Anda di halaman 1dari 96

KATA PENGANTAR

Modul Interprofessional Education (IPE)

Modul ini dikembangkan dari beberapa sumber untuk dijadikan bahan dasar dalam
pembelajaran IPE bagi mahasiswa pendidikan profesi.

Materi dalam modul dikembangkan berdasarkan hasil analisa dari beberapa kegiatan yang
telah dilaksanakan sebelumnya dan merupakan kontribusi dari beberapa staf pengajar yang
aktif dalam pembelajaran IPE di beberapa perguruan tinggi.

Rekan-rekan dapat menjadi kontributor dalam pengembangan modul ini. Salah satu produk
ini adalah menjadi bahan ajar e-learning pada halaman website www.kolaborasiprofesi.com

Selamat menjelajahi workshop ini dalam tiga hari ke depan.

Salam,

Dwi Tyastuti
(Denpasar,2019)

2 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


JADWAL KEGIATAN WORKSHOP
INTERPROFESSIONAL EDUCATION

DAFTAR ACARA
GELOMBANG I
WAKTU MATERI JPL PENANGGUNGJAWAB
Senin, 18 Maret 2019
12.00-16.00 Registrasi Peserta Panitia
16.00-16.30 Pembukaan Panitia
16.30-17.00 Pretest Panitia
17.00-18.00 Building Learning Commitment 1 MOT
18.00-19.00 Ishoma Panitia
19.00-21.00 Kebijakan Kementerian Kesehatan Tentang IPE 2 PPSDM
Selasa, 19 Maret 2019
07.30-08.00 Refleksi MOT
08.00-10.00 Konsep IPE dan Patient Centre Care 2 Dwi Tyastuti
Core Competency IPE
10.00-12.00 Pembelajaran nilai-nilai / etik antar profesi 2 Dwi Tyastuti
12.00-13.00 Ishoma Panitia
13.00-15.00 Pembelajaran peran dan tanggung jawab antar Desak Erna
2
profesi
15.00-17.00 Pembelajaran komunikasi efektif antar profesi 2 Yeti Resnayati
17.00-18.00 Pembelajaran kerjasama tim antar profesi 2 Yeti Resnayati
18.00-19.00 Ishoma Panitia
19.00-20.00 Pembelajaran kerjasama tim antar profesi Yeti Resnayati
20.00-22.00 Teori Pembelajaran (Pedagogi dan Strategi Dwi Tyastuti
Pembelajaran 2
Latihan menyusun modul IPE Dwi Tyastuti
Strategi Praktikum Dwi Tyastuti
Rabu, 20 Maret 2019
07.30-08.00 Refleksi MOT
08.00-11.00 Menyusun Analisis SWOT dan Studi Kasus 3 Yeti Resnayati, Dwi Tyastuti,
Penyusunan Modul berdasarkan Template Desak Erna
11.00-12.00 Praktikum Pembelajaran IPE dengan mahasiswa 1 Desak Erna, Yeti Resnayati,
Dwi Tyastuti
12.00-13.00 Ishoma Panitia
13.00-15.00 Praktikum Pembelajaran IPE dengan mahasiswa 2 Yeti Resnayati, Dr Dwi
Tyastuti
15.00-17.00 Post test dan RTL 2 Panitia
17.00-17.30 Penutup Panitia

3 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


GELOMBANG II
WAKTU MATERI JPL PENANGGUNGJAWAB
Senin,
25 Maret 2019
12.00-16.00 Registrasi Peserta Panitia
16.00-16.30 Pembukaan Panitia
16.30-17.00 Pretest Panitia
17.00-18.00 Building Learning Commitment 1 MOT
18.00-19.00 Ishoma Panitia
19.00-21.00 Kebijakan Kementerian Kesehatan Tentang IPE 2 PPSDM
Selasa,
26 Maret 2019
07.30-08.00 Refleksi MOT
08.00-10.00 Konsep IPE dan Patient Centre Care 2 Dwi Tyastuti
Core Competency IPE
10.00-12.00 Pembelajaran nilai-nilai / etik antar profesi 2 Dwi Tyastuti
12.00-13.00 Ishoma Panitia
13.00-15.00 Pembelajaran peran dan tanggung jawab antar Heni Nurhaeni
2
profesi
15.00-17.00 Pembelajaran komunikasi efektif antar profesi 2 Heni Nurhaeni
17.00-18.00 Pembelajaran kerjasama tim antar profesi 1 Ni Wayan Armini
18.00-19.00 Ishoma Panitia
19.00-20.00 Pembelajaran kerjasama tim antar profesi 1 Ni Wayan Armini
20.00-22.00 Teori Pembelajaran (Pedagogi dan Strategi Dwi Tyastuti
Pembelajaran 2
Latihan menyusun modul IPE Dwi Tyastuti
Strategi Praktikum Dwi Tyastuti
Rabu,
27 Maret 2019
07.30-08.00 Refleksi MOT
08.00-11.00 Menyusun Analisis SWOT dan Studi Kasus 3 Heni Nurhaeni, Dwi Tyastuti,
Penyusunan Modul berdasarkan Template Ni Wayan Armini
11.00-12.00 Praktikum Pembelajaran IPE dengan mahasiswa 1
Heni Nurhaeni, Dwi Tyastuti,
Ni Wayan Armini
12.00-13.00 Ishoma Panitia
13.00-15.00 Praktikum Pembelajaran IPE dengan mahasiswa 2
Heni Nurhaeni, Dwi Tyastuti,
Ni Wayan Armini
15.00-17.00 Post test dan RTL 2 Panitia
17.00-17.30 Penutup Panitia

4 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


KONSEP DASAR
PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION

IPE : Untuk Siapa dan Dengan Siapa ?

Pada modul ini, kita akan mengajak diri kita untuk membayangkan diri kita di masa depan sebagai
seorang professional. Apakah gelar yang diperoleh dapat menggambarkan secara jelas tentang
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan “mimpi” ?
Pada modul ini, kita dapat mengeksplorasi dan belajar tentang peran dan keadaan/situasi yang mana
keilmuan kita dapat digunakan. Modul ini pun juga akan membantu mempelajari dan memahami
peran profesi dan keilmuan lain yang akan menjadi partner di masa depan.

Apa itu Interprofessional Education (IPE) ?

Menurut WHO (2010), pendidikan Interprofesi atau IPE adalah proses pendidikan yang melibatkan
dua atau lebih jenis profesi. Pendidikan interprofesi bisa terjadi apabila beberapa mahasiswa dari
berbagai profesi belajar tentang profesi lain, belajar bersama satu sama lain untuk menciptakan
kolaborasi efektif dan pada akhirnya meningkatkan outcome kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan interprofesi merupakan tahap yang penting dalam upaya mempersipakan lulusan atau
professional kesehatan yang siap untuk bekerja di dalam tim dan melakukan praktek kolaborasi
dengan efektif untuk merespon atau memecahkan masalah yang ada di masyarakat.

5 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Pengertian praktek kolaborasi Interprofesi

Praktek kolaborasi terjadi apabila beberapa katagori professional atau tenaga kesehatan bekerja
bersama dengan pasien, keluarga dan masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan
kualitas yang tinggi.

Gambar 1. System kesehatan dan system pendidikan ( WHO, 2010)

Sistem kesehatan dan sistem pendiidikan tidak bisa berdiri sendiri, dimana sistem pendidikan
akan memberkan input pada sistem kesehatan sebagai pengguna lulusan, kualitas tenaga kesehatan
yang dihasilkan akan mempengaruhi baik tidaknya pelayanan kesehatan, sebaliknya sistem
pendidikan kan dipengaruhi oleh sistem kesehatan misalnya kurikulum akan sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan kesehatan masyarakat saat ini juga kompetensi lulusan harus disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dan kebijakan di bidang kesehatan saat ini.

Untuk dapat memahami konsep praktek kolaborasi antar profesi perlu difahami dulu konsep
insterprofesionalism. Interprofesionality adalah sebuah proses dimana beberapa profesional
merencanakan, melaksanakan dan mengintegrasikan suatu jawaban atau respon yang kohesif
terhadap kebutuhan atau tuntutan klien, keluarga atau masyarakat. Proses ini melibatkan interaksi
yang kontinyu berupa tukar menukar informasi dan pengetahuan yang diorganisasikan untuk
memecahkan masalah bersama dengan melibatkan participasi pasien, keluarga dan masyarkat.
Interprofesionalitas memerlukan adanya perubahan paradigma karena interprofesionalitas memiliki
karakteristik khusus seperti nilai, code of condcut dan cara bekerja yang spesifik antar profesi. (
D’Amour and Oandasan, 2005).Praktek kolaborasi dapat meningkatkan akses pada pelayanan
kesehatan yang terkoordinir, meningkatkan penggunaan tenaga spesialis yang tepat, meningkatkan
derajat kesehatan pasien dengan penyakit kronis, dan meningkatkan kemanan pasien. Praktek
kolaboratif dapat menurunkan komplikasi pada pasien, lama rawat, konflik antar tim kesehatan, angka
rawat di rumah sakit, kesalahan klinik atau malpraktek dan menurunkan angka kematian.

6 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Apakah profesi non kesehatan, dapat berpartisipasi dalam
kegiatan IPE?
Praktik kolaborasi tidak terbatas hanya pada profesi “regulated”. Setiap orang memiliki peran
penting dalam IPE, praktik dan pelayanan. Peran tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja yang
bukan merupakan ‘regulated” profession da, juga siapa saja yang tidak terlibat langsung dalam
layanan kesehatan tradisional, support workesr, planners, dan social justice sebagai contoh.

Pemahaman siapa saja yang terlibat dalam kegiatan IPE mengacu pada definisi tentang dua hal yaitu:
a. Kata “interprofessional” yang dalam arti kamus Merriam-Webster yang berarti occurring
between or involving two or more professions or professionals. Kata ‘interprofessional”
dikenal pertama kali pada tahun 1837…
b. Spektrum layanan kesehatan seperti pada konsep Leavell&Clark tentang pencegahan primer,
sekunder dan tersier.

Definisi kata professional akan berbeda dengan kata profession. Dalam kamus Cambridge Dictionary,
kata “professional” sebagai kata benda (noun) berarti adalah:
 a person who has the type of job that needs a high level of education and training:
 someone who has worked hard in the same type of job for a long time and
has become skilled at dealing with any problem that might happen:
 a person who does a job that people usually do as a hobby
Sedangkan kata “profession” adalah any type of work that needs special training or a particularskill,
often one that is respected because it involves a high level of education.

Apa perbedaan antara Ínterprofessional dan Interdisiplinary


Kedua kata dari “interprofessional” dan “interdisciplinary” sering digunakan secara bergantian.
Walaupun seolah-olah mengandung makna yang sama, akan tetapi ada perbedaan dasar atau
fundamental. Kata “interprofessional” bermakna pekerjaan yang bertujuan untuk berkolaborasi
dengan niat untuk praktik dan layanan yang berfokus pada pengembangan hubungan (relational).
Sedangkan “interdisciplinary” dapat berarti pekerjaan yang terdapat silang discipline tetapi tidak
memerlukan kolaborasi.

Apa yang BUKAN makna dari interprofessional education dan


praktik ?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa beberapa hal ini bukanlah termasuk dalam definisi
atau pemahaman tentang interprofessional educatin dan praktik yaitu:
- Dua atau lebih kelompok professional tetapi bekerja sendiri-sendiri, tetapi tetap
mempertahankan focus uni-professional
- Kepemimpinan yang hanya bersifat pada struktur kekuatan tradisional/yang umum tidak
berdasar pada kebutuhan akan pasien. Keluarga/komunitas
- Penggabungan konsep dan kerangka multidisiplin ke dalam pengetahuan dasar sebuah
profesi.
- Mengambil alih peran profesi lain.

7 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Mengapa IPE berkaitan dengan mahasiswa?

Pada kondisi saat ini, kebutuhan akan kerjasama tim dalam berbagai bidang pekerjaan
sangat diperlukan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu mempelajari bagaimana bekerja secara
kolaborasi baik dalam pembelajaran di kelas dan lapangan dalam rangka untuk praktik kolaborasi
ketika nanti lulus. Adalah penting untuk mahasiswa mempelajari bentuk dari bekerja secara
kolaborasi di kelas karena akan meningkatkan pembelajaran IPE dalam praktik. Dengan memberikan
kesempatan mahasiswa belajar tentang, dari dan dengan profesi/keilmuan lain akan memperkaya
pemahaman tentang peran keilmuan sendiri seperti peran profesi dan keilmuan lain. Pengetahuan
dan ketrampilan yang terbentuk dan berkembang dengan pembelajaran IPE sangat penting untuk
keberhasilan praktik dengan profesi yang lain.

Prinsip-prinsip mengintegrasikan pendidikan interprofesi dalam


pendidikan tenaga kesehatan
Pendidikan antar profesi menyiapkan peserta didik dengan kompetensi untuk bekerja-sama di
dalam tim sesuai dengan peran dan fungsi serta lingkup kerja masing masing profesi. Lulusan
pendidikan tenaga kesehatan nantinya diharapkan dapat bekerja dalam tim yang memiliki tujuan
utama yaitu memberikan pelayanan yang aman bagi klien, keluarga dan masyarakat. Prinsip-prinsip
dalam mengintegrasika pendidikan interprofesi dalam pendidikan tenaga kesehatan adalah:

1. Pendidikan antar profesi harus merupakan bagian integral dari semua pendidikan tenaga
kesehatan.
2. Ada kemauan politik yang di tunjukan dengan ada nya kebijakan yang mendukung pelaksanaan
pendidikan interprofesi ini.
3. Ada komitmen yang kuat dari seluruh civitas akademi di institusi pendidikan untuk terlibat dalam
pendidikan interprofesi yang efektif
4. Pendidikan interprofesi ini harus melibatkan lahan praktek, sehingga pelaksanaan pendidikan
interprofesi bisa dilaksanakan pada tahap praktek klinik.
5. Pelibatan tim dari interprofesi harus di mulai sedini mungkin pada tahap awal persiapan dan
dipertahankan sampai tahap evaluasi.
6. Kohesifitas tim penegmbang pendidikan interprofesi harus solid dan harus mengurangi ego
masing-masing profesi. Proses dan aktifitas tim ini juga harus merefleksikan kolaborasi yang
efektif antar profesi
7. Pendidikan antar profesi harus dimulai dengan metoda yang mudah terlebih dahulu, misalnya
dengan merancang projek extra kurikuler yang melibatkan kerja-sama interprofesi.
8. Kompetensi yang dirumuskan harus memperhatikan prinsip-prinsip:
• Berfokus pada pasien/kel/masyarakat
• Memperhatikan proses bukan hanya pencapaian kompetensi
• Dapat di aplikasi pada semua profesi
• Merupakan kompetensi belajar sepanjang hayat
• Menstimulasi active learning
• Berdasarkan prinsip pembelajaran orang dewasa
9. Dalam mengintegrasikan pendidikan antar professi harus mempertimbangkan standard
pendidikan masing-masing profesi dan masuk dalam system akreditasi pensisikan tenaga
kesehatn yang ada.

8 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


DOMAIN KOMPETENSI
INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Apa outcome dari pembelajaran IPE?

Pembelajaran IPE menjadi sangat penting


pada saat ini dan selanjutnya karena bukan
hanya berkembangnya teknologi sehingga
menciptakan keilmuan-keilmuan baru yang
lebih spesifik, akan terapi penyelesaian
masalah kesehatan pasien (yang pada
beberapa penyakit juga akan mempengaruihi
keluarga dan komunitas) membutuhkan
suatu layanan yang kompleks. Seperti
diketahui juga dengan kompleksitas masalah
pasien menjadikan system pelayanan
kesehatan sebagai lingkungan yang sangat kompleks.

Untuk dapat melakukan praktik interprofessional,


ada tiga komponen kompetensi profesi yang harus
kita kembangkan untuk para mahasiswa kita. Barr
(1998) membedakan kompetensi profesi menjadi 3
bagian besar: Kompetensi dasar, kompetensi
masing-masing profesi dan kompetensi antar
profesi.

Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh semua


tenaga kesehatan meliputi menggunakan teknologi
informasi, memberikan pelayanan yang berfokus
pada klien, melakukan praktek profesi berdasarkan
bukti ilmiah dan hasil penelitian dan
mempertahakan kualitas pelayanan (International
occupational medicine, 2011).
Gambar 2. Kompetensi prpfesional (Barr, 1998)

Kompetensi masing-masing profesi yang dideskripsikan dan ditentukan oleh masing masing
profesi misalnya dokter memiliki kompetensi spesifik yang memberdakan profesi dokter dengan profesi
lainya seperti perawat, bidan, ahli gizi, ahli keshetan lingkungan dan sebaliknya. Kompetensi ini akan
merujuk pada peran, kewenangan dan lingkup praktik masing-masing profesi dan diatur oleh undang-
undang yang berlaku.
Kompetensi antar profesi atau kompetensi kolaboratif merupakan kompetensi yang juga
penting dimiliki oleh semua tenaga kesehatan. Kompetensi inti kolaborasi antar profesi diperlukan
sebagai landasan dalam membuat kurikulum pada berbagai pendidikan profesi yang terlibat,
menetukan strategy pembelajaran dan evaluasi yang akan dilakukan. Ada 4 domain dalam kompetensi
antar profesi, yaitu nilai/etik interprofesi, peran/tanggung jawab, komunikasi interprofesi dan kerja tim.
Berikut akan di jelaskan domain-doamin tersebut secara detil.

9 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Domain Kompetensi IPE

Kompetensi interprofessional meliputi:


1. Nilai dan etik dalam praktik interprofessional
2. Peran dan tanggungjawab dalam praktik interprofessional
3. Komunikasi interprofessional
4. Kerjasama tim dalam praktik interprofessional
5. Kepemimpinan yang kolaboratif
6. Resolusi konflik interprofessional

Domain Etika dan Nilai dalam Praktik Interprofessional

Nilai antar profesi dan etik dalam interprofessional praktik merupakan hal penting baik untuk
profesi secara mandiri maupun dalam hubunganya demgan kolaborasi antar profesi. Nilai dan etik antar
profesi meliputi : pelayanan harus berfokus pada klien dengan orientasi komunitas, masing-masing
profesi berbagi peran dan tanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan, semua profesi
bersama-sama memiliki komitmen untuk dapat menciptakan pelayanan yang aman, efisien, dan efektif,
pelayanan diberikan secara komprehensif dengan melibatkan klien dan keluarganya.
Menghormati pandangan, kebutuhan dan nilai orang lian tidak sejelas kelihatannya. Kita
menyadari bahwa mengenali nilai-nilai dan kebutuhan pasien dan anggota keluarga membernya tidak
terucap atau terlihat secara langsung atau nyata. Ini membutuhkan suatu ketrampilan khusus untuk
dapat mengidentifikasi dan mengintegrasikan nilai-nilai pasien ke dalam manajemen pelayanan,
walaupun ada konflik/perbedaan dengan pandangan / nilai kita. Kemampuan inilah yang akan kita
ajarkan kepada mahasiswa agar menempatkan pelayanan kesehatan berpusat pada pasien dan tidak /
menghindari segala tindakan yang bersifat melanggar konsep pelayanan berbasis pasien.

Definisi dan kompetensi etika dan nilai dalam praktik interprofessional

Yang dimaksud dengan kompetensi etika dan nilai dalam


interprofessional praktik adalah kemampuan untuk bekerja dengan
individu dari profesi lain untuk mempertahankan iklim saling
mneghormati dan berbagi nilai
(“the competence to work with individuals of other professions to
maintain a climate of mutual respect and shared values.”)

10 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Kompetensi Etik
▪ Menempatkan kepentingan pasien, keluarga dan ▪ Mengelola dilema etik tertentu pada pasien/klien
masyarakat di tengah pemberian pelayanan yang menerima pelayanan berbasis kolaborasi
kesehatan interprofesi interprofesi
▪ Menghormati martabat dan privasi pasien, tetap ▪ Merangkul keragaman budaya dan perbedaan
menjaga kerahasiaan dalam pelayanan berbasis individu yang dimiliki oleh pasien, keluarga dan tim
tim kesehatan
▪ Mengembangkan hubungan saling percaya ▪ Menghormati budaya yang unik, nilai,
dengan pasien, keluarga, dan anggota tim lainnya . peran/tanggung jawab dan keahlian profesi
kesehatan lainnya
▪ Menunjukkan standar perilaku, etika dan kualitas ▪ Mempertahankan kompetensi spesifik profesinya
dalam memberikan pelayanan berbasis tim dalam lingkup praktik yang relevan
▪ Bertindak dengan kejujuran dan integritas dalam ▪ Bekerjasama dengan mereka yang menerima
hubungannya dengan pasien, keluarga, dan pelayanan, yang memberikan pelayanan, yang
anggota tim lainnya berkontribusi atau mendukung penyediaan pelayanan
dan upaya pencegahan kesehatan

Istilah-istilah dalam modul etik

D. Tyastuti, 2018

Kompetensi Budaya  Cultural competence is defined as a set of congruent behaviors, attitudes,


(Cultural Competency) and policies that come together in a system, agency, or among
professionals and that enables them to work effectively in cross-cultural
situations. (Cross, 1989)
Cultural competence is the ability to interact effectively with people of
different cultures. (uOTtawa)
Praktik Kolaborasi  Different members of the healthcare team who work togather to provide
Interprofessional the highest quality of care. (WHO, 2010)
(Interprofessional
Collborative Practice)
Dilema Etik  An ethical dilemma is a decision making problem between two
(Ethical DIlemma) possible moral imperatives, neither of which is unambiguously acceptable
or preferable. It is sometimes called ethical paradoxes in moral philosophy
(Oxford Dictionaries)
Issues that may stem from a conflict between moral beliefs and values
Etik  Prinsip-prinsip moral yang membantu menentukan apa yang seharusnya
(Ethic) dilakukan (Moral principles that help determine what one should do)

Health Equity  Hak setiap individu untuk mendapatkan kesehatan yang maksimal (The
right of every individual to achieve their highest level of health)

11 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Etika dalam pendidikan interprofessional

Seperti diketahui, pendidikan untuk pembentukan etika dan nilai ini tidaklah mudah. Pada
pembahasan ini akan dipelajari bagaimana mengenali nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan
mengintegrasikan hal tersebut ke dalam pelayanan berpusat pada pasien. Dalam kaitannya dengan
pembentukan kompetensi etika untuk praktik interprofessional , mahasiswa harus mengetahui 3 jenis
etika yang terlibat dalam konteks ini yaitu etika biomedis biomedic ethic(), etika realtional (relational
ethic)dan etika kebajikan (virtue ethic)

Etika Relasional
•Bioetika merupakan (Relational ethic) •moral kebajikan
studi tentang masalah dikonseptualisasikan
yang ditimbulkan oleh •Etika relasional berkembang dari praktik sosial dan
perkembangan di dari 3 konsep yaitu: politik, narasi
bidang biologi dan ilmu •Pemahaman tentang kehidupan manusia,
layanan kesehatan
kedokteran baik skala (understanding care) dan tradisi moral
mikro maupun makro •Pilihan moral (moral
choices)
Etika Biomedis •Praktik etis (ethical Etika Kebajikan
practice) (Virtue ethic)
(Bioethic)

Etika Biomedis

Ada beberapa istilah dasar yang berkaitan dengan etik profesi kesehatan. Potter, Perry, Stockert, dan
Hall (2016) menyebutkan ada 5 (lima) nilai dalam etik kesehatan, yaitu:

1. Autonomy
Otonomi mengacu pada hak seseorang untuk membuat keputusan sendiri.Menghargai prinsip
otonomi berarti bahwa setiap tenaga kesehatan harus memperhatikan dan menghargai hak
klien untuk memilih dan memutuskan pilihan.Akan tetapi, dalam pemilihan keputusan tersebut,
klien juga berhak untuk mendapatkan informasi yang tepat dan lengkap terkait kondisi dan
perencanaan kesehatannya (informed), sehingga klien menyetujui untuk melakukan atau
memilih keputusannya tersebut (consent).Contohnya dalam prosedur pembedahan atau
partisipasi dalam penelitian.

12 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


2. Beneficiency
Berarti melakukan yang baik, atau bermanfaat. Setiap tenaga kesehatan harus melakukan
tindakan yang baik atau bermanfaat bagi klien.

3. Nonmaleficence
Berarti tidak membahayakan. Setiap tindakan oleh tenaga kesehatan yang diberikan kepada
klien tidak membahayakan dan tidak menempatkan seseorang pada keadaan bahaya.Untuk
memenuhi prinsip ini, setiap tenaga kesehatan perlu memahami dan telah teruji memenuhi
prinsip-prinsip keamanan pasien (patient safety) dalam melakukan setiap tindakan kepada
klien.

4. Justice
Setiap tenaga kesehatan harus memperhatikan dan menerapkan prinsip keadilan dalam
memberi pelayanan kesehatan. Tidak membeda-bedakan klien berdasarkan suku, agama, ras,
hubungan keluarga, dan status sosial ekonomi di masyarakat.

5. Fidelity
Berarti berupaya untuk memenuhi perjanjian dan janji. Janji atau kontrak dengan klien harus
dipenuhi dan tenaga kesehatan tidak boleh mengingkari janji yang telah diucapkan atau
membohongi klien.

6. Veracity
Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) menambahkan prinsip ini selain lima prinsip di atas.
Veracity berarti menyampaikan kebenaran. Setiap tenaga kesehatan harus menyampaikan
dengan sebenarnya tentang kondisi klien, risiko atau akibat dari suatu tindakan atau
pengobatan yang diberikan kepada klien.

Etika Relational dalam praktik interprofessional

Etika relational muncul berkaitan dengan dua hal yang mendasari yaitu:
1. Asumsi bahwa pengetahuan yang diperlukan untuk perawatan beretika dikembangkan
dalam hubungannya antara tim medis/non medis dengan pasien, antara pasien dan
keluarganya, dan juga antara teori dan praktik.
2. Kebenaran adalah sebagai konteks yang ditanamkan dalam hubungan ini.

13 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Etika Kebajikan dalam praktik interprofessional

Etika/moral kebajikan menjadi sorotan dalam praktik interprofessional. Etika ini muncul karena
banyaknya pertanyaan seperti apakah praktisi berorientasi pada praktik yang benar, apakah
melakukan hal yang benar kepada pasien, apakah juga melakukan hal yang benar kepada yang lain,
dan apakah menjadi seorang pripadi praktisi yang benar dan bijak?

Etika kebajikan menurut Ewashen etal (2013) mengelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu:
1. Etika untuk berhati-hati pada nilai dan moral (beware of values and morals)
Perlu kiranya praktisi memahami terhadap nilai dan moral yang ada disekitarnya dan pada
pasien/keluarga. Akan ada kesamaan nilai/moral tapi tidak dipungkiri pula akan ada
perbedaan yang ditemui. Kemampuan praktisi untuk menempatkan hal tersebut pada
konteksnya dengan kembali pada prinsip patient-centered care.
2. Etika untuk melakukan refleksi diri dari setiap tindakan yang dilakukan (reflection in action)
Refleksi merupakan suatu kemampuan yang dikembangkan dalam pendidikan kesehatan
dan kedokteran pada era milenial ini. Refleksi merupakan suatu bentuk penilaian diri akan
apa yang dilakukan. Etika dalam refleksi pada setiap kegiatan sangat diperlukan agar praktisi
terbiasa untuk selalu melakukan refleksi diri terhadap semua yang dilakukan baik untuk
pasien, anggota tim dan diri sendiri.
3. Etika untuk mengeksplorasi terhadap nilai-nilai yang memicu konflik (explore conflicting
values)
Adanya kontak dengan sesama manusia baik dalam berbagai kegiatan, pasti akan
menimbulkan konflik. Konflik ini timbul karena adanya perbedaan persepsi baik dari
nilai/etika atau perilaku/tindakan. Dalam kerjasama tim dan khususnya praktik
interprofessional, etika untuk mengeksplorasi nilai/value yang dapat menimbulkan konflik
perlu dipelajari agar terhindar dari konflik yang bersifat vertikal atau horizontal.
4. Etika untuk mencari tindakan alternatif untuk tujuan kebaikan bersama (seeks alternative
actions)
Praktisi sering dihadapi kebuntuan dalam menyelesaikan suatu masalah khususnya
permasalahan kesehatan baik masalah individu maupun komunitas. Kemampuan untuk
mengembangkan suatu etika yang bertujuan mencari suatu solusi atau pemecahan masalah
adalah perlu juga dikembangkan agar terbiasa untuk mencari alternative penyelesaian
masalah.

14 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Isu dalam etik

1. Pengetahuan dan apresiasi yang kurang terhadap profesi kesehatan yang lain
(Lack of knowledge & aprreciation of other)
2. Masalah kewenangan dan kewajiban / tanggung jawab profesi (Legal issues of
scope of practice & liability)
3. Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan, stereotipe
dapat berupa prasangka positif dan juga negatif (Stereotyping)
4. Sistem layanan kesehatan yang terfragmentasi baik secara mikro maupun makro
(Fragmentation of care)
5. Batasan pengetahuan menjadi tidak jelas (Knowledge boundaries become
blurred)
6. Kurangnya komitmen pada semua stakeholder yang terlibat di dalamnya (Lack of
commitment)
7. Pengetahuan dan apresiasi yang kurang terhadap profesi kesehatan yang lain
(Professional identity challenges)
8. Masalah kewenangan dan kewajiban / tanggung jawab profesi Competition
9. Sistem layanan kesehatan yang terfragmentasi baik secara mikro maupun makro
Reimbursment issues
10. Pengetahuan dan apresiasi yang kurang terhadap profesi kesehatan yang lain
(Lack of knowledge & aprreciation of other)
11. Masalah kewenangan dan kewajiban / tanggung jawab profesi (Legal issues of
scope of practice & liability)
12. Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi
terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan, stereotipe
dapat berupa prasangka positif dan juga negatif (Stereotyping)
13. Sistem layanan kesehatan yang terfragmentasi baik secara mikro maupun makro
(Fragmentation of care)
14. Batasan pengetahuan menjadi tidak jelas (Knowledge boundaries become
blurred)
15. Kurangnya komitmen pada semua stakeholder yang terlibat di dalamnya (Lack of
commitment)

15 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Domain Peran dan Tanggung Jawab Profesi dalam
Interprofessional
Untuk dapat melakukan kolaborasi antar profesi, setiap profesi terlebih dahulu harus memahami peran
dan tanggung jawabnya masing-masing dan bagaimana peran dan tanggung jawab masing-masing
tersebut saling melengkapi peran dan tanggung jawab profesi lain dalam rangka memberikan pelayanan
kepada klien, keluarga dan masyarakat. Setiap profesi harus mengetahui dan menghargai peran dan
tanggung jawab profesi lain yang bekerja sama di dalam tim. Pemahamam peran dan sikap mengahrgai
peran masing-masing merupakan hal penting dalam kolaborasi antar profesi, karena banyak terjadi
konflik antar profesi diakibatkan karena kurang penghargaan terhadap peran dan tanggung jawab
profesi lain yang dapat diakibatkan kurang pemahaman peran dan tanggung jawab profesi lain di dalam
tim

Definisi dan kompetensi peran dan tanggung jawab dalam interprofessional

Yang dimaksud dengan kompetensi peran dan tanggung jawab dalam


interprofessional praktik adalah kemampuan untuk mengaplikasikan
pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab profesinya dan
peran yang lain untuk menilai dan menangani kebutuhan perawatan
kesehatan pasien dan populasi yang dilayani dengan tepat (“Use the
knowledge of one's own role and of other professions' roles to
appropriately assess and address the health care needs of the patients
and populations served”)

Kompetensi Peran dan Tanggung Jawab


▪ Mengkomunikasikan peran dan tanggung jawab ▪ Menggunakan kemampuan yang unik dan
profesi secara jelas kepada pasien, keluarga dan saling melengkapi dari semua anggota tim
profesional lainnya untuk mengoptimalkan pelayanan pasien
▪ Menggunakan lingkup pengetahuan, ▪ Melibatkan profesi kesehatan yang beragam
keterampilan dan kemampuan yang tersedia dalam melengkapi keahlian profesional, serta
dari profesi kesehatan untuk memberikan sumber daya terkait, untuk mengembangkan
pelayanan yang aman, tepat waktu, efisien, strategi agar memenuhi kebutuhan pasien
efektif dan adil
▪ Mengenali keterbatasan profesi dalam ▪ Menjalin hubungan ketergantungan dengan
keterampilan, pengetahuan dan kemampuan profesi lain untuk meningkatkan pelayanan
pasien
▪ Menjelaskan peran dan tanggung jawab ▪ Bekerjasama dengan mereka yang menerima
penyedia layanan lain dan bagaimana tim pelayanan, yang memberikan pelayanan, yang
bekerjasama untuk memberikan pelayanan berkontribusi atau mendukung penyediaan
pelayanan dan upaya pencegahan kesehatan
▪ Berkomunikasi dengan anggota tim untuk ▪ Terlibat dalam pengembangan profesional
mengklarifikasi tanggung jawab setiap anggota dan interprofesi berkelanjutan untuk
dalam melaksanakan komponen dari rencana meningkatkan kinerja tim
pelayanan atau intervensi kesehatan

16 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Pendidikan interprofessional membutuhkan pemahaman bagaimana peran dan
tanggung jawab masing-masing professional dalam konteks patient-centered dan community-
centered dalam pelayanan kesehatan. Setiap professional telah mampu mengidentifikasi peran
dan tanggung jawab profesinya sendiri kepada anggota tim profesi lainnya dan memahami
peran dan tanggung jawab professional lainnya.

Peran adalah individu menetapkan seperangkat perilaku dalam kelompok, dan antara
kelompok professional. ketika mulai terjadi overlapping peran secara formal, ini dapat menjadi
sumber dari kebingungan dan konflik (Goodman & Clemow, 2010). Tanyakan pada diri sendiri
apakah peran kamu sebagai mahasiswa. Bagaimana hubungannya dengan tenaga kesehatan
lainnya- sebgai pembantu pelayanan, contohnya? Tim yang berfungsi baik akan saling
memahami terhadap peran mereka dan menerima peran dari anggota tim lainnya, seperti :
discharging patients, review pengobatan, memilih terapi yang tepat

Penjelasan tentang memahami peran profesi lain, sebagai pemicu awal dapat dilihat pada:
1) Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
2) Kepmenkes No 938 tahun 2007 tentang Standar asuhan kebidanan
3) Standard Asuhan Keperawatan : perawat vokasi

Tujuan Pembelajaran

Apa makna “Role & Responsibility” dalam IPE ?

Pemahaman akan konsep “peran dan tanggungjawab” (roles and responsibility) dalam
pembelajaran IPE merupakan salah satu konsep yang harus diajarkan secara sistematika
karena pada konteks ini sudah sangat bersinggungan dengan profesi-profesi yang lain.
Pemahaman akan konsep ini akan mengarahkan kepada ketidakpercayaan diri atau
kepercayaan yang berlebihan apabila tidak diajarkan secara terintegrasi. Dalam pengajaran
konsep ini, pendekatan yang dilakukan adalah mengarahkan semua pemahaman untuk
tujuan pelayanan pada pasien/keluarga/komunitas dengan pendekatan patient-centered
care. Konsep peran dan tanggung jawab, meliputi 4 hal seperti dalam gambar di bawah ini.

17 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Bagaimana penerapan “pembagian peran dan tanggungjawab” dalam IPE?

Dalam konteks real setting, konsep peran dan tanggung jawab merupakan hal yang
sangat krusial. Seringkali dirasakan dan dialami oleh para praktisi di lapangan akan adanya
tumpang-tindih (overlapping) dan Banyak berbagai mengenai pemahaman akan peran dan
tanggungjawab ini

18 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Indikator perilaku dalam memahami peran professional lainnya

Menurut MacDonald et.al (2009) Indikator mahasiswa telah mencapai kompetensi “ mengetahui
peran professional lainnya” adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan sejauh mana cakupan profesinya sendiri berakhir dan profesi lain dimulai
2. Praktik Kolaborasi antar professional dalam system pelayanan kesehatan membuat
optimalisasi.
3. Membuka diri untuk kontribusi anggota tim lain. Indicator ini dicerminkan melalui komentar
praktisi sebagai berikut
4. Mengatasi kesalahpahaman / stereotip di antara anggota tim
5. Menghargai peran, nasihat dan kontribusi unik dari anggota tim lainnya: data menunjukkan
isu-isu dari menghargai, sebagai indikasi telihat dalam komentar dari praktisi sebagai berikut
6. Mengidentifikasi overlapping keterampilan professional diantara anggota tim
7. Nilai-nilai yang meningkatkan keuntungan dari usaha kolaborasi anggota tim
8. Menjelaskan perbedaan perspektif dan pengetahuan dari profesi lain

Domain Komunikasi Interprofessional

Komunikasi merupakan kompetensi inti pada semua profesi kesehatan, karena semua profesi
kesehatan memberikan pelayanan kesehatn kepada klien, keluarga dan masyarakat yang tentu saja
memerlukan komuikasi yang efektif, akan tetapi kompetensi komunikasi antar profesi belum menjadi
perhatian semua profesi. Komunikasi antar profesi dapat disebutkan sebagai kompetensi utama
dalam melakukan kolaborasi tim antar profesi, sehingga semua profesi yang terlibat di dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien harus mampu berkomunikasi untuk menyampaikan
pesan secara efektif kepada anggota tim. Banyak situasi konflik terjadi akibat adanya barier atau
hambatan dalam berkomunikasi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tim tidak berfungsi secara
optimal.
Menurut Berridge (2010), komunikasi interprofesi merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan keselamatan pasien, karena melalui komunikasi interprofesi yang berjalan
efektif akan menghindarkan tim tenaga kesehatan dari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
medical error. Selain itu mahasiswa juga lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan profesi yang
lain ketika berkolaborasi dengan profesi yang lain karena mahasiswa sudah memiliki bekal
pengalaman sebelumnya. Wagner (2011) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul

19 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


“Developing Interprofessional Communication Skills” bahwa simulasi IPE sangat efektif dan diterima
dengan baik sebagai inovasi dalam pembelajaran mahasiswa kesehatan. Simulasi tersebutmerupakan
langkah awal menuju pengembangan budaya yang menumbuhkan kerja sama tim interprofessional
dalam perawatan kesehatan. Selain itu, simulasi tersebut adalah cara untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan melalui pengembangan kolaborasiUpaya meningkatkan kemampuan
komunikasi interprofesikarena memberikan kesempatan setiap kelompok untuk belajar berinteraksi
dengan profesi yang lain.

Definisi dan kompetensi komunikasi dalam praktik interprofessional

Kompetensi komunikasi antar profesi adalah : berkomunikasi dengan


klien, keluarga klien, komunitas, dan profesi Kesehatan lain dengan cara
yang tepat dan bertanggung jawab untuk mendukung pendekatan tim
(“Communicate with patients, families, communities, and other health
professionals in a responsive and responsible manner that supports a
team approach to the maintenance of health and the treatment of
disease.”)

Kompetensi Komunikasi
▪ Memilih alat dan teknik komunikasi yang ▪ Memberikan umpan balik konstruktif, tepat
efektif, termasuk sistem informasi dan waktu dan sensitif kepada orang lain tentang
teknologi komunikasi, untuk kinerja tim mereka serta menanggapi umpan
memfasilitasi diskusi dan interaksi yang balik dari orang lain dengan rasa hormat
meningkatkan fungsi tim
▪ Mengatur dan mengkomunikasikan ▪ Memahami bahwa setiap orang memiliki
informasi dengan pasien, keluarga, dan keunikan tersendiri, termasuk tingkat
anggota tim kesehatan dalam bentuk pengalaman, keahlian, budaya, kekuasaan, dan
yang dapat dimengerti serta menghindari hierarki dalam tim perawatan kesehatan,
terminologi profesi yang spesifik bila sehingga dapat memberikan kontribusi untuk
memungkinkan komunikasi yang efektif, resolusi konflik, dan
hubungan kerja interprofesi yang positif
▪ Mengungkapkan pengetahuan dan ▪ Menggunakan bahasa yang tepat untuk situasi
pendapat kepada para anggota tim yang yang sulit, percakapan atau konflik interprofesi
terlibat dalam perawatan pasien dengan
keyakinan, kejelasan dan rasa hormat
▪ Mendengarkan secara aktif dan ▪ Berkomunikasi secara konsisten mengenai
mendorong ide dan opini dari anggota pentingnya kerjasama pada perawatan pasien
tim lain berbasis tim dan komunitas

20 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Domain Kerjasama Tim Interprofessional

Sistem pelayanan kesehatan yang mendukung kerjasama tim yang efektif dapat memperbaiki
kualitas pelayanan pasien, meningkatkan keamanan pasien dan mengurangi isu-isu beban kerja yang
dapat menyebabkan kelelahan pada tenaga medis professional.

Dalam pemberian pelayanan kesehatan baik pada layanan primer dan sekunder, kebutuhan akan
kerjasama tim sangat diperlukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan yang berpusat pada
pasien (patient-centered care), ada beberapa kriteria sehingga dibutuhkan kerjasama
interprofessional yaitu (Schmitt, Farrell, Heinemann, 1988)
1. Melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam perawatan pasien.
2. Disiplin ilmu mencakup beragam pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda yang
diperlukan untuk perawatan pasien
3. Rencana perawatan merefleksikan satu tujuan yang terintegrasi
4. Anggota-anggota tim berbagi informasi dan mengkoordinakan pelayanan-pelayanan yang
diberikan kepada pasien

Definisi dan kompetensi kerjasama tim dalam interprofessional

Kompetensi untuk bekerja di dalam tim adalah mengaplikasikan nilai-


nilai yang membangun kelompok dan prinsip-prinsip dinamika kelompok
untuk melaksanakan fungsi tim secara efektif
(“Apply relationship-building values and the principles of team dynamics
to perform effectively in different team roles to plan and deliver patient-
/population-centered care that is safe, timely, efficient, effective, and
equitable.”)

Kompetensi Kerjasama Tim


▪ memahami proses pengembangan tim ▪ melakukan refleksi secara berkala terhadap posisi
dan fungsi mereka terhadap kelompok peserta
didik, praktisi dan pasien/ klien / keluarga
▪ mengembangkan berbagai prinsip ▪ menghargai kode etik dalam tim, termasuk di
kerjasama yang menghargai nilai-nilai dalamnya kerahasiaan, alokasi sumber daya dan
etis yang dianut oleh anggota kelompok profesionalisme
▪ memfasilitasi diskusi secara efektif dan ▪ menciptakan dan menjaga secara efektif
berinteraksi serta berpartisipasi dengan lingkungan hubungan kerja yang sehat dengan
anggota tim dan menghargai seluruh peserta didik / praktisi, pasien / klien dan keluarga
anggota tim baik di dalam atau di luar tim yang telah
ditentukan
▪ berpartisipasi dan menghargai seluruh
anggota yang berpartisipasi secara
kolaboratif dalam pengambilan
keputusan

21 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Pengertian kerjasama antar profesi

Kata dari “group” atau “team” (Douglas (1983); Adair (1986)) dalam beberapa literatur
dipergunakan secara bergantian. Para pakar mengatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam suatu
kelompok atau tim adalah sama. Menurut Dauglas (1983) mengatakan bahwa
“Teams are co-operative groups in that they are called into being to perform a task, a task that
cannot be performed by an individual” .
Definisi tentang kerjasama antarprofesi (interprofessional teamwork) mengacu pada beberapa

Istilah-istilah dalam kerjasama antarprofesi

Konsep kerjasama antar profesi memiliki beberapa istilah yang sering digunakan secara bergantian.

Istilah Definisi
Collaboration an active and ongoing partnership, often between people from
diverse backgrounds, who work together to solve problems or
provide services.
Collaborative patient- a type of arrangement designed to promote the participation of
centred practice patients and their families within a context of collaborative practice.
Interdisciplinary teamwork relates to the collaborative efforts undertaken by individuals from
different disciplines such as psychology, anthropology, economics,
geography, political science and computer science.
Interprofessional a type of interprofessional work which involves different health and
collaboration social care professions who regularly come together to solve
problems or provide services.
Interprofessional a type of work, similar to interprofessional collaboration (see above)
coordination as it involves different health and social care professions.
It differs as it is a ‘looser’ form of working arrangement whereby
interprofessional communication and discussion may be less
frequent.
Interprofessional education occurs when members (or students) of two or more health and/or
social care professions engage in interactive learning activities to
improve collaboration and/or the delivery of care.
Interprofessional involve two or more health and social care professions who learn
interventions and/or work together to improve their approach to collaboration
(see above).
Interprofessional networks loosely organized groups of individuals from different health and
social care professions, who meet and work together on a periodic
basis.
Interprofessional teamwork a type of work which involves different health and/or social
professions who share a team identity and work closely together in
an integrated and interdependent manner to solve problems and
deliver services.
Multidisciplinary teamwork an approach like interprofessional teamwork (see above), but differs
as the team members are composed from different academic
disciplines (psychology, sociology, mathematics) rather than from
different professions such as medicine, nursing and social work.

22 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Perbedaan Istilah dan Konsep

Prinsip-prinsip dasar kerjasama antar profesi

Pada dasarnya, kerjasama antarprofesi sebagai suatu kegiatan yang didasarkan pada sejumlah
dimensi pokok agar dapat berjalan dengan baik. Kerjasama (teamwork) yang melibatkan dua atau lebih
profesi memiliki kompleksitas yang besar dalam penerapannya. Menurut Reeves (2010), dimensi kunci
dalam kerjasama antar profesi meliputi beberapa hal:
a. Menetapkan tujuan tim yang jelas. Hal ini sangat diharapkan karena bertujuan untuk mencegah
terjadinya multi-persepsi, tumpang-tindih pemahaman, dan tujuan pencapaian.
b. Memiliki suatu ciri atau identitas tim bersama. Konteks ini merupakan salah satu kunci dimensi
yang menunjukkan bahwa tim tersebut menunjukkan identitas dari peleburan berbagai profesi.
Kegiatan tim dan performan tim yang ditunjukkan merupakan suatu ciri dari tim tersebut dan
bukan merupakan ciri suatu profesi.
c. Memiliki komitmen tim bersama. Komitmen merupakan suatu realisasi dari rencana tim untuk
mencapai tujuan kelompok. Dalam kerjasama antarprofesi, komitmen yang dibangun adalah
merupakan hasil kesepakatan kelompok yang ditujukan untuk mencapai tujuan kelompok
dengan mempertimbangkan juga peran dan tanggungjawab profesi.
d. Peran yang jelas pada setiap profesi. Tidak dapat dipungkiri ataupun dihindari bahwa
menyatukan berbagai profesi yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung-jawab yang
berbeda akan menghasilkan tumpang tindih peran dan tugas dari masing-masing profesi.
Dengan melalui kesepakatan dalam kelompok, perlu ditetapkan peran dan tugas masing-
masing profesi yang jelas dalam kerjasama antarprofesi ini.

23 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


e. Adanya konsep saling ketergantungan (interdependece). Interdependence dalam konteks
kerjasama antarprofesi merupakan suatu strategi untuk mengurangi atau menghilangkan
dominan antar profesi. Konsep ini dikembangkan untuk menunjukkan bahwa dalam
penyelesaian suatu masalah kesehatan atau penanganan pasien diperlukan sikap saling
ketergantungan antar satu sama lain sehingga keputusan medis yang diambil merupakan suatu
kesepakatan yang ditujukan untuk menghasilkan outcome atau kesembuhan pasien yang
maksimal.
f. Adanya intergrasi diantara anggota tim. Dimensi utama lainnya yaitu integrasi merupakan suatu
penerapan dari seluruh dimensi yang ada. Integrasi dalam kerjasama tim antarprofesi
merupakan lebih ditujukan pada bagaimana pelayanan pada pasien ataupun penanganan
masalah dilaksanakan secara terintegrasi. Dengan integrasi, bentuk dari pelaksanaan dari suatu
kegiatan merupakan hasil dari kesepakatan dan peleburan dari peran, tugas, dan tanggung-
jawab dari setiap profesi dalam menentukan keputusan medis yang diambil dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan.

Relational
Processual
• Professual power
• Time and space
• Hierarchy
• Routine and rituals
• Socialsation
• Information
• Team composition technology
• Team roles • Unpredictability
• Team processos

INTERPROFESSIONAL
TEAMWORK

Organizational Contextual
• Organizational • Culture
support • Diversity
• Professional • Gender
reprentation • Political wil
• Fear of migation • Economic

Gambar 1. Interprofessional Teamwork (Reeves Scott, Lewin S, Espin S (2010)

Berdasarkan review yang dilakukan oleh Reeves (2005) menyebutkan adanya sejumlah factor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengembangan pendidikan interprofessional dan
berkolaborasi. Menurut Oandasan and Reeves (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi dalam
penerapan pendidikan interprofessional diantaranya adalah
(1) micro level (socialization processes),
(2) meso level (administrative challenges for learners and faculty that affect the teaching environment
and the role of local leaders)
(3) macro level (the need for senior management and government political support) yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan keberhasilan penerapan pendidikan antarprofesi.

Selain itu pada pembentukan collaborative practice skill, Bronstein menyebutkan adanya 4
faktor yang akan mempengaruhi dalam menerapkan interdisciplinary collaboration yaitu (1) personal
characteristics; (2) professional role; (3) structural characteristics; dan (4) history of collaboration.

24 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Dalam bukunya yang berjudul “Interprofessional Teamwork” yang diluncurkan oleh Reeves (2010)
digambarkan tentang faktor-faktor utama yang mempengaruhi kerjasama tim dalam antar profesi
seperti pada gambar di bawah ini.

What makes a team?

Dalam pembentukan sebuah tim, ada beberapa tingkatan kerjasama tim seperti pada gambar di
bawah ini.

25 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Domain Patient-centered Care

Pelayanan Berfokus Pasien (Patient centered care)

Definisi
Menurut Institute for Patient-Family Centered Care (2012) Pelayanan yang berpusat pada
pasien dan keluarga adalah suatu pendekatan dalam perencanaan, pemberian dan evaluasi
pelayanan kesehatan yang berbasis pada kemitraan yang saling memberikan manfaat antara
penyedia pelayanan, pasien, dan keluarga.
Menurut Australian Commision on Safety and Quality in Health care (ACSQHC) patient
centered care adalah suatu pendekatan inovatif terhadap perencanaan, pemberian, dan evaluasi
atas pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan antara
pemberi layanan kesehatan, pasien dan keluarga. Patient centered care diterapkan kepada pasien
dari segala kelompok usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan
(Lumenta, 2012).

Yang dimaksud dengan kompetensi etika dan nilai dalam


interprofessional praktik adalah kemampuan untuk bekerja dengan
individu dari profesi lain untuk mempertahankan iklim saling
mneghormati dan berbagi nilai (“the competence to work with
individuals of other professions to maintain a climate of mutual respect
and shared values.”)

Tujuan Pembelajaran

26 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Perubahan dalam Layanan Kesehatan

Perbedaan Model Tradisonal dengan Patient centered care


Pada model tradisional dalam pelayanan kesehatan, dokter merupakan unit sentral atau
pusat dalam model pelayanan kesehatan.

Gambar 2. Model Tradisional Pelayanan Kesehatan ( Lumenta,2012)

Gambar 3. Model patient centered care (Lumenta,2012).

Pada model tradisional pelayanan kesehatan ini, pasien dan keluarga “dibangun” patuh
tanpa syarat kepada keahlian pada profesional layanan kesehatan yang peternalistik. Model patient
centered care merupakan pendekatan yang lebih modern dalam pelayanan kesehatan sekarang.
Model ini telah menggeser semua pemberi pelayanan kesehatan menjadi di sekitar pasien dan
berfokus kepada pasien. Pada model patient centered care ini diberlakukan kemitraan yang setara
(Sodomka,2006).

Konsep Inti Patient centered care

Ada 4 Konsep inti yang ada dalam konsep PCC (Patient Centered Care) dalam PFCC 2007,
Benchmarking Project, Executive Summary and Strategy Map yaitu : martabat dan respek, berbagi
informasi, partisispasi, dan kolaborasi.

1. Martabat dan Respek


Dalam aspek ini, sikap seorang tenaga kesehatan mendengarkan, peduli dan menghormati
pilihan pasien. Pengetahuan, nilai-nilai yang dianut, dan background Pasien, Perawat, Fisioterapi,
Analis Dokter apoteker Lainnya Ahli Gizi budaya pasien ikut berperan penting selama perawatan
pasien dan menentukan outcome pelayanan kesehatan kepada pasien. Kultur (kebudayaan) adalah
determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Seorang anak memperoleh
serangkaian nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarganya (Thamrin,2012).
Aspek martabat dan respek dalam konsep patient centered care adalah perilaku seorang
perawat yang mencerminkan sikap caring saat melaksanakan pelayanan kesehatan. Perilaku caring
mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan
dengan ikhlas (Dwidyanti,2009). Perilaku caring memiliki inti yang sama yaitu sikap peduli,

27 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


menghargai dan menghormati orang lain,member perhatian, dan mempelajari kesukaan seseorang
serta cara berpikir dan bertindak.

2. Berbagi Informasi Komunikasi

Dalam menginformasikan sesuatu kepada konsumen layaknya dilakukan dengan efektif.


Tanpa komunikasi yang efektif di berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut organisasi tidak
akan melayani kebutuhan seorang konsumen dengan baik (Nugroho J. Setiadi, 2013 ). Dalam hal ini,
mengkomunikasikan dan menginformasikan secara lengkap mengenai kondisi pasien dan hal- hal
yang berkaitan dengan pasien, maupun program perawatan dan intervensi yang akan diberikan
kepada pasien. Memberikan Informasi secara lengkap dapat membantu dalam perawatan pasien,
meningkatkan pengetahuan pasien dan pembuatan keputusan.( PFCC, 2007) .

3. Partisipasi
Pasien dan keluarga dilibatkan dan di-support untuk ikut serta dalam perawatan dan
pembuatan keputusan ( PFCC,2010). Partisipasi adalah hal yang dapat mendorong peran serta
pasien dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan,
dan harapan pasien. Keterlibatan atau partisipasi adalah status motivasi yang menggerakkan serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saatn mereka mengambil keputusan
( Nugroho J. Setiadi, 2013).

4. Kolaborasi
Tenaga kesehatan mengajak pasien dan keluarga pasien dalam membuat kebijaksanaan,
perencanaan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi program yang akan
didapatkan oleh pasien ( Kusumaningrum,2009).
Planetree, pemimpin patient centered care yang diakui secara internasional telah
menunjukkan langkah besar dalam memajukan konsepnya. Model perawatan planetree adalah
pendekatan holistic berpusat pada pasien yang mempromosikan penyembuhan mental, emosional,
spiritual, social, dan fisik, sebagian dengan memberdayakan pasien dan keluarga melalui pertukaran
informasi (Cliff,2012).

28 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PEDAGOGI DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Apa teori dan strategi pembelajaran pada IPE?

Teori pendidikan yang berkaitan dengan IPE

Pada makalah yang diterbitkan dalam AMEE 42 (Association Medical Education E ) tentang teori-
teori Pendidikan yang mendasari dalam pembelajaran IPE, maka ada beberapa teori yang dapat
diterapkan dalam IPE terangkum dalam penjelasan di bawah ini.

Teori Sosial Kognitif

Konsep dasar teori  Memberikan kesempatan belajar melalui interaksi timbal balik yang dinamis
diantara individu peserta didik, dengan perilaku siswa dan lingkungan.
 Memandu pengembangan penerapan pendidikan interprofesional (IPE)
dengan memperkenalkan faktor-faktor yang mempengaruhi konteks
pembelajaran, pengajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan
pengalaman peserta didik.
 Pengembangan kurikulum melalui penerapan role-model dan
demonstrasi/simulasi/praktik
 Memungkinkan siswa, fasilitator, dan pengguna layanan untuk membangun
self-efficacy melalui latihan.
Faktor-faktor yang - Kebutuhan untuk memasukkan model peran untuk menunjukkan praktik
perlu dipertimbangkan kolaboratif oleh fasilitator dan di lokasi yang dipilih untuk pengalaman siswa.
dalam penerapan
teori ini - Kebutuhan untuk mengembangkan tugas pendidikan interprofesional yang
memungkinkan siswa, fasilitator dan pasien untuk membangun efikasi diri melalui
latihan.
Pendekatan 1) Pembelajaran aktif dan pengalaman dalam memecahkan masalah otentik
instructional dalam (2) Pengalaman praktik kolaborasi kelompok kecil dan pemecahan masalah
penerapan teori ini (3) Pembelajaran berbasis masalah
Contoh penerapan Pembelajaran aktif / learning active
(1) Dimasukkannya kelompok pengguna layanan dengan kebutuhan perawatan
kesehatan yang memerlukan pendekatan interprofesional kolaboratif untuk
manajemen mereka dan partisipasi pengguna layanan aktif untuk mencapai hasil
yang diinginkan.

Praktik kolaborasi / collaborative practice


(2) Keterlibatan aktif peserta didik dalam membingkai masalah yang dialami oleh
pengguna layanan ini dan dalam bekerja dengan mereka untuk mengembangkan
dan menerapkan pendekatan untuk solusi mereka.

Problem based learning


(3) Pembentukan kelompok praktik mahasiswa interprofesional kecil untuk
memfasilitasi kolaborasi pengalaman belajar, yang melibatkan semua anggota
kelompok. Memecahkan masalah nyata yang dialami oleh pengguna layanan

29 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


memberi peluang pembelajaran pengalaman, mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan persepsi efikasi diri siswa.

(4) Presentasi masalah dalam pengaturan klinis oleh pengguna layanan nyata,
menghasilkan proses pembelajaran mandiri dan penerapannya untuk masalah
tersebut.

Teori Sosial Kognitif

Konsep dasar teori - Memfasilitasi pembelajaran melalui pemagangan dan partisipasi aktif dalam
praktik komunitas profesional.

- Memungkinkan peserta didik untuk dianggap sebagai peserta yang sah dari
komunitas, bekerja dari pinggiran komunitas menuju pusat dengan peningkatan
tanggung jawab dan keterlibatan.

 - Memfasilitasi pembelajaran melalui partisipasi terbimbing dalam praktik-


praktik masyarakat, yang melaluinya identitas dan makna dikembangkan
Faktor-faktor yang - Kebutuhan untuk menyediakan kesempatan belajar yang memungkinkan siswa
perlu dipertimbangkan untuk berpartisipasi secara sah dalam komunitas praktik yang ada di mana model
dalam penerapan praktik kolaboratif telah ditetapkan.
teori ini
- Perlunya memberikan dukungan untuk memungkinkan siswa membangun
komunitas praktik mereka sendiri yang kondusif untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan perawatan pasien kolaboratif
antar-profesional
Pendekatan (4) Peluang untuk refleksi dan integrasi pembelajaran
instructional dalam
penerapan teori ini (5) Pembelajaran kooperatif
Contoh penerapan Peluang untuk refleksi dan integrasi pembelajaran
(5) Memasukkan peluang bagi siswa untuk merefleksikan pengalaman pribadi,
konten dan proses kerja tim mereka dan hasil yang dicapai melalui seminar dan
diskusi.

Pembelajaran kooperatif
(6) Mewujudkan keterampilan kunci seperti saling ketergantungan, interaksi tatap
muka, pengambilan keputusan kolektif, akuntabilitas individu, keterampilan
interpersonal dan kelompok kecil, dalam proses individu dan kelompok yang terlibat
dalam penilaian dan pengembangan rencana manajemen pasien kolaboratif

Teori Konstruktif

Konsep dasar teori - Memungkinkan peserta didik untuk membangun teori mereka sendiri
pengetahuan pribadi dan representasi dunia, melalui membangun pengetahuan dan
pengalaman masa lalu untuk memasukkan pengetahuan baru.

- Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

- Memungkinkan siswa untuk diberikan pengalaman otentik dalam lingkungan yang


kaya.

30 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


- Menawarkan siswa kesempatan untuk mencerminkan dan mengintegrasikan
pembelajaran.
Faktor-faktor yang - Kebutuhan untuk memasukkan model peran untuk menunjukkan praktik
perlu dipertimbangkan kolaboratif oleh fasilitator dan di lokasi yang dipilih untuk pengalaman siswa.
dalam penerapan
teori ini - Kebutuhan untuk mengembangkan tugas pendidikan interprofesional yang
memungkinkan siswa, fasilitator dan pasien untuk membangun efikasi diri melalui
latihan.
Pendekatan
instructional dalam
penerapan teori ini
Contoh penerapan

Teori Transformatif Learning

Konsep dasar teori - Mempertimbangkan perkembangan diri, melibatkan interaksi dengan orang lain.

- Menawarkan kesempatan untuk membebaskan orang dari bias yang diperoleh


selama pengalaman belajar sebelumnya dengan terlibat dalam peluang belajar yang
menantang pandangan dunia mereka.

- Mendorong siswa untuk secara kritis merefleksikan, melalui diskusi dengan


orang lain, untuk memahami pandangan dunia mereka sendiri dan orang lain.
Faktor-faktor yang - Kebutuhan untuk mengakui bahwa pengalaman belajar siswa perlu memasukkan
perlu dipertimbangkan waktu dan kesempatan untuk memahami cara-cara kolaborasi saat ini bekerja
dalam penerapan dengan orang lain; dan mengubah perilaku.
teori ini
- Kebutuhan untuk mengembangkan kesempatan belajar yang mendorong siswa
untuk secara kritis merefleksikan dan berpartisipasi dalam dialog, untuk menantang
sikap dan kepercayaan yang ada tentang profesi mereka sendiri dan orang lain.

- Kebutuhan untuk menghubungkan waktu pengalaman pendidikan interprofesional


dengan kesiapan siswa untuk belajar, dengan mempertimbangkan keyakinan bahwa
perubahan bersifat inkremental ditambah dengan hubungan yang jelas antara
tingkat pemahaman yang mendalam dan tingkat pendidikan
Pendekatan Tahap pemaparan.
instructional dalam Siswa tingkat junior berpartisipasi dalam pengalaman belajar paralel dengan rekan-
penerapan teori ini rekan dari profesi lain melalui:
(1) konferensi antarprofesional;

(2) kegiatan sosial.

(3) Acara Tantangan Tim Perawatan Kesehatan (HCTC), diadakan di hadapan banyak
teman, staf pengajar dan praktisi masyarakat, di mana dua Tim siswa ditantang
untuk menghasilkan rencana manajemen kasus kolaboratif dalam waktu yang
ditentukan.

(4) Partisipasi siswa dalam klinik penjangkauan kesehatan, bekerja dalam kemitraan
dengan orang-orang dengan kebutuhan perawatan kesehatan yang menantang dan
belajar tentang profesi lain.
Contoh penerapan (1) Menyelenggarakan konferensi antarprofesional yang memaparkan siswa kepada
rekan-rekan dari disiplin ilmu lain dan memperkenalkan mereka pada konsep
praktik interprofesional.

31 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


(2) Mendorong badan siswa untuk mengatur kegiatan sosial interprofesional yang
mempromosikan kolaborasi dan interaksi.

(3) Mengundang siswa, staf, dan praktisi komunitas untuk menghadiri acara HCTC.
Buat dua tim mahasiswa interprofesional yang ditantang untuk mengerjakan kasus
yang telah disediakan oleh Fakultas, dan kembangkan rencana manajemen
kolaboratif dalam waktu yang disepakati sebagai tanggapan atas sejumlah
pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya yang diajukan kepada mereka oleh
seorang moderator. Di akhir acara, atur agar kedua tim diberikan umpan balik oleh
praktisi komunitas, dan dorong semua siswa yang mengamati HCTC untuk
merefleksikan pengamatan mereka untuk menginformasikan apresiasi mereka
terhadap praktik antarprofesional.

(4) Mengatur siswa untuk menghadiri klinik penjangkauan kesehatan untuk bekerja
terutama di bawah pengawasan pendidik klinis dari profesi mereka sendiri. Selama
waktu ini, siswa juga dihadapkan pada pandangan profesi lain melalui sesi pelatihan,
pertemuan tim, dan kegiatan bersama dengan kelompok pasien.

Teori Development

Konsep dasar teori  Memberikan peluang untuk menjaga kami rasa diri atau untuk berubah,
menghargai bahwa interaksi terjadi dalam sejarah pribadi kita sendiri dan rasa
diri, interaksi antarpribadi, dan konteks budaya dan sosial tempat kita
beroperasi.
 Mengakui bahwa lingkungan tempat siswa dilatih dan orang-orang yang
berinteraksi dengan mereka dapat secara signifikan memengaruhi
perkembangan profesional mereka.
 Menawarkan siswa melalui paparan sistematis untuk profesi lain, kesempatan
untuk belajar bahwa ada cara lain untuk melihat dunia.
 Memperluas perspektif siswa, meminimalkan masalah komunikasi dan
kesalahpahaman yang mungkin terjadi di antara profesi kesehatan
Faktor-faktor yang - Kebutuhan untuk memberikan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa
perlu dipertimbangkan untuk ditantang berdasarkan komunitas intrapersonal, interpersonal dan
dalam penerapan interprofesional dalam lingkungan belajar yang lebih luas.
teori ini
- Kebutuhan untuk memasukkan peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan
anggota dari profesi lain selama program mereka.
Pendekatan Tahap pencelupan. Siswa tingkat senior dengan pengetahuan yang lebih mendalam
instructional dalam tentang profesi mereka melalui:
penerapan teori ini (1) Pengalaman penempatan kampus dan praktik, memungkinkan siswa untuk
belajar secara kolaboratif dengan rekan-rekan dari profesi lain.
(2) Siswa ditawari kesempatan untuk 'refleksi diri' yang diperlukan untuk mengubah
perspektif mereka saat ini pada diri mereka sendiri, profesi mereka dan orang lain

Penguasaan. Peluang belajar tingkat lanjut yang sesuai untuk mahasiswa


pascasarjana dengan pengalaman yang cukup.

(1-3) Pendekatan instruksi yang digunakan


Mendorong keterampilan berpikir kritis tingkat lanjut, tingkat refleksi diri yang tinggi
dan penghargaan mendalam terhadap kontribusi profesi Anda sendiri dan profesi
lain dalam perawatan kesehatan dan sosial.
Contoh penerapan Mengembangkan peluang pembelajaran interprofessional, belajar dari (1) Program
Pedesaan; dan (2) Program Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Interprofesional
yang terakreditasi.

32 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


(1) Membangun program kemitraan antara Universitas, otoritas kesehatan dan
pemangku kepentingan eksternal lainnya untuk memfasilitasi pengembangan
peluang pembelajaran di mana siswa dapat mempraktikkan kolaborasi
antarprofesional dalam penempatan komunitas pendidikan antar-profesional
pedesaan. Alokasikan kelompok interprofesional yang terdiri dari empat dan tujuh
siswa ke penempatan ini di mana siswa dapat berlatih secara interprofesional dan
memenuhi tujuan khusus profesi. Dibimbing oleh seorang pendidik dari profesinya
sendiri

(2) siswa menerima umpan balik tentang keterampilan kolaboratif dan kerja tim
mereka dari berbagai profesi.

(3) Mengembangkan modul terakreditasi, diajarkan oleh tim yang mewakili berbagai
profesi, yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam peluang
pembelajaran berbasis kampus dan praktik. Berikan siswa kesempatan untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya mereka, merenungkan praktik
interprofesional dengan orang-orang dari kelompok tertentu.

Metoda pembelajaran pendidikan antar profesi.

Domain kompetensi kolaborasi interprofesi yang perlu dicapai melalui pendidikan


interprofesi, sesuai dengan uraian pada naskah akademik pendidikan interprofesi adalah sebagai
berikut:
1. Etika dan nilai
2. Peran profesi kesehatan
3. Komunikasi interprofesi
4. Kerjasama dan kolaborasi interprofesi
5. Pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu, keluarga dan komunitas

Kompetensi kolaborasi interprofesi seperti tersebut di atas menjadi salah satu dasar
pemilihan strategi pengajaran dan pembelajaran yang sesuai untuk penyelenggaraan pendidikan
interprofesi. Strategi pengajaran/pembelajaran yang digunakan tetap bersifat student centered active
learning, yaitu pembelajaran aktif berpusat pada peserta didik. Namun perlu diperhatikan dalam
pendidikan interprofesi bahwa peserta didik harus sebanyak mungkin mendapatkan kesempatan
untuk berinteraksi, belajar mengenai dan dari satu sama lain, serta belajar bekerja sama. Sehingga
kelompok peserta didik harus bersifat heterogen yang berasal dari berbagai profesikesehatan.
Sebelum belajar mengenai peran profesi lain, peserta didik juga harus sudah mengenal tugas dan
peran profesinya masing-masing.
Tahapan metode pembelajaran dalam pendidikan interprofesi dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1. Pembelajaran di dalam kelas (classroom-based learning)
2. Pembelajaran di rumah sakit/klinik (hospital/clinical-based learning)
3. Pembelajaran di komunitas/masyarakat (community-based learning)

Beberapa isilah dalam metode pembelajaran yang berkaitan dengan Stucent centered learning :

1. SGD: merupakan metode pembelajaran dimana peserta mendiskusikan secara kritis dalam suatu
kelompok kecil (beranggotakan 5-10 mahasiswa), untuk kemudian mempresentasikan dan
mendiskusikannya di kelas/forum yang lebih besar.

33 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


2. PBL: adalah metode belajar dimana peserta melakukan penggalian/pencarian informasi (inquiry)
serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual/yang dirancang oleh
fasilitator
3. Project based Learning (PjBL): suatu metode dimana peserta mengerjakan tugas (berupa proyek)
yang telah dirancang secara sistematis oleh fasilitator, dan menunjukkan kinerjanya serta
mempertanggung jawabkan hasil kerjanya di dalam suatu forum.
4. Role play (simulation): merupakan metode belajar dimana peserta mempelajari dan menjalankan
suatu peran yang ditugaskan kepadanyaatau mempraktekkan/mencoba berbagai model/tata cara
yang telah disiapkan.
5. Case study: sutu metode belajar dimana pelajarmempelajari kasus nyata atau kasus tertentu,
untuk memilih alternatif secara kolaborasi dalam pemecahan yang dianggap paling tepat
berdasarkan pemahaman terhadap permasalahan, analisis, dan perbandingan alternatif
pemecahan yang tersedia.

Pembelajaran berbasis kelas dapat digunakan pada pendidikan interprofesi di tahap awal
yaitu di level preklinik/akademik, sedangkan pembelajaran berbasis rumah sakit dan komunitas
bermanfaat untuk pendidikan interprofesi di tahap klinik. Pada tahap klinik, peserta didik akan berlatih
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh pada situasi nyata dimana
kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan diperlukan untuk menangani suatu masalah kesehatan.
Setiap tahapan pembelajaran memiliki serangkaian metode yang dapat dimanfaatkan oleh
institusi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Metode pembelajaran diskusi
kelompok (small group learning) dan project based learning merupakan contoh metode yang dapat
digunakan untuk melatih peserta didik bekerja sama dengan peserta didik dari profesi lain dalam
penanganan suatu masalah kesehatan. Diskusi kelompok dapat digunakan untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dasar dan latihan penerapannya dilakukan melalui kegiatan project based
learning.
Berikut ini (tabel 1) adalah contoh penerapan setiap tahapan metode pembelajaran menurut
Bridges dkk (2010), dengan beberapa penyesuaian.

Tabel 1. Contoh penerapan metode pembelajaran dalam program pendidikan interprofesi

Tahapan belajar Contoh uraian kegiatan Metode pembelajaran


Tahapan Tahapan pembelajaran di kelas dapat Metode yang dapat
pembelajaran di dimanfaatkan untuk mencapai beberapa diterapkan:
kelas (in campus) contoh sasaran pembelajaran seperti 1. Ice-breaking
tersebut di bawah ini: 2. Kegiatan dinamika
1. Mendeskripsikan karakter masing- kelompok
masing profesi kesehatan dan bentuk- 3. Diskusi kelompok
bentuk kolaborasi kesehatan kecil seperti
2. Menganalisa interaksi interprofesi dan collaborative
fungsinya dalam memberikan patient- learning, question
centered care yang berkualitas based learning,
3. Mendiskusikan berbagai program problem based
pengabdian masyarakat sebagai bentuk learning, case
kontribusi profesi kesehatan based discussion,
4. Mengidentifikasi tenaga kesehatan dll
lainnya yang dapat berkontribusi dalam 4. Refleksi diri
pendekatan interprofesi dalam 5. Project based
menyelesaikan suatu kondisi kesehatan learning (dapat

34 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Tahapan belajar Contoh uraian kegiatan Metode pembelajaran
tertentu diterapkan dalam
5. Menganalisis suatu kondisi kesehatan kondisi simulasi di
tertentu dan memberikan alternatif kelas, atau masih
solusi melalui pendekatan interprofesi. dalam tahap
6. Mengidentifikasi situasi dimana advokasi penyusunan
kesehatan diperlukan (baik di tingkat rencana/proposal
individu, institusi, atau pemerintah) program
7. Mendiskusikan isu terkini yang kelompok)
mempengaruhi tenaga kesehatan 6. Presentasi dalam
kelompok besar

Tahapan Rangkaian kegiatan pembelajaran dapat 1. Observasi


pembelajaran di dilaksanakan dalam pembagian seperti kasus/klinis
rumah sakit/ contoh di bawah ini. 2. Diskusi kelompok
klinik kecil
Sesi satu 3. Interprofessional
Satu kelompok peserta didik hadir untuk case management
mengobservasi pasien tertentu di rumah 4. Refleksi diri
sakit/klinik, lalu melakukan diskusi 5. Presentasi dalam
interprofesi, dan memilih satu pasien untuk kelompok besar
ditindaklanjuti

Sesi dua
Setiap kelompok peserta didik
mendiskusikan riwayat medis pasien, lalu
menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan pendekatan interprofesi, seperti di
bawah ini:
1. Bagaimana profesi dokter, dokter gigi,
perawat, dan apoteker dapat
berkontribusi dalam perawatan pasien
tersebut?
2. Apakah tujuan perawatan dari pasien
tersebut?
3. Bagaimanakan peran profesi anda
dalam mencapai tujuan perawatan
pasien tersebut? Apakah bukti
ilmiah/justifikasi penggunaan metode
pendekatan perawatan yang anda pilih?
4. Selain profesi-profesi di atas, adakah
tenaga kesehatan lain yang anda
pertimbangkan dapat berperan dalam
membantu perawatan pasien tersebut?
Apa justifikasi anda dalam melibatkan
profesi lainnya?
5. Informasi apa yang sebaiknya Anda gali
dari pasien tersebut yang membantu
anda dalam menentukan rencana
perawatan bersama?

35 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Tahapan belajar Contoh uraian kegiatan Metode pembelajaran
Sesi tiga
Setiap kelompok peserta didik kembali ke
klinik/rumah sakit untuk melakukan tindak
lanjut terhadap pasien

Sesi empat
Semua kelompok peserta didik berkumpul,
dan secara bergiliran mempresentasikan
kondisi pasien dan pendekatan interprofesi
yang mereka lakukan

Tahap Pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa 1. Community


pembelajaran di kali tatap muka, yang memungkinkan projects
komunitas peserta didik bersama-sama mendiskusikan 2. Family/home
ide-ide dalam proyek berbasis komunitas. visit/care
Contoh langkah-langkahnya dapat diuraikan 3. Refleksi diri
sebagai berikut: 4. Diskusi kelompok
1. Peserta didik mengidentifikasi kondisi kecil
wilayah lokal dan kebutuhan perawatan 5. Presentasi dalam
dari wilayah lokal. Peserta didik kelompok besar
diberikan daftar program-program yang
pernah dilaksanakan oleh pemerintah
setempat, atau oleh kelompok
terdahulu
2. Peserta didik melakukan diskusi untuk
membuat perencanaan program/proyek
apa yang akan dilaksanakan
3. Peserta didik mengimplementasikan
program yang sudah mereka rancang
bersama
4. Peserta didik membuat dan
mempresentasikan luaran berupa
poster, video, atau media lainnya yang
menggambarkan proyek pengabdian
masyarakat yang sudah mereka lakukan.
Peserta didik juga menuliskan
pengalaman yang mereka pelajari
melalui refleksi diri.

Refleksi diri merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam menunjang pencapaian
sasaran pembelajaran dalam pendidikan interprofesi, karena refleksi diri memungkinkan peserta didik
menilai pemahaman, persepsi dan pengalamannya dalam bekerja sama dan berkolaborasi secara
interprofesi. Berdasarkan hasil refleksi diri tersebut, maka peserta didik dapat mengidentifikasi lessons
learned dan menyadari hal-hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas kolaborasi
interprofesi.
Masalah kesehatan yang relevan dengan praktik profesi kesehatan yang akan dijalankan oleh
peserta didik perlu dijadikan konteks pembelajaran. Pembahasan mengenai peran profesi kesehatan
dan kolaborasi menggunakan kasus yang riil akan berjalan dengan lebih kontekstual dan relevan
dengan kebutuhan peserta didik dan juga masyarakat. Beberapa contoh masalah kesehatan yang
dapat digunakan adalah diabetes melitus dengan komplikasi, demam berdarah dengue, masalah

36 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


kesehatan akibat bencana alam seperti banjir, tuberkulosis paru, tumbuh kembang bayi dan anak,
geriatri, dan lain-lain. Menggunakan contoh masalah di atas dapat dipelajari peran masing-masing
profesi kesehatan yang terlibat, bagaimana komunikasi interprofesi dapat berlangsung, peran
pemimpin yang diperlukan dan lain sebagainya.

37 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PERAN DOSEN & GENERIC SKILL MAHASISWA
Pada Pembelajaran Interprofessional
Bagaimana memfasilitasi dalam diskusi pada kegiatan pembelajaran IPE?

Dalam pembelajaran interprofessional, fasilitator bukanlah anggota tim ataupun pengamat dalam
diskusi. Tapi fasilitator adalah seorang yang mampu untuk:
1. Dibaratkan seperti bergerak seperti pasang surut air sesuai dengan interaksi mahasiswa, dan
muncul ke permukaan sesuai kebutuhan untuk menjelaskan dinamika kelompok
2. Mengambil kesimpulan tentang adanya pemahaman-pemahaman yang baru
3. Merangsang refleksi
4. Menggerakkan tim interprofessional secara gentle
5. Memelihara terciptanya suatu pemahaman bersama di antara anggota tim

Peran Dosen

FASILITATOR
▪ Mengarahkan peserta
▪ mengembangkan komitmen bersama dan yang menjaga komitmen tersebut selama program
berlangsung.
▪ Fasilitator tidak harus menjadi orang yang ahli di dalam bidang atau area kerja peserta
fasilitasi.
▪ Fasilitator fokus pada pengembangan dan pengelolaan proses yang efektif untuk membantu
kelompok mencapai hasil yang mereka kehendaki.
▪ Fasilitator yang ahli kadang sama sekali tidak mengenal subjek/ isu yang menjadi pekerjaan
kelompok yang difasilitasi, namun berhasil memfasilitasi kelompok mencapai tujuannya.

38 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Mendorong
BEKERJA
dalam TIM
Memahami
Partisipasi proses pengem-
dalam Evaluasi bangan IP SKills
PERAN
FASILI-
TATOR
Mengarahkan IPE
siswa sebagai Memberikan
anggota tim Feedback

Mendorong
Peran dan Tugas
Profesi

COACHING
▪ Proses coaching secara umum dimaknai sebagai suatu aktivitas untuk membantu orang lain
(peserta didik) menemukan kekuatan dan mengidentifikasi kekurangan dalam rangka
mencapai target kinerja dan produktivitas.
▪ Seorang coach adalah fasilitator, bukan guru.
▪ Seorang coach adalah motivator yang mendukung tujuan peserta didik.
▪ Seorang coach tidak akan memberikan ilmu / solusi tertentu tapi mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk menggali sehingga seseorang (coachi) bisa menemukan solusinya sendiri.
▪ Dalam proses coaching, seorang coach bisa jadi tidak mendalami bidang atau area pekerjaan
yang dihadapi oleh coachee (orang yang di-coach).
▪ Akan tetapi, melalui proses interaksi yang terarah, coachee akan mendapatkan ide atau
gagasan untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan yang telah dimilikinya.
▪ Coach menjadi cermin, membantu dan memberi saran kepada peserta didik untuk
melakukan pekerjaan atau mencapai tujuan kelompok.
▪ Coach adalah orang yang ahli dalam memfasilitasi pencapaian tujuan atau proses
perkembangan diri klien, namun dia tidak perlu ahli benar dalam topik yang di-coach-nya.
▪ Coach akan membantu peserta didik dengan menyediakan tools dan hal-hal yang dapat
memotivasi dan membantu pencapaian.
▪  Berbasis “one-on-one”  coach membantu untuk fokus dan mencapai tujuan-tujuannya
lebih cepat.

MENTORING
▪ Metode pengembangan dimana seorang mentor akan mengajarkan tips trik, pengalaman
sukses, metode sukses, cara-cara sukses sesuai dengan pengalaman mentor.
▪ Seorang mentor adalah orang yang ahli dibidangnya dan akan mentransfer ilmunya kepada
peserta didik.
▪ Jadi tugas seorang mentor adalah mendampingi seseorang (mentee).
▪ Seorang mentor harus lebih expert dari menteenya.
▪ Durasi dalam mentoring cukup panjang  pada satu siklus, terkadang seorang mentor
dapat juga melakukan coaching, training maupun facilitating dalam masa mentoring.

39 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Generic skills yang diperlukan untuk praktik interprofessional

Apa ketrampilan umum (generic skill) yang diperlukan dalam IPE?

Keterampilan generik berbeda dari


keterampilan teknis yang merujuk pada
kepribadian, sifat, rahmat sosial,
komunikasi, dan kebiasaan pribadi yang
menjadikan seorang pria sempurna Generic
skills didefinisikan sebagai keterampilan
yang dapat digunakan pada sejumlah besar
pekerjaan yang berbeda dan diterapkan
dalam sejumlah situasi yang berbeda (The
skills which can be used over a large number
of different occupations and applied to in a
number of different situations)

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk sebagai seorang profesi yaitu:

A. Ketrampilan klinik dan B. Isu Legal dan Etika dalam C. Clinical Governance and
Komunikasi Pelayanan Kesehatan Patient Safety
- Profesionalisme - Capacity and consent - Why things go wrong
- Konsultasi - The mental health act and - Human factors
- Promosi kesehatan common law - Safe prescribing
- Berpikiran kritis (Clinical - Confidentiality - Infection control
reasoning) - Sertifikat kematian - Use of evidence and
- Komunikasi dengan kolega - Fitness to drive guideline
dan profesi lain - Adult and child protection - Audit
- Rekam medik (memahai dan - Prinsip etik dalam yankes
menulis) - Advance directivesI
- Prioritas waktu - Isu end of life

Dalam melakukan praktik interprofessional diperlukan


juga ketrampilan umum (generic skills) yaitu:
- Respect
- Knowledge of own side
- Knowledge of own attitudes, assumptions, stereotypes
- Some understanding of other professional role OR the
ability to ask about them
- Ability to listen
- Comfort with role blurring

40 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


K o m u n i k a s I / COMMUNICATION

Sebagai soft skill, komunikasi bukan tentang banyak suku kata atau pidato yang membangkitkan
semangat. Komunikator yang cakap dapat menyesuaikan nada dan gaya mereka sesuai dengan
audiens mereka, memahami dan bertindak secara efisien berdasarkan instruksi, dan menjelaskan
masalah yang kompleks kepada rekan kerja dan klien. Komunikasi juga merupakan aspek penting
dari kepemimpinan, karena pemimpin harus dapat mendelegasikan secara jelas dan komprehensif.

Motivasi Diri / SELF MOTIVATION

Memiliki sikap positif dan inisiatif untuk bekerja dengan baik tanpa pengawasan sepanjang waktu
adalah keterampilan lunak yang vital bagi setiap karyawan. Tidak hanya itu menunjukkan keandalan
dan komitmen, tetapi itu menunjukkan bahwa Anda dapat masuk secara efisien ke dalam struktur
organisasi tanpa perlu pengawasan konstan.

Kepemimpinan / LEADERSHIP

Kepemimpinan adalah keterampilan lunak yang dapat Anda tunjukkan meskipun Anda tidak
mengelola orang lain secara langsung. Kepemimpinan dapat dianggap sebagai kumpulan berbagai
soft skill lainnya, seperti sikap dan pandangan positif umum, kemampuan berkomunikasi secara
efektif, dan bakat untuk memotivasi diri sendiri dan memotivasi orang lain.

Tanggung Jawab / RESPONSIBILITY

Kesadaran diri jarang dibicarakan tetapi keterampilan halus sangat dihargai; mengetahui kapan
menerima tanggung jawab atas kesalahan yang telah Anda lakukan menunjukkan tingkat
kerendahan hati yang sehat, dan kemauan untuk belajar dan berkembang.

Kerja Tim / TEAMWORK

Seperti halnya kepemimpinan, kerja tim yang baik melibatkan kombinasi keterampilan lunak lainnya.
Bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama membutuhkan intuisi dan kecerdasan
interpersonal untuk mengetahui kapan harus menjadi pemimpin, dan kapan harus menjadi
pendengar. Para pemain tim yang baik tanggap, serta mau menerima kebutuhan dan tanggung
jawab orang lain.

Penyelesaian Masalah / PROBLEM SOLVING

Pemecahan masalah tidak hanya membutuhkan keterampilan analitis, kreatif, dan kritis, tetapi pola
pikir tertentu: mereka yang dapat mendekati masalah dengan kepala dingin dan level sering kali
akan mencapai solusi lebih efisien daripada mereka yang tidak bisa. Ini adalah soft skill yang sering
dapat mengandalkan kerja tim yang kuat juga. Masalah tidak harus selalu diselesaikan sendirian.
Kemampuan untuk mengetahui siapa yang dapat membantu Anda mencapai solusi, dan bagaimana
mereka dapat melakukannya, bisa menjadi keuntungan besar.

Ketegasan / DECISIVENESS

Mengetahui perbedaan antara ketegasan dan kecerobohan menyiratkan keterampilan lunak dalam
dirinya sendiri. Ketegasan menggabungkan sejumlah kemampuan yang berbeda: kemampuan untuk

41 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


menempatkan segala sesuatu ke dalam perspektif, untuk menimbang pilihan, untuk menilai semua
informasi yang relevan dan, yang terpenting, untuk mengantisipasi konsekuensi, baik dan buruk.

Kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan dan manajemen waktu

Banyak pekerjaan datang dengan tenggat waktu yang menuntut dan terkadang taruhan tinggi.
Perekrut menghargai kandidat yang menunjukkan sikap tegas, kemampuan tak tergoyahkan untuk
berpikir jernih, dan kapasitas untuk mengotak-atik dan mengesampingkan stres. Manajemen waktu
terkait erat dengan kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan, serta dalam tenggat waktu yang
ketat. Karyawan yang mengatur waktu mereka dengan baik dapat secara efisien memprioritaskan
tugas dan mengatur buku harian mereka, sambil mengadopsi sikap yang memungkinkan mereka
mengambil tugas dan tenggat waktu baru.

Fleksibilitas / FLEXIBILITY

Secara alami, orang bisa waspada meninggalkan zona nyaman yang dibentuk oleh daftar
keterampilan keras mereka. Fleksibilitas adalah keterampilan lunak yang penting, karena
menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk memperoleh keterampilan keras baru, dan pikiran
terbuka untuk tugas-tugas baru dan tantangan baru. Pengusaha sering mencari kandidat yang dapat
menunjukkan sikap bersedia dan optimis, karena banyak pekerjaan datang dengan kemungkinan
pemutusan hubungan kerja.

Negosiasi dan Resolusi Konflik / NEGOTIATION AND CONFLIC RESOLUTION

Ini adalah salah satu dari keterampilan lunak yang dicari oleh para pengusaha di calon pemimpin.
Menjadi negosiator yang mahir adalah mengetahui bagaimana menjadi persuasif dan memberikan
pengaruh, sambil secara sensitif mencari solusi yang akan menguntungkan semua pihak. Demikian
pula, resolusi konflik tergantung pada keterampilan interpersonal yang kuat dan kemampuan untuk
membangun hubungan dengan rekan kerja dan klien.

42 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


TAHAPAN PENGEMBANGAN
INTERPROFESSIONAL EDUCATION
Pengembangan IPE

IPE dikembangkan dalam tiga tahap yaitu:


Tahap Exposure (pemaparan)  who am I and how do I understand my role?
Pada tahap ini, modul pembelajaran dikembangkan untuk tujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami tujuan praktik interprofessional dan kompetensi utama
2. Mendeskripsikan tentang peran profesi diri, responsibilitis, value/nila dan cakupan
praktik tentang profesinya.
3. Mengidentifikasi bagaimana peran profesi diri, responsibilitis, value/nila dan cakupan
praktik tentang profesinya yang similar dan berbeda dari profesi yang lain dengan
profesi lain dalam tim

Tahap Immersion (pencelupan - penerapan )  who am I in relation to?


Pada modul tahap ini, mahasiswa akan menggunakan kesempatan ini untuk menguji
pemahamannya (aumsi, anggapan) terhadap tim kolaborasi. Pada fase ini, mahasiswa dapat
menggunakan berbagai fasilitas untuk meningkatkan pemahaman pada tahap “immersion”. Siswa
dapat memilih melakukan kegiatan secara mandiri untuk mengerjakan tugas-tugas atau berinteraksi
dengan disiplin lain melalui online dialogue, self-facilitated guided questions, and self-organized
small group activity. tahap ini seperti bekerja secara individu
Pada tahap ini, mahasiswa dapat untuk:
1. Mengeksplorasi unsur-unsur efektif tim (konflik dan komunikasi, klarifikasi peran) dengan
arahan self-reflection dan diskusi
2. Mengidentifikasi komunikasi dan ketrampilan manajemen konflik yang akan memfasilitasi
tugas/pekerjaan dalam tim IP
3. Mendeskripsikan bagaimana pengunaan komunikasi dan ketrampilan manajemen konflik
dalam praktik interprofessional sendiri.
4. Merenungkan karakter/gaya personal dan peran profesi/dissiplin dalam manajemen konflik
dan komunikasi interprofessional

43 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Tahap Competence (penggunaan & adaptasi)  who are we in action?
Pada tahap ini merupakan media untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang telah
mempelajari tahap Exploran dan Immersion. Kegiatan pada tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kasus /pemicu/scenario. Mahasiswa memilih scenario yang merefleksikan profesinya,
dan bergabung dengan mahasiswa profesi lain untuk menilai, merencanakan, membuat intervensi
atau tindakan dan mengambil keputusan untuk mengoptimalkan kesehatan klien, keluarga, pasien
pada simulasi (fictional setting).

Pada tahap ini, mahasiswa dapat:


1. Merefleksikan / merenungkan dinamika kerja kelompok dan menjembatani Batasan-batasan
professional dengan menerapkan komunikasi efektif dan ketrampilan dalam penanganana
konflik.
2. Mengembangkan kesadaran terhadap dan kontribusi pada perbaikan yang terus-menerus
terhadap dinamika tim IP dan proses kelompok melalui efektif komunikasi IP
3. Menerima, melalui penghormatan dan value/nilai, profesi lain dan kontribusi profesi lain
dalam kaitannya layanan yang berpusat pada relational (relational-centred care).
4. Memahami dan mendemonstrasikan saling ketergantungan keahlian profesional
(interdependence of professional expertise)
5. Berkontribusi untuk membangun lingkungan antar kelompok (secara online) yang aman dan
inklusif dengan berpartisipasi dalam kegiatan interaktif
6. Menjelaskan bagaimana IP praktik dapat meningkatkan pertumbuhan professional
7. Menjelaskan/menguraikan strategi-strategi untuk mengatasi ketegangan antara teori dan
praktik.

Model-model Edukasi antar profesi


Newman dan Britten (2014) membagi model edukasi antar profesi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Exposure (coursework)
Model ini merupakan tahap awal dalam pembelajaran antar profesi pada mahasiswa.Pada
tahap ini mahasiswa dari berbagai profesi belajar bersama, tetapi interaksi di antara mereka
masih lebih sedikit dibanding tahap berikutnya.

2) Immersion (clinical experience)


Pada model ini aktivitas diarahkan untuk mahasiswa tingkat akhir untuk bekerja secara
kolaboratif.Pada tahap ini mahasiswatelah memiliki pemahaman yang kuat tentang peran
profesional mereka sendiridan dapat lebih terbuka terhadap peran dan pandangan dari
rekan-rekan mereka.

44 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


3) Mastery (practice)
Model ini merupakan tahap yang paling kompleks dan lebih terintegratif, dan melibatkan
mahasiswa profesi yang telah memiliki pengalaman klinis sebelumnya. Pembelajaran pada
model ini menekankan pada penguasaan yang kuat terkait identitas profesi(Charles,
Bainbridge & Gilbert dalam Newman dan Britten, 2014).

Gambar 3. Model pembelajaran pendidikan antar profesi dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan.

45 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRINSIP PENILAIAN DAN EVALUASI
INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Sistem evaluasi hasil pembelajaran peserta didik

Peserta didik memiliki kecenderungan untuk mempelajari apa yang akan diujikan atau dinilai,
sesuai dengan prinsip “assessment drives learning”. Hal ini berimplikasi pada keharusan adanya suatu
sistem evaluasi hasil pembelajaran di dalam pendidikan interprofesi. Berdasarkan tujuan pendidikan
interprofesi yaitu melengkapi peserta didik dengan kemampuan untuk bekerja sama dan
berkolaborasi dalam sebuah tim pelayanan kesehatan maka sistem evaluasi hasil pembelajarannya
memiliki karakteristik yang khusus. Karakteristik ini terkait dengan keperluan menilai performa
individual dalam berkomunikasi, bekerja sama dan berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain. Selain
itu diperlukan juga penilaian peserta didik sebagai satu kelompok yang mampu untuk bekerja sama
secara sinergis. Performa ini tidak mungkin hanya dinilai melalui penilaian di kelas. Dengan demikian,
diperlukan serangkaian metode evaluasi yang dapat menilai ketiga domain pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Jika merujuk pada piramida Miller (Miller, 1990, gambar 2) maka keempat level piramida
mulai dari knows, knows how, shows how dan does harus dapat dinilai pencapaiannya, sehingga hasil
evaluasi peserta didik mampu mencerminkan kinerja dan performa peserta didik yang sesungguhnya.
Selain itu evaluasi hasil pembelajaran juga perlu dilakukan baik untuk tujuan formatif maupun sumatif.
Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai kemajuan belajar peserta didik dan memberikan umpan
balik terhadap kekuatan dan kelemahan setiap peserta didik, sedangkan evaluasi sumatif bertujuan
untuk menetapkan kelulusan peserta didik dalam suatu program pendidikan.

Does
Shows
How
Knows How

Knows

Gambar 2. Piramida Miller – kerangka evaluasi hasil pembelajaran peserta didik

Penilaian peserta didik dalam program pendidikan interprofesi dapat dibagi menjadi penilaian
penguasaan pengetahuan, penilaian kinerja (performa) individu peserta didik dan penilaian kinerja
(performa) kelompok peserta didik. Kinerja atau performa ini meliputi area kognitif, psikomotor
(keterampilan) dan sikap (afektif). Penilaian penguasaan pengetahuan mengacu pada level knows how

46 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


dari piramida Miller, sedangkan penilaian kinerja merefleksikan kemampuan shows how dan does
pada piramida Miller.
Penilaian penguasaan pengetahuan dapat dilakukan melalui ujian tertulis dengan instrumen
berupa esai, soal pilihan jamak, isian singkat dan instrumen lainnya, maupun melalui penyusunan
makalah/laporan. Ujian tertulis dapat digunakan untuk menilai pengetahuan dasar peserta didik
seperti konsep serta prinsip kolaborasi, etika dan nilai kolaborasi interprofesi dan peran masing-
masing profesi. Pada tahap proses, penilaian penguasaan pengetahuan dapat dilakukan melalui
penilaian hasil diskusi kelompok peserta didik, misalnya melalui penilaian tugas mandiri peserta didik,
hasil diskusi collaborative learning, dan lain-lain.
Penilaian kinerja individu umumnya dilakukan menggunakan borang (rubrik) penilaian.
Borang (rubrik) penilaian terdiri atas beberapa komponen yang menggambarkan kemampuan
kolaborasi seperti komunikasi, tanggung jawab, kerjasama dan lain sebagainya. Penilaian kinerja
individu dapat dilakukan oleh tutor atau staf pengajar maupun oleh teman sebaya (peer). Peserta didik
juga dapat diminta melakukan refleksi diri terkait persepsi dan pemahaman mereka mengenai peran
profesi kesehatan dan kolaborasi interprofesi. Refleksi diri yang dilakukan sebelum dan setelah
pendidikan berlangsung diharapkan dapat menunjukkan perubahan persepsi dan pemahaman
peserta didik terhadap kolaborasi interprofesi.
Selain penilaian terhadap peserta didik, penilaian terhadap kinerja peserta didik sebagai suatu
kelompok interprofesi perlu dilakukan. Hal ini terkait dengan hasil akhir yang diharapkan yaitu
kemampuan berkolaborasi secara sinergis. Penilaian terhadap kelompok dapat dilakukan pada saat
kelompok tersebut melaksanakan suatu pendekatan atau tata laksana berbasis kolaborasi interprofesi
baik itu pada tataran individu maupun komunitas, seperti misalnya melakukan home care atau home
visit, menatalaksana pasien dengan penyakit kronik di rumah sakit dan melakukan usaha promosi
kesehatan di masyarakat. Penekanan evaluasi adalah pada kemampuan anggota kelompok
berkomunikasi, bekerja sama, menghargai dan memahami peran masing-masing anggota kelompok,
demi pelayanan kesehatan yang berkualitas. Jika pendidikan interprofesi dilakukan di dalam kelas
(classroom-based) maka penilaian dapat dilakukan pada tahap penyusunan rencana pengelolaan
masalah kesehatan, baik individu maupun komunitas, yang berbasis kolaborasi.
Berikut ini (gambar 3) adalah kerangka sistem evaluasi hasil pembelajaran yang telah
dijabarkan dalam uraian di atas.

47 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Gambar 3. Kerangka sistem evaluasi hasil pembelajaran dalam pendidikan interprofesi

Sebuah sistem evaluasi hasil pembelajaran dalam pendidikan interprofesi disusun mengacu
pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam sistem tersebut perlu diuraikan bentuk dan
instrumen evaluasi yang digunakan, beserta dengan frekuensi dan pembobotan yang sesuai. Contoh
sistem evaluasi hasil pembelajaran disajikan pada tabel di bawah ini (tabel 2).

Tabel 2. Contoh sistem EHP (evaluasi hasil pembelajaran) dalam pendidikan interprofesi
Bentuk Instrumen Frekuensi Bobot (%)
Penilaian partisipasi Lembar penilaian 1 10
individu
Penilaian lembar tugas Lembar penilaian 2 10
mandiri (hasil diskusi
kelompok)
Penyusunan refleksi diri Lembar penilaian 1 10

Ujian tulis akhir semester Soal Pilihan Jamak 1 20


(Multiple Choice Question)
Proyek/tugas kelompok Lembar penilaian 1 50
Total 100

Berbagai metode dan instrumen di atas dapat juga diterapkan untuk melakukan penilaian
hasil belajar peserta didik di tahap klinik. Proyek/tugas kelompok yang dapat disusun oleh peserta
didik adalah yang berkaitan dengan penanganan masalah kesehatan yang mereka hadapi di
klinik/rumah sakit/komunitas. Kelompok peserta didik dapat menguraikan bagaimana masalah
kesehatan tersebut diatasi menggunakan pendekatan praktik kolaborasi interprofesi. Kinerja masing-

48 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


masing anggota kelompok kemudian dapat diobservasi dan dinilai menggunakan lembar penilaian
khusus, yang dapat terdiri atas komponen komunikasi, kepemimpinan, kedisiplinan, kemauan bekerja
sama, dll. Selain itu peserta didik juga dapat diminta membuat refleksi diri terhadap proses belajar
dan pengalamannya dalam menangani masalah kesehatan yang nyata secara kolaboratif.

Pada tabel 3 berikut ini, yang merujuk pada dokumen IPEC Expert Panel (2011), disajikan
contoh pemetaan metode evaluasi hasil pembelajaran untuk setiap kompetensi dan setting
pembelajaran.

Tabel 3. Contoh pemetaan metode EHP untuk setiap kompetensi dan setting pembelajaran
(berdasarkan IPEC, 2011)
Contoh Ranah yang Ranah yang Setting Contoh metode EHP Ranah yang
kompetensi dipelajari dipelajari pada dikuasai pada
pada tahap tahap lanjut tahap akhir
awal pendidikan pendidikan
pendidikan (Development) (competence)
(Exposure)
Kolaborasi Pengetahuan Keterampilan Preklinik • Ujian tulis (Multiple Choice Keterampilan
interprofesi Question/Short Answer Sikap
Questions/ Modified Essay
Question/Essay)
• Penilaian kemampuan
kerjasama dalam kegiatan
kelompok (group project)
• Refleksi diri

Klinik/ • Observasi kinerja dalam praktik


Praktik klinik, khususnya kemampuan
kerjasama
• Penilaian laporan kasus
• Penilaian presentasi kasus
• Refleksi diri

Komunikasi Pengetahuan Keterampilan Preklinik • Ujian tulis (Multiple Choice Keterampilan


interprofesi Sikap Question/Short Answer Sikap
Questions/ Modified Essay
Question/Essay)
• Penilaian kemampuan
komunikasi interprofesi dalam
kondisi simulasi
• Refleksi diri

Klinik/ • Observasi kinerja dalam praktik


Praktik klinik, khususnya kemampuan
komunikasi interprofesi
• Penilaian laporan kasus
• Penilaian presentasi kasus
• Refleksi diri

Etika dan Pengetahuan Pengetahuan Preklinik • Ujian tulis (Multiple Choice Keterampilan
nilai Keterampilan Keterampilan Question/Short Answer Sikap
Sikap Sikap Questions/ Modified Essay
Question/Essay)

49 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Contoh Ranah yang Ranah yang Setting Contoh metode EHP Ranah yang
kompetensi dipelajari dipelajari pada dikuasai pada
pada tahap tahap lanjut tahap akhir
awal pendidikan pendidikan
pendidikan (Development) (competence)
(Exposure)
• Penilaian kemampuan
kerjasama dalam kegiatan
kelompok (group project)
• Refleksi diri

Klinik/ • Observasi kinerja dalam praktik


Praktik klinik
• Penilaian laporan kasus
• Penilaian presentasi kasus
• Refleksi diri

Pelayanan Pengetahuan Pengetahuan Preklinik • Ujian tulis (Multiple Choice Keterampilan


kesehatan Keterampilan Keterampilan Question/Short Answer Sikap
yang Sikap Sikap Questions/ Modified Essay
berpusat Question/Essay)
pada • Penilaian kinerja individu
individu, dalam kelompok
keluarga dan • Penilaian hasil diskusi
komunitas kelompok

Klinik/ • Observasi kinerja dalam praktik Keterampilan


Rumah klinik, khususnya kemampuan Sikap
Sakit memberikan pelayanan
kesehatan secara kolaboratif
• Penilaian laporan/diskusi kasus
• Penilaian presentasi kasus
• Refleksi diri
• Logbook

Komunitas • Observasi kinerja dalam praktik Ketrampilan


komunitas, khususnya Sikap
kemampuan memberikan
pelayanan kesehatan secara
kolaboratif
• Penilaian laporan/diskusi kasus
• Penilaian presentasi kasus
• Refleksi diri
• Logbook

Referensi

1. Interprofesional Education Collaborative (IPEC) Expert Panel (2011). Core competencies for
interprofessional collaborative practice: report of an expert panel. Washington, DC.
Interprofessional Education Collaborative.
2. Miller GE (1990). The assessment of clinical skills/competence/performance. Academic Medicine
65(9) Suppl:S63-S67

50 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Untuk menilai efektivitas implementasi program pendidikan interprofesi dibutuhkan suatu
evaluasi komprehensif yang dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana penerapan program
ini dapat memberikan dampak bagi peserta didik, proses pendidikan dan tentunya kesejahteraan
masyarakat. Selanjutnya disusun sebuah kerangka evaluasi implementasi pendidikan interprofesi yang
dapat menjadi acuan bagi setiap institusi pendidikan profesi kesehatan di Indonesia, yang mencakup
komponen masukan, proses, luaran dan keberlanjutan (gambar 4).

Masukan Proses Keluaran Keberlanjutan


• Pembelajar • Proses Koordinasi • reaksi pembelajar • pendanaan
• Pengajar dan komunikasi • perubahan sikap- • perubahan budaya
• Konteks • Proses persepsi
pembelajaran pembelajaran • perubahan
pengetahuan-
keterampilan
• perubahan prilaku
• Perubahan praktik
organisasi
• manfaat bagi
pasien/masyarkat

Gambar 4. Kerangka Evaluasi Komponen Pendidikan Interprofesi

1. Komponen evaluasi masukan

a. Peserta didik
Sebagai subjek utama dalam pendidikan interprofesi, peserta didik perlu dipersiapkan untuk
mengikuti program tersebut. Peserta didik perlu memahami dan siap untuk bekerja sebagai kelompok
dan berkolaborasi. Selain itu peserta didik juga perlu menyadari identitas profesinya, baik yang positif
maupun negatif, sehingga nantinya dapat mencegah munculnya negative stereotype dari profesinya.
Melalui pemahaman yang baik mengenai identitas profesi, maka peserta didik akan dapat memahami
peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari sebuah kelompok (McFadyen dkk, 2005).

b. Pengajar
Peran pengajar sangat sentral dan menentukan dalam pendidikan interprofesi. Seorang pengajar
tentunya pertama-tama harus memiliki ketertarikan terhadap pendidikan interprofesi. Selain itu
dituntut untuk mampu mempraktikkan belajar tentang, dari dan bersama tenaga kesehatan yang lain,
sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta didik (role model). Sebagai fasilitator kelompok, dosen
diharapkan memiliki kemampuan pengembangan kelompok dan manajemen konflik. Kompetensi lain
yang diharapkan adalah mampu mengelola kelas dan memotivasi peserta didik untuk berkolaborasi.
Dan tidak kalah pentingnya, seorang dosen juga dituntut untuk mampu mengatur waktu secara
efisien.

c. Konteks pembelajaran
Sebagaimana layaknya sebuah aktivitas pembelajaran, maka kurikulum pendidikan interprofesi
haruslah memuat kompetensi/learning objectives (LO) yang dinyatakan dengan jelas dan terukur.
Secara eksplisit hal tersebut harus mencakup berbagai kemampuan yang hendak dicapai melalui
pendidikan interprofesi, dalam hal ini 5 Kompetensi Dasar Kurikulum Pendidikan Interprofesi.
Kompetensi yang dinyatakan secara jelas haruslah sesuatu yang dapat diukur pencapaiannya.
Selanjutnya ditetapkanlah metode yang hendak diterapkan untuk memfasilitasi pencapaian
kompetensi. Cukup banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang hendak dicapai dan diselaraskan dengan kondisi institusi setempat.
Berikutnya yang perlu ditentukan adalah metode dan instrumen untuk menilai pencapaian
kompetensi yang mumpuni.

51 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


d. Fasilitas penunjang
Fasilitas pendukung program yang perlu dievaluasi meliputi manajemen pelaksanaan pembelajaran,
standar operasional pelaksanaan program, pemanfaatan Information & Communication Technology
(ICT), fasilitas ruangan dan alat bantu pembelajaran yang terintegrasi, serta kinerja pusat
pengembangan dan administrasi akademik yang terintegrasi.

2. Komponen evaluasi proses

a. Proses koordinasi dan komunikasi


Sistem koordinasi antar institusi dapat dilaksanakan melalui pertemuan rutin bersama (regular joint
meeting) antara para pimpinan institusi atau penanggung jawab program pendidikan interprofesi dari
masing-masing institusi.

b. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dapat dievaluasi dengan melihat performa fasilitator, penggunaan ICT, evaluasi
lingkungan pembelajaran dan kepuasan peserta didik, fasilitator (dosen akademik dan dosen
lapangan) serta staf pendukung/kependidikan.

3. Komponen evaluasi luaran

Menurut Kirkpatrick (1967) evaluasi luaran suatu program pendidikan dapat dikategorikan
secara hierarkis sebagai berikut:
Level 1: Evaluasi Reaksi
Level 2: Evaluasi Pembelajaran
Level 3: Evaluasi Perilaku
Level 4: Evaluasi Hasil
Model evaluasi tersebut dapat diterapkan dalam evaluasi program pendidikan interprofesi sebagai
berikut:

a. Reaksi dari peserta didik


Tanggapan dari peserta didik mencakup persepsi dan kepuasan peserta didik terhadap program
pembelajaran interprofesi baik secara substansi maupun teknis.

b. Kemampuan peserta didik


Kemampuan peserta didik yang dimaksud adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peserta
didik.
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang perlu dikuasai oleh peserta didik meliputi konsep, prosedur dan prinsip
kolaborasi interprofesi
2) Keterampilan
Keterampilan yang dimaksud adalah keterkaitan kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan
masalah, kemampuan psikomotor dan kemampuan sosial dalam berkolaborasi
3) Sikap
Perubahan sikap yang timbal balik dan persepsi di antara peserta didik yang terlibat dalam
kelompok mengenai keadaan, perawatan dan pengobatan pasien/klien

c. Perilaku
Tingkat ini mencakup perubahan perilaku kolaboratif setelah menjadi tenaga kesehatan profesional,
yang meliputi cara pandang, paradigma dan aplikasi yang didapatkan dalam lingkungan pembelajaran
ke tatanan praktik di lapangan

52 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


d. Lingkungan organisasi
Tingkat ini mencakup perubahan budaya kolaborasi yang lebih luas sampai kepada lingkup organisasi
di institusi pendidikan maupun pelayanan tempat dilakukan program pendidikan interprofesi

e. Manfaat bagi pasien/masyarakat


Level tertinggi yang diharapkan adalah adanya penjaminan keselamatan pasien, efektivitas
pembiayaan pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan kesejahteraan dari
pasien/masyarakat yang merupakan dampak langsung dari sistem pendidikan interprofesi

4. Komponen evaluasi kesinambungan

Elemen penting dalam melakukan evaluasi tehadap pendidikan interprofesi adalah kesinambungan
program yang meliputi sistem pendanaan dan penjagaan budaya interprofesi.

a. Penjagaan budaya interprofesi


Meliputi sistem yang berkesinambungan untuk memelihara nilai interprofesi di tatanan institusi
pelaksana program pendidikan interprofesi

b. Sistem pembiayaan
Pembiayaan meliputi sumber pendanaan, sistem pembagian tanggung jawab pendanaan, manajemen
pendanaan dan efisiensi pendanaan.

53 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


LATIHAN
INTERPROFESSIONAL EDUCATION

PRAKTIK PENYUSUNAN STRATEGI KEBUTUHAN /NEED


ASSESSMENT

1. Materi : Menyusun strategi kebutuhan (need


assessment) pembelajaran pendidikan antar profesi pada institusi
2. Tujuan : Peserta mampu menyusun strategi kebutuhan
dalam penyelenggaraan pembelajaran pendidikan antar profesi.

3. Panduan latihan
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok home group (HG) yang terdiri dari
perwakilan semua profesi yang mengikuti pelatihan. Dalam setiap kelompok minimal
ada 1 orang perwakilan kelompok profesi/ FG.
2) Peserta dalam kelompok memilih ketua dan sekretaris.
3) Fasilitator menyampaikan maksud tujuan dari pembelajaran
b. Pelaksanaan
1) Fasilitator memberikan penugasan sebagai berikut:
- Peserta di dalam kelompok menyampaikan hasil diskusi fokus secara bergantian
dalam kelompok HGuntuk masing-masing profesi.
- Anggota kelompok lain bertanya dan menanggapi.
- Kelompok mengidentifikasi strategi pembelajaran yang efektif untuk
pembelajaran nilai-nilai/ etik antar profesi.
- Kelompok mengidentifikasi sumber belajar yang efektif untuk pembelajaran nilai-
nilai/ etik antar profesi.
- Sekretaris menuliskan hasil diskusi kelompok dalam flip chart.
2) Masing-masing kelompok menyajikan hasil penugasan
3) Kelompok lain menanggapi kelompok yang presentasi
4) Fasilitator merangkum hasil presentasi tentang strategi dan sumber pembelajaran
yang efektif dalam pembelajaran antar profesi.

54 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRAKTIK PENERAPAN KOMPETENSINILAI-NILAI ETIK
ANTAR PROFESI

1. Materi : Nilai-nilai/ Etik Antar Profesi


2. Tujuan :Peserta mampu menjelaskan konsep nilai-nilai/ etik antar profesi, yaitu
nilai-nilai/ etik masing-masing profesi
3. Panduan diskusi
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok focus group (sebanyak jenis profesi
yang mengikuti pelatihan)
2) Peserta dalam kelompok memilih ketua dan sekretaris.
3) Fasilitator menyampaikan maksud tujuan dari pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Fasilitator memberikan penugasan sebagai berikut:
1) Peserta di dalam kelompok diberi tugas untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan
nilai-nilai/ kode etik yang dianut di profesinya, serta potensi konflik dan dilema etik
yang mungkin muncul dalam praktik profesinya.
2) Setiap peserta membuat catatan hasil diskusi untuk disampaikan dalam diskusi 2.
3) Sekretaris kelompok menuliskan hasil diskusi kelompok pada flipchart.

4. Panduan role play :


a. Persiapan
1) Fasilitator membagi menjadi 4 kelompok
2) Peserta kelompok menentukan perannya masing-masing

5. Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta untuk memerankan sebagai berikut:


 Kelompok 1:
diberi tugas untuk mengidentifikasi apabila komunikasi antar profesi tidak baik
akibatnya berikan satu contoh kasus pasien
 Kelompok 2:
diberi tugas untuk mengidentifikasi apabila komunikasi antar profesi baik akibatnya
berikan satu contoh kasus pasien
 Kelompok 3:
diberi tugas dalam berkomunikasi terjadi Perbedaan Pendapat / Perspektif
bagaimana cara mengatasinya
 Kelompok 4:
diberi tugas untuk melakukan
strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi keputusan
individu serta masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan
 Masing-masing kelompok mempragakan hasil roleplay

55 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRAKTIK KOMPETENSI PERAN DAN TANGGUNG
JAWAB ANTAR PROFESI

1. Materi : Peran dan tanggung jawab antarprofesi


2. Tujuan : Peserta mampu melaksanakan pembelajaran peran dan tanggung jawab
antarprofesi
3. Panduan diskusi :
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi menjadi 3 kelompok
2) Setiap kelompok memilih ketua dan sekretaris
3) Fasilitator menyampaikan maksud tujuan dan target yang harus diselesaikan
kelompok
4) Fasilitator menyampaikan penjelasan tugas dan fungsi organisasi kelompok serta
aturan dalam diskusi
b. Pelaksanaan
1) Fasilitator menyampaikan masalah “bagaimana model pembelajaran tentang peran
dan tanggung jawab antar profesi yang efektif ?”, yang akan menjadi bahan diskusi
kelompok.
2) Fasilitator mengamati peserta selama diskusi
3) Fasilitator meminta peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok
c. Penutup
Fasilitator menyampaikan kesimpulan hasil diskusi

56 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRAKTIK PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF
INTERPROFESSIONAL

LAMPIRAN PENUGASAN MI.5

1. Materi : Komunikasi Efektif Interprofesi (MI 5)


2. Tujuan : Peserta mampu melakukan cara pembelajaran komunikasi interprofesi
3. Panduan latihan
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok home group (HG) yang terdiri dari
perwakilan semua profesi yang mengikuti pelatihan. Dalam setiap kelompok minimal
ada 1 orang perwakilan kelompok profesi/ FG.
2) Peserta dalam kelompok memilih ketua dan sekretaris.
3) Fasilitator menyampaikan maksud tujuan dari pembelajaran
b. Pelaksanaan
1) Fasilitator memberikan penugasan sebagai berikut:
- Peserta di dalam kelompok menyampaikan hasil diskusi fokus secara bergantian
dalam kelompok HGuntuk masing-masing profesi.
- Anggota kelompok lain bertanya dan menanggapi.
- Kelompok mengidentifikasi strategi pembelajaran yang efektif untuk
pembelajaran nilai-nilai/ etik antar profesi.
- Kelompok mengidentifikasi sumber belajar yang efektif untuk pembelajaran nilai-
nilai/ etik antar profesi.
- Sekretaris menuliskan hasil diskusi kelompok dalam flip chart.
2) Masing-masing kelompok menyajikan hasil penugasan
3) Kelompok lain menanggapi kelompok yang presentasi
4) Fasilitator merangkum hasil presentasi tentang strategi dan sumber pembelajaran
yang efektif dalam pembelajaran antar profesi.
4. Panduan role play :
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi menjadi 4 kelompok
2) Peserta kelompok menentukan perannya masing-masing
b. Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta untuk memerankan sebagai berikut:
 Kelompok 1:
diberi tugas untuk mengidentifikasi apabila komunikasi antar profesi tidak baik
akibatnya berikan satu contoh kasus pasien
 Kelompok 2:
diberi tugas untuk mengidentifikasi apabila komunikasi antar profesi baik akibatnya
berikan satu contoh kasus pasien
 Kelompok 3:
diberi tugas dalam berkomunikasi terjadi Perbedaan Pendapat / Perspektif
bagaimana cara mengatasinya
 Kelompok 4:
diberi tugas untuk melakukan
strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi keputusan
individu serta masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan
 Masing-masing kelompok mempragakan hasil roleplay

5. Fasilitator melakukan pembulatan terhadap penugasan hasil Role play

57 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRAKTIK KOMPETENSI PEMBELAJARAN KERJASAMA
TIM INTERPROFESSIONAL
1. Materi : Pembelajaran kerjasama tim antar profesi (MI 6)
2. Tujuan : Peserta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran kerjasama antar profesi
4. Panduan latihan :
a. Persiapan
1) Fasilitator membagi menjadi 4 kelompok
2) Peserta kelompok menentukan perannya masing-masing
5. Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta untuk memerankan sebagai berikut:

KEGIATAN 1 – Menyelesaikan secara terintegrasi

Judul : Penyelesaian Masalah secara Berkelompok

Tujuan kegiatan: memperkenalkan mahasiswa tentang praktik pembelajaran


interprofessional (IPE) dan salah satu model pembelajaran siswa aktif (SCL)

Sarana/Prasarana yang diperlukan:


- Lembar pemicu
- Kertas Flipchart
- Spidol
- Lakban

Kegiatan: TAHAP 1 – Saling mengenal


- Setiap kelompok menunjuk Ketua Kelompok dan Sekretaris.
- Ketua membuka diskusi dengan Salam dan memperkenalkan nama masing-
masing
- Ketua menyebutkan nama panggilan selama diskusi.
- Ketua menanyakan kepada mahasiswa apakah sudah ada yang kenal dalam
grup tersebut.
- Ketua meminta setiap mahasiswa memperkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan.

TAHAP 2:
1. Setiap kelompok hanya menyelesaikan satu masalah pemicu (sesuai yang
diterima oleh ketua kelompok dari panitia tersebut)
2. Ketua dan Sekretaris memandu diskusi sesuai dengan skenario yang diterima
oleh kelompok
3. Diskusi dilakukan selama 30 menit.
4. Setelah diskusi selesai, maka dilakukan presentasi.
6. Melakukan refleksi yang dipandu oleh fasilitator/narasumber setelah
presentasi Fasilitator melakukan pembulatan terhadap penugasan hasil Role play

58 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PRAKTIK PENERAPAN PEMBELAJARAN PADA PRAKTEK
NYATA
1. Materi : Pembelajaran antar profesi pada tatanan nyata (real setting)
2. Tujuan : Peserta mampu melaksanakan pembelajaran antar profesi pada tatanan
nyata
(real setting)
3. Panduan diskusi :
a. Persiapan
• Fasilitator membagi menjadi 3 kelompok
• Setiap kelompok memilih ketua dan sekretaris
• Fasilitator menyampaikan maksud tujuan dan target yang harus diselesaikan kelompok
• Fasilitator menyampaikan penjelasan tugas dan fungsi organisasi kelompok serta aturan
dalam diskusi
b. Pelaksanaan
Tata-tertib praktikum lapangan disusun dimakasudkan untuk menjadi aturan bagi
peserta dalam melaksanakan praktikum lapangangan, sehingga praktikum lapangan
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Penjelasan tata-tertib
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Waktu praktikum adalah 1 hari dengan 5 JPL (@ 45 menit/JPL)
2. Penjelasan praktikum diberikan satu hari sebelum hari pelaksanaan
3. Tiap peserta menyiapkan / melengkapi keperluan praktik sebelum jam pelaksanaan
4. Mematuhi peraturan yang berlaku di Poltekkes
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Jangan terlambat,
b. Membawa catatan,
c. Disiplin
c. Penutup
Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses pembelajaran.

Skenario untuk simulasi Pembelajaran Interprofessional


Untuk : Mahasiswa

(Anda di minta datang ke rumah seorang pasien yang sedang mengalami sakit pada kakinya. Pasien
tidak dapat datang ke klinik karena sulit berjalan dan tidak ada kendaraan.)

Mahasiswa kedokteran dan keperawatan berkunjung ke rumah pasien. Pada saat Anda tiba di rumah
pasien, Anda melihat pasien duduk di bangku sambil menyelonjorkan kedua kakiknya di atas bangku
lainnya. Anda melihat kaki kanan ditutupi dan diikat oleh kain. Anda melakukan wawancara pada
pasien dan bila perlu memeriksa kondisi luka pasien dengan membuka pembalutnya dengan
menggunakan peralatan yang disediakan.

59 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Untuk : Fasilitator

Seorang wanita / pria berusia 50 tahun dengan keluhan luka pada kaki kanannya sejak 1 bulan
yang lalu. Luka berawal dari bekas gigitan semut merah yang menimbulkan rasa gatal dan panas.
Karena garukan yang terus menerus sehingga timbul luka kecil dan kemudian menjadi bisul kecil. Bisul
pecah dan bekas bisul menjadi koreng yang bertambah besar seperti sekarang. Karena luka yang bau,
pasien memberi betadine pada kapas dan menutupnya dengan kain perca.
Pasien sudah berobat, tetapi luka koreng di kaki tidak sembuh dan akhirnya bertambah besar.
Pasien mengeluh badan lemas, dan tambah kurus. Buang air kecil pada malam hari sebanyak 3 kali.
Nyeri pada kaki tidak ada. Pasien merasakan baal pada ujung-ujung kaki. Demam tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada, karena tidak pernah berobat ke dokter kecuali kemarin
karena koreng ini.
Pasien tidak mengetahui dengan jelas penyakit dalam keluarga.

TAHAP WAKTU KEGIATAN PESERTA PELATIHAN KEGIATAN FASILITATOR


KEGIATAN
1. Pra ▪ Sebelum ▪ Membuat rancangan pembelajaran ▪ Mempersiapkan peserta sesuai
interaksi praktikum antar profesi kelompok pembagian tugas.
(2X 45 lapangan ▪ Membuat kasus pelayanan kesehatan ▪ Mengecek kesiapan sarana dan
menit) dimulai antar profesi perlengkapan
▪ Memberikan penugasan untuk
membuat rancangan
pendidikan antar profesi dan
alat evaluasi
▪ Mempersiapkan alat evaluasi
▪ Menyiapkan/ memberi
informasi tentang Poltekkes
sebagai sarana praktik
▪ Mengevaluasi kesiapan peserta
dan prasarana
2. Introduksi/ ▪ Sebelum ▪ Diskusi implementasi IPE (tanya jawab ▪ Penerimaan oleh pihak
orientasi pelaksanaan awal) mengenai presentasi Poltekkes
(45 menit) praktikum ▪ Perkenalan dan menjelaskan
secara singkat maksud
kedatangan
▪ Presentasi poltekkes : profil
poltekkes, Kesiapan Poltekks
untuk persiapan pembelajaran
antar profesi
▪ Melakukan orientasi
▪ Mengobservasi kegiatan
peserta
▪ Mengobservasi dan
memberikan umpan balik
3. Kerja ▪ Saat PELAKSANAAN KEGIATAN : ▪ Membimbing, memvalidasi
(180 menit) pelaksanaan 1. Pembelajaran antar profesi kegiatan peserta
praktikum ▪ Mengelola kelas dari berbagai profesi
▪ Lakukan proses belajar mengajar
antar profesi diawalasi dengan pemicu
kasus pelayanan kesehatan antar
profesi
▪ Identifikasi masalah kesehatan sesuai
kasus oleh mahasiswa
▪ Penerapan komunikasi antar profesi,
▪ Penerapan kolaborasi
▪ Penerapan pembagian
peran/pemahaman peran antar profesi
▪ Penerapan Etika antar profesi

60 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


TAHAP WAKTU KEGIATAN PESERTA PELATIHAN KEGIATAN FASILITATOR
KEGIATAN
2. Penyusunan rancangan projek/
penyelesaian masalah yang melibatkan
antar profesi
▪ Susun program penyelesaian masalah
bersama/ komunikasikan
penyelesaian masalah antar profesi
▪ Komunikasikan rancangan program
antar profesi
▪ Berbagi peran dalam penyelsaikan
masalah
4. Terminasi ▪ Pada akhir ▪ Mengevaluasi hasil praktik lapangan ▪ Membimbing dan memvalidasi
proses (15 pelaksanaan kegiatan peserta
menit) praktikum ▪ Mengakhiri praktek lapangan

5. Terminasi ▪ Pada akhir ▪ Presentasi hasil kegiatan kelompok ▪ Memvalidasi hasil kegiatan
akhir (105 praktikum peserta
menit) ▪ Mengevaluasi hasil praktik
secara keseluruhan yang telah
dicapai dari masing-masing
kelompok
▪ Membuat laporan dan
rekomendasi hasil praktek
lapangan

Skenario simulasi IPE menggunakan skenaria kasus pasien

: Peserta didik

: Tutor /supervisor

: Pasien

61 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


CONTOH
PENYELESAIAN MASALAH SECARA TERINTEGRASI

KEGIATAN PELATIHAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE)

KEGIATAN 1 – Menyelesaikan secara terintegrasi

Judul : Penyelesaian Masalah secara Berkelompok

Tujuan kegiatan: memperkenalkan mahasiswa tentang praktik pembelajaran


interprofessional (IPE) dan salah satu model pembelajaran siswa aktif (SCL)

Sarana/Prasarana yang diperlukan:


- Lembar pemicu
- Kertas Flipchart
- Spidol
- Lakban

Kegiatan:
TAHAP 1 – Saling mengenal
- Setiap kelompok menunjuk Ketua Kelompok dan Sekretaris.
- Ketua membuka diskusi dengan Salam dan memperkenalkan nama masing-
masing
- Ketua menyebutkan nama panggilan selama diskusi.
- Ketua menanyakan kepada mahasiswa apakah sudah ada yang kenal dalam grup
tersebut.
- Ketua meminta setiap mahasiswa memperkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan.

TAHAP 2:
1. Setiap kelompok hanya menyelesaikan satu masalah pemicu (sesuai yang
diterima oleh ketua kelompok dari panitia tersebut)
2. Ketua dan Sekretaris memandu diskusi sesuai dengan skenario yang diterima
oleh kelompok
3. Diskusi dilakukan selama 30 menit.
4. Setelah diskusi selesai, maka dilakukan presentasi.
5. Melakukan refleksi yang dipandu oleh fasilitator/narasumber setelah presentasi
selesai.

62 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


1. PEMICU 1.1 (CONTOH)

JUDUL : Kecelakaan Lalu Lintas

(Setiap mahasiswa / dosen membaca contoh dibawah ini. Kemudian mahasiswa


menyelesaikan masalah/pemicu yang berikutnya)

TAHAP I DISKUSI KELOMPOK I TUGAS FASILITATOR


PENULIS SKENARIO 1. Tim Poltekkes Kesehatan

SASARAN Memahami tindakan pertama yang dilakukan ketika mendapati Fasilitator menyampaikan
PEMBELAJARAN kecelakaan lalu lintas. bahwa diskusi saat ini
mencakup sasaran yang
telah ditentukan

LINGKUP BAHASAN 1. Penanganan kedaruratan pertama


2. Langkah-langkah melaporkan pada kondisi kedaruratan

PENGETAHUAN AWAL 1. Penanganan Kedaruratan pertama Fasilitator harus menggali


2. Komunikasi pengetahuan awal bila
3. Etika diskusi tidak berjalan.
4. Prosedur pelaporan kondisi kedaruratan (Apabila tidak mampu
menyebutkan
pengetahuan awal, cukup
di catat saja)
PEMICU Nona X, perempuan 22 tahun, pengendara sepeda motor, ditemukan
tertabrak mobil pick-up dari samping kanan saat melintasi perempatan
jalan. Akibatnya, Nona X terjatuh dari sepeda motornya.
Nona X tidak mengenakan helm saat terjadi kecelakaan. Nona X sempat
pingsan sejenak di tempat kejadian.

KATA BARU (mungkin)


(KATA BARU adalah kata Mobil pick-up
yang menurut anggota
kelompok sebagai kata
yang baru diketahuinya)

IDENTIFIKASI FAKTA 1. Nona X, perempuan, 22 tahun, pengendara sepeda motor


(Identifikasi fakta adalah 2. Tidak pakai helm ketika mengendara motor
fakta-fakta dari pemicu 3. Ditabrak mobil dari samping
yang dianggap menjadi 4. Terjatuh
masalah / atau bagian 5. Pingsan
dari masalah

MASALAH UTAMA (Yaitu Pingsan


yang menjadi INTI
UTAMA dari masalah
pada pemicu)
RUMUSAN MASALAH Mengapa Nona X mengalami pingsan setelah mengalami kecelakaan lalu
(Yaitu kalimat bertanya lintas?
yang dirumuskan dengan
mengacu pada MASALAH
UTAMA dan data lain di
PEMICU)

DATA TAMBAHAN (Dapat (Tidak ada)


ditanyakan pada
fasilitator)

63 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


LEARNING ISSUES YANG Fasilitator mengarahkan
MUNGKIN TERJARING 1. Mengapa Nona X pingsan? mahasiswa untuk dapat
(Kelompok membuat 2. Bagaimana terjadinya pingsan? membuat list pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan 3. Apa fungsi helm? seperti di samping
yang bertujuan untuk 4. Bagaimana fungsi helm mencegah/mengurangi trauma kepala?
menjawab 5. Bagaimana pertolongan pertama ketika ada kecelakaan lalu lintas?
/menyelesaikan masalah 6. Bagaimana pertolongan pertama pada pasien pingsan?
pada Pemicu) 7. Bagaimana proses terjadinya pingsan?

ANALISIS MASALAH Lihat bawah Fasilitator meminta


(Yaitu kelompok diminta (Yakinkan peta konsep yang dibuat mahasiswa mencakup poin-poin kelompok membuat
membuat diagram alur / dalam analisis masalah) analisis masalah dalam
peta konsep dari bentuk peta konsep /
penyebab dan proses Nona X, perempuan, 17 tahun, diagram alur terjadinya
terjadinya masalah pengendara sepeda motor, tidak masalah diatas.
tersebut berdasarkan pakai helm Fasilitator dapat
pengetahuan yang sudah memberikan contoh
dimiliki dan diskusi dengan model yang lain
kelompok). apabila kelompok masih
kesulitan memahami

Tertabrak mobil pick-up dari


kanan

Benturan / Trauma Tidak pakai


kepala helm

Pingsan

HIPOTESIS Nona X mengalami pingsan setelah kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
benturan kepala (trauma kepala) akibat tidak menggunakan helm saat
mengendarai kendaraan.

REFERENSI TERKAIT Penanganan Kedaruratan


Etika dan Komunikasi

64 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PEMICU 1.2
JUDUL : Nyeri Buang Air Kecil

TAHAP I DISKUSI KELOMPOK I TUGAS FASILITATOR


PENULIS SKENARIO Tim Poltekkes Kesehatan

SASARAN Memahami tentang masalah nyeri ketika buang air kecil pada anak-anak. Fasilitator menyampaikan
PEMBELAJARAN bahwa diskusi saat ini
mencakup sasaran yang
telah ditentukan

LINGKUP BAHASAN 1. Proses miksi normal


2. Gangguan miksi secara umum dan pada anak-anak
3. Faktor-faktor penyebab nyeri ketika miksi
4. Langkah-langkah penanganan pasien

PENGETAHUAN AWAL 1. Pengetahuan tentang anatomi tubuh (ketika SMA) Fasilitator harus menggali
2. Pengetahuan tentang organ genitalia (ketika SMA) pengetahuan awal bila
3. Pengetahuan tentang gangguan miksi pada anak kecil diskusi tidak berjalan.
(Apabila tidak mampu
menyebutkan
pengetahuan awal, cukup
di catat saja)
PEMICU Seorang anak wanita berusia 10 tahun dibawa berobat ibunya ke
Puskesmas karena mengeluh gangguan miksi seperti sakit bila buang air
kecil.

KATA BARU
(KATA BARU adalah kata
yang menurut anggota
kelompok sebagai kata
yang baru diketahuinya)

IDENTIFIKASI FAKTA
(Identifikasi fakta adalah
fakta-fakta dari pemicu
yang dianggap menjadi
masalah / atau bagian
dari masalah

MASALAH UTAMA (Yaitu


yang menjadi INTI
UTAMA dari masalah
pada pemicu)

RUMUSAN MASALAH
(Yaitu kalimat bertanya
yang dirumuskan dengan
mengacu pada MASALAH
UTAMA dan data lain di
PEMICU)

LEARNING ISSUES YANG Fasilitator mengarahkan


MUNGKIN TERJARING mahasiswa untuk dapat
(Kelompok membuat membuat list pertanyaan
pertanyaan-pertanyaan seperti di samping dan
yang bertujuan untuk sebanyak mungkin
menjawab

65 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


/menyelesaikan masalah
pada Pemicu)

ANALISIS MASALAH Fasilitator meminta


(Yaitu kelompok diminta kelompok membuat
membuat diagram alur / analisis masalah dalam
peta konsep dari bentuk peta konsep /
penyebab dan proses diagram alur terjadinya
terjadinya masalah masalah diatas.
tersebut berdasarkan Fasilitator dapat
pengetahuan yang sudah memberikan contoh
dimiliki dan diskusi dengan model yang lain
kelompok). apabila kelompok masih
kesulitan memahami

HIPOTESIS

REFERENSI TERKAIT

PERTANYAAN REFLEKSI Pertanyaan untuk refleksi:


1. Apakah ada pengetahuan baru yang kamu peroleh?
(Sebutkan)
2. Apakah ada pengetahuan yang sudah kamu miliki dapat
digunakan/bermanfaat dalam penyelesaian kasus ini?
(Sebutkan)
3. Apakah Anda merasa nyaman mendiskusikan Pemicu ini?
4. Apakah ada anggota tim yang dominan?
5. Apakah Anda merasakan adanya perbedaan profesi ?

66 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PEMICU 1.3
JUDUL : Kram pada kaki

TAHAP I DISKUSI KELOMPOK I TUGAS FASILITATOR


PENULIS SKENARIO Tim Poltekkes Kesehatan

SASARAN Memahami tentang proses gerakan pada anggota tubuh Fasilitator menyampaikan
PEMBELAJARAN bahwa diskusi saat ini
mencakup sasaran yang telah
ditentukan

LINGKUP BAHASAN 1. Proses anatomi dan fisiologi alat gerak


2. Gangguan pada alat gerak ketika sedang beraktivitas
3. Proses metabolisme tubuh ketika sedang beraktivitas

PENGETAHUAN AWAL 1. Pengetahuan tentang anatomi tubuh alat gerak Fasilitator harus menggali
2. Pengetahuan tentang fisiologi ketika beraktivitas pengetahuan awal bila diskusi
tidak berjalan.
(Apabila tidak mampu
menyebutkan pengetahuan
awal, cukup di catat saja)
PEMICU Sepasang suami istri sedang berolahraga lari pagi di hari Minggu yang
cerah di jalan Sudirman (Car Free day). Setelah berlari 15 menit, sang
suami tiba-tiba berhenti, “Ah,.... kakiku kram”. Suaminya duduk dengan
posisi menyelonjorkan kaki kanannya dan memegang kaki kanannya
tersebut dengan muka tampak kesakitan.

KATA BARU Fasilitator mengamati


(KATA BARU adalah kata
yang menurut anggota
kelompok sebagai kata
yang baru diketahuinya)

IDENTIFIKASI FAKTA
(Identifikasi fakta adalah
fakta-fakta dari pemicu
yang dianggap menjadi
masalah / atau bagian
dari masalah

MASALAH UTAMA (Yaitu


yang menjadi INTI
UTAMA dari masalah
pada pemicu)

RUMUSAN MASALAH
(Yaitu kalimat bertanya
yang dirumuskan dengan
mengacu pada MASALAH
UTAMA dan data lain di
PEMICU)

DATA TAMBAHAN (Dapat Tidak ada Data Tambahan.


ditanyakan pada
fasilitator) Fasilitator menanyakan
kepada kelompok, apa data
yang diperlukan dalam
bentuk pertanyaan.
LEARNING ISSUES YANG Fasilitator mengarahkan
MUNGKIN TERJARING mahasiswa untuk dapat
membuat list pertanyaan

67 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


(Kelompok membuat seperti di samping dan
pertanyaan-pertanyaan sebanyak mungkin.
yang bertujuan untuk “Buatlah pertanyaan-
menjawab pertanyaan untuk menjawab
/menyelesaikan masalah atau memecahkan masalah
pada Pemicu) pada skenario tersebut
ANALISIS MASALAH Fasilitator meminta kelompok
(Yaitu kelompok diminta membuat analisis masalah
membuat diagram alur / dalam bentuk peta konsep /
peta konsep dari diagram alur terjadinya
penyebab dan proses masalah diatas.
terjadinya masalah Fasilitator dapat memberikan
tersebut berdasarkan contoh dengan model yang
pengetahuan yang sudah lain apabila kelompok masih
dimiliki dan diskusi kesulitan memahami
kelompok).
HIPOTESIS

REFERENSI TERKAIT

REFLEKSI Pertanyaan untuk refleksi:


1. Apakah ada pengetahuan baru yang kamu peroleh?
(Sebutkan)
2. Apakah ada pengetahuan yang sudah kamu miliki dapat
digunakan/bermanfaat dalam penyelesaian kasus ini?
(Sebutkan)
3. Apakah Anda merasa nyaman mendiskusikan Pemicu ini?
4. Apakah ada anggota tim yang dominan?
5. Apakah Anda merasakan adanya perbedaan profesi ?

68 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


CONTOH TEMPLATE MODUL
PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Kerangka Pengembangan Kurikulum

69 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Buku Pedoman Modul
INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
Program Studi Pendidikan Vokasi
POLTEKKES KEMENKES ...............................

Dipergunakan untuk kalangan sendiri


Hak cipta ada pada Tim Penyusun Mata Ajar IPE
UP3K POLTEKKES KEMENKES ...................................

70 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


DAFTAR ISI

Halaman

PENGANTAR ----------------------------- 5

GAMBARAN UMUM MODUL ----------------------------- 6

TUJUAN UMUM MODUL ----------------------------- 8

SASARAN PEMBELAJARAN ------------------------------ 9

LINGKUP BAHASAN ------------------------------ 10

METODE PEMBELAJARAN ------------------------------ 16

JADWAL KEGIATAN ------------------------------ 17

SUMBER DAYA ------------------------------ 20

PENILAIAN HASIL BELAJAR ------------------------------ 23

EVALUASI PROSES MODUL ------------------------------ 24

LAMPIRAN

- Formulir Diskusi Kelompok ------------------------------- 25


- Lembar Penilaian Diskusi Kelompok ------------------------------- 27

71 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PENGANTAR

November, 2018

Tim Penyusun Mata Ajar IPE

72 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


GAMBARAN UMUM MODUL

Modul yang membahas mengenai pendidikan interprofessional (Interprofessional Education) dengan


pendekatan dari berbagai bidang ilmu dan profesi yang disesuaikan dengan kompetensi lulusan yang
akan bekerja pada pusat-pusat layanan kesehatan primer atau sekunder.

Kegiatan dalam modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, diskusi pleno, dan kerja
laboratorium yang didasarkan pada penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah.
Penguasaan materi keilmuan pada modul-modul sebelumnya akan banyak membantu tingkat
pemahaman mahasiswa pada modul ini

73 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Berdasarkan kurikulum nasional (Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia/KIPDI III) yang berbasis
kompetensi, pendidikan kedokteran diarahkan untuk menguasai tujuh area kompetensi ditambah tiga
kompetensi untuk lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah sebagai nilai keunggulan lokal.

Pembelajaran Mata Ajar IPE bertujuan untuk menguasai area kompetensi yang berkaitan dengan
pengembangan kolaborasi yang meliputi:

Area kompetensi
1. Komunikasi interprofesi

2. Kolaborasi interprofesi (kepemimpinan, manajemen konflik, team functioning)

3. Etika dan nilai (cultural diversity)

4. Peran profesi kesehatan

5. Pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu

6. Pelayanan kesehatan yang berpusat keluarga dan komunitas

74 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


TUJUAN MODUL

Tujuan akhir pendidikan interprofesi adalah menghasilkan peserta didik yang


mampu mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi. CAIPE
(2001) mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan interprofesi yang efektif, yang
bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan dengan kemampuan sebagai berikut :
(7)
1) Bekerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan
2) Berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga
3) Melibatkan pasien dan keluarga
4) Mempromosikan kolaborasi interprofesi
5) Mendorong profesi kesehatan untuk belajar dengan, dari dan tentang satu sama
lain
6) Meningkatkan praktek masing-masing profesi
Pendidikan interprofesi membantu setiap profesi untuk meningkatkan
kemampuan praktik profesinya masing-masing dan memahami bagaimana
praktik yang dilengkapi oleh profesi lain.
7) Menghormati integritas dan kontribusi masing-masing profesi
Pendidikan interprofesi tidak mengancam identitas dan wilayah profesi lain.
Dalam proses pendidikan interprofesi terjadi proses menghargai kontribusi khas
masing-masing profesi dalam proses belajar, praktek, dan memperlakukan semua
profesi secara setara.
8) Meningkatkan tingkat kepuasan profesional
Pendidikan interprofesi menumbuhkan sikap saling mendukung antara profesi,
mendorong fleksibilitas dan memenuhi praktik kerja, tetapi juga menetapkan
batas yang dibuat pada masing-masing profesi.

75 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


SASARAN PEMBELAJARAN

Sasaran Pembelajaran :

1. Merumuskan konsep tentang interprofessional education


2. Menjelaskan domain-domain kompetensi interprofessional education
3. Menerapkan domain .................................. pada pelayanan kesehatan berbasis pasien
4. .............................
5. ...............................

76 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


LINGKUP BAHASAN

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode


Pengajaran
ETIKA DAN ETIKA dan NORMA
NORMA PROFESI
ETIKA DAN NORMA Menempatkan kepentingan pasien, keluarga
PROFESI DALAM dan masyarakat di tengah pemberian
INTERPROFESSIONAL pelayanan kesehatan interprofesi
Menghormati martabat dan privasi pasien,
tetap menjaga kerahasiaan dalam pelayanan
berbasis tim
Merangkul keragaman budaya dan
perbedaan individu yang dimiliki oleh pasien,
keluarga dan tim kesehatan
Menghormati budaya yang unik, nilai,
peran/tanggung jawab dan keahlian profesi
kesehatan lainnya
Bekerjasama dengan mereka yang menerima
pelayanan, mereka yang memberikan
pelayanan dan lain-lain, yang berkontribusi
atau mendukung penyediaan pelayanan dan
upaya pencegahan kesehatan
Mengembangkan hubungan saling percaya
dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
lainnya (CIHC, 2010)
Menunjukkan standar perilaku, etika dan
kualitas dalam memberikan pelayanan
berbasis tim
Mengelola dilema etik tertentu pada
pasien/klien yang menerima pelayanan
berbasis kolaborasi interprofesi
Bertindak dengan kejujuran dan integritas
dalam hubungannya dengan pasien,
keluarga, dan anggota tim lainnya
Mempertahankan kompetensi spesifik
profesinya dalam lingkup praktik yang
relevan
PERAN PROFESI Peran Profesi sendiri
Peran dan tanggung Komunikasi peran dan tanggung jawab
jawab dalam profesi secara jelas kepada pasien, keluarga
intperofessional dan profesional lainnya
Mengenali keterbatasan profesi dalam
keterampilan, pengetahuan dan kemampuan
Melibatkan profesi kesehatan yang
beragam dalam melengkapi keahlian
profesional, serta sumber daya terkait, untuk
mengembangkan strategi agar memenuhi
kebutuhan pasien

77 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Menjelaskan peran dan tanggung jawab
penyedia layanan lain dan bagaimana tim
bekerjasama untuk memberikan pelayanan.
Menggunakan lingkup pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang tersedia
dari profesi kesehatan untuk memberikan
pelayanan yang aman, tepat waktu, efisien,
efektif dan adil.
Berkomunikasi dengan anggota tim untuk
mengklarifikasi tanggung jawab setiap
anggota dalam melaksanakan komponen dari
rencana pelayanan atau intervensi
kesehatan.
Menjalin hubungan ketergantungan dengan
profesi lain untuk meningkatkan pelayanan
pasien
Terlibat dalam pengembangan profesional
dan interprofesi berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja tim
Menggunakan kemampuan yang unik dan
saling melengkapi dari semua anggota tim
untuk mengoptimalkan pelayanan pasien

Komunikasi Memilih alat dan teknik komunikasi yang


Interprofessional efektif, termasuk sistem informasi dan
teknologi komunikasi, untuk memfasilitasi
diskusi dan interaksi yang meningkatkan
fungsi tim
Mengatur dan mengkomunikasikan informasi
dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan dalam bentuk yang dapat
dimengerti serta menghindari terminologi
profesi yang spesifik bila memungkinkan
KOMUNIkASI
Mengungkapkan pengetahuan dan pendapat
kepada para anggota tim yang terlibat dalam
perawatan pasien dengan keyakinan,
kejelasan dan rasa hormat
Mendengarkan secara aktif dan mendorong
ide dan opini dari anggota tim lain
Memberikan umpan balik konstruktif, tepat
waktu dan sensitif kepada orang lain tentang
kinerja tim mereka serta menanggapi umpan
balik dari orang lain dengan rasa hormat
Menggunakan bahasa yang tepat untuk
situasi yang sulit, percakapan atau konflik
interprofesi
Memahami bahwa setiap orang memiliki
keunikan tersendiri, termasuk tingkat
pengalaman, keahlian, budaya, kekuasaan,
dan hierarki dalam tim perawatan kesehatan,
sehingga dapat memberikan kontribusi untuk
komunikasi yang efektif, resolusi konflik, dan
hubungan kerja interprofesi yang positif
Berkomunikasi secara konsisten mengenai
pentingnya kerjasama pada perawatan pasien
berbasis tim dan komunitas

78 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


KERJASAMA TIM memahami proses pengembangan tim
DALAM
INTERPROFESSIONAL
mengembangkan berbagai prinsip kerjasama
yang menghargai nilai-nilai etis yang dianut
oleh anggota kelompok
memfasilitasi diskusi secara efektif dan
berinteraksi serta berpartisipasi dengan
anggota tim dan menghargai seluruh anggota
tim
berpartisipasi dan menghargai seluruh
anggota yang berpartisipasi secara
kolaboratif dalam pengambilan
keputusan
melakukan refleksi secara berkala terhadap
posisi dan fungsi mereka terhadap kelompok
peserta didik, praktisi dan pasien/
klien/keluarga
menciptakan dan menjaga secara efektif
lingkungan hubungan kerja yang sehat
dengan peserta didik, praktisi, pasien/klien
dan keluarga baik di dalam atau di luar tim
yang telah ditentukan
menghargai kode etik dalam tim, termasuk di
dalamnya kerahasiaan, alokasi sumber daya
dan profesionalisme
PATIENT CARE Penyelesaian pasien 1. mengenal, berintegrasi, menilai,
berbasis pasien dan bertindak sebagai rekan, memberi
komunitas masukan dan menjalin hubungan
dengan
pasien/klien/keluarga/komunitas dalam
merencanakan dan memberikan
pelayanan.
2. dapat mendukung partisipasi dari
pasien/klien dan keluarga, atau
perwakilan komunitas sebagai rekan
integral penyedia pelayanan kesehatan.
3. Kerjasama dengan
pasien/keluarga/komunitas dapat
diwujudkan mulai dari perencanaan
pelayanan, implementasi dan evaluasi,
melalui proses berbagi informasi dengan
pasien/klien (keluarga dan komunitas)
dengan sikap saling menghargai dan cara
yang mudah dimengerti.
4. mempelajari cara untuk meningkatkan
partisipasi
pasien/klien/keluarga/komunitas dalam
pengambilan keputusan melalui
pemberian informasi yang akurat dan
dukungan yang diberikan oleh peserta
didik.

79 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


DAFTAR RUJUKAN

Referensi

1. Bridges DR, Davidson RA, Odegard PS, Maki IV & Tomkowiak J (2010). Interprofessional
collaboration: three best practice models of interprofessional education. Medical Education
Online 16: 10.3402/meo.v16i0.6035
2. Interprofesional Education Collaborative (IPEC) Expert Panel (2011). Core competencies for
interprofessional collaborative practice: report of an expert panel. Washington, DC.
Interprofessional Education Collaborative.
3. Freeth D, Hammick M, Reeves S, Koppel I & Barr H (2005a). The Spectrum Illuminated, in Barr
H (ed) Effective Interprofessional Education: development, delivery & evaluation, 1st ed.
Oxford: Blackwell Publishing, p. 11-24
4. Hugh B, Della F, Marilyn H, Scott R & Ivan K (2005). Effective Interprofessional Education,
Development, Delivery and Evaluation. Blackwell Publishing, 98-99
5. Missen, K., Jacob, E., Barnett, T., Walker, L., & Cross, M. (2012). Interprofessional clinical
education: Clinician's views on the importance of leadership. Collegian, 19, 189 - 195.
6. Missen, K., Jacob, E., Barnett, T., Walker, L., & Cross, M. (2012). Interprofessional clinical
education: Clinician's views on the importance of leadership. Collegian, 19, 189 - 195.
7. Oandasan, I., Reeves, S (2005a). Key elements for interprofessional education. Part 1: The
learner, the educator and the learning context. Journal of Interprofessional Care, Supplement
1: 21 – 38
8. Oandasan, I., Reeves, S (2005b). Key elements of interprofessional education. Part 2: Factors,
processes and outcomes. Journal of Interprofessional Care, Supplement 1: 39 – 48.

80 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


METODE PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN

Metoda pembelajaran yang digunakan pada Modul IPE ialah pengajaran aktfi mandiri (student
centered), terintegrasi, menggunakan pendekatan metoda Pembelajaran Berdasarkan Masalah (BDM).
Metoda pembelajaran dalam modul ini, juga berdasarkan konsep pentahapan pembelajaran yang
terdiri dari tahap Orientasi, tahap Latihan dan tahap Umpan Balik.
Kegiatan belajar mengajar terdiri dari : Kuliah interaktif, diskusi kelompok, kegiatan Mandiri,
dan presentasi kelompok dalam diskusi pleno.

A. Kuliah
• Kuliah Pengantar Ilmu Meliputi :

B. Diskusi Kelompok (DK)


• Diskusi kelompok 5-6 pemicu, masing-masing kelompok terdiri dari 10 – 11
mahasiswa dengan 1 fasilitator.
• Diskusi kelompok yang dilakukan menggunakan 12 langkah Branda yang dibagi dalam
2 kali diskusi kelompok setiap minggunya, yaitu :
1. Identifikasi masalah yang terdapat pada pemicu. Istilah yang tidak jelas
diklarifikasi.
2. Analisis masalah, yaitu dengan membuat peta konsep (concept map) yang dapat
menguraikan kemungkinan faktor penyebabnya.
3. Penyusunan pertanyaan yang berkaitan dengan tiap faktor penyebab yang
memerlukan penjelasan, yang dilanjutkan dengan membuat hipotesis yang
sesuai.
4. Menetapkan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab tiap
pertanyaan.
5. Menjawab pertanyaan yang sudah dapat dijawab langsung berdasarkan
pengetahuan yang sudah dimiliki.
6. Untuk pertanyaan yang belum diketahui jawabannya, dilakukan identifikasi
sumber pembelajaran yang sesuai.

81 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


JADWAL KEGIATAN

JADWAL KEGIATAN MODUL IPE


2018 – 20...

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT

07.00 – 08.00

08.00 – 09.00

09.00 – 10.00

10.00 – 11.00

11.00 – 12.00

12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
MANDIRI MANDIRI

82 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


SUMBER DAYA
1. PENYUSUN MODUL EMERGENCY

NO NAMA JABATAN
1. Ketua
2. Anggota
3. Anggota
4. Anggota
5. Anggota
6. Anggota
7. Anggota
8. Anggota
9. Anggota
10. Anggota

2. TIM NARASUMBER KULIAH MODUL EMERGENCY

No Materi Narasumber
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

3. TIM PENANGGUNG JAWAB MODUL EMERGENCY

NO NAMA Telpon
1.
2.

83 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


4. FASILITATOR DISKUSI KELOMPOK MODUL ...................

KELP NAMA Telpon


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

5. FASILITATOR KETRAMPILAN KLINIS ..................

KELP NAMA Telpon


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

84 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PENILAIAN HASIL BELAJAR
(Silahkan disesuaikan)

Penilaian hasil belajar mahasiswa akan disatukan menjadi nilai akhir modul, yang menentukan tingkat
kelulusan mahasiswa. Penilaian hasil belajar sendiri meliputi penilaian proses, ujian praktikum dan
ujian sumatif. Sedangkan ujian formatif adalah salah satu bentuk penilaian umpan balik yang tidak
berkontribusi terhadap nilai akhir modul.
Untuk dapat mengikuti ujian praktikum dan sumatif mahasiswa harus memenuhi persyaratan yang
meliputi kewajiban mengikuti minimal sebagai berikut :
• 80% kegiatan Diskusi Kelompok
• 80% kegiatan kuliah
Ujian sumatif dilaksanakan dua kali, yaitu pada akhir minggu ketiga dan minggu terakhir kegiatan
modul. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan untuk memperoleh informasi
umpan balik bagi pengelola modul, dilaksanakan dua kali tes formatif, pada akhir minggu kedua dan
kelima.
Pembobotan nilai akhir modul dengan ketentuan sebagai berikut,
Proses 30 % Sumatif Skills 30% Sumatif Ujian Tulis 40%
Diskusi kelompok 15 % Nilai total ujian................. Nilai total dari ujian tulis 1+ 2
Buku catatan diskusi 5 % Ujian tulis meliputi seluruh
Temu Pakar & reading skill 5% materi kuliah dan pemicu
Concept map 5% diskusi kelompok yang telah
dipelajari.
Nilai akhir = 30% proses + 30% sumatif ujian + 40% sumatif ujian tulis
Ketentuan terkait kelulusan dan ujian her/perbaikan,
1. Nilai batas lulus adalah 60 (C).
2. Bila mahasiwa tidak lulus maka dapat mengulang ujian perbaikan sebanyak satu kali, dalam
bentuk Ujian sumatif Gross dan Ujian praktikum.
3. Ujian Her Sumatif hanya boleh diikuti bila mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan
ujian her praktikum.
4. Ujian perbaikan atau her hanya boleh dilakukan sebanyak satu kali.
5. Bagi yang nilainya kurang dari C maka nilai maksimal ujian her adalah C.
6. Bila ada mahasiswa yang lulus modul namun nilainya kurang dari B maka diperkenankan
mengikuti ujian her dengan maksimal perbaikan nilai ujian her adalah B.
7. Her hanya dapat dilakukan bila sudah mengikuti ujian sumatif.
8. Setelah ujian perbaikan, bila mahasiwa dinyatakan tetap tidak lulus maka harus mengulang
modul .
9. Her/ remedial akan diselenggarakan pada akhir modul, bila tidak terpenuhi karena sesuatu
hal maka penyelenggaraannya diundur hingga akhir semester setelah semua modul berjalan.

Konversi nilai angka menjadi nilai huruf sesuai dengan ketentuan dari Universitas, sebagai berikut :
NILAI ANGKA NILAI HURUF NILAI BOBOT KETERANGAN
80-100 A 4.00 LULUS
70-79 B 3.00 LULUS
60-69 C 2.00 LULUS
50-59 D 1.00 TIDAK LULUS
<50 E 0 TIDAK LULUS

85 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


EVALUASI PROSES MODUL
(Disesuaikan)

Proses penyelenggaraan modul perlu dinilai untuk menjaga penjaminan mutu kegiatan belajar-
mengajar di POLTEKKES KEMENKES ............................ Pada akhir modul, mahasiswa akan diberi
kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan modul dan peran staf pengajar baik
sebagai tutor DK, praktikum serta narasumber kuliah maupun praktikum.

Secara garis besar, evaluasi modul juga dibagi menjadi evaluasi program dan proses, yang meliputi,
1. Evaluasi Program
75% mahasiswa lulus dengan nilai minimal B

2. Evaluasi Proses Program


a. Semua kegiatan berlangsung sesuai waktu dan rencana
b. Perubahan jadwal, waktu dan kegiatan tidak lebih dari 10%.
c. Setiap kegiatan dihadiri minimal 90% mahasiswa, tutor DK , narasumber, tutor.

86 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


LAMPIRAN BORANG DISKUSI
MODUL ..........................
HASIL DISKUSI KELOMPOK
Kelompok
Ruangan
Fasilitator
:
:
:
D-1
Pemicu :
Tanggal Diskusi : Waktu :

No. Nama Mahasiswa No. Nama Mahasiswa


1. 7
2. 8
3. 9
4. 10
5. 11
6
IDENTIFIKASI FAKTA YANG DITEMUKAN

RUMUSAN MASALAH

Bagan analisis masalah dalam bentuk peta konsep digambarkan di halaman belakang kertas ini

HIPOTESIS

Hal yang perlu diketahui (pertanyaan): Hal yang sudah diketahui:

Materi bahasan yang harus dipelajari (Learning Referensi yang digunakan :


issues):

Telah dikoreksi dan sesuai dengan proses diskusi yang berlangsung :…………………………………………………
[Form ini diparaf oleh tutor setelah memeriksa kesesuaian isinya dengan tugas diskusi, setelah diparaf
dikembalikan kepada tiap kelompok]

87 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


MODUL .....................
HASIL DISKUSI KELOMPOK
Kelompok
Ruangan
Fasilitator
:
:
:
D-2
Pemicu :
Tanggal Diskusi : Waktu :

No. Nama Mahasiswa No. Nama Mahasiswa


1. 7
2. 8
3. 9
4. 10
5. 11
6
KESIMPULAN

Materi presentasi anggota yang masih belum Apa yang akan dilakukan :
jelas adalah tentang :

Tugas/pertanyaan yang masih belum Apa yang akan dilakukan :


diketahui dan dibahas :

Tanda tangan tutor

[ Borang ini diparaf tutor setelah memeriksa kesesuaian isinya dengan tugas diskusi.
Setelah diparaf dikembalikan kepada kelompok. Seluruh anggota menyetujui isi borang ini].

88 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


LAMPIRAN PENILAIAN DISKUSI
DIISI OLEH TUTOR DISKUSI
Kelompok : 1 Pemicu ke : 1/2/3/4/5/
Nama Fasilitator : DK 1 tanggal :…………………… DK 2 tanggal:…………
MODUL :
No Nama Aktifitas dalam diskusi Perilaku
Fokus
Disiplin/
Sharing Argumentasi Aktivitas dan
Kehadiran
perhatian
D1 D2 D1 D2 D1 D2 D1 D2 D1 D2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Keterangan Skala Penilaian (tidak diperkenankan dalam skala desimal)


Poin penilaian NILAI
0-5 6-8 9-10
sharing kurang mampu berbagi pendapat dapat berbagi pendapat/ mampu berbagi pendapat
/pengetahuan dengan teman pengetahuan dengan teman /pengetahuan dengan
kelompoknya kelompoknya dengan baik, teman kelompoknya secara
namun masih belum maksimal baik & maksimal
argumentasi menyampaikan argumentasi tidak menyampaikan argumentasi menyampaikan
sesuai dengan literatur atau tidak sudah sesuai dengan literatur argumentasi sudah
dapat menyampaikan argumentasi atau dapat menyampaikan sesuai dengan literatur
atas pendapatnya dengan benar argumentasi atas pendapatnya atau dapat menyampaikan
dengan benar namun kurang argumentasi atas
maksimal pendapatnya dengan
benar secara maksimal
aktivitas mahasiswa cenderung pasif mahasiswa aktif tanpa diberikan hanya kepada
meskipun sudah dimotivasi oleh didorong oleh fasilitator mahasiswa yang aktif
fasilitator tanpa didorong dan tidak
mendominasi dalam
kelompok
0-3 4-6 7-8
fokus & menghabiskan lebih dari setengah Fokus dan perhatian pada Fokus dan perhatian penuh
perhatian waktu diskusi untuk kegiatan lain, diskusi masih kurang, namun pada diskusi tanpa pernah
meskipun sudah diperingatkan dengan peringatan dari fasilitaor melakukan kegiatan lain.
fasilitator (bermain HP/laptop, dapat kembali fokus lagi.
berbicara dgn teman diluar topik
diskusi)
Disiplin/Kehadiran :
Nilai
-5 -3 0
Terlambat Terlambat
Disiplin/Kehadiran Tepat Waktu
> 15’ < 15’

Tutor Diskusi Kelompok 1 Tutor Diskusi Kelompok 2

(…………….…………………………......) (…………….………………………..)

89 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL
LEMBAR EVALUASI DISKUSI KELOMPOK
Kelompok : 1
Nama Mahasiswa :
Program Studi :
Fasilitator :
Petunjuk:
Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda silang (x) pada salah satu nomor berikut :
1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Berarti sangat setuju
(Jawaban yang Anda pilih tidak akan mempengaruhi hubungan Anda dengan Dosen atau nilai
akademik).

A. FASILITATOR
1. Fasilitator telah memperlancar diskusi kelompok [1], [2], [3], [4].
2. Fasilitator tidak memaksakan pendapatnya [1], [2], [3], [4].
3. Fasilitator mencetuskan pertanyaan / isu yang bersifat terbuka dan menimbulkan keingintahuan [1], [2], [3], [4].
4. Fasilitator menumbuhkan keberanian untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi [1], [2], [3], [4].
5. Fasilitator tidak terlalu kritis [1], [2], [3], [4].
6. Fasilitator mampu menghidupkan suasana diskusi sehingga setiap anggota mau berpartisipasi [1], [2], [3], [4].
7. Fasilitator mempermudah kelangsungan belajar [1], [2], [3], [4].
8. Fasilitator memberi kebebasan untuk memilih sumber rujukan [1], [2], [3], [4].
9. Fasilitator menunjukkan perhatian terhadap gagasan anggoat kelompok [1], [2], [3], [4].
10. Fasilitator memberi kesempatan agar proses pembelajaran timbul dari kelompok [1], [2], [3], [4].
11. Fasilitator mendorong diskusi relevan dengan masalah [1], [2], [3], [4].
12. Fasilitator memiliki suara yang jelas, bahasa yang baik, dan mudah dimengerti [1], [2], [3], [4].
13. Fasilitator mendorong anggota kelompok untuk menyajikan hasil kerja kelompok [1], [2], [3], [4].

B. KEGIATAN KELOMPOK
1. Pengorganisasian kelompok sangat baik [1], [2], [3], [4].
2. Pembahasan topik dalam kelompok sesuai dengan rencana [1], [2], [3], [4].
3. Diskusi kelompok terencana baik, tiada waktu terbuang [1], [2], [3], [4].
4. Diskusi kelompok telah menghasilkan pengetahuan baru [1], [2], [3], [4].
5. Diskusi kelompok menghasilkan relevansi antara pengetahuan yang diperoleh dengan
[1], [2], [3], [4].
masalah yang dihadapi
6. Kegiatan kelompok mendorong kerjasama dan team work [1], [2], [3], [4].
7. Kepemimpinan kelompok ditunjang oleh fasilitator [1], [2], [3], [4].

C. REAKSI ANGGOTA KELOMPOK


1. Saya menyadari manfaat ilmu pengetahuan yang didapatkan dari diskusi kelompok [1], [2], [3], [4].
2. Saya merasa senang berpartisipasi dalam diskusi kelompok [1], [2], [3], [4].
3. Saya menunggu kegiatan diskusi kelompok yang akan datang [1], [2], [3], [4].
4. Saya mendapatkan banyak pengetahuan dari diskusi kelompok [1], [2], [3], [4].
5. Saya ingin mengetahui lebih mengenai mata ajaran yang didiskusikan [1], [2], [3], [4].

Catatan khusus:
Kuesioner – 3
90 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)
Penilaian Tutor terhadap Mahasiswa dan Grup
Nama Tutor Program Studi

Group
Ruangan
Mahasiswa
Tanggal Jam
Pengamatan Pengamatan

Instruksi :
Kuesioner ini didisain untuk memperoleh informasi dari penilaian / pendapat Tutor / Fasilitator terhadap
mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini.
Berdasarkan pengamatan Anda dalam hubungannya dengan penelitian ini, berikan penilaian atau
pendapat Anda dari pernyataan-pernyataan dibawah ini :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Buruk Sempurna

PENILAIAN
.INDIKATOR MAHASISWA OVERALL
GROUP
3.1 TEAM PERFORMANCE
3.1.1. Kecekatan anggota-angota bekerja
dalam tim
3.1.2. Kualitas kerja sama tim
3.1.3. Kelancaran kerja sama tim
3.1.4. Bebas dari kesalahan
3.1.5. Komunikasi diantara anggota-
anggota tim
3.1.6. Pengambilan keputusan
3.1.7. Penampilan keseluruhan

3.2 KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI


3.2.1. Berkomunikasi secara efektif dengan
anggota-anggota tim
3.2.2. Menggunakan istilah-istilah teknis
yang umum digunakan
3.2.3. Menjelaskan istilah-istilah yang tidak
umum
3.2.4. Mendengarkan dengan seksama
3.2.5. Menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang mudah dimengerti
3.2.6. Memberikan komentar-komentar
yang mudah dipahami

3.3 KEMAMPUAN BERKERJASAMA


3.3.1. Sopan terhadap para anggota tim

3.3.2. Menghormati pengetahuan dan


keahlian profesional anggota tim
3.3.3. Menerima tanggung jawab tindakan-
tindakan profesional
3.3.4. Berkolaborasi baik dengan anggota-
anggota tim

91 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Borang Tutor Assessment

Penilaian ke- (lingkari) :1/2 TA: 20…/….


Tanggal : .............................................................................................
Kelompok : .............................................................................................

Aspek Penilaian
Sikap &
Peran dalam kelompok
perilaku
TOTAL

interprofesional

berargumentasi
berkolaborasi/
bekerja sama
No Nama mahasiswa

Kemampuan

Kemampuan

Kemampuan

Kedisiplinan
Komunikasi
Partisipasi
dalam tim
(Maks

informasi
berbagi
60)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Berikan penilaian antara 1-10:

1 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------10
SANGAT SANGAT
BURUK BAIK
Tanda tangan Tutor

(Nama tutor)

92 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


RENCANA PENYELESAIAN KASUS SECARA KOLABORASI ANTAR PROFESI (Tyastuti, 2016)

PENDEKATAN INDIVIDU PROFESI


Unit Layanan:

PROFESI GANGGUAN / MASALAH YANG DITEMUKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Rencana


Gangguan Gangguan Gangguan pada Faktor Sosio Faktor Faktor Faktor Penyelesaian
Faktor BIOLOGI pada fungsi peran demografi Lingkungan Genetik Perilaku masalah
(patofisiologi, aktivitas pasien dalam Intervensi
patologi harian (daily keluarga /
anatomi) activity) masyarakat

93 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


PENATALAKSANAAN SECARA TIM

Anggota 1. Nama Pasien :


Tim: 2. Usia :
3. Alamat :
4.

Tujuan Umum Penatalaksanaan Pasien

Mengatasi masalah penyakit PPOK pada pasien dengan memiliki perilaku merokok 2 pak per hari.

Tujuan JANGKA PANJANG Tujuan JANGKA MENENGAH Tujuan JANGKA PENDEK

Ct: Pasien mengurangi kuantitas merokok dari 1 Ct: Pasien BERSEDIA mengikuti program berhenti
Ct: Pasien berhenti merokok pak sehari menjadi ½ pak perhari merokok

94 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


Anggota Tim: 1.
MASALAH PASIEN TUJUAN INDIKATOR RENCANA INTERVENSI KEGIATAN INTERVENSI TIM YANG
PENATALAKSANAAN KEBERHASILAN (DIURUTKAN BERTANGGUNG
BERDASARKAN PRIORITAS) JAWAB

95 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)


96 Modul Pembelajaran IPE (Maret, 2019)

Anda mungkin juga menyukai