Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak
bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat
bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur
geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dsb yang
merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit.

Pada prinsipnya, struktur batuan atau yang sering disebut struktur geologi
mudah dipelajari dengan melihat perubahan ciri fisik dari suatu perlapisan batuan,
akan tetapi pada kenyataan dan penerapan di lapangan penggambaran struktur
geologi tidak sedemikian prinsipnya, kerena tidak selamanya struktur geologi
dapat dilihat dengan bentuk utuh. untuk mempermudah meneliti dan menganalisa
suatu struktur dilakukan penggambaran secara proyeksi baik itu struktur garis
maupun struktur bidang baik pada struktur yang terlihat maupun struktur semu.
Penggambaran proyeksi tersebut dapat dilakukan dengan dua metode proyeksi,
yaitu proyeksi secara grafis yang digambarkan pada sumbu kartesian dan proyeksi
stereografi yang penggambaran proyeksinya pada stereonet.

1.1. Tujuan

Adapun maksud yang menjadi sasaran pada praktikum kali ini adalah agar
praktikan dapat mengetahui jenis struktur geologi dari hasil proyeksi dari sebuah
data bidang, Sedangkan tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Untuk mengetahui cara penggambaran proyeksi stereografi.
2. Mampu mengetahui unsur-unsur struktur suatu lapisan dari proyeksi
stereografi

1.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Data strike/dip
2. Stereografi Lambert/Schmid
3. Kalsbeek counting net
4. Jangka
5. Kalkir
6. Paku payung
7. Spidol permanen
8. Kalkulator
9. Alat tulis menulis
10. Laptop dengan aplikasi Stereonet dan Georose
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak
bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat
bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur
geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan
sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan
tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih
besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

2.1.1. Kekar (Fracture)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu


gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara
umum dicirikan oleh:
1) Pemotongan bidang perlapisan batuan;
2) Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
3) kenampakan breksiasi.
Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
1) Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
2) Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3) Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 2.1 Contoh Kekar

2.1.2. Lipatan (Folds)

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang
cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke
arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat
dikelompokkan menjadi: Lipatan Paralel (lipatan dengan ketebalan lapisan yang
tetap), lipatan Similar (lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama),
lipatan harmonik atau disharmonik (lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama), dan lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.

Gambar 2.3 Contoh Lipatan


2.1.3 Patahan/Sesar (Faults)

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.


Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau
bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air
panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur
minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau
terputar (rotasi). Sesar merupakan struktur bidang dimana kedudukannya
dinyatakan dalam jurus dan kemiringan. Separation (pergeseran relatif semu)
adalah jarak yang terpisah oleh sesar dan diukur pada bidang sesar. Komponen
dari sparation dapat diukur pada arah tertentu, umumnya sejajar jurus atau arah
kemiringan bidang sesar. Slip (pergeseran relatif sebenarnya) adalah pergeseran
relatif sebenarnya pada sesar, diukur dari blok satu keblok yang lain pada bidang
sesar dan merupakan pergeseran titik-titik yang sebelumnya berimpit. Total
pergeseran disebut juga ”Net slip”. Throw (loncatan vertikal) adalah jarak yang
diukur pada bidang vertikal dari slip/sparation. Heave (loncatan Horizontal)
adalah jarak yang diukur pada bidang horizontal. Footwall adalah blok tubuh
batuan yang terletak dibawah bidang sesar. Hangingwall adalah blok tubuh batuan
yang terletak di atas bidang sesar.

Jenis-jenis Sesar

Sesar Normal (Extention Fault)


Sesar normal ini bergerak dikarenakan gaya gravitasi sebagai faktor utama.
Sesar ini biasanya berlaku secara bercabang. Pada pergerakannya yaitu Hanging
wall relatif turun terhadap foot wall . Kemudian bidang sesarnya memiliki
kemiringan yang besar. Dikarenakan hanging wall turun maka dapat disebut pula
sesar ini sebagai sesar turun. Sesar normal memiliki cabang yaitu sesar sintetik
dan sesar antitetik. Kedua cabang tersebut berlaku pada sesar yang pergerakannya
serentak. Sesar ini dikaitkan dengan perlipatan karena sesar ini merupakan
lanjutan dari struktur perlipatan yang telah melebihi maksimum dari elastisnya.
Salah satu blok memngalami penurunan terhadap blok yang lain. Bidang miring
(fault scrap) adalah permukaan dari bidang sesarnya.

Gambar 2.6 Sesar Normal

Sesar Naik (Reverse Fault / Contraction Faulth)


Pada sesar naik ini bagian hanging wall bergerak relatif naik terhadap foot
wall. Yang mencirikan sesar naik adalah sudut kemiringan dari sesar tersebut
termasuk kecil apabila dibandingkan dengan sesar normal yang dapat mendekati
vertikal pada sudut kemiringannya.

Gambar 2.7 Sesar Naik

Sesar Mendatar (Strike Slip Fault / Transcurent Fault / Wrench Fault)


Sesar mendatar ini adalah sesar yang proses pembentukannya dipengaruhi
oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan utamanya ialah bergerak secara horizontal,
sama dengan posisi tegasan minimum. Sedangkan untuk posisi penegasan
menegah adalah bergerak secara vertikal. Untuk sesar ini, istilah hanging wall dan
foot wall tidak digunakan dalam sistem ini karena tidak ada pergerakan secara
signifikan mengenai arah vertikalnya. Sesar mendatar dibagi menjadi dua
berdasarkan gerak relatifnya, yaitu sinistral (mengiri) tidak searah jarum jam dan
dekstral (menganan) searah jarum jam.

Gambar 2.8 Sesar Mendatar

2.2. Struktur Bidang

Struktur bidang adalah struktur batuan yang membentuk geometri bidang.


Kedudukan awal struktur bidang (bidang perlapisan) pada umumnya membentuk
kedudukan horizontal. Kedudukan ini dapat berubah menjadi miring jika
mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan
atau pada lereng gunung api, kedudukan miringnya disebut initial dip. Cara
pengukuran bidang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Pengukuran jurus dan kemiringan strike/dip
Pengukuran strike dilakukan dengan menempelkan sisi "E" kompas pada
bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal (gelembung berada
pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth yang ditunjuk oleh
jarum "N" merupakan arah strike yang diukur (jangan lupa menandai garis
strike yang akan dipakai untuk pengukuran dip). Pengukuran dip dilakukan
dengan menempelkan sisi "W" kompas pada bidang yang diukur dalam
posisi kompas tegak lurus garis strike (posisi nivo tabung berada di atas).
Putar klinometer sampai gelembung berada pada pusat nivo tabung.
2) Pengukuran "kemiringan dan arah kemiringan" (dip,dip direction)
Pengukuran arah kemiringan dilakukan dengan menempelkan sisi "S"
kompas pada bidang yang diukur dalam posisi kompas horizontal
(gelembung berada pada pusat lingkaran nivo mata sapi). Angka azimuth
yang ditunjuk oleh jarum "N" merupakan arah kemiringan yang diukur.
Pengukuran dip dilakukan dengan cara sama seperti yang dijelaskan
sebelumnya.

2.3. Trend dan Plunge

Kompas digunakan dalam analisis struktur untuk mengukur trend dan


inklinasi. Trend adalah azimuth atau arah suatu garis. Azimuth diukur, dalam
satuan derajat, dari arah utara. Sebagai contoh, azimuth suatu garis mungkin
berharga 120o, 267o, dsb. Kedudukan (bearing) merupakan ukuran penyimpangan,
dalam satuan derajat, relatif terhadap arah utara atau selatan. Sebagai contoh,
kedudukan suatu garis mungkin berharga N60oE, S21oW, dsb. Inklinasi adalah
sudut antara sebuah garis miring dengan bidang horizontal, dalam satuan derajat,.
Nilai kemiringan bervariasi, mulai dari 0o hingga 90o. Dalam prakteknya,
orientasi suatu garis dalam ruang dinyatakan dengan trend dan plunge, dimana
plunge merupakan ukuran inklinasi garis tersebut. Garis-garis geologi seperti
groove pada bidang sesar disebut unsur linier (linear element). Trend sebuah
unsur linier diukur dengan cara menempatkan kompas Brunton secara horizontal
sedemikian rupa sehingga lengan penunjuk dan garis pada cermin kompas terletak
sejajar dengan unsur tersebut. Hal itu merupakan sebuah cara seolah-olah kita
memproyeksikan garis itu pada suatu bidang horizontal maya. Trend dari unsur itu
adalah angka pada lingkaran graduasi kompas yang ditunjuk oleh jarum utara
kompas, setelah jarum itu tidak berayun lagi.
Untuk mengukur trend dengan menggunakan kompas Silva, pertama-tama
kita tempatkan kompas dengan cara yang sama seperti kita menempatkan kompas
Brunton. Setelah itu, cincin kalibrasi yang mengelilingi lingkaran kompas diputar
sedemikian rupa sehingga titik nol pada lingkaran graduasi kompas tepat berimpit
dengan arah yang ditunjukkan oleh jarum utara kompas. Dengan demikian, trend
dari garis yang diukur itu adalah angka yang ditunjuk oleh garis rujukan yang
pada badan kompas. Plunge diukur dengan menempatkan sisi kompas agar
terletak di sepanjang unsur linier atau terletak sejajar dengannya. Jika alat yang
kita gunakan adalah kompas Silva, maka jarum inklinasi kompas secara otomatis
akan menunjuk suatu angka yang merupakan harga plunge dari unsur linier itu.
Jika yang digunakan adalah kompas Brunton, pertama-tama tempatkan sisi
kompas dengan cara yang sama seperti kita menempatkan kompas Silva.
Kemudian putar tungkai penera klinometer sedemikian rupa sehingga level pada
klinometer itu tepat berada di tengah-tengah. Nilai plunge adalah angka yang
ditunjuk oleh jarum klinometer. Pemerian yang lengkap dari trend dan plunge
suatu garis dalam ruang dapat dinyatakan dengan dua cara. Cara pertama biasa
digunakan apabila kita menggunakan kompas kuadran. Contohnya adalah 20o
N60oE yang mengandung pengertian bahwa garis yang diukur memiliki plunge
20o dan azimuth 60o dari utara ke arah timur; N60oE adalah kesan arah down-
plunge dari unsur linier yang diukur. Cara kedua biasa digunakan apabila kita
menggunakan kompas azimuth. Contohnya adalah 20o/060o yang mengandung
pengertian bahwa garis yang diukur memiliki plunge 20o dan azimuth 60o dari
arah utara.
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1. Analisis Data Manual

Adapun tahap pada analisis data manual antara lain:


3.1.1. Mengolah data densitas dan membuat kontur dari data struktur pole struktur
bidang dan data lainnya pada stereogram. Kalsbeek counting set adalah
kelanjutan langkah kerja dan menggunakan data dari acara struktur bidang.
1. Siapkan stereogram kalsbeek counting set.
2. Overlay pole data bidang/liniasi diatas stereogram kalsbeek counting set.
3. Overlay kertas kalkir di atas data pole dan stereogram, berikan tanda utara
pada posisi 0o. Selanjutnya buat lingkaran primitive dengan jangka.
4. Tulis dengan angka, setiap jumlah data pole yang masuk dalam setiap
heksagonal di ttik pusat diagram heksagonal pada kalsbeek stereogram.
5. Buat garis kontur berdasarkan interpolasi data heksagonal. Garis kontur
tidak boleh ada yang saling memotong.

3.1.2. Menentukan nilai tegasan utama (σ1), tegasan menengah (σ2) dan tegasan
minimum (σ3). σ = dibaca sigma, gunakan asumsi dari Anderson.
3.1.3. Melakukan analisis frekuensi data rekahan dengan menggunakan diagram
rose.
1. Buat tabel frekuensi, hitung turus setiap nilai yang termasuk pada nilai 0-10,
11-20 dan seterusnya.
2. Buat histogram/diagram bar berdasarkan data rekahan, mulai dari 0 hingga
180 dengan spasi 10.
3. Analisis frekuensi utama, tegasan utama (σ1) diplot diantara 2 jumlah
frekuensi maksimum data dibawah 90o. Tegak lurus dengan nilai tegasan
utama adalah tegasan minimum (σ3).

3.2. Input Data


1. Buka “Streonet”
2. Ikuti prosedur dari software, bukan software, pilih data bidang, masukkan
data bidang. Setelah semua proses data terinput, save dalam bentuk JPG
untuk keperluan laporan.
3. Pilih menu “calculations” lalu pilih “poles”, secara otomatis data akan ter-
pole, semua data terinput save dalam bentuk JPG untuk keperluan laporan.
4. Pilih menu "plot" lalu "contour".
5. Untuk membuat diagram rose pilih menu "rose diagram".
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Strike/dip (N...oE/...)
No
Strike Dip
1 200 60
2 35 20
3 310 50
4 50 40
5 340 50
6 245 30
7 240 60
8 290 60
9 300 56
10 270 48
11 295 60
12 255 66
13 280 70
14 320 56
15 240 40
16 195 33
17 55 50
18 310 30
19 295 36
20 340 20
21 255 30
22 300 30
23 85 30
24 100 50
25 350 50
26 120 30
27 195 35
28 190 50
29 340 60
30 196 55
Tabel 4.1 Tabel Data Strike/Dip

4.2. Pembahasan

4.2.1. Plotting Data Strike/Dip

Hasil plotting yang didapatkan dari data kekar yang kemudian dilakukan
penarikan garis pada kertas kalkir dengan menggunakan klasifikasi stereografi
(Lambert/Schmidt). Plotting dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan nilai jurus/strike dengan mengikuti arah jarum jam sepanjang
lingkaran primitive, dihitung mulai dari titik 0o. Kemudian Tarik garis lurus
melalui pusat lingkaran sampai di tepi lingkaran primitive pelurusnya.
2. Putar garis strike ke arah N berlawanan dengan arah jarum jam hingga
berhimpit dengan garis pusat lintang.
3. Gambarkan nilai dip mengikuti lingkaran besar, dihitung arah luar (90o atau
270o) ke pusat lingkaran.

Gambar 4.1 Hasil Plotting Data Strike/Dip


4.2.2. Plotting Pole Strike/Dip

Pole ini didapatkan dari hasil penggambaran plotting data strike dengan
menggunakan garis data strike/dip, langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Masih dalam posisi yang sama, overlay kertas kalkir yang baru diatas kalkir
yang telah mempunyai nilai strike/dip, lakukan prosedur pembuatan
lingkaran dengan mengikuti lingkaran primitif.
2. Hitung 90okearah W paralel dengan sumbu XY, titik nilai yang dimaksud
adalah titik pole, plot dan berilah nomor sesuai dengan stasiun data.

Gambar 4.2 Hasil Plotting Pole Strike/Dip

4.2.3. Analisis Menggunakan Software Stereonet

Analisis dengan software ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi


streonet dari Almadiner, gambar 4.3 memperlihatkan tampilan hasil dari plotting
data strike/dip dan pole data strike/dip. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Buka “Streonet”
2. Ikuti prosedur dari software, bukan software, pilih data bidang, masukkan
data bidang. Setelah semua proses data terinput , save dalam bentuk JPG
untuk keperluan laporan.
3. Pilih menu “calculations” lalu pilih “poles”, secara otomatis data akan ter-
pole, semua data terinput save dalam bentuk JPG untuk keperluan laporan.
Gambar 4.3 Hasil Analisis Menggunakan Software

4.2.4. Overlay Pole

Pole yang telah didapatkan dari hasil penggambaran plotting data strike
dengan menggunakan garis data strike/dip kemudian dibuatkan overlay. Hal ini
dapat dilakukan dengan langkah membuat segienam diatas stereogram kalsbeek
counting set menggunakan kertas kalkir dimana dalam segienam terdiri dari satu
atau lebih pole kemudian memberi angka sesuai jumlah pole dalam segienam
tersebut.

Gambar 4.4 Hasil Overlay Pole


4.2.5. Membuat Kontur

Hasil dari overlay pole tersebut dilakukan pembuatan kontur pada kertas
kalkir berdasarkan dengan menghubungkan segienam yang memiliki ketinggian
yang sama dimana ketinggiannya adalah jumlah pole dalam segienam.

Gambar 4.5 Hasil Pembuatan Kontur

4.2.6. Membuat Sigma

Hasil dari pembuatan kontur dilakukan pembuatan sigma menggunakan


stereogram Lambert/Schmidt. Pembuatan sigma dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Memberi titik tertinggi pada dua kontur yang memiliki kuadran berbeda.
2. Putar kalkir hingga titik tersebut berada segaris 90o pada stereogram
Lambert/Schmidt kemudian beri titik pada 90o dari titik tertinggi tersebut.
3. Gambarkan nilai dip mengikuti lingkaran besar. Perpotongan kedua garis
tersebut adalah σ2.
4. Beri titik diantara kedua garis tersebut. Jika jarak kedua garis tersebut lebih
dari 90o maka titik tersebut adalah σ3, jika kurang dari 90o maka titik
tersebut adalah σ1.
5. Perpotongan dari σ2 dan σ3 adalah σ1.
Gambar 4.6 Hasil dari Pembuatan Sigma

σ1 berada pada 172o dengan jarak tepi ke titik adalah 2o maka strike/dip σ1
adalah N 172o E / 2o. σ2 berada pada 81o dengan jarak tepi ke titik adalah 30o
maka strike/dip σ2 adalah N 81o E / 30o. σ3 berada pada 268o dengan jarak tepi ke
titik adalah 60o maka strike/dip σ3 adalah N 268o E / 60o. Dari ketiga sigma
tersebut, maka jenis sesar dari data pada praktikum ini adalah sesar naik.

4.2.7. Analisis Menggunakan Software Stereonet

Analisis dengan software ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi


streonet dari Almadiner. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Masuk ke software stereonet dengan data yang telah dibuat.
2. Pilih "View" lalu "Inspector".
3. Pada contour pilih "1% area contour" dan hilangkan tanda centang pada line
color.
4. Pilih menu “calculations” lalu pilih “poles” dan masukkan strike/dip pada
dua titik ketinggian yang berada di kuadran berbeda.
5. Perpotongan kedua garis tersebut adalah σ2.
Gambar 4.7 Hasil Analisis Menggunakan Stereonet

4.2.8. Analisis Menggunakan Software Georose

Analisis dengan software ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi


georose. Hal ini dapat dilakukan adalah memasukkan data strike dan dip.
Pertengahan pada batang merah yang paling panjang adalah σ2.

Gambar 4.8 Hasil Analisis Menggunakan Georose


BAB V
KESIMPULAN

Proyeksi streografi memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ketitik


dalam bidang bersinggungan dengan kutub selatan. Proyeksi stereogarfi ini juga
memilik dua cara penggambaran, yaitu proyeksi stereografi yang pengambilan
sudutnya dari bagian luar lingkaran ke bagian dalam dan proyeksi kutub.yang cara
pengambilan sudutnya dari dalam lingkaran ke bagian luar lingkaran dan juga
saling berlawanan dengan proyeksi stereografi.

Dengan bidang proyeksi yang berbentuk lingkaran (stereonet) dengan


sudut yang terbentuk rapi, penentuan unsur-unsur struktur pun jadi lebih mudah.
Contohnya dengan struktur garis dan juga data App. Dip dan arah Bearing akan
mudah untuk mencari kedudukan dan kemiringan sebenarnya suatu lapisan. Selain
itu, dengan beberapa kedudukan yang saling berpotongan maka akan lebih mudah
untuk mengetahui zona mineralisasinya.

Dengan pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur struktur, maka


penggambaran proyeksi stereografi akan lebih simpel dan mudah untuk
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan.


Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan.
Sunnah, As. 2017. Struktur Bidang dan Struktur Garis. Diakses di
https://caridokumen.com/download/geologi-struktur-struktur-bidang-dan-
struktur-garis-_5a463a25b7d7bc7b7af9f96d_pdf# pada tanggal 25 September
2019.
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai