Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ PERLINDUNGAN KONSUMEN”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perbankan Syariah

Dosen pengampu :

Dr. Rosdalina,M,Hum

Disusun oleh kelompok 12:

Cicilia Simpuli

15.4.2.016

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH SEMESTER V

MANADO TAHUN 20107

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di
indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik
karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya
keseimbangan antara pelaku usahan dan konsumen dapat meciptakan rakyat yang
sejahtera dan makmur.1

Sebagaimana diketahui dengan adanya globalisasi dan perkembangan


perekonomian modern telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi barang dan
atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Secara umum dan mendasar
hubungan antara produsen (perusahaan penghasil barang dan jasa) dan konsumen
( pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya)
merupakan hubungan yang terus menerus atau berkesinambungan. Hubungan
tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan mempunyai
tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya.
Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan konsumen
sebagai pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat
terjamin kelangsungan usahanya.2

1
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah
Ilmu Hukum, September 2014,h.1
2
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h.2

2
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan Konsumen


2. Hukum perlindungan konsumen
3. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen
4. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
5. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumen , Pelaku Usaha dan Perlindungan Konsumen

Menurut Az. Nasution, pengertian konsumen adalah “ setiap orang yang


mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk suatu kegunaan
tertentu.3

Istilah lain dari konsumen terdapat dalam kitab undang-undang hukum


perdata. Menurut pasal 1 angka 2 UUPK menyebutkan bahwa “ Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga. Orang lain, maupun makhluk hidup
lain yang tidak di perdagangkan”. 4

Di dalam penjelasan pasal 1 angka (2), disebutkan bahwa di dalam


kepustakaan ekonomi dikenal dengan istilah konsumen akhir dan konsumen
antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk,
sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk
sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen
dalam undang-undang ini adalah konsumen akhir.5

Sedangkan batasan –batasan tentang konsumen akhir menurut Az. Nasution


adalah sebagai berikut “ setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi,
keluarga atau rumah tangganya, dan tidak untuk kepentingan komersial.6

3
Az. Nasution, 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,h.69
4
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
5
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi, Universitas
Diponegoro Semarang,2007,h.44
6
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h.3

4
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian konsumen adalah
pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk keperluan diri sendiri dan tidak
untuk diperdagangkan kembali.

Pelaku usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-
barang dan/atau jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari
barang-barang dan/atau jasa tersebut.7

Menurut pasal 1 angka (3) UUPK, yang dimaksud pelaku usaha adalah “
Setiap orang perseorangan atay badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum Negara repiblik indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi “. 8

Sedangkan menurut penjelasan pasal 1 angka (3) UUPK yang dimaksud


pelaku usaha adalah seperti yang termasuk dalam pelaku usaha adalah “
perusahaan, koperasi, BUMN,korporasim importer, pedagang, distributor, dan
lain-lain.9

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan yang dimaksud dengan pelaku


usaha adalah seperti yang dimaksud dalam pasal 1 angka (3) UUPK, yaitu setiap
orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbebtyj badan hukum maupun
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara republik indonesia, baik sendiri maupun bersama-

7
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h. 45
8
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi, h.46
9
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h.48

5
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.10

Menurut penjelasan pasal 1 angka (1) UUPK yang dimaksud dengan


perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.11

B. Hukum perlindungan konsumen

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen


yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan melindungi
kepentingan konsumen dari pelaku usaha yang bertindak sewenang-wenang dan
tidak bertanngung jawab yang menepatkan posisi konsumen diatur oleh hukum
perlindungan konsumen yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.12

C. Asas dan Tujuan Perlindungan Hukum Konsumen

Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal 2 UU perlindungan


konsumen, yang merupakan asas-asas dari perlindungan konsumen adalah:13

1. Asas manfaat
Yaitu segala upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Dengan
kata lain, tidak boleh hanya satu pihak saja yang mendapatkan manfaat
sedangkan pihak yang lain mendapatkan kerugian yang dikenal dengan
istilah tidak boleh memperoleh manfaat di atas kerugian orang lain.
2. Asas keadilan

10
Bagus Hanindyo Mantri,SH. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-COMMERCE, Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi Dan Teknologi,h. 49
11
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
12
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku. Jurnal Ilmiah Hukum Perdata BW,2009,h.27
13
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h.28

6
Hukum perlindungan konsumen harus adil bagi konsumen maupun
pelaku usaha, jadi tidak hanya membebani pelaku usaha dengan tanggung
jawab, tetapi juga melindungi hak dan kepentingannya. Tidak hanya pro
kepada konsumen. Hal ini dikarenakan tidak selamanya engketa konsumen
itu diakibatkan atas kesalahan pelaku usaha saja, tetapi dapat juga
diakibatkan oleh kesalahan konsumen yang terkadang tidak tahu akan
kewajibannya atau terburu-buru menyetujui ketentuan-ketentuan yang
terdapat klausula baku, contohnya tanpa membaca terlebih dahulu
sehingga ketika terjadi sengketa langsung menuduh pelaku usaha yang
berbuat jahat padanya.
3. Asas keseimbangan
Asas keseimbangan ini dimaksudkan untuk memberikan
keseimbangan antara hak dan kewajiban para pelaku usaha, konsumen
maupun pemerintah sbagai pengawas dari hubungan hukum yang terjadi dalam
transaksi perdagangan antara pelaku usaha dan konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian keselamatan
kepada konsumen dalam menggunakan produk yang diproduksi oleh pelaku
usaha yang beredar di pasaran untuk dikonsumsi ataupun digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum agar
baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan menjalankan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya. Tanpa harus membebankan tanggung jawab
kepada salah satu pihak. Dengan adanya asas kepastian hukum ini, jika salah satu
pihak melakukan tindkan hukum yang bersifat merugikan pihak yang lain maka
terhadap pihak tersebut dapat dimintakan pertanggung jawaban dan ganti
kerugian.

Berdasarkan rumusan pasal 1338 KUHP dapat kita ketahui bahwa suatu
perjanjian itu hendaklah dibuat dengan suatu iktikad yang baik. Dengan kata lain
perjanjian itu tidak berlaku sah apabila dilakukan dengan iktikad buruk yang
bertujuan untuk merugikan poihak lain atupun pihak ketiga yang terkait, yang

7
diperoleh dari pemaksaan, penipuan ataupun kekeliruan. Pelaku usaha tidak boleh
mendapat keuntungan dari konsumen yang mendesak tersebut.14

Adapun yang menjadi tujuan dari diadakannya perlindungan terhadap


konsumen tercantum dalam pasal 3 UU perlindungan konsumen, yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan system perlindungan konsumen Yng mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa, kesehatan,
kenyamanan,keamanan, dan keselamatan konsumen.15

Guna mewujudkan tujuan UU perlindungan konsumen ini, pemerintah


mempunyai peranan yang besar, hal ini dikarenakan dalam UUD 1945 dinyatakan
bahwa Negara bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Dalam hal tanggung
jawab pemerintah atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen
dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen untuk mempertahankan apa yang
telah menjadi haknya dan melakukan apa yang menjadi kewajibannya.16

14
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 30
15
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 31
16
Ice Trisnawati, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli
Dengan Menggunakan Klausula Baku,h. 32

8
D. Hak dan Kewajiban Konsumen serta Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
1. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak-hak konsumen yang di atur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8


tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan
atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar,jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan jasa.
d. Hak untuk di dengar pendapat dan keluhanannya atas barang dan atau jasa
yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi,perlindungan, dan upaya penyelesaiaan
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar serta tidak
diskriminasi.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti kerugian, dan atau atau
penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak dengan sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perarturan perundang-undangan
yang lain.17

Hak-hak konsumen diatas merupakan hal yang mendasar dalam perlindungan


konsumen. Hak-hak yang dimiliki konsumen di harapkan dapat mewujudkan
keseimbangan dan kesetaraan antara pelaku usaha dan konsumen sehingga dapat
menimbulkan suatu perekonomian yang sehat. Setelah dijabarkan mengenai hak-
hak dari konsumen, maka diharapkan konsumen bisa memahami dan menyadari

17
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 8

9
hak-hak tersebut. Dengan demikian konsumen bisa menuntut haknya kepada
pelaku usaha yang tidak menghormati hak-hak tersebut.18

2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan


konsumen, pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya mempunyai hak
dan kewajiban, hak dan kewajiban pelaku usaha tersebut diatur dalam pasal 6 dan
pasal 7 undang-undang perlindungan konsumen.19

Hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam pasal 6 dan pasal 7 undang-undang
perlindungan konsumen meliputi:

a. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai


kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad baik.
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaiian
hukum sengketa konsumen.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa
yang diperdagangkan.
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan.

Demgan memperhatikan kewajiban-kewajiban diatas diharapkan pelaku


usaha tidak berbuat sewenang-wenang terhadapa konsumen demi mendapatkan
keuntungan.20

18
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 9
19
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 10
20
Pricilla Natalia Atom, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan Dan
Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur,h. 11

10
E. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Kegiatan Bisnis

Terdapat 10 larangan bagi pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat


(1) UU PK yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang :21

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,
mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta
keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di
pasang/dibuat.

21
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),Disertasi
Ilmu Hukum, Universitas Udayana Denpasar, 2013,h. 83

11
10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. 22

22
Ni Putri Ria Dewi Marheni, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Berkaitan
Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam Situs Internet (Website),h. 84

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian konsumen adalah pemakaian barang dan jasa yang terakhir untuk
keperluan diri sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Sedangkan pelaku
usaha adalah orang atau badan hukum yang menghasilkan barang-barang dan/atau
jasa dengan meproduksi barang dan/atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atau konsumen dengan mencari keuntungan dari barang-barang
dan/atau jasa tersebut.

Menurut penjelasan pasal 1 angka (1) UUPK yang dimaksud dengan


perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen


yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan melindungi
kepentingan konsumen dari pelaku usaha yang bertindak sewenang-wenang dan
tidak bertanngung jawab yang menepatkan posisi konsumen diatur oleh hukum
perlindungan konsumen yang terdapat dalam UU perlindungan konsumen.

Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal 2 UU perlindungan


konsumen, yang merupakan asas-asas dari perlindungan konsumen adalah: Asas
Manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan, asas
kepastian hukum.

Hak-hak yang dimiliki konsumen di harapkan dapat mewujudkan


keseimbangan dan kesetaraan antara pelaku usaha dan konsumen sehingga dapat
menimbulkan suatu perekonomian yang sehat. Setelah dijabarkan mengenai hak-
hak dari konsumen, maka diharapkan konsumen bisa memahami dan menyadari
hak-hak tersebut. Dengan demikian konsumen bisa menuntut haknya kepada
pelaku usaha yang tidak menghormati hak-hak tersebut. Dan diharapkan pelaku

13
usaha tidak berbuat sewenang-wenang terhadapa konsumen demi mendapatkan
keuntungan.

Dan larangan bagi pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU
PK yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang melanggar aturan hukum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Atom Natalia Pricilla,2014, Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan


Dan Minuman Kadaluwarsa Di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum,h.1-32

Nasution Az., 1995, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,hl.69

Mantri Hanindyo Bagus,SH, 2007,Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Dalam Transaksi E-COMMERCE,Disertasi Konsentrasi Hukum Ekonomi
Dan Teknologi, Universitas Diponegoro Semarang,h.44-46

Trisnawati Ice, 2009,Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam


Perjanjian Jual Beli Dengan Menggunakan Klausula Baku. Jurnal Ilmiah
Hukum Perdata BW,h.27-32

Marheni Ria Putri Ni Dewi, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen


Berkaitan Dengan Pencantuman Disclaimer Oleh Pelaku Usaha Dalam
Situs Internet (Website),Disertasi Ilmu Hukum, Universitas Udayana
Denpasar,h. 83

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

15

Anda mungkin juga menyukai