Disusun Oleh :
1
DAFTAR HALAMAN
Cover ………………………………………………………………………………………... 1
Daftar Halaman …………………………………………………………………....………. 2
Bab I (Pendahuluan) …………………………………………………………………….… 3
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….... 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 3
1.3 Tujuan dan Manfaat …………………………………………………………... 3
Bab II (Pembahasan) ……………………………………………………………………… 4
2.1 Pengertian Terowongan …………………………………………………….... 4
2.2 Metode Konstruksi Dalam Pembuatan Terowongan ……………………... 4
2.3 New Austrian Tunneling Method (NATM) …………………………….…….. 4
2.4 Shotcrete (Penyangga Sementara) …………………………………………. 5
2.5 Mesh Kawat (Wiremash)…………………………………………………….... 7
2.6 Steel Rib ……………………………………………………………………….. 7
2.7 Rockbolt …………………………………………………………………….….. 7
2.8 Grouting ………………………………………………………………………… 7
2.9 Proyek Yang Menggunakan Metode NATM ……………………………….. 8
Bab III (Kesimpulan Dan Saran) …………………………………...…………...……..… 9
Daftar Pustaka …………………………………………………...………….…………… 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
b.Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai metode
konstruksi terowongan khususnya metode New Austrian Tunnel Method (NATM).
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 PENGERTIAN TEROWONGAN
Menurut Raharjo (2004) bahwa terowongan transportasi bawah kota
merupakan grup tersendiri diantara terowongan lalu –lintas, dapat berupa
terowongan kereta api maupun terowongan jalan raya. Dalam tahap konstruksinya,
terowongan memerlukan pengawasan yang lebih, karena adanya sedikit kesalahan
metode atau sequence of work dapat mengakibatkan keruntuhan tunnel.
Pelaksanaan galian terowongan dapat dikerjakan dengan bantuan alat seperti alat
berat (excavator dengan perlengkapan-perlengkapan clampshell, backhoe, shovel,
dan juga crawler loader), sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu relatif
cepat dan memperkecil kemungkinan runtuh.
Kelemahaan dari konstruksi kayu tersebut menurut Prof. LV. Rabcewicz dalam
bukunya NATM adalah bahwa kayu khususnya dalam keadaan lembab akan sangat
mudah mengalami keruntuhan. Akibatnya merenggangnya batuan pada waktu
penggalian, sering kali menyebabkan penurunan bagian atas terowongan. Meskipun
baja memiliki sifat fisik yang lebih baik, efisiensi kerja busur baja sangat tergantung
dari kualitas penganjalan (kontak baja dan batuan).
2.4 SHOTCRETE
Perbedaan antara shotcrete dan beton cor bukanlah kekuatan produk akhir
melainkan proses penempatannya. Dalam tunneling, shotcrete diterapkan untuk
menutup permukaan yang terbuka akibat pengeboran dan untuk mendukung
rongga. Karakteristik shotcrete hampir sama dengan beton biasa. Namun, modulus
Young agak lebih rendah dari pada beton konvensional.
Shotcrete merupakan campuran antara semen, pasir, dan air, ditambah calcium
clorida (Cacl2).
Ada 2 tipe shotcrete, yaitu :
a. Shotcrete campuran kering (dry-mix shotcrete)
Campuran kering: semen kering dan agregat diangkut secara pneumatik, dan air
ditambahkan pada nosel (Gambar 1).
2.7 ROCKBOLT
Menurut Singh, 2006, rockbolt adalah bahan batang yang terbuat dari baja,
berpenampang bulat yang digunakan untuk menyangga massa batuan. Kekuatan
rockbolt, biasanya diukur dengan melaksanakan uji tarik (pull test) di lapangan.
Berdasarkan Handbook of Road Power, 2006, kekuatan perkuatan ini ditentukan
oleh beberapa parameter diantaranya diameter, panjang, dan jarak antar rockbolt.
2.8 GROUTING
Grouting adalah penerapan cairan pengerasan atau mortar ke tanah untuk
memperbaiki kekakuan, kekuatan dan / atau impermeabilitas. Ada berbagai pola
penerapan grouting ke dalam tanah sebagai berikut.
c. Jet grouting: Jet grout disemprotkan dari nosel ke tanah sekitarnya dengan
tekanan awal antara 300 dan 600 bar. Hal tersebut mencetak kembali tanah dengan
tercampur grout yang diterapkan, dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pembebanan pada lapisan terowongan pada
compensation grouting
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 8
http://tekniksipil.umy.ac.id/kuliah-pakar-new-austrian-tunneling-method- 9
pada-terowongan-kereta-api-notog/, Diakses 18 Desember 2019