Laporan Interne
Laporan Interne
PENDAHULUAN
usia juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia,
disebabkan oleh kerusakan respon hormon kontra regulasi akibat usia (Kenny, 2013).
Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi oleh American Diabetes Association
memperlihatkan bahwa hipoglikemia merupakan komplikasi metabolik yang paling
sering terjadi pada orangtua di Amerika Serikat, dimana pasien DM tipe 2 lanjut usia
yang mengalami hipoglikemia menunjukkan lebih lama dirawat di rumah sakit dan
menghabiskan biaya yang lebih besar. Hipoglikemia ini disebabkan oleh
berkurangnya fungsi ginjal dan aktivitas enzim hati yang berkaitan dengan
metabolisme sulfonilurea dan insulin yang dipengaruhi oleh usia (Seaquist et al.,
2013).
Menurut penelitian lain didapatkan data kejadian hipoglikemia terjadi sebanyak
30% per tahun pada pasien yang mengonsumsi obat hipoglikemik oral seperti
sulfonilurea (Self et al., 2013). Sebagai penyulit akut pada DM tipe 2, hipoglikemia
paling sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI,
2011).
Hipoglikemia terbagi atas ringan, sedang, hingga berat dan dapat terjadi pada
malam hari (hipoglikemia nokturnal).Hipoglikemia terkadang luput dari pengawasan
dokter maupun pasien. Sebagian orang dengan DM tidak memiliki tanda-tanda
peringatan dini untuk kadar glukosa darah yang rendah. Kondisi ini paling sering
mengenai penderita diabetes Tipe I, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat
terjadi pada penderita diabetes Tipe 2 (Kenny, 2013)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas
normal kadar glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
dibawah normal (<70mg/dl) (Ada, 2016).
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009)
B. Klasifikasi Hipokalemia
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar
ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga
terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas,
yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit
untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat
(awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27
menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa
yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin
tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
G. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita
diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang
mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika
hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan
gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah
kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon
yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah
besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan,
diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid).
Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
DAFTAR PUSTAKA
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing