Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR


ACARA III : DIAGRAM ROSE DAN STEREONET (SOFTWARE)

LAPORAN

OLEH:
ANDI MUHAMMAD YUSRIL
D611 16 009

GOWA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang

bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi

batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya

yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu

yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi

serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa

geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi,

seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dsb yang merupakan

bagian dari satuan tektonik (tectonic unit.

Pada prinsipnya, struktur batuan atau yang sering disebut struktur geologi

mudah dipelajari dengan melihat perubahan ciri fisik dari suatu perlapisan batuan,

akan tetapi pada kenyataan dan penerapan di lapangan penggambaran struktur

geologi tidak sedemikian prinsipnya, kerena tidak selamanya struktur geologi dapat

dilihat dengan bentuk utuh. untuk mempermudah meneliti dan menganalisa suatu

struktur dilakukan penggambaran secara proyeksi baik itu struktur garis maupun

struktur bidang baik pada struktur yang terlihat maupun struktur semu.

Penggambaran proyeksi tersebut dapat dilakukan dengan dua metode proyeksi, yaitu

proyeksi secara grafis yang digambarkan pada sumbu kartesian dan proyeksi

stereografi yang penggambaran proyeksinya pada stereonet.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu mengetahui

aplikasi dari proyeksi stereografi pada keadaan sebenarnya. Sedangkan tujuan dari

praktikum ini antara lain:


1. Untuk mengetahui cara penggambaran proyeksi stereografi.

2. Mampu mengetahui unsur-unsur struktur suatu lapisan dari proyeksi

stereografi.

1.3 Alat Dan Bahan

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu

sebagai berikut:

a. Kertas kalkir

b. Stereo net

c. Kertas HVS F4

d. Penggaris

e. Busur

f. ATK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kekar

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu

gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara

umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi

mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter

retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang

umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola

saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar

jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya

utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak

lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 2.1 Kekar (fracture) jenis “Shear Joints” dan “Tensional Joint”

2.1 Lipatan

Pengertian lipatan (fold) adalah suatu gelombang pada lapisan tanah yang

terjadi karena adanya diatropisme. Proses diatropisme merupakan suatu proses


pembentukan pada lapisan bumi yang tidak dicampuri oleh aktivitas vulkanisme.

Lipatan juga dapat diartikan sebagai suatu struktur geologi yang sering dijumpai

pada batuan sedimen

A. Macam – Macam Lipatan

Lipatan dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, Lipatan ini yaitu:

1. Lipatan tegak – Lipatan ini disebut juga dengan symmetric fold. Sesuai dengan

namanya, posisi bidang sumbu lipatan ini tegak lurus terhadap bidang lipatan.

Bidang sumbu juga membagi antiklin dan sinklin sama besar atau simetris.

2. Lipatan miring – Lipatan miring\ merupakan lipatan tegak yang mendapat

tekanan terus- menerus sehingga bentuknya tidak lagi tegak melainkan miring ke

salah satu sisi. Lipatan ini dikenal juga dengan sebutan asymmetric fold.

3. Lipatan menggantung – Lipatan ini adalah kelanjutan dari lipatan miring yang

terus mendapat dorongan. Sesuai dengan namanya, lipatan ini mempunyai

puncak yang menggantung.

4. Lipatan isoklinal – Isoclinal fold mempunyai bidang sumbu yang sejajar satu

dengan yang lainnya. Lipatan ini disebabkan oleh adanya dorongan yang terjadi

secara berkelanjutan.

5. Lipatan rebah – Lipatan ini disebut juga overtuned fold. Puncak lipatan rebah

berbentuk landai seperti suatu benda yang merebah. Penyebabnya adalah adanya

dorongan secara melintang yang berasal dari satu arah saja.

6. Lipatan sesar sungkup – Lipatan ini merupakan kelanjutan dari lipatan rebah
yang terus menerus mendapat tekanan. Nama lain lipatan sesar sungkup adalah
overthrust. Jika lapisan tanah yang mengalami lipatan sesar sungkup tidak cukup
elastis, maka akan terjadi patahan.
Gambar 2.2 Macam – Macam Lipatan

B. Unsur Geometri Lipatan

1. Antiklin atau dikenal juga dengan sebutan punggung lipatan, adalah unsur

geometri lipatan yang memiliki permukaan cembung (conveks) dengan arah

cembungan ke atas. Bagian ini mempunyai 2 buah limb yang arah

kemiringannya berlainan dan saling menjauh satu dengan yang lainnya.

Dibagian tengah antiklin terdapat core atau inti antiklin.

2. Sinklin atau atau dikenal juga dengan sebutan lembah lipatan, yakni unsur

geometri lipatan yang memiliki permukaan cekung (konkav) dengan arah

cekungan ke atas. Bagian ini mempunyai 2 buah limb yang arah kemiringan

yang saling mendekat. Dibagian tengah antiklin terdapat core atau inti sinklin.

3. Limb atau sayap, ialah bidang miring yang membangun struktur sinklinal atau

antiklinal. Limb juga dapat diartikan sebagai bagian dari lipatan yang

posisinya menurun mulai dari lengkungan maksimal sebuah antiklinal sampai

lengkungan maksimal suatu sinklinal. Limb memiliki bentuk yang panjang

dari axial plane pada suatu lipatan ke axial plane pada lipatan lainnya.

Terdapat dua jenis limb yakni back limb yakni sayap yang landai dan fore

limb yaitu sayap yang curam pada lipatan simetris.


4. Axial plane ialah suatu bidang yang memotong puncak suatu lipatan. Karena

perpotongan tersebut maka bagian samping dari suatu lipatan menjadi kurang

simetris.

5. Axial surface atau hinge surface, merupakan bidang imajiner yang mana

terdapat semua axial line dari suatu lipatan.

6. Crest adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi dari sebuah

lipatan pada satu bidang yang sama. Crest mempunyai sebutan lain yakni

hinge line Garis ini mempunyai letak pada bagian tertinggi dari sebuah

lipatan. Crest terbentuk pada crestal plane. Crestal plane ini merupakan suatu

bidang pada lipatan.

7. Through ialah suatu garis yang menghubungkan titik-titik paling rendah dari

bidang yang sama. Through merupakan kebalikan dari crest. Garis ini teretak

pada bagian paling rendah dari sebuah lipatan. Through terbentuk pada suatu

bidang pada lipatan yang disebut dengan trough line.

8. Pluge merupakan sebuah sudut yang terbentuk karena adanya pertemuan

poros dengan garis horizantal pada suatu bidang vertikal.

9. Inflection point ialah suatu titik yang mana terjadi perubahan pada sebuah

lengkungan yang masih termasuk bagian dari limb.

10. Wavelenght atau disebut juga dengan half, merupakan jarak antara dua buah

inflection point.

11. Core merupakan bagian dari sebuah lipatan yang posisinya berada disekitar

sumbu lipatan.

12. Depresion adalah daerah paling rendah dari puncak sebuah lipatan.

2.2 Sesar

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.

Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau

bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air

panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur

minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau

terputar (rotasi). Sesar merupakan struktur bidang dimana kedudukannya dinyatakan

dalam jurus dan kemiringan. Separation (pergeseran relatif semu) adalah jarak yang

terpisah oleh sesar dan diukur pada bidang sesar. Komponen dari sparation dapat

diukur pada arah tertentu, umumnya sejajar jurus atau arah kemiringan bidang sesar.

Slip (pergeseran relatif sebenarnya) adalah pergeseran relatif sebenarnya pada sesar,

diukur dari blok satu keblok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran

titik-titik yang sebelumnya berimpit. Total pergeseran disebut juga ”Net slip”.

Throw (loncatan vertikal) adalah jarak yang diukur pada bidang vertikal dari

slip/sparation. Heave (loncatan Horizontal) adalah jarak yang diukur pada bidang

horizontal. Footwall adalah blok tubuh batuan yang terletak dibawah bidang sesar.

Hangingwall adalah blok tubuh batuan yang terletak di atas bidang sesar.

2.2.1 Jenis-jenis Sesar

A. Sesar Normal (Extention Fault)

Sesar normal ini bergerak dikarenakan gaya gravitasi sebagai faktor utama.

Sesar ini biasanya berlaku secara bercabang. Pada pergerakannya yaitu Hanging wall

relatif turun terhadap foot wall . Kemudian bidang sesarnya memiliki kemiringan

yang besar. Dikarenakan hanging wall turun maka dapat disebut pula sesar ini

sebagai sesar turun. Sesar normal memiliki cabang yaitu sesar sintetik dan sesar

antitetik. Kedua cabang tersebut berlaku pada sesar yang pergerakannya serentak.

Sesar ini dikaitkan dengan perlipatan karena sesar ini merupakan lanjutan dari

struktur perlipatan yang telah melebihi maksimum dari elastisnya. Salah satu blok
memngalami penurunan terhadap blok yang lain. Bidang miring (fault scrap) adalah

permukaan dari bidang sesarnya.

Gambar 2.6 Sesar Normal

B. Sesar Naik (Reverse Fault / Contraction Faulth)

Pada sesar naik ini bagian hanging wall bergerak relatif naik terhadap foot

wall. Yang mencirikan sesar naik adalah sudut kemiringan dari sesar tersebut

termasuk kecil apabila dibandingkan dengan sesar normal yang dapat mendekati

vertikal pada sudut kemiringannya.

Gambar 2.7 Sesar Naik

C. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault / Transcurent Fault / Wrench Fault)

Sesar mendatar ini adalah sesar yang proses pembentukannya dipengaruhi

oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utamanya ialah bergerak secara horizontal,

sama dengan posisi tegasan minimum. Sedangkan untuk posisi penegasan menegah

adalah bergerak secara vertikal. Untuk sesar ini, istilah hanging wall dan foot wall

tidak digunakan dalam sistem ini karena tidak ada pergerakan secara signifikan

mengenai arah vertikalnya. Sesar mendatar dibagi menjadi dua berdasarkan gerak
relatifnya, yaitu sinistral (mengiri) tidak searah jarum jam dan dekstral (menganan)

searah jarum jam.

Gambar 2.8 Sesar Mendatar

2.2.2. Klasifikasi Sesar

Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda.

Beberapa klasifikasi diantaranya adalah: berdasarkan hubungan dengan struktur lain

(sesar bidang perlapisan, sesar longitudinal, sesar transversal), berdasarkan pola

kumpulan seasar (sesar radial, sesar pralel, sesar en echelon).

1) Berdasarkan Sifat Pergerakan Relatif Semu

a) Strike separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan jurus

bidang sesar, yang terdiri dari:

 Strike left separation fault. Jika kita berdiri disuatu blok dari suatu sesar

maka akan terlihat jejak pergeseran semu pada blok yang lain bergeser

kearah kiri.

 Strike right separation fault. Jika kita berdiri disuatu blok dari suatu

sesar maka akan terlihat jejak pergeseran semu pada blok yang lain

bergeser kearah kanan.

b) Dip separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan

kemiringan bidang sesar, yang terdiri dari :


 Normal sparation fault. Jika sesar dilihat penampang vertikal, jejak

pergeseran pada footwall ditemukan d8i atas jejak yang sama pada

hangingwall.

 Reverse separation fault. Jika sesar di lihat pada penampang vertikal,

jejak pergeseran pada footwall dtemukan di bawah jejak yang sama pada

hangingwall.

2) Berdasarkan Sifat Pergeseran Relatif Sebenarnya

a) Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesarh dengan jurus bidang

sesar, yang etrdiri dari:

 Strike left slip fault. Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka

akan terletak jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser

kearah kiri.

 Strike right slip fault. Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seasr maka

akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser

kearah kanan.

b) Dip Slip fault adalah pergeseran relatif sebenarnya searah dengan

kemiringan bidang sesar, yang terdiri dari:

 Normal slip fault. Blok hangingwall relatif turun terhadap footwall.

 Reverse slip fault. Blok hangingwall bergerak relatif naik terhadap

footwall.

c) Oblique slip fault adalah pergeseran miring relative sebernarnya terhadap

bidang sesar. Untuk penamaan sesar ini dipakai kombinasi istilah “dip slip

dan strike slip” seperti dibawah ini

 Normal left slip fault

 Normal right slip fault

 Reverse left slip fault


 Reverse right slip fault

 vertical oblique slip fault.

d) Sesar Rotasi adalah yeng memperlihatkan pergeseran berputar pada bidang

sesarnya.

 Clokwise rotation fault. Blok yang berlawanan bergerak searah jarum

jam.

 Anticlokwise rotation fault. Blok yang berlawanan bergerak berlawanan

arah jarum jam

2.3 Proyeksi Stereografi

Proyeksi stereografi merupakan suatu aplikasi dalam geometri yang

memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ketitik dalam bidang bersinggungan

dengan kutub selatan. Secara intuitif, proyeksi stereografi adalah cara

membayangkan sebuah bola sebagai bidang datar sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan. Poyeksi Stereografi dalam prakteknya sering dilakukan menggunakan

komputer atau dengan tanggan menggunkan jenis khusus dari kertas grafik yang

biasa disebut Stereonet atau Wulff Net dan juga Schmidtt Net.
Gambar 2.3 Proyeksi Stereografi

2.4 Macam-Macam Proyeksi Stereografi

Proyeksi stereografi ada beberapa macam, yaitu :

a. Equal Angle Projection

Proyeksi ini memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang

proyeksi pada tutuh zinith yang letaknya pada sumbu vertikal melalui pusat bola

bagian puncak. Sudut yang sama digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil

pengambaran pada bidang proyeksi disebut stereogram sedangkan hasil dari equal

angle projection adalah Wulff Net.

Gambar 2.4 Wulff Net


b. Equal Area Projection

Proyeksi ini digunakan dalam analisi data statistik karena karapatan ploting

menunjukan suatu keadaan yang sebenarnya. Proyeksi ini merupakan poyeksi yang

menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding dengan

sebenarnya. Hasil dari proyeksi ini adalah stereogram yang disebut Schmidt Net.

Gambar 2.5 Schmidt Net

c. Orthogonal Projection

Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada

proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksi tegak lurus pada

bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksinyaakan semakin renggang ke arah

pusat. Stereogram dari proyeksi ini disebut Orthographic Net.


BAB III
DATA KEKAR

3.1 Data Kekar

Adapun data kekar yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:

NO STRIKE DIP ARAH


1 161 76 W
2 315 40 N
3 060 05 S
4 030 20 E
5 100 40 S
6 018 23 E
7 270 05 N
8 030 45 E
9 299 76 N
10 355 60 E
11 081 88 S
12 170 76 W
13 090 80 S
14 175 86 W
15 090 84 S
16 175 82 W
17 075 80 S
18 171 72 W
19 161 80 W
20 170 78 W
21 238 42 N
22 244 68 N
23 160 86 W
24 165 74 W
25 268 58 N
26 231 54 N
27 231 44 N
28 241 62 N
29 254 64 N
30 316 90 E
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan data plung dan sreng yang diberikan saat praktikum, diperoleh

data berikut

4.1.1 Data Streng Plung

N……..E TURUS FREKUENSI N……..E TURUS FREKUENSI

0-10 II 2 0-10 IIII 4


10-20 III 3 10-20 II 2
20-30 II 2 20-30 I 1
30-40 - 0 30-40 - 0
40-50 I 1 40-50 - 0
50-60 IIII I 6 50-60 I 1
60-70 - 0 60-70 IIII I 6
70-80 I 1 70-80 I 1
80-90 - 0 80-90 - 0

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data dari streng plung dapat diolah guna mendapatkan indikasi

sesar yang ada pada daerang ini menggubakan langkah-langkah berikut:

Langkah pertama data streng kita plot pada stereonet menggunakan kertas

kalkir sesuai dengan besarnya sudut, kemudian berikan titik penanda, lalu tanda

streng kita putar hingga ke tititk utara streonet. Kemudian plot data plung pada
diameter berdasarkan besarnya 1 kotak. Satu kotak diameter streonet sebanding

dengan besar 10o, kemudian berikan tanda sesuai besar sudut plung. Titik penanda

streng yang ada di utara streonet dihubungkan dengan titik penanda plung pafda

diameter streonet mengikuti garis yang sudah ada di streonet. Langkah ini dilakukan

hingga data streng plung selesai

Langkah kedua yaitu dimulai dari menindih hasil dari langkah pertama kita

dengan kertas kalkir baru, kemudian berikan titik atau tanda pada kertas kalkir baru

sesuai perpotongan garis streng plung yang ada pada kalkir pertama.

Langkah ketiga yaitu dimulai dari menindih hasil dari langkah kedua kita

dengan kertas kalkir baru, kemudian titik-titik yang ada pada kalkir kedua

dihubungkan hingga membentuk ssegienam sesuai dengan streonet baru. Banyaknya

titik yang terhubung itu menandakan ketinggian.

Dari hasil ketiga, titik ketiggian yang sama kita hubungkan seperti garis

kontur. Itulah hasil keempat. Dua garis kontur tertinggi kita berikan penanda pada

tengah guna membuat hasil kelima.

Data kelima diperoleh dengan cara menarik titik ketinggian hingga

menyentuh diameter streonet. Kemudian hitung besar sudut dari arah E. Setelah

besar sudut diketahui tarik garis hayal kea arah W sebesar 90 derajat. Titik ini kita

tarik dari arah utara streonet hingga kearah selatan. Begitu pula untuk titik ketinggian

kedua. Perpotongan antara 2 garis ketinggian tertinggi itulah tegasan kedua. Dari

tegasan kedua tarik sejauh 90 derajat kearah kiri, titik ini adalah tegasan ketiga. Dari

tegasan ketiga tarik garis sesuai streonet dari arah utara keselatan. Titik pertemuan

garis ini disebut tegasan utama.

Teori Andserson tahun 1951, mengatakan bahwa jika tegasan utama lebih

dekat dengan titik pusat maka data ini mengindikasikan bahwa terjadi sesar turun,

namun jika tegasan kedua lebih dekat dengan titik pusat maka hal ini

mengindikasikan bahwa terjadi sesar geser, sedangkan jika tegasan ketiga lebih dekat
dengan titik pusat maka hal ini mngindikasikan terjadi sesar naik. Berdasarkan teori

ini didapatkan bahwa tegasan yang paling dekat dengan pusat yaitu tegasan kedua.

Hal ini mnegindikasikan bahwa terjadi sesar geser.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proyeksi streografi memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ketitik

dalam bidang bersinggungan dengan kutub selatan. Proyeksi stereogarfi ini juga

memilik dua cara penggambaran, yaitu proyeksi stereografi yang pengambilan

sudutnya dari bagian luar lingkaran ke bagian dalam dan proyeksi kutub.yang cara

pengambilan sudutnya dari dalam lingkaran ke bagian luar lingkaran dan juga saling

berlawanan dengan proyeksi stereografi.

Dengan bidang proyeksi yang berbentuk lingkaran (stereonet) dengan sudut

yang terbentuk rapi, penentuan unsur-unsur struktur pun jadi lebih mudah.

Contohnya dengan struktur garis dan juga data App. Dip dan arah Bearing akan

mudah untuk mencari kedudukan dan kemiringan sebenarnya suatu lapisan. Selain

itu, dengan beberapa kedudukan yang saling berpotongan maka akan lebih mudah

untuk mengetahui zona mineralisasinya.

Dengan pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur struktur, maka

penggambaran proyeksi stereografi akan lebih simpel dan mudah untuk diterapkan.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan di laboratorium dalam satu waktu dan

pelaksanaannya hingga selesai semua tahapan pengerjaan praktikum. Dan asisten

yang mendampingi praktikan dapat ditambah lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Sagminer, 2011, “Proyeksi Stereografi dan Schmidt Net”,


http://1902miner.wordpress.com/2011/05/22/lineasi-proyeksi-stereografi-
dan-schmidt-net/. Diakses pada tanggal 29 November 2017 pukul 22.13
WITA.

Hazel, Fransiskus, 2013, “Proyeksi Strereografi 1”, http://


hazelfransiskus.wordpress.com/2013/09/11/proyeksi-stereografi-1/. Diakses
pada tanggal 29 November 2017 pukul 22.13 WITA.

Linnas, Khoirunnas, 2012, ”Stereographic Projection”, http://


geoenviron.blogspot.com/2012/10/stereographic-projection.html. Diakses
pada tanggal 29 November 2017 pukul 22.13 WITA.

Anda mungkin juga menyukai