi pada porosnya.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengukuran geodesi dan
menentukan keliling bumi dengan cara yang lebih akurat. Dengan bantuan
matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.

6. Umar Khayam
Selain itu, tokoh matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar
Khayyam. Kendati ia lebih dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar Khayyam
memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam bidang aljabar
dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang menemukan metode
umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam aljabar, dan
memperkenalkan solusi persamaan kubus.
7. Ibnu Sina
Seorang tokoh cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran, seorang
ilmuwan yang memiliki karya berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi buku
teks kedokteran di universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad. Selain itu,
dia juga seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan
kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan,
dan seorang guru. Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah, pada tahun 981 Masehi.
Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi dokter yang diakui
masyarakat Bukhara pada usia 17 tahun. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak
Pengobatan Modern. Dia juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah
Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.

Anda mungkin juga menyukai