2. Jinlong Wei 3. Rui Ji 4. Bin Wang 5. Xiaochun Xu 6. Ying Xin 7. Xin Jiang Judul Pengaruh Intervensi Nutrisi Dini pada Pasien Karsinoma Nasofaring Lanjutan yang Menerima Kemoradioterapi Nama Jurnal, Journal of Cancer Edisi, Tahun doi : http://dx.doi.org/10.7150/jca.33475 Edisi : 10(16) : 3650-3656 Tahun : 2019 Latar Kanker nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa atau jenis Belakang karsinoma non-keratinisasi, tidak terdiferensiasi. Kanker nasofaring menjadi masalah kesehatan yang signifikan di dunia, terutama di Cina Selatan dan Asia Tenggara. Radioterapi intensitas-termodulasi (IMRT), secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Dengan pengobatan kemoradioterapi (kemoradioterapi), sekitar 80% pasien kanker nasofaring dapat bertahan hidup selama setidaknya 5 tahun. Malnutrisi adalah faktor klinis penting dalam perkembangan dan pengobatan kanker. Malnutrisi sangat umum pada pasien kanker nasofaring, tumor asli dapat secara signifikan mengurangi asupan makanan. Sebagian besar pasien kanker nasofaring memiliki kebiasaan tidak sehat yang memperburuk kekuarangan gizi, seperti merokok maupun mengkonsumsi alkohol. Selain itu, kemoradioterapi sering memperburuk gizi karena efek sampingnya, seperti perubahan rasa, mucositis lanjut, kelelahan, mual, muntah, dll. Dari efek samping kemoradioterapi, mucositis stadium lanjut merupakan penyebab paling umum dari malnutrisi yang memperburuk bahkan dapat mengganggu durasi kemoradioterapi. Oleh karena itu, intervensi nutrisi harus diterapkan untuk mempertahankan status gizi pasien kanker nasofaring dengan kemoradioterapi. Asosiasi internasional menyarankan konseling / pemberian gizi melalui suplemen nutrisi secara oral. Apabila kanker mempengaruhi saat menelan, pemberian makanan dapat dilakukan dengan menggunakan nasogastic tube. Tujuan Untuk meneliti efek intervensi nutrisi awal pada pasien kanker nasofaring dengan kemoradioterapi dengan mengevaluasi status gizi dan toleransi pengobatan kemoradioterapi Metodelogi Penelitian ini dilakukan pada 78 pasien kanker nasofaring yang menerima perawatan antara bulan Maret 2015-Maret 2018 di Rumah Sakit Jilin University, China. Dengan kriteria inklusi adalah pasien dengan didiagnosis secara histopalogis dengan kanker nasifaring III / IV, pasien berusia antara 18 dan 70 tahun, pasien tidak memiliki penyakit hati dan ginjal maupun disfungsi jantung serta paru-paru atau penyakit endokrin dan metabolisme lain. Pasien memiliki skor Status Kinerja Karnofsky (KPS) 70 atau lebih. Intervensi nutrisi awalnya diberikan oleh nutrisi oral dan jika asupan oral tidak cukup untuk mempertahankan status nutrisi pasien, nutrisi orangtua jangka pendek diterapkan. Ketika pasien membentuk mucositis oral parah yang menyebabkan disfagia, pemberian makanan enteral tube (NGT atau PEG) dapat digunakan. Hasil Dalam kelompok pasien ini, ada 59 pria dan 19 wanita dengan usia rata-rata 51 tahun. 68% merokok dan 27% mengkonsumsi alkohol berlebihan. Data stadium menunjukkan 23 pasien pada stadium T1-2, 55 pada T3-4, 66 pada N0-2, dan 12 pada N3. Data laboratorium menunjukkan rata-rata 68 kg berat badan, 41,8 g / L kadar albumin serum. Semua pasien ini menerima kemoradioterapi. Untuk menilai status gizi pasien, peneliti mencatat perubahan berat badan, BMI, serum albumin, pra-albumin, dan jumlah total limfosit, kadar kolesterol total pada kedua kelompok pada akhir kemoradioterapi (T1) dan 3 bulan sesudahnya (T2). Kedua kelompok mengalami penurunan berat badan pada T1, sedangkan kelompok awal mulai mendapatkan kembali berat badan pada T2, sedangkan kelompok akhir terus menurunkan berat badan pada T2. Selanjutnya, kelompok awal memiliki frekuensi penurunan berat badan yang lebih rendah daripada kelompok akhir di T1 dan T2. Hasil yang sama juga ditunjukkan untuk BMI, serum albumin dan tingkat pra-albumin. Untuk jumlah limfosit dan kadar kolesterol total, pola perubahannya serupa tetapi tidak ada perbedaan signifikan yang diamati antara kedua kelompok. Pembahasan Dalam penelitian ini, peneliti menunjukkan bahwa intervensi nutrisi awal secara signifikan mengurangi deklinasi berat badan, BMI, serum albumin dan tingkat pra-albumin. Selain itu, hasil kami mengungkapkan bahwa intervensi nutrisi awal mengurangi kejadian mucositis lanjut dan meningkatkan toleransi pengobatan kemoradioterapi. Manfaat seperti itu dapat diperoleh dari pemeliharaan status gizi. Telah sering dilaporkan bahwa pasien akan kehilangan 10% atau lebih tinggi dari penurunan berat badan setelah kemoradioterapi [30-32]. Pada kelompok pasien akhir dalam penelitian kami saat ini, pasien hanya kehilangan 7,2% dari berat badan awal mereka, menunjukkan intervensi nutrisi memiliki efek menguntungkan. Lebih penting lagi, kelompok awal memiliki persentase perubahan berat badan, BMI, albumin, dan pra-albumin yang jauh lebih rendah, yang menunjukkan bahwa intervensi nutrisi awal bahkan lebih bermanfaat. Dalam studi itu, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan berat badan yang diamati antara intervensi gizi dan kelompok kontrol. Sebenarnya, penelitian itu menunjukkan keterbatasan, misalnya, protokol intervensi gizi mereka hanya mencakup nutrisi oral dan dukungan nutrisi orangtua, tetapi tidak ada intervensi NG atau PEG. Pemberian dua tabung sangat dianjurkan sebagai metode pendukung nutrisi enteral, terutama ketika mucositis lokal parah berkembang. Itu menunjukkan bahwa NG atau PEG lebih efektif untuk mempertahankan status gizi dibandingkan dengan nutrisi oral saja. Selain itu, yang lebih penting, ada bias seleksi antara nutrisi dan kelompok kontrol dalam penelitian itu. BMI pada kelompok kontrol secara signifikan lebih tinggi pada awal kemoradioterapi, menunjukkan bahwa status gizi yang lebih baik pada kelompok kontrol mungkin telah melindungi pasien dari penurunan berat badan yang diinduksi kemoradioterapi dan dengan demikian menyebabkan kesimpulan nol yang salah tentang intervensi nutrisi. Peneliti menemukan korelasi linier yang signifikan antara persentase penurunan berat badan tertunda, menunjukkan bahwa intervensi nutrisi awal meningkatkan toleransi kemoradioterapi mungkin melalui pemeliharaan status gizi. Namun, untuk efek samping lain selain mucositis, kami tidak mengamati perbedaan yang signifikan. Intervensi nutrisi dini bermanfaat bagi pasien kanker nasofaring dengan mempertahankan status gizi dan meningkatkan toleransi pengobatan kemoradioterapi, menunjukkan bahwa pasien kanker nasofaring harus menerima intervensi nutrisi sedini mungkin untuk mendapatkan manfaat klinis. Implikasi Pemberian nutrisi sejak dini pada pasien kanker nasofaring, dalam sangatlah pentig. Terutama ketika pasien setelah mendapatkan Keperawatan kemoradioterapi, efek sampingnya salah satunya adalah mual dan muntah. Pemberian nutrisi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Jika pasien tidak dapat makan seperti biasa, penggunaan selang NGT dapat membantu untuk meningkatkan nutrisi pada pasien. Aplikasi di Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi nutrisi sejak Indonesia dini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker nasofaring. Peneliti menggunakan pemantauan terhadap penurunan berat badan, BMI, serum albumin, pra-albumin untuk mengukur nutrisi pasien kanker nasofaring. Pasien yang menolak pemberian nutrisi secara oral dapat dibantu dengan menggunakan selang NGT. Hal ini dapat diterapkan di Indonesia, karena apabila terdapat gangguan pemberian nutrisi secara oral, dapat digunakan selang NGT untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien.