Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Pertambangan merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia. Sebagian besar sumber
energi yang digunakan dalam perekonomian Indonesia berasal dari sektor pertambangan yakni
minyak bumi dan batubara. Pertambangan juga menyumbang 70% pembangunan infrastruktur di
kota-kota besar Indonesia.
Pertambangan menghasilkan dampak negatif berupa produk sampingan yang
diklasifikasikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) oleh kementerian lingkungan
hidup dan kehutanan. Salah satu produk sampingan ini disebut slag. Slag adalah produk sampingan
yang memiliki densitas lebih rendah dibandingkan dengan logam cair nya yang umum ditemukan
pada peleburan logam di dalam tanur tinggi yang terdiri dari logam oksida, sulfida dan unsur
lainya. Menurut data Pusjatan, setiap ton produksi baja menghasilkan 20% limbah slag artinya
Indonesia memproduksi slag sekitar 1,2 juta ton dengan asumsi produk baja sebesar 6 juta ton
setiap tahunnya.
Sumber daya nikel di Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebesar 6,5 miliar ton
dan cadangan 3,1 miliar ton selain dari pertambangan nikel bisa diperoleh dengan cara daur ulang
slag hasil produksi, terutama slag feronikel (FNS). Menurut Mufakir, komposisi kimia FNS terdiri
dari 52% SiO2, 27% MgO, 11% Fe2O3, 6.49% Al2O3, 1.22% Cr2O3 dan 0.09% NiO. Daur ulang
FNS memiliki manfaat ekonomi dan sosial yang baik sehingga sudah seharusnya dilakukan oleh
pemerintah.
Dengan konsumsi nikel yang besar (sekitar 2 juta ton per tahun) Indonesia menghasilkan
limbah FNS yang banyak. Berdasarkan hasil pengujian dari Fidancheuska, daur ulang FNS
diterapkan untuk perolehan logam nikel dan dievaluasi kembali kualitasnya. Untuk menghasilkan
logam nikel dari slag FNS dibutuhkan proses daur ulang FNS oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian dengan bahan baku FNS yang akan di daur ulang sebagai bentuk pelestarian lingkungan
dan peningkatan daya guna agar menjadi produk yang mempunyai added value yang lebih tinggi.
Metode yang digunakan pada daur ulang FNS umumnya adalah pelindian, proses ini dipilih karena
sederhana dan ekonomis. Larutan digunakan dalam penelitian ini yaitu NaOH, melalui penelitian
ini hasil yang ingin dicapai yaitu recovery logam nikel yang cukup tinggi sehingga diharapkan
dapat memberikan solusi terhadap pengolahan slag bagi industri ekstraksi logam di Indonesia.
PEMBAHASAN
Konsentrasi agen pelindi, kecepatan pengadukan dan temperatur mempengaruhi laju
pelindian feronikel. Pengaruh konsentrasi larutan pada laju pelindian silikon dilakukan dengan
memvariasikan konsentrasi awal larutan NaOH dari 6 M hingga 14 M pada temperatur
pengoperasian 90oC, persentase solid-liquid 5%, kecepatan pengadukan 300 rpm dan waktu
pelindian 12 jam. Hasil yang diperoleh yaitu pelarutan silikon dari slag feronikel meningkat secara
signifikan seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH hingga konsentrasi tertentu dan menurun
secara signifikan setelahnya.
kecepatan pengadukan dipelajari untuk menguji efek difusi film yang mengelilingi
partikel padat pada ekstraksi si dengan memvariasikan kecepatan pengaduk magnet dari 200
hingga 600 rpm pada temperatur 110oC, konsentrasi NaOH persentase solid-liquid 5% dan durasi
pelindian 12 jam. Laju pelindian silikon berkurang dengan peningkatan kecepatan pengadukan
yang menunjukkan bahwa reaksi tidak mungkin dikendalikan oleh difusi melalui film cair yang
mengelilingi partikel.
Laju pelindian silikon sangat tergantung pada temperatur. Hal ini dapat dikaitkan dengan
kelarutan lebih tinggi dari natrium silikat ditambah dengan stabilitas formasinya yang lebih luas
pada temperatur lebih tinggi. selain itu, ini juga merupakan hasil dari penurunan viskositas slurry
pada temperatur yang lebih tinggi meningkatnya transfer massa yang terkait dengan kecepatan laju
pendirian.

Anda mungkin juga menyukai