a. Antropologi
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama.
Antropologi mirip seperti sosiologi, akan tetapi pada sosiologi lebih menitikberatkan
pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata “anthropos” yang berarti manusia atau orang dan
“logos” yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistic di mana
meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya.
Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari
disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan atau
perbedaan budaya antarmanusia. Walaupun begitu, sisi ini banyak diperdebatkan dan
menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada
pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.
b. Sosiologi
Sedangkan sosiologi meskipun hampir sama dengan antropologi, namun
kedua ilmu ini memiliki perbedaan. Sosiologi ialah pengetahuan atau ilmu tentang
sifat masyarakat, perilaku masyarakat dan perkembangan masyarakat.
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sosiologi merupakan sebuah istilah yang
berasal dari bahasa Latin “socius” yang artinya teman dan “logos” dalam bahasa
Yunani yang artinya cerita. Diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul
“Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi
muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun, sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
Kesimpulan
Sosiologi mempelajari masyarakat sebagai satu kesatuan. Baik itu sistem, interaksi,
kekuasaan, mata pencaharian, karakter kelompok, dan lain sebagainya.
Nomophobia
Nomophobia (no mobilephone phobia) adalah istilah baru, yang berarti ketakutan
akan dipisahkannya pengguna dengan gadget kesayangannya. Istilah ini diperkenalkan oleh
peneliti dari Inggris.
Dampak Nomophobia
Definisi Sosiologi
Masa ngambang :
Hakekat Sosiologi
- Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam
ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
- Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu
disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi
dewasa ini dan bukan mengenai apa yang telah terjadi atau seharusnya terjadi.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni.
STATUS PARADIGMA SOSIAL
Sebagai suatu konsep, istilah paradigma (paradigm) pertama kali diperkenalkan oleh
Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (1962). Paradigma
yaitu sudut pandang yang mendasar dari ilmuwan didalam melihat sesuatu peristiwa sebagai
konsep ilmu pengetahuan.
Paradigma I >> menjadi normal sains >> menjadi anomalis >> krisis >> revolusi >>
paradigma II
Menurut Kuhn : ilmu pengetahuan pada waktu tertentu didominasi oleh suatu
paradigma tertentu yaitu suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok
persoalan dari cabang tertentu.
Normal science adalah suatu periode akumulasi ilmu pengetahuan dimana para
ilmuwan bekerja mengembangkan paradigma yang sedang berpengaruh. Selama
penyimpangan memuncak, suatu krisis akan timbul dan paradigma itu sendiri mulai
disangsikan validitasnya. Bila krisis sudah sedemikian seriusnya maka suatu revolusi akan
terjadi dan paradigma baru akan muncul sebagai yang mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi oleh paradigma sebelumnya.
George Ritzer (1975) membuat pengertian paradigma yang lebih jelas, yaitu
merupakan pandangan yang mendasar dari pada ilmuwan tentang apa yang semestinya
dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma merupakan alat bantu bagi ilmuwan dalam menemukan tentang apa yang harus :
Dipelajari
Persoalan-persoalan yang harus dijawab
Bagaimana seharusnya menjawabnya
Aturan-aturan apa yang harus diikuti
Contoh teori-teori sosial dari Malthus dan Karl Marx di dalam mengkaji masalah-masalah
penduduk.
Perbedaan tersebut menyangkut problema penduduk, penyebab perkembangan penduduk,
konsep-konsep yang digunakan dalam teori. Malthus melihat bahwa permasalahan yang
penting adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk tidak ada kaitannya dengan masalah
politik, konflik sosial, ataupun masalah lain. Menurut Malthus, ledakan penduduk timbul
sebagai proses ilmiah. Dimana dalam keadaan makmur, penduduk akan berkembang dengan
cepat. Sebaliknya dalam keadaan kekurangan pangan, kematian akan melanda di masyarakat.
a. Arithmetic Rate
Arithmetic rate adalah pertambahan angka yang terjadi secara konstan misalnya 4, 6,
8, 10, 12, dan seterusnya.
b. Geometric Rate
Geometric rate adalah pertambahan angka yang terjadi secara berkelipatan misalnya
4, 8, 16, 32, 64, 128, dan seterusnya.
c. Positive Check
Positive check adalah terjadinya pengurangan jumlah penduduk karena kematian
sebagai akibat dari gangguan dan bencana alam.
d. Preventive Check
Karl Marx melihat ledakan penduduk bukanlah masalah pokok melainkan hanya
merupakan produk dari adanya masalah yang lain yaitu adanya struktur masyarakat yang
timpang. Ledakan penduduk merupakan keadaan yang dipacu oleh kelas kapitalis, mengapa?
Sebab dengan besarnya jumlah penduduk upah buruh akan turun dan rendah. Akibatnya
keuntungan kaum kapitalis akan semakin besar. Kelebihan penduduk tersebut akan hilang
dengan sendirinya bersamaan dengan munculnya proses transisi dari masyarakat kapitalis
menuju masyarakat sosialis.
Marx dalam teorinya menggunakan konsep kelas, konflik kelas, alat-alat produksi,
kesadaran kelas, surplus tenaga kerja, eksploitasi dan dialektika. Kelas adalah suatu
kelompok individu yang berdasarkan kesamaan ciri-ciri tertentu.
PARADIGMA FAKTA SOSIAL
Paradigma ini merupakan sumbangsih dari pemikiran Durkheim yang didasarkan atas
karyanya The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Paradigma fakta
sosial dirintis Durkheim sebagai antithesis atau tesis Comte dan Herbert Spenter. Comte dan
Herbert Spenter berpendapat bahwa dunia ide adalah pokok bahasan dalam sosiologi.
Menurut Durkheim, dunia ide bukanlah objek riset dalam sosiologi. Sebab, dunia ide itu
hanyalah sebagai suatu konsepsi pikiran.
Fakta sosial menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Menurut Durkheim, fakta sosial
terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Dalam bentuk material, yaitu barang sesuatu dapat ditangkap dan diobservasi.
Contoh : arsitektur dan norma hukum.
b. Dalam bentuk non-material, yaitu suatu yang dianggap nyata. Fakta sosial jenis ini
merupakan fenomena yang bersifat intersubyektif yang dapat muncul dari dalam
kesadaran manusia.
Contoh : egoisme, alturisme, dan opini.
Kriteria untuk menyatakan kehidupan kelompok sebagai barang suatu yang nyata (reality) :
1) Nominalis Position
Nominalis position artinya kelompok itu bukanlah barang secara sesuatu yang
sungguh-sungguh secara riil. Tetapi semata-mata merupakan suatu terminologi atau
suatu pengertian yang digunakan untuk menunjukkan kepada kumpulan individu.
2) Interksionisme
Penganut interaksionisme menolak perbedaan antara konsep individu dan kelompok.
Mereka menyatakan keduanya sebagai fenomena yang tak dapat dibagi atau
dipisahkan, sebab keduanya saling berinteraksi.
3) Neo Nominalisme
Neo nominalisme bahwa kelompok menunjukkan sesuatu yang nyata-nyata ada
(objective reality) tetapi juga mengakui kelompok itu kurang riil dibandingkan dengan
individu.
4) Realisme
Realisme bahwa :
- Kelompok sama riilnya dengan individu atau perorangan.
- Kedua abstrak, untuk kepentingan unit analisis.
- Kelompok dipahami dan diaplikasikan khusus dalam istilah untuk menerangkan
proses sosial.
1) Kita dapat melihat orang atau individu tetapi tidak dapat melihat kelompok kecuali
dengan menganalisis individu.
2) Kelompok tersusun dari para individu.
3) Fenomena sosial hanya mempunyai realistis dalam individu-individu.
4) Tujuan mempelajari kelompok adalah untuk meramaikan perilaku individu.
Macam-macam teori :
1) Teori Fungsionalisme
Teori ini menekankan pada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Konsep utama : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan
(equilibrium).
Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian-bagian atau
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu keseimbangan. Perubahan yang
terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan terhadap bagian lain.
Asumsi dasar : setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain.
2) Teori Structural
3) Teori Konflik
4) Teori Sistem Makro
TEORI KONFLIK
Lebih melihat pada asal-usul dibuatnya aturan normatif dan penerapannya dilakukan oleh
siapa kepada siapa (bukan pada terjadinya perilaku menyimpang). Perspektif ini lebih melihat
sifat pluralistic dari masyarakat dan terjadinya distribusi kekuasaan yang berbeda atau
timpang di antara kelompok-kelompok sosial. Masyarakat dipahami sebagai kelompok-
kelompok dengan kepentingan yang saling bersaing atau berkonflik >> yang berkuasa dapat
menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan kelompoknya.
a. Dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contohnhya konflik yang terjadi
di Aceh dan Papua.
b. Persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup.
c. Pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga negara sebuah suku terhadap warga
suku bangsa lain.
d. Potensi konflik yang terdalam, yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik
antarsuku di pedalaman Papua.
Manajemen Konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi
pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku
maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interest) dan
interprestasi.
Fungsi Konflik
George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan
hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya
konflik.
Secara definitif Weber merumuskan sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan
memahami (interpretative understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk
sampai kepada penjelasan kausal. Dari definisi tersebut terkandung dua konsep dasar, yaitu :
Ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi menurut paradigma definisi sosial :
Teori-teori :
TEORI AKSI
Asumsi-asumsi :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi
eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tekhnik, prosedur, metode, serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan.
Menurut Max Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman,
presepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu.
Menurut Talcott Parsons, tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga
sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian.
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi
eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tekhnik, prosedur, metode, serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah
dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang,
dan yang telah dilakukannya.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat
pengambilan keputusan.
7. Studi mengenal antarhubungan sosial memerlukan pemakaikan teknik penemuan yang
bersifat subyektif seperti metode Verstehen, Imagination Symphatetic Reconstruction
atau seakan-akan mengalami sendiri (vicarious experience).
Metode Verstehen
- Menekankan pada tingkah laku yang menurut Weber perbuatan si pelaku memiliki
arti subyektif, kehendak mencapai tujuan, serta didorong motivasi.
- Teori Verstehen masih sangat relevan untuk digunakan dalam penelitian sosiologi
hingga saat ini. Contoh : anak jalanan.
- Status oleh Weber lebih ditekankan pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun
demikian, status juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti ras, usia, dan agama.
- Sudah menjadi semacam patokan umum kalau suatu status dikaitkan dengan gaya
hidup. Status terkait dengan konsumsi barang yang dihasilkan, sementara itu kelas
terkait dengan produksi ekonomi.
Tipe Wewenang
Teori interaksionisme simbolik adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang
mengemukakan tentang diri sendiri (The Self) dan dunia luarnya. Blumer mengutarakan
tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning).
Bahasa (language), dan pikiran (thought).
Manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya
dilandasi atau pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut. Esensi dari teori
ini adalah simbol dan makna. Makna adalah hasil dari interaksi sosial. Ketika kita
berinteraksi dengan orang lain, kita berusaha mencari makna yang cocok dengan orang
tersebut. Kita juga berusaha mengintepretasikan maksud seseorang melalui simbolisasi yang
dibangun. Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal dari apa yang
kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin bahwa hal tersebut nyata, maka
kita mempercayainya sebagai kenyataan. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang
dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu
objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil
proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language) –dalam perspektif interaksionisme
simbolik.
Sebagai contoh :
Kita memperoleh pemaknaan dari proses negosiasi bahasa tentang kata ‘kampungan’.
Makna dari kata ‘kampungan’ tidaklah memiliki arti sebelum dia mengalami negosiasi di
dalam masyarakat sosial di mana simbolisasi bahasa tersebut hidup.
Menurut Mead, dunia sosial itulah muncul kesadaran, pikiran, diri, dan seterusnya
atau yang terkenal dalam buku Mead yaitu Mind, Self, and Society. Menurut Meat dalam
tindakan sosial ada empat tahapan yang saling berhubungan, yaitu impuls, persepsi,
manipulasi, dan konsumsi.
a. Impuls adalah rangsangan atau gerak hati yang timbul dengan tiba-tiba untuk
melakukan sesuatu tanpa pertimbangan; dorongan hati.
b. Persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera.
c. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-
tahap sebelumnya. Dalam tahapan ini individu mengambil tindakan yang
berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan.
d. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini,
dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, individu dalam
mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk
memuaskan impuls yang ada di awal tadi.
TEORI FENOMENOLOGI
Fenomenologi secara etimologi berasal dari kata ‘phenomenon’ yang berarti realitas yang
tampak dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Tujuan utama fenomenologi adalah mempelajari
bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran dan dalam tindakan, serta bagaimana
fenomena tersebut diterima atau bernilai secara estetis. Fenomenologi mencoba mencari
pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting dalam
kerangka intersubjektivitas.
Fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah
menjadi atau disiplin atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena
atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari fenomena yang
tampak di depan kita dan bagaimana penampakannya.
a) Bagaimana kita mengetahui motif, keinginan, dan makna dari tindakan orang lain?
b) Bagaimana kita mengetahui makna atas keberadaan orang lain?
c) Bagaimana kita dapat mengerti dan memahami atas segala sesuatu secara
mendalam?
d) Bagaimana hubungan timbal balik itu dapat terjadi?
Contoh :
Fenomena HIV atau AIDS. Penelitian kita fokuskan pada fenomena berupa perlakuan
diskriminatif yang menjadi pengalaman hidup para penderita HIV. Fokus penelitian demikian
bisa dilakukan dengan pengaplikasikan metode fenomenologi. Fenomenologis tentang
fenomena perlakuan diskriminatif berusaha untuk mengungkapkan apa kesamaan
pengalaman hidup yang dialami oleh para penderita HIV/AIDS yang mendapatkan perlakuan
diskriminatif dalam masyarakat serta bagaimana mereka mengalaminya.
Metode :
1) Participant Observation
Peneliti tidak memberitahukan maksudnya kepada kelompok yang
diselidikinya. Peneliti dengan sengaja menyembunyikan bahwa kehadirannya di
tengah kelompok yang diselidiki itu adalah untuk meneliti.
2) Participant as Observer
Peneliti memberitahukan maksudnya kepada kelompok yang ditelitinya.
3) Observes as Participant
Digunakan dalam penelitian yang hanya berlangsung dalam sekali kunjungan
dan dalam waktu yang singkat. Memerlukan perencanaan yang sangat terperinci
tentang segala sesuatu yang akan dicari melalui penelitian yang singkat itu.
4) Complete Observer
Peneliti tidak berpartisipasi tetapi menempatkan dirinya sebagai orang luar
sama sekali dan subjek yang diselidiki tidak menyadari bahwa mereka sedang
diselidiki.
EXEMPLAR
Tokoh : B. F. Skinner
Skinner melihat kedua paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang
bersifat mistik, dalam arti mengandung sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat
diterangkan secara rational.
Pokok persoalan :
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antarhubungan antara individu
dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas :
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain dalam kehidupan masyarakat. Baik aktifitas tersebut menimbulkan gejolak ataupun tidak
bentuk interaksi sosial yang terjalin satu sama lainnya dinamakan dengan lingkungan sosial.
Lingkungan Non-Sosial
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau atau kuat atau tidak terlalu lemah atau gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
perilaku individu.
Prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek sosial lainnya adalah
sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek non sosial.
Penganut paradigma ini memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Tetapi secara
konseptual berbeda dengan paradigma definisi sosial. Bagi paradigma definisi sosial, aktor
adalah dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif di dalam interaksi.
Teori-Teori
Keseluruhan materi teori excange, secara garis besar dapat dikembalikan kepada
lima proposisi George Homan berikut :
1) Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan
situasi tertentu melalui ganjaran, maka besar kemungkinan tingkah laku atau
kejadian yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi
atau dilakukan.
2) Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku
tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang.
3) Memberikan arti atau nilai tingkah laku yang diarahkan oleh orang lain terhadap
aktor.
4) Makin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, maka
makin berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya.
5) Makin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar
kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi.