“ PERLINDUNGAN KONSUMEN”
Dosen pengampu :
Dr. Rosdalina,M,Hum
Cicilia Simpuli
15.4.2.016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di
indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik
karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya
keseimbangan antara pelaku usahan dan konsumen dapat meciptakan rakyat yang
sejahtera dan makmur.1
1
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum, September 2014,h.1
2
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h.2
2
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Az. Nasution, 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,h.69
4
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
5
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi, Universitas
Diponegoro Semarang,2007,h.44
6
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h.3
4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian konsumen adalah
pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk keperluan diri sendiri dan tidak
untuk diperdagangkan kembali.
Pelaku usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-
barang dan/atau jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari
barang-barang dan/atau jasa tersebut.7
Menurut pasal 1 angka (3) UUPK, yang dimaksud pelaku usaha adalah “
Setiap orang perseorangan atay badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum Negara repiblik indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi “. 8
7
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h. 45
8
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi, h.46
9
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h.48
5
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.10
1. Asas manfaat
Yaitu segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan
kata lain, tidak boleh hanya satu pihak saja yang mendapatkan manfaat
sedangkan pihak yang lain mendapatkan kerugian yang dikenal dengan
istilah tidak boleh memperoleh manfaat di atas kerugian orang lain.
2. Asas keadilan
10
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h. 49
11
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
12
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku. Jurnal Ilmiah Hukum Perdata BW,2009,h.27
13
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h.28
6
Hukum perlindungan konsumen harus adil bagi konsumen maupun
pelaku usaha, jadi tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung
jawab, tetapi juga melindungi hak dan kepentingannya. Tidak hanya pro
kepada konsumen. Hal ini dikarenakan tidak selamanya engketa konsumen
itu diakibatkan atas kesalahan pelaku usaha saja, tetapi dapat juga
diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan
kewajibannya atau terburu-buru menyetujui ketentuan-ketentuan yang
terdapat klausula baku, contohnya tanpa membaca terlebih dahulu
sehingga ketika terjadi sengketa langsung menuduh pelaku usaha yang
berbuat jahat padanya.
3. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha, konsumen
maupun pemerintah sbagai pengawas dari hubungan hukum yang terjadi dalam
transaksi perdagangan antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian keselamatan
kepada konsumen dalam menggunakan produk yang diproduksi oleh pelaku
usaha yang beredar di pasaran untuk dikonsumsi ataupun digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum agar
baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan menjalankan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus membebankan tanggung jawab
kepada salah satu pihak. Dengan adanya asas kepastian hukum ini, jika salah satu
pihak melakukan tindkan hukum yang bersifat merugikan pihak yang lain maka
terhadap pihak tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban dan ganti
kerugian.
Berdasarkan rumusan pasal 1338 KUHP dapat kita ketahui bahwa suatu
perjanjian itu hendaklah dibuat dengan suatu iktikad yang baik. Dengan kata lain
perjanjian itu tidak berlaku sah apabila dilakukan dengan iktikad buruk yang
bertujuan untuk merugikan poihak lain atupun pihak ketiga yang terkait, yang
7
diperoleh dari pemaksaan, penipuan ataupun kekeliruan. Pelaku usaha tidak boleh
mendapat keuntungan dari konsumen yang mendesak tersebut.14
14
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 30
15
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 31
16
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 32
8
D. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
1. Hak dan Kewajiban Konsumen
17
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 8
9
hak-hak tersebut. Dengan demikian konsumen bisa menuntut haknya kepada
pelaku usaha yang tidak menghormati hak-hak tersebut.18
Hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam pasal 6 dan pasal 7 undang-undang
perlindungan konsumen meliputi:
18
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 9
19
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 10
20
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 11
10
E. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di
pasang/dibuat.
21
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),Disertasi
Ilmu Hukum, Universitas Udayana Denpasar, 2013,h. 83
11
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. 22
22
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),h. 84
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian konsumen adalah pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk
keperluan diri sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Sedangkan pelaku
usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-barang dan/atau
jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari barang-barang
dan/atau jasa tersebut.
13
usaha tidak berbuat sewenang-wenang terhadapa konsumen demi mendapatkan
keuntungan.
Dan larangan bagi pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU
PK yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang melanggar aturan hukum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Nasution Az., 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,hl.69
15